Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ANALISIS FARMASI 1

TITRASI NITRIMETRI GOLONGAN SULFANAMIDA

OLEH :
KELOMPOK : 7
NAMA:
FITRIANI NATSIR (516 011 167)
HIJRIANA (516 011 211)
KELAS B/2016

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Nitrimetri (Diazotasi) ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Arif Santoso selaku
Dosen mata kuliah Kimia Analisis Stikes Karya Putra Bangsa yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai teroi titrasi nitrimetri/diazotasi, prinsip
reaksi nitrimetri, indikator nitrimetri, dan aplikasi analisis nitrimetri/diazotasi dalam
analisis obat dan bahan obat beserta contoh obatnya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 13 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................... i

KATA PENGANTAR......................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Tujuan................................................................................................ 2
1.3 Manfaat............................................................................................. 2

BAB II ISI
2.1 Teori Titrasi Nitrimetri / Diazotasi..................................................... 3
2.2 Indikator Nitrimetri........................................................................... 5
2.3 Sediaan Oba dan golongan obat Sulfanamida……………………. 7
2.4 Uji Senyawa Kualitatif Dan Uji Spesifik golongan sulfanamida…. 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kimia analisis mencakup analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Analisis secara kualitatif menunjukkan keberadaan suatu zat atau unsur
tertentu dalam suatu sampel, sedangkan analisis secara kuantitatif menyatakan
jumlah suatu zat atau unsur dalam sampel. Analisa kualitatif dapat dilakukan
dengan cara klinik maupun instrumental yaitu dengan menggunakan alat
modern. Cara klasik dapat dibagi menjadi beberapa metode diantaranya
adalah volumetri.
Berdasarkan pengukuran, analisa kuantitatif dibagi atas 3 bagian yaitu
analisa volimetrimetri, analisa gravimetrik dan analisa instrumental. Analisa
titrimetri melibatkan pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi
yang diketahui yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit.
Nitrimetri merupakan cara analisa volumetri yang berdasarkan pada reaksi
pembentukan garam diazonium. Garam diazonium itu terbentuk dari hasil
reaksi antara senyawa yang mengandung gugus amin aromatis bebas, pada
suhu di bawah 15°C dalam senyawa asam. Titrasi diazotasi berdasarkan pada
pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang
direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara
mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam (Harmita, 2006).
Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan metode nitrimetri
antara lain golongan sulfonamida seperti sulfamerazin, sulfadiazin dan
sulfanilamid. Senyawa-senyawa ini dalam dunia farmasi sangat bermanfaat
seperti sulfanilamid sangat berguna sebagai obat antimikroba. Selain
senyawa-senyawa tersebut, pemanis buatan seperti natrium siklamat bisa
ditetapkan kadarnya menggunakan metode nitrimetri. Melihat kegunaannya
maka nitrimetri merupakan salah satu metode analisis yang diperlukan untuk
menganalisis senyawa-senyawa tersebut.
Oleh karena itu disusun makalah tentang nitrimetri ini untuk
mengetahui teroi titrasi nitrimetri/diazotasi, prinsip reaksi nitrimetri, indikator
nitrimetri, dan aplikasi analisis nitrimetri/diazotasi dalam analisis obat.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui teori titrasi nitrimetri / diazotasi
2. Mengetahui indikator nitrimetri
3 Mengetahui sediaan obat dan golongan obat
1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui teori titrasi nitrimetri / diazotasi
2. Untuk mengetahui indikator nitrimetri
3 Untuk mengetahui sediaan obat dan golongan obat
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Nitrimetri

Metode Nitrimetri adalah metode penetapan kadar secara kuantitatif


dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit. Metode ini didasarkan pada
reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatic primer dengan asam nitrit
dalam suasana asam membentuk garam diazoniumna. Karena asam nitrit tidak
stabil, maka gdiganti dengan natrium nitrit yang merupakan garam dari asam
nitrit, sedangkan untuk membuat sauna asam digunakan asm klorida. (Abdu
Rohman,2008).

Titrasi diazotasi sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan


kadar senyawa-senyawa antibiotic sulfonamide dan juga senyawa-senyawa
anestesika local golongan asam amino benzoate.(Gandjar dan Rohman,2008)

Metode titrasi diazotasi disebut juga nitrimetri yakni metode penetapan


kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit. Metode
ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatic primer
dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium

Dalam nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat


molekulnya karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan
menghasilkan 1 mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula, untuk nitrimetri,
konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan molaritas (M) karena
molaritasnya sama dengan normalitasnya (Gandjar dan Rohman, 2008).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi nitrimetri adalah :
1. Suhu
Pada saat melakukan titrasi, suhu harus berada antara 5-15° C,
walaupun sebenarnya pembentukan garam diazonium berlangsung pada
suhu yang lebih rendah yaitu 0-5° C. Pada temperatur 5-15° C digunakan
KBr sebagai stabilisator. Titrasi tidak dapat dilakukan pada suhu tinggi
karena :
HNO2 yang terbentuk akan menguap pada suhu tinggi
Garam diazonium yang terbentuk akan terurai menjadi
fenol
2. Keasaman
Titrasi ini berlangsung pada pH ± 2 hal ini dibutuhkan untuk :
Mengubah NaNO2 menjadi HNO2
Pembentukan garam diazonium
3. Kecepatan Reaksi
Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali, sehingga agar reaksi
sempurna maka titrasi harus dilakukan perlahan-lahan dan dengan
pengocokan yang kuat. Frekuensi tetesan pada awal titrasi kira-kira 1
ml/menit, lalu menjelang titik akhir menjadi 2 ml/menit. Karena asam
nitrit terbentuk pada suasana asam, penambahan KBr pada titrasi nitrimetri
diperlukan sebagai :
 Katalisator, yaitu untuk mempercepat reaksi, karena KBr dapat
mengikat NO2 membentuk nitrosobromid, yang akan meniadakan
reaksi tautomerasi dari bentuk keto dan langsung membentuk
enol.
 Stabilisator, yaitu untuk mengikat NO2 agar asam nitrit tidak
terurai atau menguap.

B. Indikator Titrasi Nitrimetri

Indikator yang digunakan meliputi: (Abdu Rohman, 2008)

 Indikator Dalam
Indikator dalam terdiri atas campuran trepeolin OO dan metilen biru.
Trepeolin OO merupakan indicator asam-basai yang berwarna merah dalam
suasan asam dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan
asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai pengkontras warna sehingga
pada titik akhir titrasi akan menjadi perubahan dariyang ungu menjadi biru
sampai hijau tergantung senyawa yang dititrasi.

 Indikator Luar

Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida. Ketika


larutan digoreskan pada pasta atau kertas, adanya kelebihan asam nitrit akan
mengoksidasi iodide menjadi iod dan dengan adanya amilum akan
menghasilkan warna biru segera. Indikator kanji iodida ini peka terhadap
kelebihan 0,05-0,10 ml natrium nitrit dalam 200 ml larutan. Reaksi yang
terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:

NaN2 + HCl HNO2 + NaCl


KI + HCl KCI + HI
2 HI + 2 HONO I2 + 2 NO + 2H2O
I2 + kanji kanji yod (biru)

Pemakaian kedua indicator ini ternyata memiliki kekurangan. Pada


indicator luar harus diketahui dulu perkiraan jumlah titran yang diperlukan
sebab kalau tidak tau perkiraan ,jumlah titran yang dibutuhkan maka akan
sering melakukan pengujian apakah sudah tercapai titik akhir titrasi atau
belum. Disamping itu, kalau sering melakukan pengujian, dikhawatirkan
akan banyak larutan yang dititrasi (sampel) yang hilang pada saat pengujian
titik akhir. Sedangkan pada pemakain indicator dalam walaupun
pelaksanaannya mudah tetapi seringkali untuk senyawa yang berbeda akan
memberikan warna yang berbeda. Untuk mengatasi hal ini, maka di gunakan
metode pengamatan titik akhir secara potensiometri.

 Metode Potensiometri

Metode yang baik untuk penetapan titik akhir nitrimetri adalah


metode potensiometri dengan menggunakan electrode kolomel-platina yang
dicelupkan kedalam titrat. Pada titik akhir titrasi (adanya kelebihan asam
nitrit), akan terjadi depolarisasi elektroda sehingga akan terjadi perubahan
arus yang sangat tajam sekitar +0,80 Volt sampai +0,90 Volt. Metode ini
sangat cocok untuk sampel dalam bentuk sediaan sirup yang berwarna.

C. Sediaan Obat Dan Golongan Sulfonamida


Sulfonamid merupakan agen bakteri sintetik, turunan sulfanilamida
yang digunakan untuk pengobatan berbagai jenis penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri dan mikroorganisme yang lain. Mekanisme aslinya
didasarkan pada penghambatan konversi (perubahan) asam p-aminobezoat,
akibatnya akan mengganggu penggunaan asam ini oleh bacteria pada sintesis
asam folat dan akhirnya pada sintesis purin dan asam deosiknukleat (DNA).
Sulfanamida biasanya digunakandalam sediaan berbentuk tablet,
suspense, injeksi, tetes mata, dan salep mata. Sulfonamid mempunyai
spectrum antibakteri yang luas meskipun kurang kuat disbanding dengan
antibiotika.(Sudjadi,2008)

Golongan sulfonamide umumnya hanya bersifat bakteriostatik (atau


menghambat pertumbuhan bakteri) namun pada kadar yang tinggi dalam urin.
Sulfonamid bersifat bakterisid (Membunuh bakteri).(Sudjadi, 2008)
D. Uji Senyawa Kualitatif Sulfatiazin Dan Uji Senyawa Kualitatif
Sulmetaksazol

Contoh Obat dari Sulfonamida yaitu: (Harmita,2009)

 Sulfatiazol
 Sulfametaksazol
1. Sulfatiazol: Kandungan sulfatiazol ditentukan dari spectrum derivative orde
ke 3 dengan mengukur signal pada panjang gelombang 297 nm (3D297) atau
dari spectrum derivative ke 4 pada panjang gelombang 290,6 (4D290,6)
menggunakan titik nol yang bersesuaian dengan sulfanilamide dalam kedua
panjang gelombang. (Rohman,2008)
Analisis Kualitatif
Larutkan 1 g dalam 10 ml air, tmbahkan 2 ml asam asetat p,
terbentuk endapan putih. Cuci endapan dengan air dingin, keringkan pada
suhu 105o selama 4 jam; suhu lebur sisa lebih kurang 183; sisamenunjukan
reaksi amina aromatic primer yang tertera pada reaksi identifikasi.
Jika dipanaskan dengan campuran etanol (95%) dan asam sulfat p, terjadi
bauh asetat. (FI III)

Analisis Kualitatif
 Reaksi diazotasi merupakan reaksi yang lambat karena itu titrasinya
harus dilakukan perlahan-lahan terutama menjelang titik akhir titrasi.
Titik akhir akan tercapai apabila terbentuk warna biru dengan segera
pada pasta kanji-iodida dan dapat ditunjukan lagi paling tidak satu
menit setelah penambahan titran trakhir. Pada waktu titrasi dan
belum mencapai titik ekuivale, jika larutan itu di goreskan pada
pasata kanji-iodida maka juga akan membentuk warna biru segera
karna ada asam nitrit yang belum bereaksi dengan amina aromatis.
Aapabila telah mencapai titik akhir, setelah 1 menit dari penambahan
titran, larutan itu jika digoreskan pada pasta kanji-iodida akan
menghasilakn warna biru segera karena ada kelebihan asam nitrit
pada lrutan itu.(Abdu Rohman,2008)

 Metode KCKT untuk menentukan sulfatiazol dalam madu dengan


melakukan derivatisasi post-coloum menggunakan fluoresamin
perlakuan sampel meliputi hidrolisis dengan asam diikuti dengan
ekstraksi cair-cair dan ekstraksi fase padat (solid phase extraction
SPE ) pada penukar kation yang kuat pemisahan kromatografi cair
dilakukan selama 45 memit dengan total waktu analisis selama 60
menit .
2. Sulfametaksazol
Sulfametaksazol merupakan obat antibakteri sulfanamid. Obat ini
biasa dikombinasi dangan trimetoprin untuk meningkatkan
potensinya, dengan nama generic kotrimoksazol, tetapi
sulfametoksazol sangat sukar larut dalam air. Kelarutannya: 1 : 3400,
dari kelarutannya dapat diperkirakan bahwa kecepatan disolusinya
akan sangat lambat, yang pada kondisi sinkantara kelarutan dan
kecepatan disolusi. (Jurnal,2001)

Analisis Kualitatif

Titrasi Bebas Air


Timbang saksama lebih kurang 500 mg, larutkan dalm campuran 20
ml asam asetat glacial P dan 40 ml air, tambahkan 15 ml asam klorida P.
Dinginkan sehingga suhu 15o dan segera titrasi dengan natrium nitrit 0,1 M
LV. Tetapkan titik akhir secara potensiometrik menggunakan electrode
kalomet dan platina.
1 ml natrium nitrit 0,1 M setara dengan 25, 33 mg C10H11N3O3S

Nitrimetri
Timbang saksama 500 mg, larutkan dalam campuran 20 ml asam asetat
glacial P, 40 ml air, dan 15 ml asam klorida P, dinginkan hingga suhu 15 o.
Segera titrasi dengan natrium nitrit 0,1 M secara potensiometrik
menggunakan elektroda kalomel dan pelatina.
1 ml natrium nitrit 0,1 M setara dengan 25, 33 mg C10H11N3O3S
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Titrasi diazotasi sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan


kadar senyawa-senyawa antibiotic sulfonamide dan juga senyawa-senyawa
anestesika local golongan asam amino benzoate.

Sulfonamid merupakan agen bakteri sintetik, turunan sulfanilamida


yang digunakan untuk pengobatan berbagai jenis penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri dan mikroorganisme yang lain. Mekanisme aslinya
didasarkan pada penghambatan konversi (perubahan) asam p-aminobezoat,
akibatnya akan mengganggu penggunaan asam ini oleh bacteria pada sintesis
asam folat dan akhirnya pada sintesis purin dan asam deosiknukleat (DNA).

Sulfanamida biasanya digunakan dalam sediaan berbentuk tablet,


suspense, injeksi, tetes mata, dan salep mata. Sulfonamid mempunyai
spectrum antibakteri yang luas meskipun kurang kuat disbanding dengan
antibiotika. Dan golongan Sulfanamida Pada Uji Kualitatif Sulfatiazin dan Uji
senyawa Sulfametaksazol.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rohman. 2008.Volimetri dan Gravimetri: Yogyakarta. Gadja Mada
University Press

Dirjen pom.1979.Farmakope indonesia edisi III. Jakarta:Depkes RI

Harmita. 2017. Penetapan Kadar Bahan Baku Obat Dan Sediaan Farmasi: Jakarta.
EGC

Sudjadi.2015.Analisis farmasi.Yogyakarta: Pustaka pelajar

Siti Nuaisyah,dkk. 2001. Ketersediaan Hayati Sulfametoksazol Polimorfi IIA


PadaKelinci. Yogyakarta: Farmasi Universitas Gaja Madah. Jurnal 124,205-
210
LAMPIRAN BUKU

Menurut Abdul Roman,2008 Analisis Farmasi

Menurut Farmakope Indonesia edisi III, 1979


Menurut Subjadi dan Abdul Rohman dalam bukunya Volumetri dan
Gravimetri,2008

JURNAL Ketersediaan Hayati Sulfametaksazol Polimorfi IIA In


Kelinci . 2001
MENURUT PENETAPAN KADAR BAHAN BAKU OBAT DAN
SEDIAAN FARMASI, 2017

Anda mungkin juga menyukai