Anda di halaman 1dari 1

DASAR TEORI

Istilah argentometri diturunkan dari bahasa Latin argentum yang berarti perak.
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat suatu larutan yang
dilakukan dengan titrasi berdasarkan endapan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan
yang telah diberikan indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO 3).
Dengan mengukur volume standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tetap
diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Underwood, 1986).
Salah satu zat yang digunakan pada argentometri adalah K2CrO4. Metode ini sering
disebut metode Mohr. Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar Cl (klorida) dan
Br (brome) dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO 3 dengan indikator K2CrO4, titrasi
ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit katalis pH 6,5-9,5. Dalam suasana
asam perak kromat akan larut karena akan terbentuk dikromat, dan dalam suasana basa akan
terbentuk endapan perak hidroksida (Khopkar, 1990).
Jika ion Cl ditambahkan dengan AgNO3 akan terbentuk endapan perak klorida. AgCl
yang seperti didih dan putih ia tidak larut dalam air dan asam nitrat encer. Tetapi larut dalam
amonia encer dan dalam larutan – larutan kalium sianida dan dalam tiosulfat (Vogel, 1985).
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi
dengan indikator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat dimana dengan indikator
ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi
dapat diamati (Hardjadi, 1990).
DAPUS
Hardjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik. Jakarta : Gramedia.
Khopkar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Underwood, A.L, Day, R.A. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Jakarta : PT.
Kalman Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai