Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK

TITRASI REDOKS :
TITRASI PEMANGANOMETRI & TITRASI IODOMETRI

Oleh Kelompok 3 Offering D


1. Abdur Rahman Rizqi 190331622825
2. Dhimas Bagus Kurniawan 190331622887
3. Hasybi Mantika 190331622886
4. Siti Khalifah Qonata Fajrin 190331622866

Jurusan Kimia- Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
TUJUAN
Setelah melakukan praktikum mahasiswa diharapkan mampu
1. Melakukan standarisasi kalium permanganat dengan titrasi permanganometri
2. Melakukan standarisasi natrium tiosulfat dengan titrasi iodometri
3. Menentukan kadar nitrit dengan titrasi permanganometri
4. Menentukan kadar tembaga dengan titrasi iodometri
DASAR TEORI
Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang didasarkan pada terjadinya reaksi
reduksi dan oksidasi pada zat pentitrasi dengan zat yang dititrasi. Reaksi reduksi
merupakan suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu elektron atau lebih,
sebaliknya, oksidasi merupakan proses yang mengakibatkan hilangnya satu elektron
atau lebih dari suatu zat.
Jenis-jenis titrasi redoks yaitu titrasi permanganometri, kromatometri, dan
iodometri. Titrasi permanganometri menggunakan kalium permanganat, KMnO 4
sebagai larutan standar dengan metode reduksi ion permanganat MnO 4- menjadi Mn2+
dalam suasana asam. Larutan yang berperan sebagai indikator merupakan larutan
standarnya sendiri (autoindikator).
Titrasi yang melibatkan iodin merupakan titrasi iodometri dan iodimetri. Titrasi
iodometri mrupakan titrasi redoks secara tidak langsung yang menggunakan larutan
N2S2O3 sebagai titran untuk menentukan kadar iodium sedangkan iodimetri
merupakan titasi redoks secara langsung. Iodium merupakan zat pengoksidasi yang
dapat digunakan untuk mentitrasi zat pereduksi yang cukup kuat.
ALAT DAN BAHAN
A. Alat B. Bahan
 Erlenmeyer  Kawat kasa  Larutan K₂Cr₂O₇ 0,1N
 Gelas kimia  Kaki tiga  Larutan KMnO₄ 0,1N
 Pipet volumetric  Spiritus  Larutan Na₂C₂O₄ 0,1N
 Termometer  Klem  Larutan Na₂S₂O₃ 0,1N
 Batang pengaduk  Statif  Larutan CuSO₄ 0,1M
 Pipet tetes  Amilum 1%
 Bola penghisap  H₂SO₄ pekat
 Buret  Sampel NO₂
LANGKAH KERJA
1. Standarisasi KMnO4 dengan Na2C2O4

Na2C2O4
− Diambil 10 mL menggunakan pipet volume
− Dimasukan kedalam labu Erlenmeyer
− Ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat
− Dipanaskan sampai 70 ͦ C
− Dititrasi dengan larutan standar KMnO4
− Dicatat volume saat terjadi perubahan warna menjadi merah muda keunguan

Hasil
LANGKAH KERJA
2. Penetapan Kadar Nitrit
Larutan KMnO₄
− diambil sebanyak 10 mL
− dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
− ditambahkan 5 tetes larutan H₂SO₄ pekat
− dipanaskan hinggal 40°C
− dititrasi dengan larutan KNO₂
− diamati perubahan yang terjadi
− dicatat volume KNO₂ yang digunakan
− diulangi percobaan sebanyak 2 kali
Hasil
ALUR KERJA/LANGKAH KERJA
3. Standarisasi Natrium Tiosulfat dengan Kalium Bikromat

Larutan Kalium Bikromat


− Diambil 10 mL larutan kalium bikromat 0,1 N dengan pipet volume.
− Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
− Ditambahkan 2 mL HCl pekat
− Ditambahkan 15 mL KI 0,1 N
− Ditutup Erlenmeyer dengan kaca arloji
− Didiamkan kurang lebih 5 menit di tempat gelap
− Dititrasi dengan larutan tiosulfat hingga larutan menjadi kuning
− Ditambahkan indikator amilum sebanyak 3 tetes
− Dilanjutkan titrasi hingga larutan tidak berwarna

Hasil
ALUR KERJA/LANGKAH KERJA
4. Penetapan Kadar Tembaga dalam CuSO4
Larutan sampel CuSO4

– dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 10 mL dengan pipet volume


– ditambahkan 10 mL larutan KI 0,1 N

– dititrasi dengan larutan tiosulfat hingga larutan berwarna kuning

– ditambahkan 3 tetes indikator amilum


– dititrasi dengan larutan tiosulfat hingga warna warna biru hilang

– dicatat volume tiosulfat yang digunakan (dari awal titrasi hingga warna biru tepat
hilang )
Hasil
DATA PENGAMATAN
1. Standarisasi KMnO4 dengan Na2C2O4
Hasil Pengamatan
Perlakuan Sebelum Setelah Volume Persamaan Reaksi
Reaksi Reaksi
Natrium oksalat Natrium Terbentuk 10 mL 2Na+ (aq) + C2O42- (aq) + H2SO4(l)H2C2O4
+ asam sulfat oksalat: endapan (aq)+ Na2SO4(s)
pekat Larutan bewarna
tidah putih
bewarna
Dititrasi dengan Asam sulfat: Larutan 9,7 mL 2MnO4-(aq) + 5H2C2O4(aq) + 6H+(aq)
kalium larutan tidak bewarna 2Mn2+(aq) + 10CO2(aq) + H2O(l)
permanganat merah muda 9,7 mL
bewarna
KMnO4: keunguan
larutan
bewarna
ungu
DATA PENGAMATAN

2. Penetapan Kadar Nitrit


Sampel Wujud Perlakuan Hasil pengamatan
Ditambahkan 5 tetes H₂SO₄ pekat Larutan berwarna ungu

10 ml Dipanaskan hingga suhu 40°C Larutan berwarna ungu


Cairan
larutan
Berwarna Dititrasi dengan larutan KNO₂ Larutan tidak berwarna
KMnO₄
ungu pekat
Penggunaan larutan KNO₂ percobaan 1 5 ml
Penggunaan larutan KNO₂ percobaan 2 5 ml

Volume rata-rata KNO₂ yang digunakan yaitu sebanyak 5 ml


DATA PENGAMATAN
3. Standarisasi Natrium Tiosulfat dengan Kalium Bikromat
Sampel Wujud Perlakuan Hasil pengamatan
Diambil larutan kalium bikromat 0,1 N Volume larutan 10 mL
Ditambahkan 2 mL HCl pekat Larutan berwarna cokelat
Ditambahkan 15 mL larutan KI 0,1 N Larutan berwarna cokelat
Didiamkan kurang lebih 5 menit di Larutan berwarna cokelat
tempat gelap kehitaman
Kalium Larutan Dititrasi dengan larutan natrium
bikromat, berwarna Larutan berwarna kuning
tiosulfat
K₂Cr2O7(aq) kuning Ditambahkan 3 tetes indikator amilum Larutan berwarna biru tua
Larutan tidak berwarna
Dititrasi lagi dengan larutan natrium Volume larutan Na2S2O3 yang
tiosulfat
dibutuhkan 10,3 mL
Volume larutan Na2S2O3 yang
Diulangi proses titrasi sebanyak satu kali
digunakan 10,2 mL
DATA PENGAMATAN
4. Penetapan Kadar Tembaga dalam Larutan CuSO4
Hasil Pengamatan
Sampel Perlakuan
Sebelum Reaksi Setelah Reaksi
dimasukkan ke dalam Larutan CuSO4 : larutan berwarna biru
erlenmeyer sebanyak
10 mL dengan pipet
volume

ditambahkan 10 mL Larutan CuSO4 : larutan berwarna biru Larutan bewarna


larutan KI 0,1 N Larutan KI : larutan tidak berwarna kuning kecoklatan
Larutan CuSO4 dititrasi dengan larutan Titrat : Larutan bewarna kuning Larutan berwarna
tiosulfat hingga larutan kecoklatan kuning muda
berwarna kuning Larutan Na2S2O4 : larutan tidak berwarna

ditambahkan 3 tetes Hasil titrasi : Larutan berwarna kuning Larutan berwarna


indikator amilum muda biru tua
Larutan indikator amilum : larutan tidak
berwarna
DATA PENGAMATAN
4. Penetapan Kadar Tembaga dalam Larutan CuSO4
Hasil Pengamatan
Sampel Perlakuan
Sebelum Reaksi Setelah Reaksi

dititrasi dengan larutan Titrat : Larutan berwarna Larutan berwarna putih


biru tua keruh
tiosulfat hingga warna Larutan Na2S2O4 : larutan
Larutan CuSO4
warna biru hilang tidak berwarna

Percobaan Volume larutan tiosulfat yang


digunakan untuk titrasi
1 6,8 mL
2 6,8 mL
Volume rata-rata 6,8 mL
ANALISIS DATA & PEMBAHASAN
1. Standarisasi KMnO4 dengan Na2C2O4
Sebelum dititrasi dengan larutan standar, penambahan asam sufat pada larutan natrium
oksalat menghasilkan endapan putih, dengan reaksi sebagai berikut:
2Na+(aq) + C2O42-(aq) + H2SO4(aq) H2C2O4 (aq)+ Na2SO4(s)
Endapan putih tersebut berasal dari natrium sulfat. Pada reaksi ini terjadi reaksi non-
redoks, yaitu pertukaran ganda (metatesis). Saat dititrasi terjadi terjadi reaksi sebagai
berikut:
2MnO4-(aq) + 5H2C2O4(aq) + 6H+(aq) 2Mn2+(aq) + 10CO2(aq) + H2O(l)
+7 +2 +4
reduksi +3
oksidasi
2MnO4-(aq) + 8H+ (aq) + 5e-  Mn2+ (aq)+ 4H2O (l) E ͦ = 1,507 V
Pada titrasi ini terjadi reaksi redoks, ion MnO 4- tereduksi menjadi ion Mn2+ dan atom
karbon pada asam oksalat teroksidasi menjadi CO2.
ANALISIS DATA & PEMBAHASAN
1.
 
• Standarisasi KMnO4 dengan Na2C2O4
Dalam larutan yang bersifat asam kuat (adanya H2SO4), KMnO4 berperan sebagai
indikator, setelah diteteskan ke natrium oksalat tidak menghasilkan warna karena produk
yang terbentuk merupakan ion Mn2+. Titik akhir titrasi ditandakan dengan adanya warna
merah muda pada larutan yang berasal dari ion MnO 4-.
Konsentrasi larutan KMnO4 dapat diketahui dari perhitungan berikut:

Jadi konsentrasi larutan standar KMnO4 yaitu 0,103N


ANALISIS DATA & PEMBAHASAN
2. Penetapan Kadar Nitrit

Pada percobaan ini, untuk menentukan kadar nitrit maka dilakukan titrasi permanganometri. Pada
umumnya yang berperan sebagai titran adalah kalium permanganat, namun pada percobaan kali ini kalium
permanganat berperan sebagai analit, sedangkan yang berperan sebagai titrannya adalah kalium nitrit. Hal
tersebut dikarenakan apabila nitrit bereaksi dengan asam sulfat, maka akan terbentuk asam nitrit yang
mudah menguap dan tidak stabil, sehingga hal tersebut akan mengurangi keakuratan dalam proses titrasi
untuk menentukan titik akhir titrasi. Oleh karena itu, dilakukanlah titrasi secara terbalik.
Langkah awal pada percobaan ini yaitu dengan meneteskan sebanyak 5 tetes H₂SO₄ pekat kedalam 10 ml
larutan KMnO₄ pada erlenmeyer. Tujuan penambahan 5 tetes H₂SO₄ pekat yaitu agar dapat mempercepat
laju reaksi dalam keadaan asam, oleh karena itu H₂SO₄ pekat berperan sebagai katalisator dalam titrasi ini.
Reaksi yang terjadi, yaitu:
MnO₄⁻(aq) + 8H⁺(aq) + 5e  Mn²⁺(aq) + 4H₂O(l)
ANALISIS DATA & PEMBAHASAN
2. Penetapan Kadar Nitrit

Selanjutnya, larutan KMnO₄ yang telah ditetesi asam sulfat pekat dipanasakan hingga suhu 40°C dan kemudian
dititrasi dengan menggunakan larutan kalium nitrit, KNO₂. Sehingga persamaan reaksi yang terjadi yaitu:
2MnO₄⁻(aq) + 5NO₂⁻(aq) + 6H⁺(aq)  2Mn²⁺(aq) + 3H₂O(l) + 5NO₃⁻(aq)
+7 +3 +2 +5

Oksidasi
Reduksi

Titrasi yang dilakukan tanpa tambahan indikator dari luar (extern indicator) hal tersebut dikarenakan larutan
KMnO₄ selain berperan sebagai larutan standar, juga berperan sebagai indikator (autoindicator). Terjadinya
perubahan warna larutan dari warna ungu ke larutan tidak berwarna menunjukkan bahwa titik akhir titrasi telah
tercapai, hal tersebut dikarenakan MnO₄⁻ berwarna ungu telah direduksi menjadi Mn²⁺ larutan tidak berwarna.
Sehingga penambahan titran harus segera dihentikan. Dari hasil percobaan yang dilakukan sebanyak 2 kali, maka
diperoleh volume rata-rata titran, KNO₂ yang digunakan pada titrasi ini sebanyak 5 ml. Berdasarkan volume yang
diperoleh maka dapat hitung kadar nitrit didalam larutan KNO₂, dengan perhitungan sebagai berikut:
ANALISIS DATA & PEMBAHASAN
2. Penetapan Kadar Nitrit
 Dari hasil percobaan, maka diketahui:
Ditanyakan:
Volume KMnO₄ = 10 mL kadar nitrit?
Normalitas KMnO₄ = 0,103 N
Volume rata –rata KNO₂ yang terpakai = 5 mL
Penyelesaian:
 Menentukan konsentrasi KNO₂
N KMnO₄ x V KMnO₄ = N KNO₂ x V KNO₂
0,103 N x 10 mL = N KNO₂ x 5 mL
N KNO₂ = = = 0,206 N

  KNO₂ = = = 0,103 M
M
ANALISIS DATA & PEMBAHASAN
2. Penetapan Kadar Nitrit
  Menentukan massa KNO₂
M KNO₂ = x
0,103 M= x
Massa =
Massa = 0,044 gram
 Massa NO₂⁻   Menentukan kadar NO₂⁻
Massa NO₂⁻ = x massa % NO₂⁻ = x 100%
Massa NO₂⁻ = x 0,044 gram % NO₂⁻ = x 100%
Massa NO₂⁻ = 0,024 gram % NO₂⁻ = 54,54%
Jadi, kadar nitrit didalam larutan adalah
sebesar 54,54%
ANALISIS DATA & PEMBAHASAN
3. Standarisasi Larutan Natrium Tiosulfat dengan Kalium Bikromat
Reaksi yang terjadi ketika larutan kalium bikromat ketika ditambahkan dengan larutan asam
klorida pekat dan larutan kalium iodida adalah reaksi reduksi-oksidasi. Larutan kalium bikromat
bertindak sebagai oksidator sedangkan larutan kalium iodida berperan sebagai reduktor. Larutan
asam klorida pekat berperan untuk mengasamkan larutan kalium bikromat sehingga reaksi dapat
berlangsung secara spontan.
K2Cr2O7(aq) + 14HCl(aq) + 6KI(
-1
aq) → 2CrCl
+3 3
(aq) + 3I2(aq) + 8KCl(aq) + 7H2O(l)
+7 0
Reduksi
Oksidasi

Dengan setengah reaksinya adalah sebagai berikut;


Oksidasi : 2I-(aq) → I2(aq) + 2e-
Reduksi : Cr2O72-(aq) + 14H+(aq) + 6e- → 2Cr3+(aq) + 7H2O(l)
ANALISIS DATA & PEMBAHASAN
3. Standarisasi Larutan Natrium Tiosulfat dengan Kalium Bikromat
Campuran larutan tersebut diletakkan di tempat yang gelap karena KI dapat dengan mudah
menguap ketika ada sinar matahari. Jika larutan KI menguap, maka iodin yang terbentuk semakin
berkurang. Reaksi di atas menghasilkan I2 yang membuat larutan berwarna cokelat kehitaman.

Selanjutnya I2 inilah yang akan dititrasi dengan natrium tiosulfat sesuai dengan persamaan reaksi
berikut

0I2(aq) + 2Na2+2
S2O3(aq) → 2NaI(
-1 aq) + Na2S4O6(aq)
+5
 2
Reduksi
Oksidasi

Dengan setengah reaksinya adalah sebagai berikut ;


Oksidasi : 2S2O32-(aq) → S4O62-(aq) + 2e-
ANALISIS DATA & PEMBAHASAN
3. Standarisasi Larutan Natrium Tiosulfat dengan Kalium Bikromat
Perubahan warna larutan menjadi kuning menunjukkan bahwa iodin dalam Erlenmeyer tersebut
hampir habis bereaksi. Pada saat ini ditambahkan indikator amilum. Indikator amilum ini sering
digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan iodin. Indikator amilum tidak ditambahkan di
awal proses titrasi untuk mencegah adanya senyawa iod-amilum yang dapat memperlambat
reaksinya dengan larutan natrium tiosulfat.
Warna biru pada larutan dalam Erlenmeyer mengindikasikan bahwa dalam larutan tersebut
masih terdapat iodin. Titrasi dilanjutkan hingga iodin habis bereaksi, hal ini ditunjukkan dengan
perubahan warna larutan dalam Erlenmeyer menjadi tidak berwarna.
ANALISIS DATA & PEMBAHASAN
 
•3. Standarisasi Larutan Natrium Tiosulfat dengan Kalium Bikromat

Volume larutan K2Cr2O7 = 10 mL

Normalitas larutan K2Cr2O7 = 0,1 N

Volume rata-rata larutan Na2S2O3 = = 10,25 mL

N Na2S2O3 × V Na2S2O3 = N K2Cr2O7 × V K2Cr2O7

N Na2S2O3 =

N Na2S2O3 =

N Na2S2O3 = 0,098 N
ANALISIS DATA & PEMBAHASAN
4. Penetapan Kadar Tembaga dalam Larutan CuSO4
 Pada percobaan penetapan kadar tembaga dalam larutan CuSO , mula-mula 10 mL larutan CuSO
4 4

(larutan berwarna biru) di tambahkan dengan larutan KI 0,1 N sebanyak 10 mL (larutan tidak
berwarna) menghasilkan larutan berwarna kuning kecoklatan yakni larutan CuI dan larutan I 3-,
dimana persamaan reaksinya sebagai berikut :
CuSO4(aq) + 2KI(aq) CuI(aq) + K2SO4(aq) +I3-(aq)

Reaksi tersebut merupakan reaksi redoks, dimana CuSO 4 bertindak sebagai oksidator, sedangkan
KI bertindak sebagai reduktor. Unsur Cu mengalami reduksi, dimana mula-mula Cu memiliki
bilangan oksidasi +2 pada CuSO4 kemudian mengalami penurunan bilangan oksidasi menjadi
bilangan oksidasi +1 pada CuI, sedangkan unsur I mengalami oksidasi dimana mula-mula I
memiliki bilangan oksidasi -1 pada KI kemudian mengalami penurunan bilangan oksidasi
menjadi biloks - pada I3-.
ANALISIS DATA & PEMBAHASAN
4. Penetapan Kadar Tembaga dalam Larutan CuSO4
 Selanjutnya larutan dititrasi dengan larutan Na S O (larutan tidak berwarna) hingga larutan
2 2 3

berubah warna menjadi kuning muda , dengan persamaan sebagai berikut :


2Na2S2O3(aq) + I3-(aq) 2NaI(aq) + Na2S4O6(aq)

Pada reaksi ini merupakan reaksi redoks dimana Na 2S2O3 bertindak sebagai agen pereduksi

karena mengalami oksidasi yaitu unsur S pada Na 2S2O3 mula-mula memiliki bilangan oksidasi +2

menjadi bilangan oksidasi +2,5 pada Na 2S4O6 . Sedangkan I3- bertindak sebagai agen pengoksidasi

karena mengalami reduksi, dimana unsur I, mula-mula memiliki bilangan oksidasi - pada I 3- ,
kemudian mengalami penurunan bilangan oksidasi menjadi -1 pada NaI . Hal ini ditandai dengan
berubahnya warna larutan menjadi kuning muda, yang mengindikasikan I 3- sedikit lagi akan
mencapai titik akhir titrasi.
ANALISIS DATA & PEMBAHASAN
4. Penetapan Kadar Tembaga dalam Larutan CuSO4
 Selanjutnya larutan ditambahkan dengan indikator amilum 1% (larutan tidak berwarna)

menghasilkan larutan berwarna biru tua, dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
I-(aq) + amilum(aq) I-amilum(aq)
Kemudian larutan tersebut dititrasi lagi dengan larutan tiosulfat hingga warna biru pada larutan
tepat hilang, yang kemudian menghasilkan larutan putih keruh. Dengan persamaan reaksi sebagai
berikut :
2Na2S2O3 (aq) + 2I-amilum(aq) 2NaI(aq) + 2amilum(aq) + Na2S4O6(aq)
Terbentuk larutan putih keruh menandakan bahwa semua I - yang ada terlah bereaksi dengan
larutan tiosulfat. Diperoleh volume larutan tiosulfat yang digunakan dalam titrasi sebanyak 6,8
mL
ANALISIS DATA & PEMBAHASAN
4. Penetapan Kadar Tembaga dalam Larutan CuSO4

 Untuk menentukan kadar tembaga dalam sampel larutan CuSO 4 sebagai berikut :

Diketahui :  

Ditanya : Kadar Cu = ?

Penyelesaian :

M
ANALISIS DATA & PEMBAHASAN
4. Penetapan Kadar Tembaga dalam Larutan CuSO4
 

Kadar Cu pada larutan CuSO4 sebesar


KESIMPULAN
 Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yakni;

1. Hasil standarisasi KMnO4 dengan titrasi permanganometri yaitu 0,103 N


2. Hasil standarisasi Na2S2O3 dengan titrasi iodometri yaitu 0,098 N
3. Kadar nitrit didalam larutan kalium nitrit, KNO₂ yaitu sebesar 54,54%
4. Kadar Cu pada larutan CuSO4 sebesar
DAFTAR PUSTAKA

 KBK Kimia Analitik. 2019. Dasar-Dasar Kimia Analitik. Malang: Jurusan Kimia Universitas
Negeri Malang
 Skoog, Douglas West, Donald Holler, James Crouch Stanley. 2014. Fundamental of Analytical
Chemistry, Ninth Edition. Belmont : Brooks/Cole
 Day, R.A dan A.L Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam . Jakarta: Erlangga
 Svehla, G. 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro Edisi
Kelima Jilid I dan II. Alih Bahasa:Setiono, A.Hadiyana. Jakarta:Kalman Media Pustaka
PERTANYAAN
1. Sebutkan indikator yang digunakan dalam kedua jenis titrasi redoks dalam percobaan ini!
Jawab :
Titrasi permanganometri menggunakan auto-indikator yakni larutan KMnO 4 yang bertindak
sebagai titran sekaligus indikator
Titrasi iodometri menggunakan indikator amilum untuk mengidentifikasi adanya iodin dalam
larutan, serta menunjukkan titik akhir titrasi yakni ketika iodin telah habis bereaksi
PERTANYAAN
2. Mengapa pada beberapa titrasi iodometri indikator ditambahkan di tengah titrasi (bukan di
awal titrasi)?
Jawab :
Indikator pada beberapa titrasi iodometri ditambahkan pada larutan ketika hampir mencapai
titik ekuivalen. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan adanya senyawa iod-amilum
yang dapat memperlambat reaksi antara iodin dengan titran. Jika indikator ditambahkan di awal
titrasi, senyawa iod-amilum lebih mudah untuk terbentuk. Akibatnya iodin bereaksi lambat
dengan titran dan menyebabkan overkonsumsi titran. Sehingga titik akhir titrasi menjadi kurang
tepat.
PERTANYAAN
  Carilah semua reaksi yang mendasari titrasi permanganometri dan iodometri. Dalam proses
3.
standarisasi dan penetapan kadar!
Jawab :
 Standarisasi KMnO4 dengan natrium oksalat
2KMnO4(aq) + 5Na2C2O4(aq) + 8H2SO4(aq)  2MnSO4(aq) + 10CO2(aq) + 8H2O(l) +
K2SO4(aq) + 5Na2SO4(aq)
 Penetapan kadar nitrit
2KMnO₄(aq) + 5KNO₂(aq) + 3H2SO4(aq)  2MnSO4(aq) + 3H₂O(l) + 5KNO₃(aq) + K2SO4(aq)
 Standarisasi Na2S2O3 dengan kalium bikromat
K2Cr2O7(aq) + 14HCl(aq) + 6KI(aq) → 2CrCl3(aq) + 3I2(aq) + 8KCl(aq) + 7H2O(l)
I2(aq) + 2Na2S2O3(aq) → 2NaI(aq) + Na2S4O6(aq)
 Penetapan kadar tembaga
CuSO4(aq) + 2KI(aq) CuI(aq) + K2SO4(aq) +I3-(aq)
2Na2S2O3 (aq) + 2I-amilum(aq) 2NaI(aq) + 2amilum(aq) + Na2S4O6(aq)
LAMPIRAN FOTO
Bahan-Bahan

K₂Cr₂O₇ 0,1N KMnO₄ 0,1N Na₂C₂O₄ 0,1N Na₂S₂O₃ 0,1N

CuSO₄ 0,1M Amilum 1% H₂SO₄ pekat di Sampel NO₂


lemari asam
LAMPIRAN FOTO
1. Standarisasi Kalium Permanganat

Diambil 10 ml larutan Na₂C₂O₄ Ditambahkan H₂SO₄ pekat 1 ml Dipanaskan hingga suhu 70°C

Penggunaan KMnO₄
Dititrasi dengan larutan KMnO₄ Hasil titrasi sebanyak 9,7 ml
LAMPIRAN FOTO
2. Penetapan Kadar Nitrit

Diambil 10 ml larutan KMnO₄ Ditambahkan 5 tetes H₂SO₄ pekat Dipanaskan hingga suhu 40°C

Penggunaan KNO₂
Dititrasi dengan larutan KNO₂ Hasil titrasi sebanyak 5 ml
LAMPIRAN FOTO
3. Standarisasi Natrium Tiosulfat dengan Kalium Bikromat

Penambahan larutan kalium bikromat Penambahan larutan HCl pekat 2 Penampakan larutan setelah Penampakan larutan yang telah
ke dalam erlenmeyer sebanyak 10 mL mL kedalam erlenmeyer penambahan larutan HCl pekat 2 mL didiamkan selama ± 5 menit di
tempat gelap

Penambahan larutan KI 0,1N sebanyak Dititrasi larutan dengan larutan Titik akhir titrasi dengan larutan Penambahan indikator amilum
15 mL ke dalam erlenmeyer Na2S2O4 hingga larutan berwarna Na2S2O3 , dihasilkan larutan kuning sebanyak 3 tetes
kuning
LAMPIRAN FOTO

3. Standarisasi Natrium Tiosulfat dengan Kalium Bikromat

Penampakan larutan setelah Larutan dititrasi dengan larutan Titik akhir titrasi, yakni dihasilkan Volume larutan Na2S2O3 yang
ditambahkan larutan indikator amilum Na2S2O3 hingga larutan berwana larutan berwarna hijau digunakan titrasi sebanyak 10,3 mL
3 tetes hijau
LAMPIRAN FOTO
4. Penentuan Kadar Tembaga dalam CuSO4

Penambahan larutan CuSO4 sebanyak 10 Ditambahkan larutan KI 0,1N Larutan dititrasi dengan larutan Titik akhir titrasi dengan larutan
mL (larutan berwana biru ) sebanyak 10 mL (larutan Na2S2O3 hingga berubah warna Na2S2O3 menghasilkan larutan
berwarna kuning kecoklatan menjadi kuning muda berwarna kuning muda

Penambahan larutan indikator amilum Larutan yang telah ditambahkan Titik akhir titrasi dengan larutan Volume larutan Na2S2O3 yang
pada larutan yang telah dititrasi dengan dengan indiikator amilum 1% Na2S2O3 , dihasilkan larutan putih digunakan titrasi sebanyak 6,8 mL
larutan Na2S2O3 dititrasi kembali dengan larutan keruh
Na2S2O3

Anda mungkin juga menyukai