Anda di halaman 1dari 16

WORKSHEETS PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR (KI 226)

SEMESTER GENAP DARING 2020-2021

JUDUL PERCOBAAN : Penentuan Kadar Fe sebagai Fe2O3


HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN : Sabtu, 6 Maret 2021

TUJUAN PERCOBAAN :1. Memiliki keterampilan melakukan analisis secara gravimetri.

2. Menjelaskan hasil perhitungan analisis secara gravimetri.

3. Melaporkan hasil analisis

A. PRINSIP DASAR PERCOBAAN


Gravimetri adalah metode analisis kuantitatif unsur atau senyawa berdasarkan bobot yang diawali dengan
pengendapan dan diikuti dengan pemisahan dan pemanasan endapan dan diakhiri dengan penimbangan. Untuk
memperoleh keberhasilan pada analisis secara gravimetri, maka harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: unsur
atau senyawa yangditentukan harus terendapkan secara sempurna, bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui
dengan pasti rumus molekulnya dan endapan yang diperoleh harus murni dan mudah ditimbang.

(Khopkar, 2003 : 25)

Analisis gravimetri, atau analisis kuantitatif berdasarkan bobot adalah proses isolasi serta penimbangan suatu
unsur atau suatu senyawaan tertentu dari unsur tersebut, dalam bentuk semurni mungkin. Unsur atau senyawa itu
dipisahkan dari suatu porsi zat yang sedang diselidiki, yang telah ditimbang. Sebagian besar penetapan-penentapan
pada analisis gravimetri menyangkut pengubahan unsur atau radikal yang akan ditetapkan menjadisenyawa yang murni
dan stabil, yang dapat dengan mudah diubah menjadi satu bentuk yang sesuai untuk ditimbang. Lalu bobot unsur atau
radikal itu dengan mudah dapat dihitung dari pengetahuan kita tetang rumus senyawanya serta bobot atom unsur-unsur
penyusunnya.

(Basset, 1994 : 472)

Umumnya pengendapan dilakukan pada larutan yang panas sebab kelarutan bertambah dengan bertambahnya
temperatur. Pengendapan dilakukan dalam larutan encer yang ditambahkan pereaksi perlahan-lahan dengan pengadukan
yang teratur, partikel yang terbentuk lebih dahulu berperan sebagai pusat pengendapan. Untuk memperoleh pusat
pengendapan yang besar suatu reagen ditambahkan agar kelarutan endapan bertambah besar.

(Nurhadi, 2003 : 26)

Pemisahan endapan dari larutan tidak selalu menghasilkan zat murni. Kontaminasi endapan oleh zat lain yang
larut dalam pelarut disebut kopresipitasi. Hal ini berhubungan dengan adsorpsi banyak terjadi pada endapan gelatin dan
sedikit pada endapan mikrokristal, misalnya AgI, pada perak asetat dan endapan BaSO4 pada alkali nitrat. Pengotoran
dapat juga disebabkan oleh postpresipitasi, yaitu pengendapan yang terjadi pada permukaan endapan pertama. Hal ini
terjadi pada zat yang sedikit larut kemudian membentuk larutan lewat jenuh. Zat ini mempunyai ion yang sejenis
dengan endapan primernya, misal: pengendapan CaC2O4 dengan adanya Mg. MgC2O4 akan terbentuk bersama sama
dengan CaC2O4. Lebih lama waktu kontak, maka lebih besar endapan yang terjadi.

(saptorahardjo, 20013: 35)

Analisis gravimetri dapat berlangsung baik jika persyaratan berikut dapat terpenuhi:

1. Komponen yang ditentukan harus dapat mengendap secara sempurna (sisa analit yang tertinggal dalam larutan harus
cukup kecil, sehingga dapat diabaikan), endapan yang dihasilkan stabil dan sukar larut.

2. Endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah dari larutan (dengan penyaringan)

3. Endapan yang ditimbang harus mempunyai susunan stoikiometrik tertentu (dapat diubah menjadi sistem senyawa
tertentu) dan dapat dimurnikan lebih lanjut.

(Vogel, 1994)

W o r k s h e e t P . D . K . A . A n a l i s i s K a ti o n | 1
Dalam suatu analisis gravimetrik, analit secara fisik dipisahkan dari semua komponen sampel dan juga dari
B. ALAT-ALAT
pelarutnya. Misalnya, kloridaDAN dalamBAHAN
suatu sampelPERCOBAAN
dapat dicari dengan mengendapkan perak klorida, yang kemudian
dapat disaring, dikeringkan, dan ditimbang. Pengendapan merupakan salah satu teknik pemisahan analit dari
ALAT
pengganggu, Endapan adalah
yang paling yang memisahkan
banyak diri sebagai
digunakan. Metode suatu
lainnya faselain
antara padat keluar
adalah dari larutan.
elektrolisis, Endapan
ekstraksi mungkin berupa
pelarut,
Tabung reaks beserta rak, sentrifuse dan tabungnya, botol semprot, pipet tetes, dan gelas kimia.
kristal (kristalin) atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan
kromatografi, dan pengatsirian. Dalam prosedur gravimetri apa saja yang melibatkan pengendapan, orang akhirnya atau pemusingan (centrifuge).
Endapan
harus mengubah
BAHAN terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.
zat yang dipisahkan menjadi suatu bentuk yang cocok untuk ditimbang. Hal ini perlu bahwa zat Kelarutan (s) suatu endapan,
yang
menurut
ditimbang murni,definisi
Larutan garamadalah
stabil, dan sama
0,2 Mdengan
susunanya
nitrat konsentrasi
pastimengandung
yang molar
agar hasil analisis
+2
Zn , Ca dari , larutan
itu tepat.
+2
Cujenuhnya.
Al , Bahkan
+3 +2,
CoKelarutan
jika
dan kopresipitasi
+2 bergantung pada berbagai
telah diminimalkan,
kondisi
masih tinggal seperti
masalah
Larutan suhu,
: HNO tekanan, air
penyingkiran
3 3 M dan 6
konsentrasi
M,dan bahan-bahan
Naelektrolit apaNH
3PO4 0,3 M,
lain
saja3 3yang dalam
M dan larutan
ditambahkan
6 M, itu
ke dan
K3Fe(CN) dalam pada
M,komposisi
6 0,2 air pencuci. pelarutnya
NaOH 6 Beberapa
M, dan akuades
endapan ditimbang dalam bentuk kimia yang sama dengan waktu diendapkan. Endapan lain mengalami perubahan
(Svehla,1985:72)
kimia selama pemanggangan, dan reaksi-reaksi ini haruslah berjalan sempurna agar hasilnya tidak salah. Prosedur yang
digunakan dalam
Ammonia tahap(NH
terakhir ini bergantung baik pada sifat-sifat endapan maupun pada kuatnya molekul-molekul air
3) memiliki berat molekul 17 gram/mol dapat berbentuk gas tidak berwarna dengan bau menyengat
yang diikat oleh zat padat itu.
dan berupa cairan berwarna kuning. Gas ammonia larut 11 dalam air menghasilkan ammonium hidroksida (NH 4OH),
larutannya bersifat basa dan bereaksi dengan K2HgI4 membentuk ion kompleks. Gas ammonia bebas dinyatakan dalam
(Day, 2002)
bentuk tak terionisasi, sedangkan dalam air, ammonia terionisasi seperti reaksi berikut: Dengan penambahan OH -
berlebih akan menggeser
Persyaratan yang harus reaksi ke kiri.
dipenuhi agar Ammonia memilikiberhasil
metode gravimetri titik didih -33,4°C
adalah dan berikut:
sebagai titik lebur -77,7°C.
Proses pemisahan
hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang terendapkansecara analitis tidak dapat terdeteksi (biasanya
(Sariadi,2006)
0,1mg atau kurang, dalam menetapkan penyusunan utama dari suatu). Zat yang ditimbang hendaklah mempunyai
susunan yang pastidan
Asam nitrathendaknya
ialah salah murni, atauorganic
satu asam sangat yang
hampir murni.
paling Bila tidak
penting. Asam diperoleh hasil yang
ini digunakan galat.
dalam Persyaratan
produksi pupuk, zat
kedua itu lebih sukar dipenuhi oleh para analis. Galat-galat yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti kelarutan
warna, obat-obatan, dan bahan peledak. Metode industri yang utama dalam memproduksi asam nitrat ialah proses
endapan umumnya
Ostwald. dapat
Bahan di minimumkan
awalnya, dan jarang
yaitu ammonia menimbulkan
dan molekul galat
oksigen, yang signifikan.
dipanaskan dengan Misalnya
tambahanmemperoleh
adanya katalis platina-
endapan murni
rodium. dan dapat disaring itulah yang menjadi problem utama. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai
pembentukan dan sifat-sifat endapan, dan telah diperoleh banyak pengetahuan yang memungkinkan analisis serta
meminimumkan masalah kontaminasi endapan. (Chang, 2003:53)

(Day, 2002 : 68)

Dalam analisa gravimetri penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang
B. ALAT-ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN
dianalisa pada penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini didapat sisa bahan
suatu gas yang terjadi, atau suatu endapan yang dibentuk dari bahan yang di analisa. Dalam pengendapan, zat yang
1. Alat:
ditimbang setelahzat di reaksikan menjadi endapan. Atas dasar membentuk endapan, maka gravimetri dibedakan
o Cawan porselen
menjadi dua macam:
o Tang Krus
1. Endapan dibentuk dengananalitik
o Neraca reaksi antara zat dengan suatu pereaksi.
o Gelas
2. Endapan dibentuk secarakimia 400 mL
elektrokimia.
o Kaki tiga
Pengendapan dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan proses pemisahannya. Aspek yang penting dan
o PipetTetes
perlu diperhatikan adalah endapannya mempunyai kelarutan yang kecil sekali dan dapat dipisahkan dari larutannya
dengan filtrasi, dapat Segitiga
o dicuci untuk menghilangkan pengotor ukuran partikelnya cukup besar serta endapan dapat diubah
o
menjadi zat murni denganPembakar
komposisiBunsen
kimia tertentu.
o Desikator
(Khopkar, 2003 : 28)
o Pipet Volum 10 mL
o Gelas
Untuk menghitung Ukur
analit dari 10endapan
berat mL sering diperlukan suatu faktor gravimetri. Faktor ini di definisikan
sebagai jumlah gram (atau
o Kasa ekivalen dari 1 g) dari endapan. Perkalian berat endapan P dengan faktor gravimetri
memberikan jumlah gram analit di dalam, contoh :
o Plat Tetes
Batang
Berat A = berat P xofaktor Pengaduk
gravimetri
o Corong Tangkai panjang
Maka,% A= (berat P x faktor gravimetri)/(berat contoh) x 100%.
o Ball Filler
o Furnische (Underwood, 1999 : 68)
o Kaca arloji

2. Bahan:
o Larutan Fe2+
o HNO3 pekat
W o r k s h e e t P . D . K . A . A n a l i s i s K a ti o n | 2
o Larutan ammonia 1:1 (dibuat dari ammonia pekat)
o Larutan HCl 1:1
o Aquades
o Larutan Pb(CH3COO)2
 ROSEDUR KERJA
1. Panaskan cawan krus sampai pijar, kemudian dinginkan dalam desikator,
selanjutnya timbang. Ulangi pekerjaan sampai diperoleh berat cawan krus tetap
(selisih penimbangan tidak lebih dari 3.10-4 g).
2. Pipet 10 mL larutan cuplikan kemudian masukkan ke dalam gelas kimia 400 mL
dan tambahkan 10 mL HCl 1:1 dan 1-2 mL HNO3 pekat.
3. Didihkan larutan sampai larutan berwarna kuning.
4. Encerkan larutan hingga 200 mL dan panaskan hingga mendidih kemudian
tambahkan ammonia 1:1 tetes demi tetes sampai semua Fe mengendap.
5. Didihkan campuran selama 1 menit kemudian saring.
6. Cuci endapan dengan aquades
7. Teteskan 2-3 tetes aquades yang digunakan untuk mencuci endapan, kemudian uji
keberadaan ion klorida dengan Pb(CH3COO)2. Endapan putih menunjukkan
bahwa dalam endapan masih terdapat ion klorida. Ulangi pencucian, hingga
endapan bebas klorida.
8. Keringkan kertas saring dan endapan, abukan dan pijarkan dalam cawan yang
telah diketahui beratnya di atas bunsen, kemudian lakukan pemijaran dalam
furnace (T=7000C), kemudian lakukan pendinginan dalam desikator dan
penimbangan beberapa kali sampai beratnya konstan.

 DATA PENGAMATAN

W o r k s h e e t P . D . K . A . A n a l i s i s K a ti o n | 3
Data sekunder penentuan besi :
Volume sampel = 10,00 mL

Penimbangan ke...
Massa (g)
1 2 3 4 5

Cawan kosong 23, 0523 23,0400 23,0338

Cawan + endapan setelah 23,2023 23,1837 23,1561 23,1363 23,1359


pemijaran
Hitung kadar Fe dalam ppm dan dalam persen.

-Persamaan Reaksi:
Fe2+ (aq) + 2HCl (aq) → Fe2+ + (aq) + 2Cl- (aq) + H2 (g)
Keabu-abuan tak berwarna tak berwarna

Fe2+ (aq) + HNO3 (aq) + 3H+ (aq) →Fe3+ (aq) + NO (g) + 2H2O (l)
Tak berwarna
Pengujian keberadaan ion Fe3+
Fe3+ (aq) + 3NH4OH (aq) → Fe(OH)3 (s) + 3NH4 + (aq)
Kuning tak berwarna cokelat tak berwarna

2Fe(OH)3 → Fe2O3 (s) + 3H2O (l)

-Pengamatan:
Selama proses tahapan gravimetri:
Dalam percobaan ini langkah pertama yang harus dilakukan memanaskan cawan krus
sampai pijar diatas pembakar bunsen. Api yang digunakan untuk memanaskan cawan krus
harus api biru, selain itu saat memanaskan cawan krus harus digunakan api biru sedang
terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan api biru yang cukup besar. Cawan krus
dipijarkan sampai bagian dalam cawan menjadi berwarna merah. Selanjutnya cawan krus
akan didinginkan dalam desikator sebelum ditimbang menggunakan neraca analitik.
Pemanasan dan penimbangan dilakukan beberapa kali sampai diperoleh selisih massa ≤
0,0003 gram. Selanjutnya cawan krus ditimbang pada neraca analitik. Diperoleh 3 data :
pemanasan 1 : 23,0523 gram, pemanasan 2 : 23,0400 gram dan pemanasan 3 : 23,0338 gram.
Sebanyak 10 mL larutan cuplikan Fe2+ dimasukkan ke dalam gelas kimia 400 mL,
dipipet menggunakan pipet volumetri kemudian ditambahkan 10 mL HCl 1:1 dan 1-2 mL
HNO3 pekat. Fe2+ berwujud cairan berwarna abu-abu atau putih keperakan. HCl berwujud
cairan tak berwarna dan berbau. HNO3 berwujud cairan tak berwarna. Didapat reaksi nya :

Fe2+ (aq) + 2HCl (aq) → Fe2+ + (aq) + 2Cl- (aq) + H2 (g)


Keabu-abuan tak berwarna bening tak berwarna

Fe2+ (aq) + HNO3 (aq) + 3H+ (aq) →Fe3+ (aq) + NO (g) + 2H2O (l)
Bening Tak berwarna kuning

W o r k s h e e t P . D . K . A . A n a l i s i s K a ti o n | 4
Kemudian larutan dipanaskan sampai mendidih hingga berwarna kuning, Warna
tersebut dapat terjadi karena kation-kation Fe2+ yang telah mengalami oksidasi menjadi kation
Fe3+.
Larutan diencerkan hingga 200 mL, tujuan pengenceran ini agar volume larutan yang
diambil dapat tepat kuantitasnya karena percobaan kali ini merupakan percobaan yang
bersifat kuantitatif. Selanjutnya, larutan tersebut dipanaskan diatas pembakar bunsen hingga
mendidih dan ditambahkan ammonia 1:1 secara perlahan hingga terbentuk endapan Fe
cokelat kemerahan. Endapan berwarna cokelat kemerahan tersebut menunjukkan adanya
Fe(OH)3. Selanjutnya disaring menggunakan kertas saring bebas abu.
Setelah endapan dilakukan penyaringan, endapan ini dicuci menggunakan aquades..
Untuk menguji endapan apakah masih terdapat klorida atau tidak yaitu dengan mereaksikan
aquades yang digunakan untuk mencuci endapan dengan menambahkan larutan
Pb(CH3COO)2. Apabila endapan berwarna putih itu menunjukkan bahwa dalam endapan
masih terdapat klorida maka dilakukan pencucian kembali hingga endapan bebas klorida.
Selanjutnya, kertas saring beserta endapan dikeringkan dengan cara dimasukkan ke
dalam cawan krus yang telah diketahui massanya untuk dipanaskan diatas pembakar bunsen
yang diatur nyalanya lalu dengan furnace (T=7000C), setelah dibakar cawan krus didinginkan
dalam desikator dan selanjutnya dilakukan penimbangan beberapa kali sampai beratnya
konstan. Diperoleh 5 data : pemanasan 1: 23,2023 gram, pemanasan 2: 23,1837 gram,
pemanasan 3: 23,1561 gram, pemanasan 4: 23,1363 gram, dan pemanasan 5: 23,1359 gram.
Adapun reaksi yang terjadi ketika pemijaran, sebagai berikut:
2Fe(OH)3 → Fe2O3 (s) + 3H2O (l)

Data Penimbangan ke-1 ke-2 ke-3


1.Massa Cawan Krus+ Tutup : 23,0523 23,0400 23,0338

2.Massa Cawan Krus+tutup+Endapan : 23,2023 23,1837 23,1561

- Perhitungan:
a. Menghitung Massa endapan
Massa endapan = Massa Cawan Krus+tutup+Endapan - Massa Cawan Krus+ Tutup
Penimbangan ke-1 :
Massa endapan = 23,2023 gram – 23,0523
= 0,1500 gram

Penimbangan ke-2 :
Massa endapan = 23,0400 gram - 23,1837
= 0,1437 gram

Penimbangan ke-3 :
Massa endapan = 23,0338 gram - 23,1561
= 0,1223 gram

0,1500 gram+0,1437 gram+0,1223 gram


Rata-rata massa endapan =
3
= 0,1386 gram

b. Menghitung faktor gravimetri

W o r k s h e e t P . D . K . A . A n a l i s i s K a ti o n | 5
2 xAr Fe
Faktor gravimetri =
Mr Fe 2 O 3
2 x 56 gram/mol
=
160 gram/mol
= 0,7
c. Menghitung massa Fe
Massa Fe = faktor gravimetri x rata-rata massa endapan
= 0,7 x 0,1386 gram
= 0,0970 gram = 97 mg
d. Menghitung kadar Fe dalam ppm
V sampel = 10 mL = 0,01 L
massa Fe
Massa Fe =
V sampel
97 mg
=
0,01 L
= 9.700 ppm

e. Menghitung kadar Fe dalam persen


kadar Fe
% kadar Fe =
Kadar Fe2 O 3
0,0970 gram
= x 100
0,1386 gram
= 69,98%

 PEMBAHASAN DAN DISKUSI


Gravimetri adalah metode analisis berdasarkan atas pengukuran massa analit atau
senyawa yang mengandung analit. Terdapat beberapa metode gravimetri, diantaranya yaitu
metode pengendapan, metode penguapan, elektrogravimetri, dan termogravimetri. Pada
percobaan ini metode gravimetri yang digunakan adalah metode gravimetri pengendapan.
Analisis gravimetri adalah analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menghitung jumlah endapan. Dalam suatu analisis gravimetri, analit secara fisik dipisahkan
dari semua komponen sampel dan juga pelarutnya. Praktikum gravimetri penentuan kadar Fe
sebagai Fe2O3 dilakukan berdasarkan prinsip dasar gravimetri cara pengendapan. Prinsip
dasar penetapan kadar besi dengan cara gravimetri adalah pengubahan besi menjadi bentuk
senyawa yang mengendap, yang mempunyai rumus kimia tertentu. Dan untuk prinsip
gravimetri cara pengendapan adalah mengubah bentuk komponen-komponen yang diinginkan
menjadi bentuk yang sukar larut. Prinsip dasar penetapan kadar besi dengan cara gravimetri
adalah pengubahan besi menjadi bentuk senyawa yang mengendap, yang mempunyai rumus
kimia tertentu. Salah satu pereaksi pengendap yang seringkali digunakan adalah senyawa
hidroksida.

Dasar reaksi : aA + rR  AaRr

Bentuk ini kemudian harus dapat dipisahkan secara sempurna, dicuci, dikeringkan dan
ditimbang. Langkah terakhir adalah mengubah besi (III) hidroksida menjadi bentuk senyawa
yang mudah ditimbang, yaitu bentuk oksidanya melalui proses pemijaran.
Prinsip kerja metode gravimetri pengendapan yaitu senyawa yang akan dianalisis
diendapkan dengan menambahkan pereaksi yang sesuai dan selanjutnya dipisahkan

W o r k s h e e t P . D . K . A . A n a l i s i s K a ti o n | 6
endapannya lalu endapannya ditimbang. Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini
adalah larutan Fe2+, HNO3 pekat, larutan ammonia 1:1 (dibuat dari ammonia pekat), larutan
HCl 1:1, dan larutan Pb(CH3COO)2.
Percobaan ini merupakan percobaan yang bersifat kuantitatif, sehingga dalam
melakukan percobaan ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti jenis alat yang
digunakan, kebersihan alat. Alat yang digunakan pada percobaan ini salah satunya adalah
kaki tiga, segitiga porselin, dan cawan krus. Fungsi kaki tiga adalah sebagai penyangga
pembakar bunsen, sedangkan fungsi segitiga porselin adalah sebagai penopang cawan krus
yang akan dipanaskan diatas kaki tiga sehingga cawan krus dapat panas dengan merata. Pada
percobaan ini cawan krus digunakan sebagai wadah untuk memanaskan endapan karena
cawan krus tahan terhadap suhu tinggi.
Dalam percobaan ini langkah pertama yang harus dilakukan memanaskan cawan krus
sampai pijar diatas pembakar bunsen. Api yang digunakan untuk memanaskan cawan krus
harus api biru karena apabila mengunakan api merah akan dihasilkan jelaga, yang akan
menempel pada cawan krus sehingga menyebabkan penimbangan cawan tidak akurat. Selain
itu, saat memanaskan cawan krus harus digunakan api biru sedang terlebih dahulu kemudian
dilanjutkan dengan api biru yang cukup besar, hal ini bertujuan agar tidak terjadi perubahan
suhu yang mendadak tinggi pada cawan krus, yang akan mengakibatkan cawan pecah.
Sebelumnya, cawan krus harus dicuci terlebih dahulu menggunakan air dan sabun.
Penggunaan sabun ini dikarenakan sabun memiliki sifat surfaktan dimana bagian hidrofilik
dari sabun akan berikatan dengan air dan bagianhidrofobik akan berikatan dengan minyak.
Karena kemampuan inilah sabun dapat menurunkan tegangan permukaan kedua cairan
sehingga minyak yang telah berikatan dengan sabun akan mudah terbawa air sehingga
terlepas dari permukaan cawan. Cawan yang sudah bersih tidak boleh langsung dipegang oleh
tangan, karena dihawatirkan akan ada lemak atau kotoran pada tangan yang menempel pada
cawan yang akan mengakibatkan penimbangan tidak akurat. Untuk memindahkan dan
membuka atau menutup cawan digunakan tang krus yang sebelumnya sudah dipanaskan agar
steril. Pemanasan cawan krus sampai pijar ini bertujuan untuk menghilangkan pengotor-
pengotor yang terdapat pada cawan krus, yang akan menyebabkan ketidak akuratan pada saat
penimbangan. Cawan krus dipijarkan sampai bagian dalam cawan menjadi berwarna merah.
Selanjutnya cawan krus akan didinginkan dalam desikator sebelum ditimbang menggunakan
neraca analitik. Hal ini dikarenakan didalam desikator terdapat silica gel yang akan menyerap
uap air dari cawan krus sehingga berat cawan krus akan tetap, karena tidak menyerap uap air
dari luar. Jika pendinginan cawan krus dilakukan di luar maka beratnya tidak akan konstan
karena akan menyerap air dari udara bebas.
Penimbangan cawan dilakukan ketika cawan sudah dingin karena apabila ditimbang
dalam keadaan panas, cawan akan memuai sehingga massa yang diperoleh pun akan berbeda
dengan massa cawan saat dingin. Selain itu, suhu yang tinggi pun akan menyebabkan
kerusakan pada neraca analitik. Pemanasan dan penimbangan dilakukan beberapa kali sampai
diperoleh selisih massa ≤ 0,0003 gram. Hal ini bertujuan agar diperoleh massa yang tetap atau
disebut juga presisi, yaitu pengukuran yang memiliki nilai yang hampir sama untuk setiap
pengukuran sehingga massa yang diperoleh akan lebih akurat, selanjutnya cawan krus
ditimbang pada neraca analitik. Diperoleh 3 data : pemanasan 1 : 23,0523 gram, pemanasan
2 : 23,0400 gram dan pemanasan 3 : 23,0338 gram.

Sebanyak 10 mL larutan cuplikan dimasukkan ke dalam gelas kimia 400 mL, dipipet
menggunakan pipet tetes kemudian ditambahkan 10 mL HCl 1:1. Tujuan penambahan HCl ini
untuk menetralkan larutan. Setelah itu, ditambahkan dengan 1-2 mL asam nitrat (HNO3)
W o r k s h e e t P . D . K . A . A n a l i s i s K a ti o n | 7
pekat. Tujuan penambahan HNO3 untuk melarutkan besi sebagai bentuk ionnya yaitu Fe2+.
Penambahan HNO3 juga untuk mengoksidasi besi menjadi keadaan oksidasi Fe3+.
Penambahan HNO3 juga dapat meningkatkan konsentrasi larutan sehingga proses
pengendapan dapat terjadi dengan mudah. Fe2+ berwujud cairan berwarna abu-abu atau putih
keperakan. HCl berwujud cairan tak berwarna dan berbau. HNO 3 berwujud cairan tak
berwarna. Didapat reaksi nya :

Fe2+ (aq) + 2HCl (aq) → Fe2+ + (aq) + 2Cl- (aq) + H2 (g)


Keabu-abuan tak berwarna bening tak berwarna

Fe2+ (aq) + HNO3 (aq) + 3H+ (aq) →Fe3+ (aq) + NO (g) + 2H2O (l)
Bening Tak berwarna kuning
Kemudian larutan dipanaskan sampai mendidih hingga berwarna kuning, Warna
tersebut dapat terjadi karena kation-kation Fe2+ yang telah mengalami oksidasi menjadi kation
Fe3+. Larutan diencerkan hingga 200 mL, tujuan pengenceran ini agar volume larutan yang
diambil dapat tepat kuantitasnya karena percobaan kali ini merupakan percobaan yang
bersifat kuantitatif. Larutan harus diencerkan karena pengenceran dapat memperluas
permukaan dalam larutan sehingga reaksi berlangsung lebih mudah. Selain itu, jika larutan
cuplikan tidak diencerkan, ukuran partikel endapan akan terlalu kecil karena konsentrasi yang
terlalu besar. Partikel endapan yang terlalu kecil akan sulit disaring karena dapat lolos dari
kertas saring. Selanjutnya, larutan tersebut dipanaskan diatas pembakar bunsen hingga
mendidih dan ditambahkan ammonia 1:1 secara perlahan hingga terbentuk endapan Fe
cokelat kemerahan. Proses penjenuhan dilakukan dengan memanaskan larutan karena proses
pemanasan akan mempengaruhi kelarutan zat dan mudah mencapai titik jenuh serta untuk
menguapkan air yang masih terkandung didalamnya. Penambahan ammonia (NH3) 1:1 harus
dilakukan dalam keadaan panas atau mendidih agar reaksi dapat berlangsung dengan cepat.
Endapan berwarna cokelat kemerahan tersebut menunjukkan adanya Fe(OH) 3. Pengendapan
yang terjadi merupakan pengendapan yang sempurna, karena Fe(OH) 3 memiliki nilai hasil
kelarutan (Ksp) yang sangat kecil yaitu 3,8 x 10-38. Selanjutnya disaring menggunakan kertas
saring bebas abu. Tujuan penggunaan kertas saring bebas abu ini adalah agar ketika
pemijaran, tidak mempengaruhi berat endapan yang akan ditimbang karena kertas saring ini
tidak menghasilkan abu.
Setelah endapan dilakukan penyaringan, endapan ini dicuci menggunakan aquades.
Tujuan pencucian dengan aquades karena aquades merupakan pelarut polar dan pelarut
universal, aquades juga tidak akan bereaksi dengan endapan sehingga tidak akan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas endapan. Untuk menguji endapan apakah masih
terdapat klorida atau tidak yaitu dengan mereaksikan aquades yang digunakan untuk mencuci
endapan dengan menambahkan larutan Pb(CH3COO)2. Apabila endapan berwarna putih itu
menunjukkan bahwa dalam endapan masih terdapat klorida maka dilakukan pencucian
kembali hingga endapan bebas klorida. Apabila klorida ini dibiarkan, maka dapat
menyebabkan peptisasi. Peptisasi merupakan disperse ion klorida yang tidak larut ke dalam
endapan tersebut. Adanya klorida ini juga dapat mempengaruhi berat endapan yang diperoleh.
Selanjutnya, kertas saring beserta endapan dikeringkan dengan cara dimasukkan ke
dalam cawan krus yang telah diketahui massanya untuk dipanaskan diatas pembakar bunsen
yang diatur nyalanya lalu dengan furnace (T=7000C). Tujuan pemanasan kertas saring
beserta endapan diatas bunsen yaitu untuk menguapkan atau menghilangkan air yang masih
terkandung didalam endapan yang berasal dari proses pencucian. setelah dibakar cawan krus
didinginkan dalam desikator dan selanjutnya dilakukan penimbangan beberapa kali sampai

W o r k s h e e t P . D . K . A . A n a l i s i s K a ti o n | 8
beratnya konstan. Diperoleh 5 data : pemanasan 1: 23,2023 gram, pemanasan 2: 23,1837
gram, pemanasan 3: 23,1561 gram, pemanasan 4: 23,1363 gram, dan pemanasan 5: 23,1359
gram.Adapun reaksi yang terjadi ketika pemijaran, sebagai berikut:
2Fe(OH)3 → Fe2O3 (s) + 3H2O (l)
Terdapat beberapa syarat endapan diantaranya yaitu endapan harus mengendap
sempurna atau memiliki nilai kelarutan kecil, tingkat kemurniannya tinggi, punya susunan
tetap atau tertentu, kristal-kristalnya kasar, endapan bulky (endapan dengan berat/volume
besar), dan endapan yang spesifik.
Hasil pemijaran didapatkan ferri trioksida yang kemudian ditimbang untuk
menentukan kadar Fe (besi). Dari hasil perhitungan diperoleh faktor gravimetri 0,7, dengan
kadar besi sebesar 0,0970 gram yaitu sekitar 69,98% dari sampel dan kadar Fe dalam ppm
9.700 ppm.

Sumber :
Pursitasari, Indarini Dwi. (2014). Kimia Analitik Dasar dengan Strategi Problem Solving dan Open-
Ended Experiment. Bandung : Penerbit Alfabeta
Svehla, G. (1985). VOGEL: Buku Teks Anlisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro,
Bagian I, Edisi V. Jakarta : PT. Kalma Media Pustaka.
Underwood, A.L. (1999). Analisis Kimia Kualitatif, Edisi IV. Jakarta : Penerbit Erlangga.
VOGEL (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian 1 Edisi V.
Jakarta : PT. Kalma Media Pustaka.

 KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum gravimetri penentuan kadar Fe sebagai Fe2O3 dapat
dijelaskan prinsisp-prinsip dasar penentuan kadar Fe secara gravimetri yaitu
mengendapkan Fe dalam bentuk yang stabil sehingga diperoleh massa Fe dari
endapan Fe2O3 sebesar 0,0970 gram, diperoleh faktor gravimetri 0,7, dengan persen kadar Fe
yaitu 69,98% dari sampel dan kadar Fe dalam ppm 9.700 ppm.

 REFERENSI
Basset, J dkk. (1994). Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kualitatif Anorganik Edisi4. Jakarta:EGC
Chadijah, Sitti. (2012). Dasar-Dasar Kimia Analitik. Makassar: Alauddin University Press.
Chang, Raymond. (2003). Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti.Jakarta: Erlangga.
Day, R. A. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif . Jakarta: Erlangga
Khopkar, S. M. (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Erlangga
Nurhadi, Agus. (2003). Dasar Kimia Analitik . Jakarta: UI Press
Pursitasari, Indarini Dwi. (2014). Kimia Analitik Dasar dengan Strategi Problem Solving dan Open-
Ended Experiment. Bandung : Penerbit Alfabeta
Saptorahardjo. (2003). Kimia Analitik . Jakarta: UI Press.
Sariadi. (2006). Penurunan Kandungan Ammonia pada Limbah Cair dengan Metode Aerasi Bubling
dan Pemanasan. Lhokseumawe: Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Sunardi, Maria Endah Prasadja, dan Ferdianta Sembiring. (2008). Sintesis Ferri Klorida dan Scarp
Besi Bengkel Bubut. Surakarta: Universitas Setia Budi Surakarta.
Svehla, G. (1985). VOGEL: Buku Teks Anlisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro, Bagian I,
Edisi V. Jakarta : PT. Kalma Media Pustaka.

W o r k s h e e t P . D . K . A . A n a l i s i s K a ti o n | 9
Underwood, A.L. (1999). Analisis Kimia Kualitatif, Edisi IV. Jakarta : Penerbit Erlangga.
VOGEL (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian 1 Edisi V.
Jakarta : PT. Kalma Media Pustaka.

 PRE LAB
1. Mengapa proses pendinginan dilakukan dalam desikator?
Jawab :
Karena di dalam desikator terdapat silica gel yang akan menguap uap air dari cawan krus.
Sehingga berat cawan krus akan konstan. Karena tidak menyerap uap air dari luar. Jika
pendinginan cawan krus dilakukan di luar maka beratnya tidak akan konstan karena akan
menyerap air dari udara bebas.
Sumber : Chadijah, Sitti. (2012). Dasar-Dasar Kimia Analitik. Makassar: Alauddin
University Press.

2. Apa fungsi larutan HCl dan HNO3?


Jawab :
Larutan HCl berfungsi untuk menetralkan larutan
Larutan HNO3 berfungsi untuk melarutkan besi sebagai bentuk ionnya yaitu Fe2+, untuk
mengoksidasi besi ke keadaan oksidasi Fe3+ dan penambahan HNO3 juga dapat
meningkatkan konsentrasi larutan sehingga proses pengendapan dapat terjadi dengan
mudah.
Sumber : Pursitasari, Indarini Dwi. (2014). Kimia Analitik Dasar dengan Strategi Problem Solving
dan Open-Ended Experiment. Bandung : Penerbit Alfabeta

3. Mengapa larutan cuplikan menjadi berwarna kuning?


Jawab :
Warna tersebut dapat terjadi karena kation-kation Fe 2+ yang telah mengalami oksidasi
berubah menjadi kation Fe3+.

4. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi ketika menguji keberadaan ion Fe 3+!
Jawab :

Pengujian keberadaan ion Fe3+


Fe3+ (aq) + 3NH4OH (aq) → Fe(OH)3 (s) + 3NH4 + (aq)
Kuning tak berwarna cokelat tak berwarna

5. Mengapa larutan perlu diencerkan?


Jawab :
Karena pengenceran dapat memperluas permukaan dalam larutan, sehingga reaksi
berlangsung lebih mudah. Selain itu, jika dilarutkan, cuplikan tidak diencerkan ukuran
partikel endapan akan terlalu kecil konsentrasi yang terlalu besar. Partikel endapan yang
terlalu kecil akan sulit disaring karena dapat lepas melewati pori-pori kertas saring

6. Mengapa pereaksi pengendap yang digunakan adalah NH 4OH bukan NaOH?


Jawab :
W o r k s h e e t P . D . K . A . A n a l i s i s K a ti o n | 10
Karena reaksi antara ion Fe3+ dengan ion OH- membentuk endapan
Fe(OH)3. Ketika endapan yang diperoleh kemudian dikeringkan
melalui pemanasan, maka pereaksi NH4OH yang tersisa akan
menguap, sehingga tidak mengganggu analisis. Hal demikian tidak
terjadi apabila pereaksi yang digunakan adalah NaOH
karena senyawa tersebut sukar menguap saat proses
pengeringan, sehingga mengganggu hasil analisis.

Sumber : Pursitasari, Indarini Dwi. (2014). Kimia Analitik Dasar dengan Strategi Problem Solving
dan Open-Ended Experiment. Bandung : Penerbit Alfabeta

7. Mengapa digunakan aquades untuk mencuci endapan?


Jawab :
Karena aquades merupakan pelarut polar dan pelarut universal, aquades juga tidak akan
bereaksi dengan endapan sehingga tidak akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas
endapan.
Sumber : Pursitasari, Indarini Dwi. (2014). Kimia Analitik Dasar dengan Strategi Problem Solving
dan Open-Ended Experiment. Bandung : Penerbit Alfabeta

8. Bagaimana menguji bahwa larutan bebas klorida?


Jawab :
Untuk menguji keberadaan ion klorida dengan menambahkan larutan Pb(CH3COO)2.
Apabila endapan berwarna putih itu menunjukkan bahwa dalam endapan masih terdapat
ion klorida.

9. Bagaimana cara menghitung kadar Fe dalam cuplikan di atas?


Jawab :
Menghitung massa Fe
Massa Fe = faktor gravimetri x rata-rata massa endapan
= 0,7 x 0,1386 gram
= 0,0970 gram = 97 mg

10. Suatu larutan dibuat dengan cara melarutkan 2,20 gram FeSO 4.(NH4)2SO4.6H2O dalam air
yang mengandung 15 mL H2SO4 (Bj. = 1,135 g/mL). Besi dioksidasi oleh Br2 menjadi
Fe3+ dan kelebihan Br2 dibuang dengan cara mendidihkan larutan. Berapa volume total
NH4OH yang mengandung 12,74% NH3 yang diperlukan untuk menetralkan asam dan
mengendapkan semua Fe menjadi Fe(OH)3.
Jawab :
Diketahui : massa FeSO4.(NH4)2SO4.6H2O = 2,2 gram
V H2SO4 = 15 mL
Kadar NH3 = 12,74 %
Massa jenis H2SO4 = 1,135 g/mL
Ditanya : V total NH4OH ?
Dijawab :
Massa H2SO4 = ρ x V
= 1,135 g/mL x 15 mL
= 17,025 gram

W o r k s h e e t P . D . K . A . A n a l i s i s K a ti o n | 11
massa 17,025 gram
Mol H2SO4 = = =0,1757 mol
Mr 98 g / mol
massa 12,74 gram
Mol NH3 = = =0 , 7494 mol
Mr 17 g /mol
Mol asam = mol basa
Kadar NH3 = 12,74%
0,1757 mol
[H2SO4] = = 11,71 M
0,015 L

 POST LAB
1. Hitung kadar Fe dalam cuplikan milligram per liter (ppm)!
Jawab :
Diketahui :
Massa Fe = 97 mg
V sampel = 10 mL = 0,01 L
Ditanya : Kadar Fe dalam cuplikan ppm
massa Fe
Massa Fe =
V sampel
97 mg
=
0,01 L
= 9.700 ppm

2. Jelaskan Teknik yang benar dalam analisis gravimetri

W o r k s h e e t P . D . K . A . A n a l i s i s K a ti o n | 12
Jawab :
Secara umum tahapan yang dilakukan dalam analisis gravimetri dengan cara pengendapan adalah :
1) Pembentukan endapan.
Endapan dibentuk dengan menambahkan pereaksi pengendap secara berlebih agar semua
unsur/senyawa dapat terendapkan dengan sempurna. Pengendapan dilakukan pada temperatur dan
pH tertentu yang merupakan kondisi optimum reaksi pengendapan. Tahap ini merupakan tahap
paling penting.
2) Digest (menumbuhkan kristal-kristal endapan).
Setelah terbentuk endapan, maka perlu dilakukan penyempurnaan endapan. Cara yang
dapat Anda lakukan adalah membiarkan larutan yang berisi endapan selama beberapa saat dalam
penangas air atau waterbath.
3) Penyaringan, pencucian, dan pengeringan/pemijaran endapan sampai diperoleh berat konstan.
4) Penimbangan endapan yang dilanjutkan dengan perhitungan kuantitas analit dalam sampel.
Beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan tahapan yang dilakukan ketika
melakukan analisis gravimetri dengan metode pengendapan antara lain:
a. Penambahan pereaksi pengendap.
Pereaksi pengendap yang dapat digunakan bisa berupa senyawa anorganik atau senyawa
organik dengan catatan pereaksi pengendap tersebut harus spesifik dan mudah menguap.
Mengapa harus dipilih yang mudah menguap? Hal ini dilakukan agar zat pengganggu yang
tidak hilang ketika pencucian endapan, maka zat tersebut akan hilang sewaktu pemanasan
atau pengeringan endapan. Contoh, untuk mengendapkan ion Fe 3+ lebih baik menggunakan
pereaksi NH4OH dari pada KOH atau NaOH. Mengapa demikian? Reaksi antara ion Fe 3+
dengan ion OH- membentuk endapan Fe(OH)3. Ketika endapan yang diperoleh kemudian
dikeringkan melalui pemanasan, maka pereaksi NH 4OH yang tersisa akan menguap, sehingga
tidak mengganggu analisis. Hal demikian tidak terjadi apabila pereaksi yang digunakan
adalah KOH atau NaOH, karena kedua senyawa tersebut sukar menguap saat proses
pengeringan, sehingga mengganggu hasil analisis.
b. Pembentukan Endapan.

W o r k s h e e t P . D . K . A . A n a l i s i s K a ti o n | 13
Penambahan pereaksi pengendap menyebabkan partikel-partikel ion reaktan berkelompok membentuk
partikel yang disebut nukleus dengan diameter 10-8 cm-10-7 cm. Adanya pergerakan ion-ion
menyebabkan ion-ion yang berlawanan muatannya akan menempel pada permukaan nukleus,
sehingga terbentuk partikel koloid dengan diameter 10-7 cm-10-4 cm. Partikel koloid ini selanjutnya
akan semakin besar hingga membentuk endapan dengan diameter lebih besar daripada 10-4 cm.
c. Peptisasi
Peptisasi merupakan proses melarutnya endapan menjadi koloid. Pada waktu endapan
dicuci, maka ada kemungkinan endapan yang sudah terbentuk akan larut lagi. Endapan tersebut akan
kembali menjadi koloid, sehingga endapan dapat menembus/melewati kertas saring ketika
penyaringan. Kondisi seperti ini dapat mempengaruhi hasil analisis. Bagaimana cara mencegah
terjadinya peptisasi? Cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya peptisasi antara lain dengan
menggunakan larutan elektrolit ketika mencuci endapan. Contoh pada penentuan barium sulfat.
Endapan barium sulfat yang dihasilkan berada dalam kesetimbangan dengan ionionnya menurut
reaksi:
BaSO4(s) Ba2+(aq) + SO4 2-(aq)
Pencegahan peptisasi dapat dilakukan dengan menambahkan larutan asam sulfat (H2SO4), sehingga
reaksi akan bergerak ke kiri dan barium sulfat tetap berada dalam bentuk endapannya
d. Kontaminasi Endapan
Beberapa peristiwa yang mungkin terjadi dalam proses pengendapan larutan analit adalah:
 Kopresipitasi
Endapan yang dihasilkan pada analisis gravimetri biasaya masih mengandung berbagai
cemaran (pengotor) dari larutan asalnya atau larutan induknya. Apabila hal ini terjadi, maka
dapat menimbulkan kesalahan dalam penentuan jumlah zat. Contoh pada pengendapan
barium sulfat dari pencampuran antara barium klorida dan asam sulfat. Apabila pada reaksi
tersebut terdapat larutan asam nitrat dalam jumlah berlebih, maka endapan barium sulfat yang
dihasilkan mengandung 15% Ba(NO3)2 sebagai pengotor. Contoh lain, jika barium klorida
ditambah asam sulfat yang mengandung ferri klorida, maka sejumlah Fe2(SO4)3 akan
mengendap bersama dengan barium sulfat. Pencemaran senyawa yang sukar larut oleh zat
yang seharusnya dapat larut selama proses pengendapan disebut pengendapan serta atau
pengendapan ikutan atau kopresipitasi. Cemaran ini tidak dapat dihilangkan seratus persen,
namun dapat dikurangi dengan pengendapan dan pencucian secara hati-hati.
• Oklusi (pengepungan)
Endapan kristal barium sulfat yang memiliki ukuran partikel relatif kecil terkadang
mengandung cemaran (pengotor). Apabila proses pertumbuhan kristal lambat, maka zat
pengotor akan larut lagi dan kristal akan tumbuh menjadi partikel besar dan murni.
Sebaliknya jika pertumbuhan kristal cepat, maka zat pengotor masuk ke dalam kisi-kisi

W o r k s h e e t P . D . K . A . A n a l i s i s K a ti o n | 14
kristal. Peristiwa terkurungnya pengotor dalam endapan disebut oklusi. Peristiwa oklusi dapat
dikurangi pengaruhnya dengan membiarkan larutan selama beberapa saat dalam penangas air.
• Adsorpsi permukaan Peristiwa adsorpsi terjadi pada permukaan lapisan induk. Bertambah
besarnya ukuran nukleus menyebabkan zat yang diadsorpsi menjadi lebih banyak. Partikel-
partikel kecil dari pengotor yang menempel pada permukaan dapat dihilangkan dengan
pencucian menggunakan pelarut yang sesuai. Hal ini disebabkan partikel pengotor tidak
terikat kuat satu sama lain, sehingga cairan pencuci dapat memasuki semua bagian endapan
tersebut. • Postpresipitation (Pascapengendapan) Peristiwa lain yang mungkin terjadi pada
reaksi pengendapan adalah terjadinya endapan kedua setelah pengendapan pertama. Peristiwa
ini disebut postpresiptation. Hal ini dengan Strategi Problem Solving dan Open-ended
Experiment 76 disebabkan keberadaan ion lain dalam proses analisis yang juga membentuk
garam yang sukar larut dan ikut mengendap. Contoh peristiwa pengendapan Cu2+ menjadi
endapan CuS. Apabila pada proses pengendapan tersebut terdapat juga ion Zn2+, maka ZnS
akan mengendap setelah endapan CuS. Adanya endapan ZnS dalam analisis ion Cu2+ akan
mengakibatkan terjadinya kesalahan pengukuran.
e.Penyaringan endapan.
Endapan yang dihasilkan dari suatu reaksi dapat dipisahkan melalui kertas saring,
penyaring asbes, atau penyaring lempeng berpori tergantung pada jenis endapan dan ukuran endapan.
• Kertas saring yang digunakan biasanya terbuat dari selulosa yang sangat murni, sehingga saat
dibakar akan bebas abu. Ada tiga tekstur kertas saring, yaitu: kertas saring untuk endapan halus,
endapan sedang (medium), endapan mirip gelatin, dan endapan kasar. Pemilihan kertas saring
tergantung dari sifat endapan yang disaring. Penggunaan kertas saring untuk menyaring endapan
harus dilakukan dengan benar.
f.Pencucian endapan.
Tahap berikutnya yang harus dilakukan setelah penyaringan endapan adalah pencucian
endapan. Pencucian endapan dilakukan untuk menghilangkan zat-zat yang mengganggu atau zat yang
tidak dikehendaki. Pencucian endapan dilakukan secara berulang kali dengan menggunakan cairan
pencuci sedikit demi sedikit sampai ion pengotor hilang. Hal ini ditandai dengan hasil negatif pada
pengujian secara kualitatif terhadap cairan pencuci menggunakan pereaksi yang cocok/spesifik.
Sumber : Pursitasari, Indarini Dwi. (2014). Kimia Analitik Dasar dengan Strategi Problem Solving
dan Open-Ended Experiment. Bandung : Penerbit Alfabeta.

W o r k s h e e t P . D . K . A . A n a l i s i s K a ti o n | 15
NAMA : TUFATUL MAIDAH
NIM : 1909663
KELAS : KIMIA-C 2019
MATA KULIAH : PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
DASAR
GANJIL

W o r k s h e e t P . D . K . A . A n a l i s i s K a ti o n | 16

Anda mungkin juga menyukai