BAB 1 PENDAHULUAN
Pemerian :
Kelarutan :
Penyimpanan :
Pemerian :
b. Perhitungan
1. Kloramfenikol
Diketahui:
Vtitran : 2,5 mL
N : 0,1 N
Berat setara : 0,0323 mg
Berat sampel : 100 mg = 0,1 g
FK : 0,1
Penyelesaian:
V titran × N × B.setara
= ×100%
B. sampel × FK
2,5 mL × 0,1 N × 0,0323 mg
= ×100%
0,1 mg × 0,1
0,0081
= × 100
10,01
= 0,81 x 100
= 81%
2. Sulfadiazin
Diketahui:
Vtitran : 19 mL
N : 0,1 N
Berat setara : 25,03 mg
Berat sampel : 100 mg
FK : 0,1
Penyelesaian:
V titran × N × B.setara
= ×100%
B. sampel × FK
19 mL × 0,1 N × 25,03 mg
= ×100%
100 mg × 0,1
47,557
= × 100
10
= 4,756 x 100
= 475,57%
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan penentuan kadar
kloramfenikol dan sulfadiazine dengan metode nitrimetri. Nitrimetri
adalah suatu cara penetapan kadar, suatu zat dengan larutan nitrit.
Metode titrasi diazotasi disebut juga dengan nitrimetri yakni metode
penetapan kadar secara kuantitatif dengan mengunakan larutan baku
natrium nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi
antara amina aromatic primer dengan asam nitrit dalam suasana asam
membentuk garam diazonium.
Dalam titrasi diazotasi, digunakan dua macam indikator, yaitu
indikator dalam dan indikator luar.Sebagai indikator dalam digunakan
campuran indikator tropeolin oo dan metilen biru, yang mengalami
perubahan warna dari ungu menjadi biru kehijauan.Sedangkan untuk
indikator luarnya digunakan kertas kanji iodide.
Pada penentuan kadar kloramfenikol yang telah ditimbang 100 mg
lalu dimasukkan ke dalam labu ukur dan ditambahkan dengan 4 mL HCl
pekat yang berfungsi sebagai pelarut dan untuk menciptakan suasana
asam dalam erlenmeyer, 1 g zink untuk mereduksi kloramphenikol yang
NUR FAIZAH IDRIS ANDI AFIFAH GANI
15020160042
NITRIMETRI
memiliki gugus amin sekunder menjadi gugus amin primer dan 2 mL HCl
pekat kemudian didinginkan dan ditambahkan dengan 0,6 g kalium
bromide, KBr berfungsi untuk mempercepat reaksi (katalisator) dan
dititrasi dengan larutan NaNO2 0,1 N secara perlahan hingga larutan
berwarna kuning pucat.Titrasi dilakukan di bawah suhu 15°C. Hal ini
karena garam diazonium tidak stabil dan jika suhunya lebih tinggi bisa
terurai menjadi fenol dan natrium.
Pada penentuan kadar sulfadiazin yang telah ditimang 100 mg lalu
dimasukkan ke dalam labu ukur dan ditambahkan dengan aquadest
sebanyak 15 mL setelah itu ditambahkan lagi HCl pekat 2 mL. Dinginkan
pada suhu < 15⁰C setelah itu dititrasi dengan NaNO2 hingga berubah
warna ungu menjadi biru hijau.
Titran yang digunakan adalah NaNO2 0,0791N yang kemudian
direaksikan dengan HCl sehingga membentuk asam nitrit (NaNO2). Pada
pecobaan ini, digunakan indikator luar yakni kertas kanji iodida. Pada
kertas kanji iodida akan terjadi perubahan warna mendi biru karena
iodida diubah menjadi iodium ketika bertemu dan kanji. Namun tidak
semua NaNO2 itu akan bereaksi dengan sampel. Ketika larutan
digoreskan pada kertas, adanya kelebihan atau sisa asam nitrit akan
mengoksidasi iodida mejadi iodium akan menghasilkan warna biru
segera.
Adapun kadar yang diperoleh pada percobaan nitritometri
kloramfenikol yaitu 81%. Persen kadar yang didapatkan tidak sesuai
dengan persen kadar yang tertera pada Farmakope Indonesia yaitu
kloramfenikol memiliki kadar tidak lebih dan tidak kurang dari 99%.
Adapun kadar yang diperoleh pada percobaan nitritometri
sulfadiazin yaitu 475,57%. Persen kadar yang didapatkan tidak sesuai
dengan persen kadar yang tertera pada Farmakope Indonesia yaitu
sulfadiazin memiliki kadar tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari
102%.
alasan penambahan larutan HCl pekat dalam percobaan yaitu
untuk menciptakan suasana asam dalam erlenmeyer. Larutan
didinginkan sampai suhunya mencapai kurang dari 15⁰C, perlakuan ini
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun hasil dari percobaan nitritimetri dapat ditarik kesimpulan
bahwa pada percobaan kloramfenikol didapat hasil kadar sebesar 81%
sedangkan untuk sulfadiazin kadar yang didapat sebesar 475,57%.
5.2 Saran
Untuk laboratorium agar alat-alat yang akan digunakan bisa
terjaga mutu dan kualitasnya terjaga dengan baik agar dapat dilakukan
oleh para praktikan. Untuk Asisten, janganlah bosan dalam mengawasi
jalannya praktikum yang dilakukan praktikan dalam laboratorium, mohon
diharapkan kesabarannya juga dalam menghadapi praktikan karena
praktikan masih dalam proses belajar. Untuk praktikan agar lebih teliti
lagi dalam melakukan praktikum untuk mengurangi faktor kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2017, Penuntun Kimia Dasa, Tim Dosen Fakultas Farmasi UMI,
Makassar