Anda di halaman 1dari 19

IODIMETRI DAN IODOMETRI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang sediaan obat
dan zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya, serta bagaimana cara-
cara pengolahannya. Jadi sangatlah penting bagi seorang calon
farmasist, untuk mengetahuI tentang cara pengolahan maupun seluk-
beluk tentang penentuan kadar suatu zat dalam suatu sampel. Untuk itu
perlu adanya pengetahuan tentang uji kualitatif seperti ini, sebab uji
analisis kualitatif sangat esensial untuk dijadikan salah satu keahlian
bagi seorang farmasist. Inilah sebab utama dilakukannya praktikum ini.
Faktor pendorongnya praktikum analisis kualitatif ini dilakukan
karena praktikan harus mampu mengetahui dan mengenal cara-cara
analisis kualitatif. Praktikum diperlukan untuk mendukung pengetahuan
farmasis tentang analisa kualitatif, selain pengetahuan teori, perlu
diadakan pengenalan terhadap anion sebagai dasar dalam malakukan
analisa pada kegiatan-kegiatan praktikum di farmasi. Kita dapat lebih
mengenal sifat-sifatnya dan cara-cara analisanya dengan bantuan
praktikum.
Iodimetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif volumetri
berdasarkan redoks dimana senyawa dan pereaksinya bereaksi secara
langsung atau sering disebut dengan Direct Titration. Dalam proses
penitaran, titran mengoksidasi titrat maka metode ini termasuk dalam
oksidimetri dan menggunakan penambahan indikator kanji di awal
titrasi. Sedangkan iodometri yaitu analisa titrimetric zat-zat oksidator
dengan menggunakan metode tidak langsung.
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi
dipergunakan secara luas oleh analisis titrimetrik. Ion-ion dari berbagai
unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda,
menghasilkan kemungkinan banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi-
reaksi ini memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam analisi titrimetrik
dan penerapan-penerapannya cukup banyak.

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)
IODIMETRI DAN IODOMETRI

Dalam bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan


kadar zat-zat yang mengandung oksidator misalnya Cl2, Fe (III), Cu (II)
dan sebagainya, sehingga mengetahui kadar suatu zat berarti
mengetahui mutu dan kualitasnya. Adapun dalam farmakope Indonesia,
titrasi iodometri digunakan untuk menetapkan kadar dari Asam
Askorbat, Natrium Askorbat, Metampiron (Antalgin), Natrium Tiosulfat
dan lain-lain.
Iodometri sangat bermanfaat untuk kita pahami lebih mendalam,
karena titrasi iodometri adalah suatu metode untuk menetapkan suatu
kadar zat dengan menggunakan pereduktor atau oksidator. Kita sebagai
seorang calon farmasis harus mampu mengetahu metode-metode yang
digunakan untuk mengetahui kandungan ataupun banyaknya kadar zat
pada suatu sampel sehingga kita dapat mengetahu keaslian dan
kemurnian suatu sediaan.
Dengan demikian, titrasi iodometri ini, sangat penting untuk kita
pahami dan harus kita pelajari sebelum melanjutkan ke jenjang
Pendidikan yang lebih spesifik lagi pada bidang kefarmasian.
1.2 Maksud percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara
penetapan kadar antalgin dengan metode titrasi iodimetri, serta
mengetahui penetapan kadar tembaga sulfat dan kaffein dengan
metode titrasi iodometri.
1.3 Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar
antalgin dengan metode titrasi iodimetri, serta menetukan kadar
tembaga sulfat dan kaffein dengan metode titrasi iodometri.

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)
IODIMETRI DAN IODOMETRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Teori Umum
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi
kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap
penurunan bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasi disertai hilangnya
elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah
senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan
oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami
kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung
bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator
reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja
(Khopkar, 2003).
Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namin demikian,
oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai
untuk penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion titanium(III), ion
besi(II), dan ion vanadium(II). Cara titrasi redoks yang menggunakan
larutan iodium sebagai pentiter disebut iodimetri, sedangkan yang
menggunakan larutan iodida sebagai pentiter disebut iodometri (Rivai,
1995).
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi
(iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri).
Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk
dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodimetrik
adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk
bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses
iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi
oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian
dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iodium dan tiosulfat
berlangsung secara sempurna (Basset. J etc. 1994).

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)
IODIMETRI DAN IODOMETRI

Iodium hanya sedikit larut dalam air (0,00134 mol per liter pada 25 0C),
tetapi agak larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Larutan
iodium standar dapat dibuat dengan menimbang langsung iodium murni
dan pengenceran dalam botol volumetrik. Iodium, dimurnikan dengan
sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan KI pekat, yang ditimbang
dengan teliti sebelum dan sesudah penembahan iodium. Akan tetapi
biasanya larutan distandarisasikan terhadap suatu standar primer, As2O3
yang paling biasa digunakan. (Harjadi, W., 1990).
Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses
iodometrik adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai
pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan
penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi terhadap
standar primer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama.
Sejumlah zat padat digunakan sebagai standar primer untuk larutan natrium
tiosulfat. Iodium murni merupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang
digunakan karena kesukaran dalam penanganan dan penimbangan. Lebih
sering digunakan pereaksi yang kuat yang membebaskan iodium dari
iodida, suatu proses iodometrik (Basset. J etc. 1994).
Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga iodium
dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberi warna
ungu atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut sebagai
karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan
untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu
larutan (dispersi koloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-
iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih
besar dalam larutan yang sedikit asam daripada larutan netral dan lebih
besar dengan adanya ion iodida (Basset. J etc. 1994).
Iodium merupakan oksidator lemah. Sebaliknya ion iodida
merupakan suatu pereaksi reduksi yang cukup kuat. Dalam proses analitik
iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida
digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Beberapa zat merupakan

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)
IODIMETRI DAN IODOMETRI

pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan
iodium. Maka jumlah penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi
banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion
iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Dengan adanya
kelebihan ion iodida yang ditambahkan pada pereaksi oksidasi yang
ditentukan, yaitu dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi
dengan larutan natrium tiosulfat (Underwood, 2002).
Larutan I2 dalam larutan KI encer berwarna coklat muda. Bila 1 tetes
larutan I2 0,1 N dimasukkan kedalam 100 ml aquadest akan memberikan
warna kuning muda, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam suatu larutan
yang tidak berwarna I2 dapat berfungsi sebagai indikator. Warna dari
larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai
indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet
yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetraklorida dan kloroform
dan terkadang kondisi ini digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi.
Namun demikian, suatu larutan (penyebaran koloidal) dari kanji lebih umum
digunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodin-kanji bertindak
sebagai tes yang sensitif untuk iodin (Underwood, 2002).
2.2 Uraian Bahan
1. Air Suling (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : .AQUA DESTILLATA
Nama lain : .Air suling
Rumus molekul : .H2O
Berat molekul : .18,02
Rumus struktur : .H O H
Pemeriaan :..Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa,
tidak berbau
Kelarutan : .Larut dalam etanol dan gliserol
Penyimpanan : .Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : .Sebagai pelarut
2. Asam Asetat (Ditjen POM, 1979)

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)
IODIMETRI DAN IODOMETRI

Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM


Sinonim : Asam Asetat
Rumus Molekul : CH3COOH
Berat Molekul : 60,05
Rumus Struktur : H O
HCCOH
H
Bobot Jenis :..1,04
Pemerian :..Cairan, jernih tidak berwarna, bau khas
menusuk, rasa asam yang tajam
Kelarutan :..Dapat bercampur dengan air, dengan etanol
dan dengan air, dengan etanol dan gliserol
3. Asam Sulfat (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM
Sinonim :..Asam Sulfat
Rumus molekul : H2SO4
Berat Molekul :..98,07
Pemerian :..Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak
berwarna; jika ditambahkan ke dalam air
menimbulkan panas.
Penyimpanan :..Dalam wadah tertutup rapat
Penggunaan :..Zat tambahan
4. Indikator Kanji (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi :..AMYLUM ORYZAE
Nama Lain :..Amilum/Pati
Pemerian :..Serbuk putih
Kelarutan :..Larut dalam air panas, membentuk atau
menghasilkan larutan agak keruh
Penyimpanan :..Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :..Sebagai Indikator
5. Iodium (Ditjen POM, 1979)

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)
IODIMETRI DAN IODOMETRI

Nama Resmi :..IODUM


Sinonim :..Iodium
Berat Molekul :..126,90
Rumus Molekul :..I2
Pemerian :..Keping atau granul, berat, hitam keabu-
abuan, bau khas, berkilau seperti metal.
Kelarutan :..Sangat sukar larut dalam air, mudah larut
dalam karbon disulfide, dalam kloroform,
dalam karbon tetraklorida dan dalam eter,
larut dalam etanol dan dalam larutan iodide,
agak sukar larut dalam gliserin
6. Kaffein (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi :..COFFEINUM
Sinonim :..Kofeina
Rumus Molekul :..C8H10N4O2
Berat Molekul :..194,19
Pemerian :..Serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat
biasanya menggumpal; putih; tidak berbau;
rasa pahit.
Kelarutan :..Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P; mudah larut dalam kloroform P;
sukar larut dalam eter P.
Penyimpanan :..Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Stimulan syaraf pusat, kardiotonikum.
7. Kalium Iodida (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi :..KALII IODIDUM
Sinonim :..Kalium Iodida
Rumus Molekul :..KI
Berat Molekul : 166,00

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)
IODIMETRI DAN IODOMETRI

Pemerian :..Hablur, heksahedral, transparan, tidak


berwarna pak dan putih, serbuk butiran putih,
hidroskopik.
Kelarutan :..Mudah larut dalam air, lebih mudah larut
dalam air mendidih, larut dalam air mendidih,
larut dalam etanol
Penyimpanan :..Sebagai sampel
8. Natrium Klorida (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM
Sinonim : Natrium klorida
Rumus Molekul : NaCl
Berat Molekul : 58,44
Rumus Struktur : Na Cl
Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau
serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa asin.
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian
air mendidih dan lebih kurang 10 bagian
gliserol P; sukar larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sumber ion klorida dan ion natrium
9. Natrium Tiosulfat (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi :..NATRII THIOSULFAS
Nama Lain :..Natrium tiosulfat
RM/BM :..Na2S2O3/248,17
Pemeriaan :..Hablur besar tidak berwarna/serbuk hablur
kasar, dalam udara merapuh
Kelarutan :..Larut dalam 0,5bagian air, praktis tidak larut
dalametanol 95% P
Penyimpanan :..Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan :..Sebagai penitrasi
10. Tembaga Sulfat

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)
IODIMETRI DAN IODOMETRI

Nama Resmi :..CUPRU SULFAS


Sinonim :..Tembaga (II) Sulfat
Rumus molekul :..CuSO4
Berat molekul :..159,61
Pemerian :..Prisma triklinik atau serbuk hablur; biru
Kelarutan :..Larut dalam 3 bagian air dan dalam 3 bagian
gliserol P; sangat sukar larut dalam etanol
(95%) P.
Penyimpanan :..Dalam wadah tertutup rapat.
1.2. Prosedur Kerja (Anonim, 2017)
a. Penetapan kadar zat dengan cara titrasi langsung dengan
larutan iodin baku
Penetapan Kadar Antalgin
Timbang saksama 400 mg zat uji, masukkan ke dalam labu
ukur 200 ml, larutkan dalam 5 ml air, titrasi dengan larutan iodin baku
0,1 N, pada penambahan tetesan pertma larutan iodin, timbul warna
merah pada larutan, yang lama-lama akan hilang sampai timbul
warna kunign yang stabil. Tiap mL larutan iodin 0,1 N setara dengan
16,67 mg antalgin.
b. Penetapan kadar zat dengan cara titrasi kembali larutan iodin
yang berlebihan dengan larutan natrium tiosulfat
Penetapan Kadar Kaffein
Ditimbang saksama 200 mg contoh dimasukkan dalam labu
ukur 100 mL, dilarutkan dengan 20 mL air dan 5 mL asam sulfat 4
N, tambahkan 50 mL larutan iodin 0,1 N dan 20 mL larutan natrium
klorida jenuh, kemudian dicukupkan volumenya dengan air sampai
100 mL, dikocok larutan dan biarkan selama 5 menit, disaring dan
dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N menggunakan
indicator kanji. Tiap mL larutan iodin 0,1 N setara dengan 5,3 mg
kaffein.

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)
IODIMETRI DAN IODOMETRI

c. Penetapan kadar zat titrasi iodium dibebaskan dari kalium


iodide dengan larutan natrium tiosulfat
Penetapan Kadar Tembaga Sulfat
Timbang saksama 1 g tembaga sulfat, larutkan dalam 50 ml
air, tambahkan 4 ml asam asetat dan 3 g kalium iodide. Titrasi
dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N menggunakan indicator kanji.
Tiap ml natrium tiosulfat setara dengan 24,97 mg tembaga sulfat.

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)
IODIMETRI DAN IODOMETRI

BAB 3 METODE KERJA


3.1. Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah, buret
biasa, buret iod, corong, erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 50 ml, labu ukur,
pipet skala, pipet tetes, pipet volume dan statif.
3.2. Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
antalgin, aquades, kaffein, larutan baku iodine 0,1 N, larutan asam
sulfat 4 N, larutan natrium klorida jenuh, larutan baku tiosulfat, indicator
kani, asam asetat, dan kalium iodide, dan kertas saring.
3.3. Cara Kerja
a. Iodimetri (Titrasi Langsung)
Penetapan Kadar Antalgin
Timbang saksama 200 mg antalgin, masukkan ke dalam labu
ukur 100 ml, larutkan dalam 2,5 ml air, titrasi dengan larutan iodin
baku 0,1 N.
b. Iodometri (Titrasi Tidak Langsung)
Penetapan Kadar Kaffein
Ditimbang 50 mg kaffein, dimasukkan ke dalam labu ukur 25
ml, dilarutkan dengan 5 ml air dan 1 ml asam sulfat 4 N,
ditambahkan 12,5 ml larutan iodine 0,1 N dan 5 ml larutan NaCl
jenuh, kemudian dicukupkan volumenya dengan air sampai 25 ml.
kocok larutan dan dibiarkan selama 5 menit. Setelah itu, saring dan
titrasi dengan menggunakan larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N
menggunakan indicator kanji. Tiap ml natrium tiosulfat setara
dengan 5,3 mg kaffein.
Penetapan Kadar Tembaga Sulfat
Timbang seksama 250 mg tembaga sulfat, dilarutkan ke
dalam 12,5 ml air. Ditmbahkan 1 ml asam asetat dan 0,75 g KI.
Titrasi iodine yang bebas dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,1

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)
IODIMETRI DAN IODOMETRI

N menggunakan indicator kanji. Tiap ml natrium tiosulfat setara


dengan 24,97 mg tembaga sulfat.

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)
IODIMETRI DAN IODOMETRI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Tabel
Sampel Volume Persentase Kadar Bst Bs
Titran Sampel (Mg) (Mg)
Antalgin 13 ml 100,790% 16,67 217,16
Kaffein 2,4 ml 24,995% 5,3 50,89
Tembaga Sulfat 19,3 ml 189,078% 24,97 254,88

4.2. Perhitungan
a. Kadar Antalgin

% kadar = 100 %

13 0,0101 16,67
= 100 %
217,16 0,01

= 100,790%
b. Kadar Kaffein

% kadar = 100 %

2,4 0,1 5,3
= 100 %
50,89 0,1

= 24,995%
c. Kadar Tembaga Sulfat

% kadar = 100 %

19,3 0,1 24,97
= 100 %
254,88 0,1

= 189,078%
4.3. Reaksi
a. Iodimetri (Titrasi Langsung)
I2 + I - I3-
b. Iodometri (Titrasi tidak langsung)
2Cu2+ + 4I 2CuI(s) + I2 (tembaga sulfat)

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)
IODIMETRI DAN IODOMETRI

4.4. Pembahasan
Iodometri dan Iodimetri keduanya merupakan analisa titrimetric,
akan tetapi keduanya memiliki penentuan kadar yang lebih spesifik
dimana iodimetri adalah suatu analisa titrimetric untuk zat-zat
reduktor, sedangkan iodometri adalah analisa titrimetric untuk zat-zat
oksidator. Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi
oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi
(iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang
cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka
jumlah penentuan iodimetrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak
pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion
iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu
kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang
ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi
dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iodium dan tiosulfat
berlangsung secara sempurna
Iodometri adalah analisa nitrimetri secara tidak langsung untuk
zat-zat oksidator seperti garam besi (III), tembaga(II), dan zat-zat
indikator ini direduksi lebih dulu dengan kalium iodida, dan iodi yang
dihasilkan dalam jumlah yang setara ditentukan kembali larutan
natrium tiosulfat baku. Sedangkan iodimetry adalah titrasi langsung,
karena analit langsung dititrasi dengan menggunakan larutan baku
iodide.
Pada percobaan ini, yang pertama dilakukan yaitu metode titrasi
iodimetry. Dimana pada titrasi ini, sampel yang digunakan adalah
antalgin. Penentuan kadar antalgin harus dilakukan dengan metode
iodimetri karena antalgin lebih mudah teroksidasi. Berat sampel yang
digunakan adalah 217,16 mg, kemudian sample dilarutkan dengan air
sebanyak 2,5 ml dan dititrasi menggunakan larutan iod baku 0,0101
N. Adapun volume titran yang didapatkan adalah 13 ml dengan
persentase kadar sebesar 100,790%. Titrasi dilakukan dalam suasana

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)
IODIMETRI DAN IODOMETRI

netral sedikit asam (pH 5-8). Pada antalgin, gugs -SO3Na dioksidasi
oleh I2 menjadi -SO4Na. iodimetry ini dikatakan sebagai titrasi
langsung, karena analitnya langsung dititrasi dengan larutan baku
iodide yang berlebih, sehingga iodide terbebas menjadi I3- dan akan
berwarna kuning.
Selanjutnya adalah metode titrasi iodometri atau titrasi tidak
langsung dengan menggunakan sampel kaffein dan tembaga sulfat.
Pertama, yaitu penentuan kadar kaffein. Pada percobaan ini
alasan penambahan asam sulfat pada penentuan kadar kaffein agar
titrasi berlangsung dalam suasana asam, sehingga sampel tidak
berekasi dengan hidroksida. Selain itu, juga ditambhakan NaCl jenuh.
Pada pada penetapan kaffein, setelah dilakukan penambahan larutan
iodium sampel didiamkan selama 5 menit. Hal ini bertujuan untuk
membiarkan sampel mengendap, setelah terbentuk endapan barulah
sampel disaring untuk memisahkan endapannya. Hal ini dilakukan
agar pada saat bereaksi dengan natrium tiosulfat beserta indikator
kanji, warna dari sampel akan cepat berubah menjadi bening dan tidak
terdapat lagi endapan.
Setelah disaring, barulah sampel dititrasi dengan larutan Natrium
tiosulfat. Penggunaan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3)
sebagai titrant didasarkan karena natrium tiosulfat merupakan
pereduksi yang baik yang akan bereaksi dengan analit yang bersifat
oksidator dimana akan mengubah iodide menjadi iodium. Adapun
perubahan warna yang terjadi adalah dari coklat ke bening. Adapun
volume tittran yang didapatkan adalah 2,4 mL, dan berdasarkan
volume titran tersebut persentase kadarnya adalah 24,995%.
Pada percobaan untuk menentukan kadar tembaga sulfat yaitu,
sampel dilarutkan dalam air terlebih dahulu, kemudian ditambahkan
asam asetat agar titrasi dapat berlangsung pada suasana asam.
Larutan thiosulfat sebelum digunakan sebagai larutan standar dalam
proses iodometri ini harus distandarkan terlebih dahulu oleh kalium

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)
IODIMETRI DAN IODOMETRI

iodat yang merupakan standar primer. Larutan kalium iodat ini


ditambahkan dengan asam sulfat pekat, warna larutan menjadi
bening. Dan setelah ditambahkan dengan kalium iodida, larutan
berubah menjadi coklat kehitaman. Kemudian ditambahkan indicator
kanji dan dititrasi lagi menjadi larutan berwarna putih. Adapun volume
titran yang diperoleh yaitu 19,3 ml dengan persentase kadar sebanyak
189,078%.
Pada titrasi iodometri menggunakan amilum (kanji) sebagai
indikator yang berfungsi untuk menunjukan titik akhir titrasi yang
ditandai dengan perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna.
Larutan indikator amilum ditambahkan pada saat akan menjelang titik
akhir dititrasi, karena jika indikator amilum ditambahkan diawal akan
membentuk iod-amilum memiliki warna biru kompleks yang sulit
dititrasi oleh natrium tiosulfat.
Berdasarkan teori persentase kadar yang baik untuk titrasi
iodometri dan iodimetri adalah 99% - 116%, sedangkan persentase
kadar yang diperoleh pada percobaan iodometri tidak sesuai dengan
teori karena kadarnya adalah 24,995% (kaffein) dan 189,078%
(tembaga sulfat). Sedangkan untuk percobaan iodimetry dianggap
sesuai karena kadarnya sebesar 100,790%. Sehingga faktor
kesalahan yang menyebabkan tidak sesuainya hasil dengan teori
adalah karena adanya kesalahan dalam penggunaan larutan Iodium
diamana konsentrasi larutan baku yang digunakan terlalu kecil.

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)
IODIMETRI DAN IODOMETRI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang saya lakukan, dapat disimpulkan
antalgin, kaffein, dan tembaga sulfat masing-masing secara berturut-
turut adalah 100,790%, 24,995%, dan 189,078%. Sedangkan
berdasarkan teori persentase kadar yang baik untuk titrasi iodometri dan
iodimetri adalah 99% - 116%.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikum harus dilakukan dengan ekstra hati-hati,
praktikan diharapkan menggunakan masker dan sepatu tertutup untuk
mencegah terjadinya kecelakaan-kecelakaan yang kemungkinan
terjadi. Karena pereaksi yang digunakan kebanyakan memiliki sifat
keras dan berbahaya apabila dihirup dan bersentuhan oleh kulit.

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)
IODIMETRI DAN IODOMETRI

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2017, Penuntun Praktikum Kimia Analisis, Universitas Muslim
.Indonesia, Makassar.
Basset, J., 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik,
.Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesi Edisi III, Departemen Kesehatan
.RI, Jakarta.
Harjadi, W., 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta.
Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI press, Jakarta.
Rivai, H., 1990, Asas Pemeriksaan Kimia, Universitas Indonesia press,
.Jakarta.
Day, R.A & Underwood, A.L., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga,
.Jakarta.

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)
IODIMETRI DAN IODOMETRI

LAMPIRAN GAMBAR
a. Penentuan Kadar Tembaga Sulfat

b. Penentuan Kadar Kaffein

B. Penentuan kadar kaffein

AYU LESTARI SUHARTO


MASDIANA TAHIR S.Farm., M.Si., Apt.
(15020160075)

Anda mungkin juga menyukai