Anda di halaman 1dari 14

PERCOBAAN 12

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK DASAR

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

OLEH
KELOMPOK 4
FAHMI RIDLOWATI (140331606735)
FAISMATUL KHOLIFAH (140331605707)
FIKRIYATUL MAULIDIYAH (140331606087)**
GALUH FEBRIANI (140331602858)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2015

A. JUDUL PERCOBAAN : TITRASI KOMPLEKSOMETRI


B. TUJUAN : Dalam percobaan ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1) Melakukan standarisasi larutan EDTA
2) Menentukan kadar seng dalam suatu sampel
3) Menentukan kesadahan total dari sampel air
. C. DASAR TEORI
Menurut KBK Kimia Analitik (2015), titrasi kompleksometri didasarkan pada pembentukan
kompleks antara analit dengan titran. Senyawa kompleks terbentuk dari reaksi antara ion logam
dengan suatu ligand chelate ( ligan sepit). Dengan reaksi umum :
M + nL MLn
L adalah ligand chelate, di antaranya dapat berupa senyawa senyawa Nitrilo Tri Asetat
( Titriplex I), Etilen Diamina Tetra Asetat (EDTA/Titriplex II), Garam Dinatrium EDTA
(Titriplex III),dan Asam Sikloheksadiamina (1,2) Tetra Asetat (Titriplex IV), (Ibnu, M
Shodiq.,dkk, 2004) .
Tetapi, yang paling sering di gunakan adalah ligan Etilen Diamina Tetra Asetat (EDTA) dengan
persamaan reaksi :

M + HY

MY + 2H

Dimana M adalah ion logam dan HY adalah senyawa EDTA. Dalam reaksi tersebut selalu di
hasilkan H, sehingga harus di tambahkan buffer untuk mempertahankan pH. Untuk logam
alkali tanah seperti Ca dan Mg kestabilannya rendah, sehingga di perlukan pH> 10.
Sedangkan untuk Zn dan Cu kestabilannya tinggi, sehingga titrasi di lakukan pada pH tepat 10 .
Indikator yang biasa di gunakan adalah EBT (Eriochrome Black T), Mureksida, dan Kalmagit
Penggunaan titrasi kompleksometri antara lain diterapkan untuk penentuan kesadahan air, dan
penentuan ion Al,Zn,Th,dan Pb (Ibnu, M Shodiq.,dkk, 2004) .
D. ALAT DAN BAHAN
1) Alat
: Neraca analitik (ketelitiian 0,1 mg) , spatula, kaca arloji, gelas kimia 50
mL, batang pengaduk, pipet tetes , corong gelas , labu takar 50 mL , botol semprot,
buret, erlenmeyer, pipet volume 10 mL dan 5 mL, statif & klem
2) Bahan
: Kalsium karbonat 0,01 M (aq), buffer pH 10, indikator EBT, sampel zink
(II) (aq), EDTA(aq), sampel air kran.

E. LANGKAH KERJA DAN DATA PENGAMATAN

No
1.

Langkah Kerja

Hasil Pengamatan

Persamaan Reaksi

Standarisasi Larutan EDTA


10 mL larutan standar kalsium
karbonat

Larutanstandar kalsium
karbonat bening ( tidak
berwarna)

Di masukkan ke dalam
erlenmeyer
Di tambahkan 5 mL buffer pH
10

Di tambahkan 1 sendok takar


indikator EBT

Di titrasi dengan larutan EDTA

Buffer berwarna bening.


Setelah di tambah buffer,
larutan tetap bening

Indikator EBT berupa


serbuk berwarna merah
anggur.
Setelah di tambahkan
indikator, warna larutan
yang semula bening berubah
menjadi merah anggur.
Larutan EDTA di dalam
buret berwarna bening.
Setelah di titrasi dengan
EDTA, larutan di
erlenmeyer yang semula
merah anggur berubah
menjadi biru saat titik akhir
titrasi.

Di catat volume EDTA yang di


gunakan
Di lakukan duplo
Di hitung konsentrasi larutan
EDTA
HASIL

V = 9,5 mL
V = 9,7 mL
Vrata-rata = 9,6 mL

HIn(aq)HI(aq)+H(aq)
Ca(aq)+HIn(aq)CaIn(aq)
+H(aq)
Ca(aq) + HY
CaY(aq
+2H(aq)
CaIn(aq) + HY(aq)
CaY(aq)+HIn(aq)
+H(aq)

Penetapan Kadar Seng dalam


Sampel
2.
5 mL Sampel Seng
(II)

Larutan Sampel Seng (II)


berwarna bening

Di masukkan ke dalam
erlenmeyer
Di tambahkan 5 mL buffer pH
10

Di tambahkan sdk takar


indikator EBT

Buffer berwarna bening.


Setelah ditambahkan buffer,
warna larutan yang semula
bening berubah menjadi
kekuningan(agak
menguning)

Indikator EBT berupa


serbuk berwarna merah
anggur.
Setelah di tambah indikator
EBT, warna larutan yang
semula kekuningan berubah
menjadi merah anggur.

Di titrasi dengan larutan EDTA

Di catat volume EDTA yang


digunakan

Larutan EDTA pada buret


berwarna bening.
Setelah dititrasi, larutan
dalam erlenmeyer yang
semula merah anggur
berubah menjadi biru, saat
titik akhir titrasi.

Zn(aq)+HIn(aq)ZnI(aq)
+H(aq)
Zn(aq)+HY(aq)
ZnY(aq)+2H(aq

V= 4,2mL
V= 3,8 mL

ZnI(aq)+HY(aq)
ZnY(aq)+HIn(aq)+H(aq)

Di lakukan duplo
Vrata-rata= 4 mL
Di hitung konsentrasi larutan

EDTA

HASIL

Penetapan Kesadahan Total Air


3.

10 mL sampel air

Dimasukkan dalam
erlenmeyer.
Di tambahkan 5 mL buffer
pH 10

Di tambahkan 1 sdk takar


indikator EBT

Di titrasi dengan larutan


EDTA

Di catat volume EDTA


yang digunakan

Di lakukan duplo

Di hitung konsentrasi
larutan EDTA

Sampel air berwarna bening

Buffer berwarna bening.


Setelah di tambah buffer,
larutan tetap bening
Indikator EBT berupa
serbuk berwarna merah
anggur.
Setelah di tambah indikator
EBT, warna larutan yang
semula kekuningan berubah
menjadi merah anggur.

Larutan EDTA pada buret


berwarna bening.
Setelah dititrasi, larutan
dalam erlenmeyer yang
semula
merah
anggur
berubah menjadi biru, saat Ca(aq)+HInCaIn(aq)+H(aq
titik akhir titrasi.
Mg(aq)+HInMgIn(aq)
+H(aq)
V= 0,8 mL
Ca(aq) + HY
CaY(aq)
V=0,8 mL
+2H(aq)
CaIn(aq) + HY(aq)
CaY(aq)+HIn(aq)
Vrata-rata=0,8 mL
+H(aq)
Mg(aq) + HY

MgY(aq

HASIL

+2H(aq)
MgIn(aq) + HY(aq)
MgY(aq)+HIn(aq)+H(aq)

F. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Pada praktikum ini, di lakukan percobaan titrasi kompleksometri. Titrasi kompleksometri
merupakan titrasi yang melibatkan reaksi ion logam dengan zat pengompleks/ligan.
Ion logam pada percobaan ini adalah Ca dan Mg, dan ligan yang di gunakan adalah EDTA
(Ethylene Diamine Tetra Acetate), larutan EDTA di gunakan sebagai ligan karena larutan ini sangat
mudah bereaksi dengan banyak ion logam, dan kelarutannya dalam air pun sangat baik. Berikut
adalah pembahasan dari setiap langkah percobaan pada tabel di atas.
1) Standarisasi Larutan EDTA
Larutan EDTA yang belum di ketahui konsentrasinya di tuangkan ke buret, buret harus di
periksa agar tidak ada gelembung udara di ujungnya, karena larutan EDTA disini sebagai
larutan yang sedang di cari konsentrasinya (molaritas), maka larutan EDTA sebagai titrat.
Titran yang di gunakan adalah larutan kalsium karbonat. Mula mula larutan kalsium
karbonat sebanyak 10 mL di ambil dengan pipet volume yang mempunyai ketelitian
tinggidan di masukkan dalam erlenmeyer, penggunaan erlenmeyer dalam titrasi bertujuan
untuk memudahkan proses pengocokan saat titrasi.
Setelah kalsium karbonat dimasukkan dalam erlenmeyer, di tambahkan buffer dengan pH 10
sebanyak 5 mL. Penambahan buffer dengan pH 10 bertujuan untuk mempertahankan nilai
pH dan membuat suasana basa saat titrasi, karena jika tidak di tambah pH akan selalu di

hasilkan ion Hpada titrasi, sehingga mempengaruhi kestabilan larutan. Setelah larutan
kalsium karbonat di tambah buffer pH l0, warna larutan tetap bening seperti semula. Lalu, di
tambahkan indikator EBT (Eriochrome Black T) sebanyak 1 sdk takar . Indikator EBT
berfungsi sebagai indikator pH yang menjadi penanda bahwa titik akhir titrasi telah
tercapai,tandanya berupa perubahan warna. Indikator EBT berupa serbuk berwarna merah
anggur. Setelah dilakukan penambahan indikator, warna larutan yang semula bening,
berubah menjadi merah anggur. Selanjutnya, proses titrasi di lakukan . Proses titrasi di
lakukan dengan meneteskan larutan EDTA ke dalam larutan di erlenmeyer. Erlenmeyer
harus di goyangkan agar proses titrasi berjalan maksimal hingga titik akhir titrasi tercapai.
Titrasi dihentikan ketika telah terjadi perubahan warna. Warna larutan yang semula merah
anggur, berubah menjadi biru saat titik akhir titrasi.Titrasi ini di lakukan duplo untuk
mengetahui secara pasti ketelitian dari titik akhir titrasi. Volume EDTA yang digunakan dari
awal hingga akhir titrasi adalah 9,5 mL dan 9,7 mL.
Persamaan reaksi yang terjadi :
HIn(aq)HI(aq)+H(aq)
Ca(aq)+Hin(aq)CaIn(aq)+H(aq) (saat penambahan indikator EBT)
merah anggur
Ca(aq) + HY CaY(aq)+2H(aq) (saat di titrasi dengan larutan EDTA)
CaIn(aq) + HY(aq) CaY(aq)+Hin(aq)+H(aq)(saat titik akhir titrasi)
biru
Perhitungan konsentrasi EDTA di lakukan dengan cara:
Diketahui : Massa jenis CaCO=1,765 gram/L
V CaCO = 10 mL = 0,01 L
Mr CaCO = 100
Vrata-rata EDTA =

(9,5+ 9,7)mL
=9,6 mL
2

Mol CaCO= 10 mL CaCO

1 LCaCO
1,76 gramCaCO
1 mol CaCO

3
1000 mL CaCO
1 L CaCO
100 gramCaC O

CaCO
molCaCO
Konsentrasi EDTA

mol EDTA

=1,76x 10mol

M EDTA =

mol EDTA
V rata rata EDTA

1,76 x 10 mol CaCO 1000 mL

9,6 mL
1L

= 0,0183

2) Penetapan Kadar Seng dalam Sampel


Pada percobaan ini, larutan EDTA tetap sebagai titrat yang berada di buret. Saat
memasukkan larutan EDTA ke dalam buret, perlu di perhatikan dengan baik, agar tidak ada
gelembung di ujung buret.
Mula mula, 5 mL larutan sampel seng (II) di masukkan dalam erlenmeyer. Lalu, di
tambahkan 5 mL buffer pH 10. Penambahan buffer pH 10 bertujuan untuk mempertahankan
pH pada larutan dan membuat suasana basa saat proses titrasi.Setelah tercampur secara
homogen, larutan mengalami perubahan warna ,dari bening menjadi kekuningan.
Selanjutnya, larutan di tambahkan sdk takar indikator EBT . Indikator EBT berupa serbuk
berwarna merah anggur. Setelah di tambahkan indikator, warna larutan berubah menjadi
merah anggur. Selanjutnya, proses titrasi di lakukan, titrasi di lakukan dengan menteeskan
larutan EDTA ke dalam larutan di erlenmeyer, erlenmeyer harus sambil digoyangkan saat
pengocokan, hal ini di lakukan untuk mengoptimalkan proses titrasi agar tercapai titik akhir
titrasi. Terjadinya perubahan warna dari merah anggur menjadi biru adalah waktu saat
titrasi harus di hentikan. Proses titrasi dilakukan duplo dengan tujuan untuk mengetahui
secara pasti ketelitian dari titik akhir titrasi. Volume EDTA yang digunakan dari awal hingga
akhir titrasi adalah 4,2 mL dan 3,8 mL.
Persamaan reaksi yang terjadi :
Zn(aq)+Hin(aq)ZnI(aq)+H(aq) (saat penambahan indikator)
bening kekuningan
Zn(aq)+HY(aq)ZnY(aq)+2H(aq) (saat di titrasi dengan larutan EDTA)
ZnI(aq)+HY(aq)ZnY(aq)+Hin(aq)+H(aq) (saat titik akhir titrasi)
biru
Perhitungan kadar seng dalam sampel, di lakukan dengan cara :
( 4,2+3,8 ) mL
=4 mL
Diketahui :
Vrata rata EDTA =
2
M EDTA
Mr Zn

= 0,0183 M
= 65

mmol EDTA= V rata rata EDTA x M EDTA


= 4 mL x 0,0183 M

= 0,0732 mmol

mmol EDTA

mmol Zn

Jadi, massa Zn = mol Zn x Mr Zn


= 0,0732 mmol x 65 mg/mmol
= 4,76 gram

3) Penetapan Kesadahan Total Air


Dalam praktikum ini, juga dilakukan titrasi kesadahan total dari sampel air. Kesadahan
air

adalah adanya kandungan mineral-mineral tertentu yang terdapat di dalam air, pada

umumnya mineral itu adalah ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam
karbonat. Proses titrasi dilakukan mirip dengan proses titrasi pada standarisasi larutan EDTA
maupun penetapan kadar seng dalam sampel, yakni menggunakan buffer pH 10 dan
indikator EBT dan titran berupa larutan EDTA. Mula mula 5 mL sampel air di ambil dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer menggunakan pipet tetes, lalu di tambahkan buffer pH
10 . Setelah tercampur homogen, warna larutan tetap bening seperti semula. Lalu, di
tambahkan indikator EBT, setelah penambahan indikator EBT, warna larutan menjadi merah
anggur, akibar pengaruh dari indikator. Selanjutnya, proses titrasi di lakukan . Pada saat titik
akhit titrasi, proses titrasi di hentikan. Larutan mengalami perubahan warna dari bening
merah anggur menjadi biru. Titrasi di lakukan duplo untuk mengetahui secara pasti
ketelitian dari titik akhir titrasi. Volume EDTA yang digunakan dari awal hingga akhir titrasi
adalah 0,8mL dan 0,8 mL.
Persamaan reaksi yang terjadi :
Ca(aq)+HinCaIn(aq)+H(aq) ( saat penambahan indikator EBT)
merah anggur
Mg(aq)+HinMgIn(aq)+H(aq) (saat penambahan indikator EBT)
merah anggur
Ca(aq) + HY CaY(aq)+2H(aq) (saat di titrasi dengan larutan EDTA)
CaIn(aq) + HY(aq) CaY(aq)+Hin(aq)+H(aq) (saat titik akhir titrasi)
biru
Mg(aq) + HY MgY(aq)+2H(aq) (saat di titrasi dengan larutan EDTA)
MgIn(aq) + HY(aq) MgY(aq)+Hin(aq)+H(aq) (saat titik akhir titrasi)
biru

Perhitungan kesadahan total sampel air dengan cara:


Diketahui : Mr CaCO
= 100 mg/mmol
V sampel air
= 0,1 mL = 0,01 L
Vrata rata EDTA =
M EDTA
Kesadahan total air
mol Ca mol EDTA

( 0,8+0,8 ) mL
=0,8 mL
2
= 0,0183 M
Konsentrasi CaCO

mmol EDTA = M EDTA x Vrata rata EDTA


= 0,0183 M x 0,8 mL
= 0,0146 mmol
mmol Ca = mmol EDTA = 0,0147 mmol
massa CaCO = mmol Ca x Mr CaCO
= 0,0146 mmol x 100 mg/mmol
= 1,46 mg
massaCaCO 1,46 mg
=
Konsentrasi CaCO =
V sampel
0,01 L

= 146 ppm

H. KESIMPULAN
1) Standarisasi larutan EDTA di lakukan dengan menggunakan titrasi kompleksometri , dan
di peroleh konsentrasi dari larutan EDTA adalah 0,0183 M.
2) Penetapan kadar seng dalam sampel di lakukan dengan menggunakan titrasi
kompleksometri, dan di peroleh kadar seng sebanyak 4,76 gram.
3) Penetapan kesadahan total dalam air kran di lakukan dengan menggunakan titrasi
kompleksometri, dan di peroleh besar kesadahan 146 ppm.

I. DAFTAR RUJUKAN
1) Chang, Raymond.2005.Kimia Dasar Jilid 2.Jakarta : Penerbit Erlangga.
2)Ibnu,M.Sodiq,dkk.2004.Kimia Analitik I .Malang : Universitas Negeri Malang.

3) KBK. Kimia Analitik.2015.Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Dasar : Analisis


Kualitatif Kation dan Anion. Malang : Universitas Negeri Malang.

J. JAWABAN PERTANYAAN

K. LAMPIRAN
1) Standarisasi Larutan EDTA

Pengambilan
10 mL sampel
CaCO 1,760
g/L

Larutan EDTA
1/28 N

Penuangan
sampel CaCO
ke dalam
erlenmeyer

Pengambilan
5 mL buffer
pH 10

Perubahan warna
larutan setelah di
tambah indikator

Penambahan
buffer pH 10
pada larutan

Penuangan
larutan EDTA ke
dalam buret

Penambahan 1
sdk takar
indikator EBT

Proses titrasi,
di lakukan
duplo

Perubahan
warna setelah
proses titrasi

2) Penetapan Kadar Seng dalam Sampel

Pengambilan
larutan sampel
sebanyak 5 mL

Penuangan
sampel ke dalam
erlenmeyer

Penambahan5
mL buffer pH 10
pada sampel

Penambahan
sdk takar
indikator EBT
pada larutan

Perubahan warna
setelah
penambahan
indikator EBT

Proses titrasi
dengan lar EDTA,
di lakukan duplo

Perubahan
warna setelah
proses titrasi

3) Penetapan kesadahan total pada sampel air

Sampel air kran


di dalam
erlenmeyer

Penambahan 5
mL buffer pH 10
pada sampel

Penambahan 1
sdk takar
indikator EBT
pada sampel

Perubahan warna
setelah
penambahan
indikator EBT

Perubahan warna
setelah titrasi di
hentikan (II)

Proses titrasi
dengan lar. EDTA,
di lakukan duplo

Hasil titrasi yang


di lakkukan duplo

Perubahan warna
setelah titrasi di
hentikan (I)

Anda mungkin juga menyukai