Anda di halaman 1dari 21

PERCOBAAN 11

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR KIMIA ANALITIK

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

OLEH :

KELOMPOK 04 / OFF. G

1. AISYAH NURATIKHOH* 150332604825


2. ARIK MUHAMMAD FAJAR 150332604511
3. NURHAYATI RAHAYU 150332601690

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

November, 2016
1. Judul Percobaan : Titrasi Kompleksometri
2. Tujuan Percobaan :
a. Mahasiswa dapat melakukan standardisasi larutan EDTA.
b. Mahasiswa dapat menentukan kadar seng dalam suatu sampel.
c. Mahasiswa dapat menentukan kesadahan total dari sampel air.
3. Dasar Teori :
Titrasi kompleksometri didasarkan pada reaksi pembentukan kompleks antara
analit dengan titran. Senyawa kompleks terbentuk dari reaksi antara ion logam
dengan suatu ligan. Dalam titrasi kompleksometri, ligan yang paling sering
digunakan adalah senyawa etilen diamin tetra asam asetat (EDTA). Persamaan
reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut.
Mn+ + H2Y2- ⇌ MY(n-4)+ + 2H+
dimana M adalah ion logam, sedangkan H 2Y2- adalah senyawa EDTA. Dalam
reaksi tersebut selalu dihasilkan ion H+ sehingga dalam pelaksanaan titrasi harus
ditambahkan larutan buffer. pH pada pembentuksn kompleks dari setiap ion
logam tidak sama, misalnya untuk penentuan ion Ca(II) dan Mg(II) diperlukan pH
diatas 10 sedangkan untuk ion Zn(II) dan Cu(II) titrasi dapat dilakukan pada pH
tepat 10.
Penetapan titrasi kompleksometri antara lain adalah dalam penentuan
kesadahan air, kadar logam (misal nikel atau seng) dalam suatu mineral, atau
kadar aluminium dalam suatu deodoran. Titrasi kompleksometri tidak hanya
untuk penentuan suatu ion logam, tetapi dapat diterapkan pula untuk penentuan
ion sianida yang direaksikan dengan ion perak(I).

4. Alat dan Bahan


4.1. Alat
a. Neraca analitik (ketelitian 0,1 mg)
b. Spatula
c. Kaca arloji
d. Gelas kimia 100 mL
e. Pipet tetes
f. Batang pengaduk
g. Corong gelas
h. Labu takar 100 mL
i. Botol semprot
j. Buret
k. Erlenmeyer
l. Pipet volume
m. Statif, dan
n. Klem

4.2. Bahan
a. Larutan kalsium karbonat
b. Buffer pH 10
c. Indikator EBT
d. Sampel Zink (II)
e. Larutan EDTA
f. Sampel air kran

5. Prosedur Kerja
5.1. Standardisasi Larutan EDTA
Larutan EDTA
- Dimasukkan 10 mL larutan standar kalsium karbonat ke dalam
erlenmeyer.
- Ditambahkan 7 tetes larutan NaOH.
- Diukur pH dengan menggunakan indikator universal (pH yang
diperlukan adalah 10).
- Ditambahkan 5 mL larutan buffer pH 10.
- Ditambahkan 1 sendok takar indikator EBT.
- Dititrasi dengan larutan EDTA.
- Dicatat volume EDTA yang diperlukan.
- Diulangi percobaan 1 kali lagi (duplo).
- Dihitung konsentrasi larutan EDTA
Hasil pengamatan
5.2. Penetapan Kadar Seng dalam Sampel
Sampel Seng
- Dimasukkan 10 mL larutan sampel seng (II) ke dalam erlenmeyer.
- Ditambahkan 5 mL larutan NaOH.
- Diukur pH dengan menggunakan indikator universal (pH yang
diperlukan adalah 10)
- Ditambahkan 10 mL larutan buffer pH 10.
- Ditambahkan 1 sendok takar indikator EBT.
- Dititrasi dengan larutan EDTA.
- Dicatat volume EDTA yang diperlukan.
- Diulangi percobaan 1 kali lagi (duplo).
- Dihitung kadar seng dalam sampel.
Hasil pengamatan

5.3. Penetapan Kesadahan Total Air


Sampel air
- Dimasukkan 10 mL sampel air kran ke dalam erlenmeyer.
- Ditambahkan 6 tetes larutan NaOH.
- Diukur pH dengan menggunakan indikator universal (pH yang
diperlukan adalah 10)
- Ditambahkan 10 mL larutan buffer pH 10.
- Ditambahkan 1 sendok takar indikator EBT.
- Dititrasi dengan larutan EDTA.
- Dicatat volume EDTA yang diperlukan.
- Diulangi percobaan 1 kali lagi (duplo).
- Dihitung kadar seng dalam sampel.
Hasil pengamatan

6. Data Pengamatan
6.1. Standardisasi Larutan EDTA
Perlakuan Hasil Pengamatan
10 mL larutan kalsium karbonat Larutan tidak berwarna dan
ditambahkan dengan 7 tetes memiliki pH 10
larutan NaOH

Ditambahkan 5 mL larutan buffer Larutan tidak berwarna


pH 10

Ditambahkan 1 sendok takar Larutan berubah warna menjadi


indikator EBT merah anggur

Dititrasi dengan larutan EDTA Warna larutan menjadi biru


Volume EDTA yang digunakan
No Volume EDTA
yang dibutuhkan
(mL)
1. 10,60
2. 10,30
3. 9,70
4. 10,10
5. 10,10
6. 10,10
7. 10,00
8. 10,30
9. 9,90
10. 9,50
11. 10,50
12. 10,00
13. 10,30
14. 10,50
15. 10,00
16. 9,90

6.2. Penetapan Kadar Seng dalam Sampel


Perlakuan Hasil Pengamatan
10 mL larutan sampel seng (II) Larutan tidak berwarna dan
ditambahkan dengan 5 mL larutan memiliki pH 10
NaOH

Ditambahkan 10 mL larutan buffer Larutan tidak berwarna


pH 10
Ditambahkan 1 sendok takar Larutan berubah warna menjadi
indikator EBT merah anggur

Dititrasi dengan larutan EDTA Warna larutan menjadi biru

Volume EDTA yang digunakan


No Volume EDTA
yang dibutuhkan
(mL)
1. 7,30
2. 7,90
3. 5,70
4. 6,00
5. 5,90
6. 5,70
7. 5,80
8. 6,00
9. 10,90
10. 9,50
11. 5,90
12. 5,50
13. 5,80
14. 6,80
15. 5,60
16. 5,90

6.3. Penetapan Kesadahan Total Air


Perlakuan Hasil Pengamatan
10 mL larutan sampel air Larutan tidak berwarna dan
ditambahkan dengan 6 tetes memiliki pH 10
larutan NaOH

Ditambahkan 5 mL larutan buffer Larutan tidak berwarna


pH 10

Ditambahkan 1 sendok takar Larutan berubah warna menjadi


indikator EBT merah anggur
Dititrasi dengan larutan EDTA Warna larutan menjadi biru

Volume EDTA yang digunakan


No Volume EDTA
yang dibutuhkan
(mL)
1. 3,40
2. 4,50
3. 1,60
4. 1,80
5. 1,50
6. 1,20
7. 1,10
8. 1,20
9. 1,80
10. 1,20
11. 1,70
12. 1,40
13. 2,00
14. 1,80
15. 1,10
16. 1,30

7. Analisa Data dan Pembahasan


Titrasi kompleksometri adalah metode analitik kuantitatif berdasarkan
pada pembentukan senyawa kompleks. Kompleks terbentuk dari reaksi ion
logam, yaitu kation dengan suatu anion atau molekul netral. Ion logam
didalam kompleks disebut atom pusat dan kelompok yang terikat pada atom
pusat disebut ligan. Jumlah ikatan terbentuk oleh atom logam pusat disebut
bilangan koordinasi dari logam. Reaksi pembentukan kompleks dapat
dianggap sebagai asam-basa lewis dengan ligan bekerja sebagai basa
dengan memberikan sepasang elektron kepada kation yang merupakan
suatu asam. Dalam penentuan ion-ion logam secara titrasi kompleksometri
umumnya digunakan asam etilen diamin tetra asetat yang disebut EDTA
sebagai zat pembentuk kompleks. Dimana EDTA bereaksi dengan ion logam
yang polivalen seperti Al3+, Bi3+, Ca2+, Cu2+ membentuk senyawa atau
kompleks yang stabil dan larut dalam air.

Reaksi pembentukan kompleks antara ion logam dengan EDTA sangat


peka terhadap pH. Karena reaksi pembentukan kompleks selalu dilepaskan ion
H+ maka konsentrasi ion H+ di dalam larutan akan meningkat walaupun sedikit.
Peningkatan konsentrasi ion H+ dapat mengakibatkan pH larutan berubah
sehingga untuk menghindari hal tersebut, maka perlu diberikan penahan
(buffer). EBT digunakan untuk titrasi pada pH 7-11, untuk penetapan kadar
dari logam Cu, Al, Fe, Co, Ni, Pt dipakai cara titrasi tidak langsung karena
ikatan kompleks antara logam tersebut dengan EBT cukup stabil. EBT yang
ditambahkan kedalam larutan ZnSO4 yang telah ditambahkan buffer
menghasilkan ZnEBT yang berwarna merah anggur. Reaksi dengan EDTA
yang dititrasi menghasilkan perubahan warna dari merah anggur ke biru.

Gambar 7.1 Rumus struktur Asam Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA)
EDTA merupakan asam tetraprotik yang dapat melepaskan 4 ion H +
sehingga EDTA memiliki 4 harga tetapan kesetimbangan asam atau Ka. EDTA
secara umum ditulis sebagai H4Y. Ionisasi H4Y secara berturut-turut menurut 4
tingkatan sebagai berikut.

H4Y ⇌ H3Y- + H+ Ka1 = ¿ ¿ = 1,00 x 10-7

H3Y- ⇌ H2Y2- + H+ Ka2 = ¿ ¿ = 2,2 x 10-3

H2Y2- ⇌ HY3- + H+ Ka3 = ¿ ¿ = 6,9 x 10-7

HY3- ⇌ Y4- + H+ Ka4 = ¿ ¿ = 5,5 x 10-11

Pada pH 10 terjadi kesetimbangan :


+H+ 3- +H+ 2- +H+ - +H+
Y ⇌ HY ⇌ H2Y ⇌ H3Y ⇌ H4Y
4-

-H+ -H+ -H+ -H+


Penurunan pH akan menyebabkan pengurangan Y4- sehingga ion logam yang
terkompleks sedikit. Untuk logam alkali tanah seperti Ca2+ dan Mg2+
kestabilannya rendah sehingga diperlukan pH di atas 10 sedangkan untuk Zn 2+
dan Cu2+ yang memiliki kestabilan yang tinggi diperlukan pH 10 untuk
menitrasinya.

Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah Eriochrome Black T atau
yang lebih dikenal dengan EBT. Indikator EBT secara umum ditulis sebagai
H3In. H3In dapat terionisasi dengan melepaskan ion H+ dan akan memberikan
warna yang berbeda sesuai dengan pH.
pH pH
H2In- ⇌ HIn2- ⇌ In3-
5,3 – 7,3 10,5 – 12,5
merah biru jingga
Pada pH 7 – 10 Hin2- berwarna biru dan akan berubah warna menjadi merah
jika bereaksi dengan ion logam. Penambahan NaOH pada titrasi
kompleksometri adalah untuk meningkatkan pH larutan menjadi 10 dan
ditambahkan buffer supaya pH relatif stabil.

7.1. Standardisasi Larutan EDTA


Langkah pertama yang dilakukan pada titrasi kompleksometri adalah
standardisasi larutan EDTA untuk mengetahui konsentrasi larutan EDTA
yang digunakan. Pada percobaan ini larutan EDTA distandardisasi
menggunakan kalsium karbonat (CaCO3) dengan indikator EBT. Titrasi
standardisasi larutan EDTA dilakukan dengan tahapan penambahan
indikator, penambahan H2Y2-, dan penambahan H2Y2- pada akhir titrasi
dengan reaksi yang terjadi sebagai berikut.

- Penambahan indikator
Ca2+ + Hin2- → MgIn- + H+
- Penambahan H2Y2-
Ca2+ + H2Y2- → CaY + 2H+
- Penambahan H2Y2- pada akhir titrasi
CaIn- + H2Y2- → CaY + Hin2- + H+

Dari hasil percobaan didapatkan data volume larutan EDTA yang


digunakan dalam standardisasi sebagai berikut.

Volume EDTA
Volume EDTA - (Volume EDTA -
No yang dibutuhkan
Volume ratarata (mL) Volume ratarata)2
(mL)
1 10,60 0,4875 0,23765625
2 10,30 0,1875 0,03515625
3 9,70 0,4125 0,17015625
4 10,10 0,0125 0,00015625
5 10,10 0,0125 0,00015625
6 10,10 0,0125 0,00015625
7 10,00 0,1125 0,01265625
8 10,30 0,1875 0,03515625
9 9,90 0,2125 0,04515625
10 9,50 0,6125 0,37515625
11 10,50 0,3875 0,15015625
12 10,00 0,1125 0,01265625
13 10,30 0,1875 0,03515625
14 10,50 0,3875 0,15015625
15 10,00 0,1125 0,01265625
16 9,90 0,2125 0,04515625
Jumlah 161,80 3,65 1,3175
rata-rata 10,1125
1,3175
s ¿√ Ʃ ¿¿¿ ¿
√ 15
= 0,296

Data pengamatan yang diperoleh diuji selang kepercayaan (µ) dengan


batas kepercayaan yang digunakan adalah 99%.

ts
µ = volume rata-rata ±
√n
2,95.0,296
= 10,1125 ±
√ 16
= 10,1125 ± 0,218

Interval pada batas kepercayaan 99% adalah 9,894 – 10,331

Data pengamatan yang tidak termasuk dalam interval tidak digunakan,


sehingga perlu dicari rata-rata baru untuk data yang termasuk dalam
interval.

∑ Volume EDTA = 10,30 + 10,10 + 10,10 + 10,10 + 10,00 + 10,30 +


9,90 + 10,00 + 10,30 + 10,00 + 9,90

= 111 mL

111
Volume rata−rata=
11

= 10,09 mL

Perhitungan konsentrasi larutan EDTA sebagai berikut.

massa CaCO3 = V CaCO3 x ρ CaCO3

1L g
= 10 mL x x 1,765
1000 mL L

= 0,01765 g

massa
mol CaCO3 =
Mr
0,01765 g
=
100 g /mol

= 0,0001765 mol

mol
M CaCO3 =
Volume

0,0001765mol
= 1L
10 mL x
1000mL

= 0,01765 M

V́ EDTA × M EDTA = V CaCO3 × M CaCO3

10,09 mL x M EDTA = 10 mL x 0,01765 M

10 mL X 0,01765
M EDTA =
10,09mL

= 0,017 M

Jadi, konsentrasi larutan EDTA sebesar 0,017 M.

7.2. Penetapan Kadar Seng dalam Sampel

Pada percobaan ini 10 mL larutan sampel ditambahkan larutan NaOH


supaya pH larutan menjadi 10. Penambahan buffer difungsikan untuk
menjaga pH supaya relatif stabil. Indikator yang digunakan dalam titrasi ini
adalah EBT. Penambahan indikator EBT pada larutan sampel memberikan
warna merah. Hal ini menandakan bahwa indikator EBT sudah bereaksi
dengan ion logam dalam sampel. Ketika sampel dititrasi dengan larutan
EDTA sampel akan berubah warna menjadi biru. Warna biru ini
menunjukkan bahwa titik akhir titrasi telah tercapai. Titrasi penetapan kadar
seng dalam sampel dilakukan dengan tahapan penambahan indikator,
penambahan H2Y2-, dan penambahan H2Y2- pada akhir titrasi dengan reaksi
yang terjadi sebagai berikut.

- Penambahan indikator
Zn2+ + Hin2- → ZnIn- + H+
- Penambahan H2Y2-
Zn2+ + H2Y2- → ZnY + 2H+
- Penambahan H2Y2- pada akhir titrasi
ZnIn- + H2Y2- → ZnY + Hin2- + H+

Dari hasil percobaan didapatkan data volume larutan EDTA yang


digunakan dalam penetapan kadar seng dalam sampel sebagai berikut.

Volume EDTA
Volume EDTA - (Volume EDTA -
No yang dibutuhkan
volume ratarata volume ratarata)2
(mL)
1 7,30 0,6625 0,43890625
2 7,90 1,2625 1,59390625
3 5,70 0,9375 0,87890625
4 6,00 0,6375 0,40640625
5 5,90 0,7375 0,54390625
6 5,70 0,9375 0,87890625
7 5,80 0,8375 0,70140625
8 6,00 0,6375 0,40640625
9 10,90 4,2625 18,16890625
10 9,50 2,8625 8,19390625
11 5,90 0,7375 0,54390625
12 5,50 1,1375 1,29390625
13 5,80 0,8375 0,70140625
14 6,80 0,1625 0,02640625
15 5,60 1,0375 1,07640625
16 5,90 0,7375 0,54390625
Jumlah 106,20 18,425 36,3975
Rata-
rata 6,6375

36,3975
s ¿√ Ʃ ¿¿¿ ¿
√ 15
= 1,558

Data pengamatan yang diperoleh diuji selang kepercayaan (µ) dengan


batas kepercayaan yang digunakan adalah 99%.

ts
µ = volume rata-rata ±
√n
2,95.1,558
= 6,6375 ±
√ 16
= 6,6375 ± 1,149

Interval pada batas kepercayaan 99% adalah 5,489 – 7,787

Data pengamatan yang tidak termasuk dalam interval tidak digunakan,


sehingga perlu dicari rata-rata baru untuk data yang termasuk dalam
interval.

∑ Volume EDTA = 7,30 + 5,70 + 6,00 + 5,90 + 5,70 + 5,80 + 6,00 +


5,90 + 5,50 + 5,80 + 6,80 + 5,60 + 5,90

= 77,9 mL

77,9
Volume rata−rata=
13

= 5,992 mL

Perhitungan kadar seng dalam sampel sebagai berikut.

V́ EDTA × M EDTA = V ZnSO4× M ZnSO4

5,992 mL x 0,017 M = 10 mL x M ZnSO4

5,992 x 0,017
M ZnSO4 =
10

= 0,01 M

M x Mr x V (mL)
Massa ZnSO4 =
1000

0,01 x 161 x 10
=
1000

= 0,0161 g

1 x Ar Zn
Massa Zn dalam ZnSO4 = x massa ZnSO4
Mr ZnSO 4

1 x 65
= x 0,0161 g
161
= 0,0065 g

massa Zn
% Zn dalam ZnSO4 = x 100%
massa ZnSO 4

0,0065 g
= x 100%
0,0161 g

= 40,373 %

Jadi, kadar seng(II) dalam sampel sebesar 40,373%.

7.3. Penetapan Kesadahan Total Air

Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air


yang umumnya adalah kalsium dan magnesium dalam bentuk garam
karbonat sedangkan air sadah adalah air yang memiliki kadar mineral yang
tinggi. Kadar kesadahan total dalam air dapat diketahui dengan
menggunakan metode titrasi kompleksometri dengan menggunakan
sampel air kran. 10 mL sampel air kran ditambahkan dengan larutan
NaOH supaya pH sampel menjadi 10. Penambahan larutan buffer
bertujuan untuk menjaga kestabilan pH dalam sampel. Penambahan
indikator EBT mengakibatkan perubahan warna larutan dari tidak
berwarna menjadi merah. Ketika sampel dititrasi dengan lartan EDTA
akan terjadi perubahan warna dari merah menjadi biru. Perubahan warna
ini menunjukkan bahwa titik akhir titrasi telah tercapai. Titrasi penetapan
kesadahan total dalam air dilakukan dengan tahapan penambahan indikator,
penambahan H2Y2-, dan penambahan H2Y2- pada akhir titrasi dengan reaksi
yang terjadi sebagai berikut.

- Penambahan indikator
Mg2+ + Hin2- → MgIn- + H+
Ca2+ + Hin2- → MgIn- + H+
- Penambahan H2Y2-
Mg2+ + H2Y2- → MgY + 2H+
Ca2+ + H2Y2- → CaY + 2H+
- Penambahan H2Y2- pada akhir titrasi
MgIn- + H2Y2- → MgY + Hin2- + H+
CaIn- + H2Y2- → CaY + Hin2- + H+

Dari hasil percobaan didapatkan data volume larutan EDTA yang


digunakan dalam penetapan kesadahan total dalam air sebagai berikut.

Volume EDTA (Volume EDTA -


Volume EDTA -
No yang dibutuhkan Volume
Volume ratarata
(mL) Ratarata)2
1 3,40 1,6125 2,60015625
2 4,50 2,7125 7,35765625
3 1,60 0,1875 0,03515625
4 1,80 0,0125 0,00015625
5 1,50 0,2875 0,08265625
6 1,20 0,5875 0,34515625
7 1,10 0,6875 0,47265625
8 1,20 0,5875 0,34515625
9 1,80 0,0125 0,00015625
10 1,20 0,5875 0,34515625
11 1,70 0,0875 0,00765625
12 1,40 0,3875 0,15015625
13 2,00 0,2125 0,04515625
14 1,80 0,0125 0,00015625
15 1,10 0,6875 0,47265625
16 1,30 0,4875 0,23765625
Jumlah 28,60 9,15 12,4975
Rata-rata 1,8

12,4975
s ¿√ Ʃ ¿¿¿ ¿
√ 15
= 0,913

Data pengamatan yang diperoleh diuji selang kepercayaan (µ) dengan


batas kepercayaan yang digunakan adalah 99%.

ts
µ = volume rata-rata ±
√n
2,95.0,913
= 1,8 ±
√ 16
= 1,8 ± 0,7
Interval pada batas kepercayaan 99% adalah 1,1 – 2,5

Data pengamatan yang tidak termasuk dalam interval tidak digunakan,


sehingga perlu dicari rata-rata baru untuk data yang termasuk dalam
interval.

∑ Volume EDTA = 1,60 + 1,80 + 1,50 + 1,20 + 1,10 + 1,20 + 1,80 +


1,20 + 1,70 + 1,40 + 2,00 + 1,80 + 1,10 + 1,30

= 20,7 mL

20,7
Volume rata−rata=
14

= 1,479 mL

Kesadahan total air dapat dihitung sebagai mineral kalsium dan


magnesium dalam garam karbonat sehingga untuk menghitung kesadahan
total air menggunakan kesadahan sebagai kalsium karbonat (CaCO3) dan
magnesium karbonat (MgCO3). Perhitungan kesadahan total dalam air
sebagai berikut.

Massa CaCO3 = Volume rata-rata EDTA x M EDTA x Mr CaCO3

mg
= 1,479 mL x 0,017 M x 100,1
mmol

= 2,517 mg

massaCaCO 3( mg)
Ppm CaCO3 =
Volume sampel air(L)

2,517 mg
=
0,01 L

= 251,7 ppm

Massa MgCO3 = Volume rata-rata EDTA x M EDTA x Mr MgCO3

mg
= 1,479 mL x 0,017 M x 84,312
mmol

= 2,1199 mg
massa Mg CO 3(mg)
Ppm MgCO3 =
Volume sampel air(L)

2,1199 mg
=
0,01 L

= 211,99 ppm

Jadi kesadahan total air sebagai CaCO3 dan MgCO3 sebesar 463,69 ppm.

8. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang sudah dipaparkan pada sub bab 7, dapat


disimpulkan sebagai berikut.
a. Standardisasi larutan EDTA dengan menggunakan CaCO3 didapatkan
hasil bahwa konsentrasi larutan EDTA sebesar 0,017 M.
b. Penetapan kadar seng dalam sampel dengan menggunakan titrasi
kompleksometri didapatkan hasil bahwa kadar seng sebesar 40,373%.
c. Penetapan kesadahan total air dengan menggunakan metode titrasi
kompleksometri didapatkan hasil bahwa kesadahan total air sebesar
463,69 ppm.

9. Tugas Pendahuluan
Dalam penentuan kesadahan total, ion yang bereaksi bukan hanya ion
Ca(II) tetapi ion Mg(II) dengan EDTA. Bagaimana cara penentuan kesadahan
yang disebabkan oleh ion Ca(II) saja? Carilah prosedur yang tepat dan berikan
analisis terhadap prosedur tersebut.
Jawaban :
Jika ion Mg(II) diperkirakan tidak ada, titrasi dapat dilakukan secara
langsung. Titrasi secara langsung adalah larutan ion logam dititrasi langsung
dengan larutan standar EDTA dengan prosedur sebagai berikut.
Sampel air
- Dimasukkan 10 mL sampel air ke dalam erlenmeyer.
- Ditambahkan 2 mL NaOH 1 N
- Ditambahkan 0,1 g indikator EBT.
- Dititrasi dengan larutan EDTA.
- Dicatat volume EDTA yag digunakan.
Hasil pengamatan
Analisis prosedur :
a. Penambahan NaOH berfungsi untuk mengubah larutan menjadi
suasana basa dengan pH 10.
b. Indikator EBT akan berubah warna menjadi merah bila bereaksi
dengan ion Ca2+ dalam suasana basa.
c. Penambahan indikator EBT akan mengubah warna larutan menjadi
merah anggur. Setelah proses titrasi mendekati titik akhir maka
warna larutan akan berubah menjadi biru.

10. Daftar Pustaka


Sodiq,Ibnu. 2004. Kimia Analitik I. Malang : Jica
KBK Kimia Analitik. 2016. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Dasar.
Malang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Malang.
Wahyuni, Ita Trie. 2012. Laporan Kimia Analitik Kompleksometri.
(Online),(http://itatrie.blogspot.co.id/2012/10/laporan-kimia-
analitik-kompleksometri.html?m=1), diakses 18 November 2016

Anda mungkin juga menyukai