LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK DASAR
TITRASI KOMPLEKSOMETRI
OLEH
KELOMPOK 4
FAHMI RIDLOWATI (140331606735)
FAISMATUL KHOLIFAH (140331605707)
FIKRIYATUL MAULIDIYAH (140331606087)**
GALUH FEBRIANI (140331602858)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2015
M + HY
MY + 2H
Dimana M adalah ion logam dan HY adalah senyawa EDTA. Dalam reaksi tersebut selalu di
hasilkan H, sehingga harus di tambahkan buffer untuk mempertahankan pH. Untuk logam
alkali tanah seperti Ca dan Mg kestabilannya rendah, sehingga di perlukan pH> 10.
Sedangkan untuk Zn dan Cu kestabilannya tinggi, sehingga titrasi di lakukan pada pH tepat 10 .
Indikator yang biasa di gunakan adalah EBT (Eriochrome Black T), Mureksida, dan Kalmagit
Penggunaan titrasi kompleksometri antara lain diterapkan untuk penentuan kesadahan air, dan
penentuan ion Al,Zn,Th,dan Pb (Ibnu, M Shodiq.,dkk, 2004) .
D. ALAT DAN BAHAN
1) Alat
: Neraca analitik (ketelitiian 0,1 mg) , spatula, kaca arloji, gelas kimia 50
mL, batang pengaduk, pipet tetes , corong gelas , labu takar 50 mL , botol semprot,
buret, erlenmeyer, pipet volume 10 mL dan 5 mL, statif & klem
2) Bahan
: Kalsium karbonat 0,01 M (aq), buffer pH 10, indikator EBT, sampel zink
(II) (aq), EDTA(aq), sampel air kran.
No
1.
Langkah Kerja
Hasil Pengamatan
Persamaan Reaksi
Larutanstandar kalsium
karbonat bening ( tidak
berwarna)
Di masukkan ke dalam
erlenmeyer
Di tambahkan 5 mL buffer pH
10
V = 9,5 mL
V = 9,7 mL
Vrata-rata = 9,6 mL
HIn(aq)HI(aq)+H(aq)
Ca(aq)+HIn(aq)CaIn(aq)
+H(aq)
Ca(aq) + HY
CaY(aq
+2H(aq)
CaIn(aq) + HY(aq)
CaY(aq)+HIn(aq)
+H(aq)
Di masukkan ke dalam
erlenmeyer
Di tambahkan 5 mL buffer pH
10
Zn(aq)+HIn(aq)ZnI(aq)
+H(aq)
Zn(aq)+HY(aq)
ZnY(aq)+2H(aq
V= 4,2mL
V= 3,8 mL
ZnI(aq)+HY(aq)
ZnY(aq)+HIn(aq)+H(aq)
Di lakukan duplo
Vrata-rata= 4 mL
Di hitung konsentrasi larutan
EDTA
HASIL
10 mL sampel air
Dimasukkan dalam
erlenmeyer.
Di tambahkan 5 mL buffer
pH 10
Di lakukan duplo
Di hitung konsentrasi
larutan EDTA
MgY(aq
HASIL
+2H(aq)
MgIn(aq) + HY(aq)
MgY(aq)+HIn(aq)+H(aq)
hasilkan ion Hpada titrasi, sehingga mempengaruhi kestabilan larutan. Setelah larutan
kalsium karbonat di tambah buffer pH l0, warna larutan tetap bening seperti semula. Lalu, di
tambahkan indikator EBT (Eriochrome Black T) sebanyak 1 sdk takar . Indikator EBT
berfungsi sebagai indikator pH yang menjadi penanda bahwa titik akhir titrasi telah
tercapai,tandanya berupa perubahan warna. Indikator EBT berupa serbuk berwarna merah
anggur. Setelah dilakukan penambahan indikator, warna larutan yang semula bening,
berubah menjadi merah anggur. Selanjutnya, proses titrasi di lakukan . Proses titrasi di
lakukan dengan meneteskan larutan EDTA ke dalam larutan di erlenmeyer. Erlenmeyer
harus di goyangkan agar proses titrasi berjalan maksimal hingga titik akhir titrasi tercapai.
Titrasi dihentikan ketika telah terjadi perubahan warna. Warna larutan yang semula merah
anggur, berubah menjadi biru saat titik akhir titrasi.Titrasi ini di lakukan duplo untuk
mengetahui secara pasti ketelitian dari titik akhir titrasi. Volume EDTA yang digunakan dari
awal hingga akhir titrasi adalah 9,5 mL dan 9,7 mL.
Persamaan reaksi yang terjadi :
HIn(aq)HI(aq)+H(aq)
Ca(aq)+Hin(aq)CaIn(aq)+H(aq) (saat penambahan indikator EBT)
merah anggur
Ca(aq) + HY CaY(aq)+2H(aq) (saat di titrasi dengan larutan EDTA)
CaIn(aq) + HY(aq) CaY(aq)+Hin(aq)+H(aq)(saat titik akhir titrasi)
biru
Perhitungan konsentrasi EDTA di lakukan dengan cara:
Diketahui : Massa jenis CaCO=1,765 gram/L
V CaCO = 10 mL = 0,01 L
Mr CaCO = 100
Vrata-rata EDTA =
(9,5+ 9,7)mL
=9,6 mL
2
1 LCaCO
1,76 gramCaCO
1 mol CaCO
3
1000 mL CaCO
1 L CaCO
100 gramCaC O
CaCO
molCaCO
Konsentrasi EDTA
mol EDTA
=1,76x 10mol
M EDTA =
mol EDTA
V rata rata EDTA
9,6 mL
1L
= 0,0183
= 0,0183 M
= 65
= 0,0732 mmol
mmol EDTA
mmol Zn
adalah adanya kandungan mineral-mineral tertentu yang terdapat di dalam air, pada
umumnya mineral itu adalah ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam
karbonat. Proses titrasi dilakukan mirip dengan proses titrasi pada standarisasi larutan EDTA
maupun penetapan kadar seng dalam sampel, yakni menggunakan buffer pH 10 dan
indikator EBT dan titran berupa larutan EDTA. Mula mula 5 mL sampel air di ambil dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer menggunakan pipet tetes, lalu di tambahkan buffer pH
10 . Setelah tercampur homogen, warna larutan tetap bening seperti semula. Lalu, di
tambahkan indikator EBT, setelah penambahan indikator EBT, warna larutan menjadi merah
anggur, akibar pengaruh dari indikator. Selanjutnya, proses titrasi di lakukan . Pada saat titik
akhit titrasi, proses titrasi di hentikan. Larutan mengalami perubahan warna dari bening
merah anggur menjadi biru. Titrasi di lakukan duplo untuk mengetahui secara pasti
ketelitian dari titik akhir titrasi. Volume EDTA yang digunakan dari awal hingga akhir titrasi
adalah 0,8mL dan 0,8 mL.
Persamaan reaksi yang terjadi :
Ca(aq)+HinCaIn(aq)+H(aq) ( saat penambahan indikator EBT)
merah anggur
Mg(aq)+HinMgIn(aq)+H(aq) (saat penambahan indikator EBT)
merah anggur
Ca(aq) + HY CaY(aq)+2H(aq) (saat di titrasi dengan larutan EDTA)
CaIn(aq) + HY(aq) CaY(aq)+Hin(aq)+H(aq) (saat titik akhir titrasi)
biru
Mg(aq) + HY MgY(aq)+2H(aq) (saat di titrasi dengan larutan EDTA)
MgIn(aq) + HY(aq) MgY(aq)+Hin(aq)+H(aq) (saat titik akhir titrasi)
biru
( 0,8+0,8 ) mL
=0,8 mL
2
= 0,0183 M
Konsentrasi CaCO
= 146 ppm
H. KESIMPULAN
1) Standarisasi larutan EDTA di lakukan dengan menggunakan titrasi kompleksometri , dan
di peroleh konsentrasi dari larutan EDTA adalah 0,0183 M.
2) Penetapan kadar seng dalam sampel di lakukan dengan menggunakan titrasi
kompleksometri, dan di peroleh kadar seng sebanyak 4,76 gram.
3) Penetapan kesadahan total dalam air kran di lakukan dengan menggunakan titrasi
kompleksometri, dan di peroleh besar kesadahan 146 ppm.
I. DAFTAR RUJUKAN
1) Chang, Raymond.2005.Kimia Dasar Jilid 2.Jakarta : Penerbit Erlangga.
2)Ibnu,M.Sodiq,dkk.2004.Kimia Analitik I .Malang : Universitas Negeri Malang.
J. JAWABAN PERTANYAAN
K. LAMPIRAN
1) Standarisasi Larutan EDTA
Pengambilan
10 mL sampel
CaCO 1,760
g/L
Larutan EDTA
1/28 N
Penuangan
sampel CaCO
ke dalam
erlenmeyer
Pengambilan
5 mL buffer
pH 10
Perubahan warna
larutan setelah di
tambah indikator
Penambahan
buffer pH 10
pada larutan
Penuangan
larutan EDTA ke
dalam buret
Penambahan 1
sdk takar
indikator EBT
Proses titrasi,
di lakukan
duplo
Perubahan
warna setelah
proses titrasi
Pengambilan
larutan sampel
sebanyak 5 mL
Penuangan
sampel ke dalam
erlenmeyer
Penambahan5
mL buffer pH 10
pada sampel
Penambahan
sdk takar
indikator EBT
pada larutan
Perubahan warna
setelah
penambahan
indikator EBT
Proses titrasi
dengan lar EDTA,
di lakukan duplo
Perubahan
warna setelah
proses titrasi
Penambahan 5
mL buffer pH 10
pada sampel
Penambahan 1
sdk takar
indikator EBT
pada sampel
Perubahan warna
setelah
penambahan
indikator EBT
Perubahan warna
setelah titrasi di
hentikan (II)
Proses titrasi
dengan lar. EDTA,
di lakukan duplo
Perubahan warna
setelah titrasi di
hentikan (I)