Anda di halaman 1dari 12

WORKSHEETS PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR (KI 226)

SEMESTER GENAP 2020-2021

JUDUL PERCOBAAN : Kromatografi Penukar Ion


TUJUAN PERCOBAAN : Memisahkan Ni(II) dan Zn(II) dengan cara kromatografi
penukar ion
HARI DAN TANGGAL : Senin, 19 April 2021
PERCOBAAN

A. KAJIAN TEORI

Kromatografi menyangkut metode pemisahan kimia yang didasarkan atas distribusi


deferensial komponen sampel diantara dua fasa, yaitu fasa diam (stationary phase) dan fasa
gerak (mobil phase). Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang terikat pada permukaan
padatan (kertas atau suatu adsorben), sedangkan fasa gerak dapat berupa cairan disebut eluen
atau pelarut, atau gas pembawa yang inert. Gerakan fasa gerak ini mengakibatkan terjadinya
migrasi diferensial komponen-komponen dalam sampel. (Alimin dan Irfan, 2010)

Kromatografi pertukaran ion adalah proses pemisahan senyawa yang didasarkan pada
pertukaran (penjerapan) ion antara fase gerak dengan ion pada fasa diam. Prinsip dasar
pemisahan dengan kromatografi kolom penukar ion adalah perbedaan kecepatan migrasi ion-
ion di dalam kolom penukar ion. Proses pertukaran ion dikerjakan dengan cara pembebanan
ion-ion pada kolom penukar ion. Kemudian ion-ion yang terikat dalam resin dialiri eluen yang
mampu memberi kondisi keseimbangan yang berbeda. Keseimbangan yang berbeda ini
mengakibatkan kecepatan migrasi ion dalam kolom resin tidak sama (Biyantoro, 2006)

Fasa diam dalam kromatografi pertukaran ion merupakan suatu matriks yang kuat
(rigid) dan pada permukaannya mempunyai muatan yang dapat berupa muatan positif maupun
negatif. Bila matriks padat tersebut mempunyai gugus fungsional yang bermuatan negatif
seperti gugus sulfonat (-SO3-), maka akan dapat berfungsi sebagai penukar kation. Sebaliknya,
bila bermuatan positif, misalnya mempunyai gugus amin kuaterner (-N(CH)3+), maka akan
dapat berfungsi sebagai penukar anion. Kromatografi ini sangat bermanfaat untuk memisahkan
molekul – molekul bermuatan terutama ion – ion baik anion maupun kation. Secara umum,
teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu:

| 1
➢ Kromatografi pertukaran kation, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan
positif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan negatif. Kolom yang
digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus karboksil (-CH2-
CH2-CH2SO3- dan -O-CH2COO-). Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam
sistem ini adalah asam sitrat, asam laktat, asam asetat, asam malonat, buffer MES dan
fosfat.
➢ Kromatografi pertukaran anion, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan
negatif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan positif. Kolom yang
digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus -N+(CH3)3, -
N+(C2H5)2H, dan –N+(CH3)3. Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam
sistem ini adalah N-metil piperazin, bis-Tris, Tris, dan etanolamin.

Metode ini banyak digunakan dalam memisahkan molekul protein (terutama enzim). Molekul
lain yang umumnya dapat dimurnikan dengan menggunakan kromatografi pertukaran ion ini
antara lain senyawa alkohol, alkaloid, asam amino, dan nikotin.

Proses Pertukaran Ion

Kromatografi penukar ion dilakukan dengan fasa diam yang mempunyai gugus fungsi
bermuatan ion tetap. Selain itu terdapat ion lawan yang dapat ditukar didekatnya , agar muatan
netral. Ion cuplikan dapat bertukar dengan ion lawan dan menjadi pasangan dari muatan ion
tetap. Jika ion cuplikan berpasangan dengan ion muatan tetap, ion tersebut tidak keluar dari
kolom. Karena afinitas berbagai senyawa terhadap ion muatan-tetap berbeda, kita dapat
memisahkan campuran senyawa ion. (Johnson dan Stevenson, 1991)

Proses pertukaran ion dapat dilakukan dalam pelarut berair maupun tidak berair. Fase
gerak biasanya mengandung ion lawan yang bermuatan berlawanan dengan muatan gugus ion
permukaan. Ion lawan tersebut berkesetimbangan dengan resin dalam bentuk pasangan ion.
Adanya ion terlarut yang muatannya sama dengan muatan ion lawan menimbulkan
kesetimbangan. Pada proses pertukaran kation, ion lawan ialah Na+ dan pada pertukaran anion,
ion lawannya Cl-. (Johnson dan Stevenson, 1991)

Penukaran ion ini bersifat kompleks dan sesungguhnya adalah polimerik. Polimer ini
membawa satu muatan listrik yang tepat dinetralkan oleh muatan-muatan pada ion-ion
lawannya (ion-aktif). Ion-ion aktif ini berupa kation dalam suatu penukar kation dan berupa
anion dalam suatu penukar anion. Jadi sutu penukar kation terdiri dari suatu anion polimerik

| 2
dan kation-kation aktif, sementara penukar anion adalah suatu polimerik kation dengan anion-
anion aktif. (Basset, 1994)

Beraneka ragam bahan organik dan anorganik memperagakan perilaku pertukaran ion,
tetapi pada penelitian di laboratorium di mana keseragaman sangat penting, pertukaran ion
yang sangat disukai biasanya adalah bahan-bahan sintesis yang dikenal sebagai resin penukar
ion. Resin ini dibuat dengan cara memasukkan gugus yang dapat diionisasi ke dalam matriks
polimer organik yang paling umum adalah polistirena terhubung silang yang telah dijelaskan
di atas sebagai adsorben. (Day dan Underwood, 2002)

Resin adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi smpai tingkat yang tinggi yang
mengandung ikatan-ikatan hubungan silang (cross-linking) serta gugusan yang mengandung
ion-ion yang dapat dipertukarkan. Berdasarkan gugusan fungsionalnya, resin penukar ion
dibagi menjadi dua yaitu resin penukar kation dan resin penukar anion. Resin penukar kation
mengandung kation yang dapat dipertukarkan. Sedangkan resin penukar anion, mengandung
anion yang dapat dipertukarkan. (Diyah dan Setyo, 2007)

Menurut Basset (1994), syarat-syarat dasar bagi suatu resin yang berguna adalah:

1. Resin itu harus cukup terangkai silang, sehingga kelarutannya yang dapat diabaikan.
2. Resin itu harus cukup hidrofilik untuk memungkinkan difusi ion-ion melalui
strukturnya dengan laju yang terukur (finite) dan berguna.
3. Resin harus menggunakan cukup banyak gugus penukar ion yang dapat dicapai dan
harus stabil kimiawi.
4. Resin yang sedang mengembang harus lebih besar rapatannya daripada air.

Berdasarkan pada keberadaan gugusan labilnya; resin penukar ion dapat secara luas
diklasifikasikan dalam empat golongan, yakni :

a. Resin penukar kation bersifat asam kuat (mengandung gugusan HSO3).


b. Resin penukar kation bersifat asam lemah (mengandung gugusan –COOH).
c. Resin penukar anion bersifat basa kuat (mengandung gugusan amina tersier atau
kuartener)
d. Resin penukar anion bersifat basa lemah (mengandung OH sebagai gugusan labil)

Resin penukar kation

Resin penukar kation asam kuat mengandung gugus fungsi asam teradisi pada cincin
aromatik dari resin. Penukar kation asam kuat mempunyai gugus asam sulfonat (-SO3H), yang
| 3
bersifat asam kuat seperti asam sulfat. Penukar kation asam lemah mempunyai gugus fungsi
karboksilat yang hanya terionisasi sebagian. Proton dari kedua jenis penukar kation dapat
ditukar dengan kation-kation lain dengan persamaan reaksi berikut:

nRzSO3- - H+ + Mn+ ↔ (RzSO3)nM + nH+

dan nRzCO2- - H+ + Mn+ ↔ (RzCO2)nM + nH+

dimana Rz adalah simbol dari resin. Kesetimbangan ini dapat diubah ke kiri atau ke kanan oleh
penaikan [H+] atau [Mn+], atau penurunan salah atu diantaranya dengan memperhatikan
banyaknya resin yang ada. (Soebagio, 2005)

Resin penukar kation biasanya tersedia dalam bentuk ion hidrogen, tetapi bentuk ini
dapat diubah ke dalam bentuk ion natrium, oleh perlakuan dengan garam dapur. Ion natrium
ini kemudian mengalami pertukaran dengan kation lainnya. Pada prinsipnya resin penukar
kation dalm bentuk H+ dikocok dengan larutan NaCl. Pengocokan beberapa lama hingga
tercapai kesetimbangan, menurut reaksi:

Rz-H+ + Na+ ↔ Rz-Na+ + H+

agar reaksi berlangsung ke kanan, maka harus ditambah resin berlebih.

Penggunaan resin penukar kation asam lemah dibatasi dalam rentang pH, yaitu pada
pH 5 s/d 14. Sebaliknya resin penukar kation asam kuat dapat digunakan pada pH 1 s/d 14.
Pada harga pH rendah, penukar kation asam lemah akan terikat kuat pada proton untuk
terjadinya pertukaran. Demikian juga penukar kation asam lemah tidak akan dapat sempurna
melepaskan kation dari basa sangat lemah. Hal ini sebaliknya akan terjadi untuk resin penukar
kation asam kuat. Hal ini sejalan dengan ketidak sempurnaan reaksi asam lemah-basa lemah.
Resin asam lemah umumnya digunakan untuk pemisahan basa kuat atau zat ionik multifungsi
seperti protein atau peptida. Zat tersebut tertahan kuat pada penukar kation asam kuat,
sementara resin asam kuat lebih disukai terutama untuk campuran yang kompleks. (Soebagio,
2005)

Resin penukar anion

Prinsip dasar resin jenis ini ialah dapat ditukarnya anion hidroksil oleh anion lain yang
terjadi pada resin penukar ion. Ada dua jenis resin penukar anion, yaitu resin yang memiliki
gugus basa kuat (gugus ammonium kuartener) dan resin yang memiliki gugus basa lemah
(gugus anion). Reaksi pertukaran dapat dituliskan sebagai berikut:

nRzNR3+ OH- + An- ↔ (RzNR3)nA + nOH-

| 4
nRzNH3+ OH- + An- ↔ (RzNH3)nA + nOH-

dimana R merupakan gugus organic, biasanya metil.

Penukar basa kuat dapat digunakan di atas rentangan pH 0 s/d 12, sedangkan resin
penukar basa lemah hanya di atas rentangan pH 0 s/d 9. Golongan penukar basa lemah tidak
akan melepaskan asam yang sangat lemah, tetapi akan lebih disukai untuk asam kuat yang
mungkin tertahan oleh resin basa kuat seperti sulfonat. (Soebagio, 2005)

Kesetimbangan reaksi pertukaran ion

Secara sederhana reaksi kesetimbangan penukaran ion bisa dituliskan:

RzH + Na+ ↔ RzNa + H+

RzCl + OH- ↔ RzOH + Cl-

Ada dua cara untuk melaksanakan penukaran ion, yaitu cara “unggun” (bath exchange)
dan cara penukaran dalam kolom. Cara pertama jarang digunakan, oleh karena itu pembicaraan
difokuskan pada cara kedua, yaitu penukaran di dalam kolom.

Ada persesuaian antara proses penukaran ion di dalam kolom –enukar ion dengan
proses kromatografi partisi cair-cair. Seperti halnya pada kolom kromatografi akan terjadi juga
banyak sekali proses kesetimbangan secara bersamaan. Untuk memahami proses yang terjadi,
maka dibayangkan bahwa di dalam kolom tersebut terdapat lapisan-lapisan imajiner (pelat-
pelat teori) tempat terjadinya proses kesetimbangan. Oleh karena itu konsep pelat teori yang
dikembangkan oleh Martin dan Synge pada kromatografi partisi dapat diaplikasikan secara
langsung dalam kromatografi penukaran ion dengan beberapa perubahan terminologi.

Secara kuantitatif afinitas resin penukar ion terhadap ion-ion yang ditukar dinyatakan
dengan besaran angka banding distribusi (D) sebagai berikut:

𝐾𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢


𝐷=
𝐾𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎

dalam praktek sehari-hari sering juga didefinisikan sebagai

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑜𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛/𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔


𝐷=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑜𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 / 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

dalam kromatografi penukar ion, persamaan fundamental yang umum digunakan adalah

VR = VM + K.VS, dengan;

VR = Volume retensi komponen X

| 5
VM = Volume fasa gerak dalam kolom

K = Koefisien distribusi komponen X antara fasa gerak dan fasa diam

VS = Volume fasa diam dalam kolom

Bila tR adalah waktu retensi, dan F adalah laju alir fasa gerak dalam kolom, maka VR = tR × F.
Selain itu VS dapat pula dinyatakan dalam bentuk lain yaitu VR = VM (1 + k’), dimana k’ =
factor kapasitas. (Soebagio, 2005)

Kelemahan dan kelebihan

Kromatografi pasangan ion digunakan untuk mengatasi masalah ionisasi dimana spesi ion
tersebut sangat polar, ionisasi ganda, dan basa kuat. Manfaat utama dari kromatografi ini adalah
adanya fase kebalikan dari kromatografi cair yang bertahap atau pertukaran-ion HPLC yang
dapat memfasilitasi analisis dari sampel yang mengandung ion sekaligus molekul. Tidak
seperti pertukaran ion yang konvensional, kromatografi pasangan ion dapat memisahkan
senyawa ionik dan nonionik dalam sampel yang sama.

Kelebihan dari metode kromatografi penukar ion:

• Waktu pengerjaan relatif singkat


• Memberikan hasil yang reproducible
• Menghasilkan bentuk peak yang tajam
• Dapat langsung memperoleh hasil pemisahan analit terionisasi dan tidak terionisasi
• Pemilihan zat tambahan (berupa reagen tau larutan buffer) lebih beragam untuk
meningkatkan proses pemisahan. Kemurnian zat tambahan pada eluen mempengaruhi
reprodusibilitas dan keakuratan hasil percobaan.
• Jika dibandingkan dengan kromatograti cair, teknik ini mempunyai kelebihan untuk
medukung pemisahan spesies ion dan molekul
• Dapat memisahkan senyawa ionik dan non ionik dalam sampel yang sama

Kekurangan metode kromatografi penukar ion:

• Larutan ionik seringkali bersifat korosif dan mengakibatkan kolom tidak bertahan lama
• Beberapa larutan ionik mengabsorbsi pada panjang gelombang UV tetapi membatasi
detektor UV
• Bahan berdasar silika terbatas pada pH di bawah 7,5
• Fase gerak tidak boleh dibiarkan semalaman tetapi diganti dengan air

| 6
B. ALAT-ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN

• Alat
o 1 set Buret/Kolom Kromatografi
o 1 buah Labu Takar
o 1 buah Labu Erlenmeyer
o 1 buah Botol Semprot Aquades
o 1 buah pipet tetes
o 1 buah pipet volume
o 1 buah
• Bahan
o Kapas (Secukupnya)
o 20 mL Resin Penukar Anion IRA 400
o 25 mL ammonia 6M
o 50 mL Aquades
o 50 mL HCl 2M
o 10 mL NiCl2 100 ppm
o 10 mL ZnCl2 100 ppm
o Dimetilglioksim (Secukupnya)
o 16 mL HCl 12 M

C. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Penyiapan kolom
a. Masukan sedikit kapas ke dalam kolom kromatografi kemudian tambahkan sedikit
aquades.
b. Masukan resin penukar anion IRA 400 ke dalam kolom sampai ketinggian 20 cm
c. Cuci dengan 25 ml amonia 6 M, diikuti dengan 50 mL aquades dan 50 mL larutan
HCl 2 M. Permukaan air harus kurang lebih 1 cm diatas permukaan resin
2. Penyiapan sampel Ni2+ dan Zn2+
a. Siapkan larutan NiCl2 dan ZnCl2, masing-masing 100 ppm sebanyak 10 mL.
b. Tambahkan beberapa tetes larutan dimetilglioksim dan larutan amoniak ke dalam
beberapa tetes larutan NiCl2. Amati perubahan warna yang terjadi.

| 7
c. Tambahkan beberapa tetes larutan amoniak ke dalam beberapa tetes larutan ZnCl2.
Amati perubahan warna yang terjadi.
d. Ambil masing-masing 1,5 mL, masukkan ke dalam labu takar 100 mL, tambahkan 16
mL larutan HCl 12 M dan encerkan hingga tanda batas.
3. Pemisahan ion Ni2+ dan Zn2+
a. Ambil 15 mL sampel dan masukkan ke dalam kolom
b. Tempatkan erlenmeyer di bawah kolom lalu alirkan kran kolom sampai permukaan
cairan tepat diatas permukaan resin
c. Ambil 5 mL larutan HCl 1 M, masukkan ke dalam kolom dan alirkan kembali hingga
permukaan cairan tepat diatas permukaan resin
d. Tambahkan 50 mL larutan HCl 1 M dan alirkan dengan laju 2-3 mL/menit. Tampung
hasilnya dalam erlenmeyer sebagai hasil 1.
e. Tambahkan 50 mL akuades dan alirkan dengan laju 2-3 mL/menit. Tampung
hasilnya dalam erlenmeyer sebagai hasil 2.
f. Tambahkan beberapa tetes larutan dimetilglioksim dan larutan amoniak ke dalam
larutan hasil 1. Amati perubahan warna yang terjadi.
g. Tambahkan beberapa tetes larutan amoniak ke dalam larutan hasil 2.
h. Amati perubahan warna yang terjadi.

D. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


1. Penyiapan sampel Ni2+ dan Zn2+ (
Perlakuan Larutan NiCl2 Larutan ZnCl2

Warna mula-mula Hijau tua jernih Tak berwarna

Warna setelah ditetesi larutan Endapan atau larutan


warna merah
dimetilglioksim dan larutan amoniak
Warna setelah ditetesi larutan amoniak Endapan putih

2. Pemisahan ion Ni2+ dan Zn2+


Perlakuan Larutan Hasil 1 Larutan Hasil 2

Warna mula-mula Hijau tua jernih Tak berwarna

Warna setelah ditetesi larutan Endapan atau larutan


warna merah
dimetilglioksim dan larutan amoniak

| 8
Warna setelah ditetesi larutan amoniak Endapan putih

D. DISKUSI DAN PEMBAHASAN


Melalui praktikum kali ini, dilakukan kromatografi penukar ion secara kualitatif, yang
bertujuan untuk memisahkan campuran sampel yang mengandung ion Ni2+ dan Zn2+. Hal ini
dapat dipisahkan dengan cara penarikan ion pada resin, dalam hal ini Zn2+ akan berikat pada
anion yang terdapat pada resin sehingga dia akan tertinggal, pada resin, itu sudah diregenerasi
dengan HCl pekat, yang bertujuan agar anion anion yang ada pada resin tersebut itu adalah
anion Cl- sementara ion H+ berfungsi untuk mengusir ion ion pengganggu yang ada pada resin
tersebut. Maka dari itu, Zn2+ bisa terjadi pertukaran ion dengan membentuk senyawa kompleks
bersama Cl- , yaitu ZnCl3- dan ZnCl42- dengan reaksi:
Zn2+ + 3HCl ↔ ZnCl3- + 3H+
Zn2+ + 4HCl ↔ ZnCl42- + 4H+
Sementara untuk Ni2+, itu tidak membentuk senyawa kompleks, sehingga tidak bereaksi
dengan Cl-, maka dia adalah sampel pertama yang bakal turun ke pipet buret dan diambil
larutannya, yang mula mula warnanya hijau, apabila diberi dimetilglioksim, itu akan
memberikan warna merah.
Setelah itu diikuti dengan Zn2+, dengan pemberian aquades, ikatan pada resinnya bisa
lepas sehingga didapat larutan hasil 2 yang awalnya tak berwarna, apabila diberi ammonia,
maka akan menghasilkan endapan berwarna putih. Sesuai dengan uji kualitatifnya.

E. KESIMPULAN
Pada Praktikum kali ini yang berjudul “Kromatografi Penukaran Ion” dapat
disimpulkan bahwa, Pada proses pemisahannya, Ni2+ turun terlebih dahulu dikarenakan sifatnya
yang tidak bereaksi dengan Cl- untuk membentuk senyawa kompleks, sehingga didapat hasil
larutan pertama yang ketika diuji dengan dimetilglioksim, itu menujukan warna merah yang
menandakan bahwa yang turun pertama itu adalah ion Ni2+. Setelahnya diikuti oleh Zn2+ yang
masih terikat dengan Cl- membentuk senyawa kompleks ZnCl3- dan ZnCl42-, dengan pemberian
aquades, ionnya dapat turun karena terionisasi, dan diuji hasil larutan keduaya dengan larutan
ammonia, sehingga didapat endapan putih yang menandakan kehadirannya ion Zn2+.

| 9
G. REFERENSI

Alimin, Muh. Yunus dan Irfan Idris. 2010. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press.

Basset, J., dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.

Biyantoro, dkk. 2006. Pemisahan Ce dan Nd Menggunakan Resin Dowex 50W-X8 Melalui
Proses Pertukaran Ion, Jurnal Batan, Vol 9, No 1, Hal 29 – 35.

Christian, G.D. 2004. Analytical Chemistry 6th edition. Washington: John Wiley and Sons Inc.

Day, R. A dan A.L Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Johnson, Edward. L dan Robert Stevenson. 1991. Dasar Kromatografi Cair (Penerjemah:
Kosasih Padmawinata). Bandung: ITB Press.

Lestari, Diyah Erlina dan Setyo Budi Utomo. Karateristik Kinerja Resin Penukar Ion Pada
Sistem Air Bebas Mineral (GCA 01) RSG-GAS (Seminar Nasional III SDM Teknologi Nuklir,
Yogyakarta 21-22 November 2007).

Soebagio, dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang: UM Press.

LAMPIRAN
Soal dan Jawaban PRE-LAB
1. Cari dan perhatikan video (misalnya di youtube) terkait kromatografi penukar ion.
Tuliskan alamat website-nya (bisa lebih dari satu).
a. Proses penyiapan kolom
https://www.youtube.com/watch?v=GiVQkTRuZUs
b. Proses pemisahan dengan kromatografi penukar ion
https://www.youtube.com/watch?v=wFpLgDceBhk
c. Regenerasi resin
https://www.youtube.com/watch?v=Zij-PwFHvBA
2. Berikan contoh-contoh resin penukar ion dan rumus kimianya
• Resin penukar kation bersifat asam kuat (mengandung gugusan HSO3).
o Natrium Polistirena Sulfonat (Na[C8H8SO3])n
• Resin penukar kation bersifat asam lemah (mengandung gugusan –COOH).
o Asam Asetat CH3COOH

| 10
• Resin penukar anion bersifat basa kuat (mengandung gugusan amina tersier atau
kuartener)
o Senyawa dengan gugus Trimetil ammonium (Betaine, Trimetilglisin,
dll.)
• Resin penukar anion bersifat basa lemah (mengandung OH sebagai gugusan
labil)
o Etanolamina (C2H7NO)
3. Bagaimana uji kualitatif untuk membedakan ion Ni2+ dan Zn2+?
• Ni(II)
o Pada setetes larutan cuplikan tambahkan setetes larutan
dimetilglioksim kemudian larutan amoniak, akan terbentuk endapan
atau larutan wama merah.
o Pada larutan cuplikan tambahkan setetes larutan amonium hidroksida,
akan terbentuk endapan hijau yang dapat larut kembali dalam larutan
amonium hidroksida berlebih.
• Zn(II)
o Setetes larutan kalium heksasianoferat akan menghasilkan endapan
putih jika ditambahkan pada setetes larutan cuplikan.
o Setetes larutan kalium K2Hg(SCN), akan menghasilkan endapan putih
jika ditambahkan pada setetes larutan cuplikan.
4. Mengapa untuk memisahkan ion Ni2+ dan Zn2+ digunakan jenis resin penukar anion?
Karena ion Ni2+ dan Zn2+ termasuk kation sehinga untuk melakukan penukan ion harus
menggunakan penukar anion untuk mengikat kation tersebut
5. Mengapa resin penukar anion perlu dicuci dengan beberapa larutan seperti amonia,
akuades, dan HCl sebelum digunakan?
Hal ini dilakukan untuk mencegah kejenuhan pada resin, resin akan cepat mengalami
kejenuhan dalam hitungan hari, untuk mengaktifkan kembali gugus fungsional resin
penukar ion maka dilakukan regenerasi resin dengan cara pencucian mengguankan
akuades, amonia dan HCl
a. Tuliskan reaksi yang terjadi pada saat resin dicuci dengan amonia
NH3 + H2O ↔ NH4+ + OH-
RN(CH3)3+[ZnCl3]- + OH- ↔ RN(CH3)3+OH- + [ZnCl3]-
RN(CH3)3+[Zn0043l4]2- + OH- ↔ RN(CH3)3+OH- + [ZnCl3]2-

| 11
b. Tuliskan reaksi yang terjadi pada saat resin dicuci dengan HCl
nRCl- + OH- ↔ ROH- + Cl-
6. Apa fungsi penambahan larutan HCl 12 M pada penyiapan sampel Ni2+ dan Zn2+.
Tuliskan reaksi yang terjadi.
Sampel yang telah mengandung Ni2+ dan Zn2+. Diencerkan dan diasamkan
menggunakan HCl 12 M yang berfungsi membentuk senyawa kompleks dengan Zn
menghasilkan klorozinkat yang bermuatan negative dan stabil
Reaksi :
Zn2+ + 3HCl ↔ ZnCl3- + 3H+
Zn2+ + 4HCl ↔ ZnCl4- + 4H+
7. Pada saat proses pemisahan ion Ni2+ dan Zn2+
a. Jelaskan interaksi yang terjadi pada saat penambahan 50 mL larutan HCl 1 M dan
penambahan 50 mL akuades.
Pada tahap ini HCl ditambahkan untuk mendorong dan menggantikan ion-ion yang
ada pada resin, prosesn regenerasi ini mengaktifkan kembali gugus fungsi pada
resin, serta kation-kation penggangupun akan hilang karena terdorong oleh H+ dari
HCl
Penambahan akuades bertujuan untuk mengelusi, harus menggunakan akuades
karena sudah tidak terdapat ion ion pengotor yang dapat mengsubtitusi resin dan
menyebabkan kesalahan,
b. Tuliskan reaksi yang terjadi.
NiCl2 ↔ Ni2+ + Cl-
2Rz-OH + 2Cl- ↔ Rz-Cl- + OH-
Ni2+ +2OH- ↔ Ni(OH)2
c. Mengapa laju alir dibuat perlahan-lahan (2-3 mL/menit)?
Tujuannya adalah untuk memperlambat waktu kontak antara resin dan eluen
sehingga proses dapat optimal

| 12

Anda mungkin juga menyukai