Jawab :
a. Ekstraksi Cair-Cair
Prinsipnya adalah pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan. Adanya perbedaan
koefisien distribusi zat terlarut dalam dua larutan yang berbeda fase dan tidak saling
bercampur. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan faes yang lain pelarut organik.
Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan ditemukan didalam fase air, sedangkan
senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut organik (n-
heksan, n-butanol, kloroform dan petroleum eter).
b. Ekstraksi Padat-cair
Prinsipnya adalah pemisahan satu komponen dari padatan dengan melarutkannya
dalam pelarut, tetapi komponen lainnya tidak dapat dilarutkan dalam pelarut tersebut.
Proses ini biasanya dilakukan dalam fase padatan.
2. Masalah yang timbul pada saat ekstraksi cair-cair?
Jawab :
1. Pengocokan dilakukan dengan kecepatan yang tidak konstan dan cara pengocokannya dilakukan
tidak searah. Pengocokan disini untuk memperbesar luas permukaan untuk membantu proses
distribusi ekstrak pada kedua fase.
2. Kurangnya waktu pengocokan yang dilakukan, sehingga ekstrak tidak dapat bercampur dengan
pelarut secara maksimal.
3. Pada pemisahan fase air dan fase organik menggunakan corong pisah, ada salah satu fase yang
ikut pada pelarut yang dipisahkan.
3. Jelaskan prinsip KLT!
Jawab :
Prinsip KLT berdasarkan adsorpsi dan partisi :
1. Adsorpsi ialah kemampuan fase diam (silica gel) untuk menyerap suatu senyawa
sampai permukaan silica gel.
2. Partisi ialah kemampuan fase gerak (eluen) untuk memisahkan suatu senyawa
berdasarkan kepolarannya.
4. Jelaskan tahap KLT!
Jawab :
1. Penyiapan lempeng KLT
Lempeng silica gel F254 berukuran 20x20 cm, dipotong dengan ukuran 7 cm x 1 cm,
lempeng diberi tanda batas bawah dengan jarak 1 cm dan garis batas atas elusi 0,5
cm.
2. Penjenuhan chamber
Disiapkan chamber dengan penutupnya diisi dengan eluen yang sesuai lalu
dimasukan potongan kertas saring yang panjangnya lebih dari tinggi chamber dan
kemudian ditutup. Eluen dibiarkan naik melalui kertas saring hingga melewati
penutup kaca.
3. Penotolan sampel pada lempeng
Ekstrak dilarutakn dengan pelarut tertentu, kemudian diambil menggunakan pipa
kapiler ditotolkan pada lempng yang telah disiapkan. Lempeng yang telah ditotol
diuap-uapkan sebentar untuk menguapkan pelarutnya. Lalu dimasukan kedalam
chamber yang telah dijenuhkan. Bila eluen telah mencapai batas atas maka lempeng
tsb dapat dikeluarkan. Diamati secara langsung dengan menggunakan penampak
bercak UV 254 dan UV 366.
5. Definisi biomarker?
Jawab :
Biomarker adalah semua zat, struktur, atau proses yang bisa diukur dalam tubuh atau
produk-produk serta pengaruhnya atau memprediksikan kejadian dampak atau penyakit.
Biomarker bisa dikelompokkan sebagai penanda keterpaparan, penanda efek, dan
penanda kerentanan.
6. Tuliskan contoh simplisia beserta biomarkernya!
Jawab :
1. Psidium Guajava Folium : Klorasetin sebagai antioksidan
Psidium Guajava Fructus : Likopen sebagai senyawa karatenoid yang terkandung dalam
buah jambu biji berguna sebagai anti kanker, mencegah katarak dan penyakit jantung.
2. Zingiberis Rhizoma : Zingerol, zingeron dan resin sebagai kardiotonik, antiinflamasi dan
analgetik
3. Camelia sinennsis Folium : Katekin berguna untuk mrnghambat pertumbuhan sel kanker,
invasi dan merangsang kematian sel.
7. Definisi kromatografi?
Jawab :
Suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak
dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul
yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam.
8. Tuliskan pembagian kromatografi!
Jawab :
1. Kromatografi gas – cair.
2. Kromatografi gas – padat.
3. Kromatograficair – cair.
4. Kromatografi cair – padat.
5. Kromatografi kolom.
6. Kromatografi planar (Kromatografi lapis tipis dan Kromatografi kertas)
9. Tuliskan jenis-jenis kromatografi!
Jawab :
1. Kromatografi kertas
2. Kromatografi lapis tipis
3. GLC (Gas Liquid Chromatography)
4. HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
10. Jelaskan tahap-tahap isolasi!
Jawab :
1. Preparasi sampel/simplisia: Preparasi sangat penting dalam melakukan isolasi, maka
preparasi harus dibuat secara benar dan tepat. Pada simplisia dilakukan penumbukkan
sehingga dinding sel yang terdapat pada simplisia rusak dan senyawa yang ada di
dalam tumbuhan akan dapat mudah ditarik oleh pelarut yang digunakan dalam proses
ekstraksi. Untuk senyawa yang mengandung minyak atsiri setelah penumbukkan tidak
boleh dilakukan pengeringan karena minyak atsiri yang terdapat dalam tanaman akan
menguap.
2. Ekstraksi: Ekstraksi merupakan proses penarikan senyawa-senyawa yang ada dalam
tumbuhan. Pada proses ekstraksi dipilih pelarut yang kepolarannya mirip dengan sel
tumbuhan contohnya etanol. Penggunaan etanol juga disesuaikan dengan keadaan
simplisianya. Apabila simplisia yang digunakan adalah simplisia yang kering
digunakan etanol 70% untuk proses ekstraksi karena air akan membantu etanol untuk
menjerap senyawa yang ada di dalam simplisia. Beda dengan simplisia yang tidak
begitu kering, maka digunakan etanol 96% untuk melakukan ekstraksi pada tanaman.
3. Fraksinasi: Setelah melakukan proses ekstraksi kita dapat melanjutkan dengan proses
fraksinasi, intinya adalah memisahkan senyawa yang terkandung dalam suatu tanaman
berdasarkan tingkat kepolaran dari pelarut yang digunakan. Contohnya n-heksan (non
polar); etil asetat (semi polar); air (polar) sehingga senyawa dapat terpisah berdasarkan
kepolarannya. Proses fraksinasi ini dilakukan dengan menggunakan corong pisah
untuk memisahkan senyawa-senyawa yang terkandung. Dimulai dari senyawa non
polar terlebih dahulu, dimasukkan n-heksan ke dalam corong pisah yang berisi ekstrak,
dilakukan pengocokan lalu fraksi n-heksan (bagian atas) ditampung. Hal ini dilakukan
terus hingga fraksi n-heksan tidak berwarna/ jernih. Setelah jernih dilakukan
pergantian pelarut dari n-heksan ke etil asetat dan dilakukan hal yang sama seperti n-
heksan.
4. Isolasi: Dalam tahap isolasi dapat menggunakan KCV (kromatografi cair vakum) atau
kolom konvensional, bergantung kebutuhan. KCV menggunakan vakum untuk
membantu suatu senyawa turun lebih cepat untuk melewati kolom silica namun karena
terlalu cepat kelemahannya adalah waktu kontak dengan silica akan semakin cepat
juga sehungga pemisahan yang terjadi kurang baik. Jika dengan menggunakan kolom
konvensional pemisahan akan lebih sempurna karena waktu kontak akan lebih lama
karena hanya memanfaatkan gravitasi bumi untuk eluen turun sehingga eluen yang
membawa senyawa akan turun lebih lama dan mengakibatkan pemisahan yang
sempurna juga. Senyawa-senyawa yang turun kemudian dipisahkan dan dilakukan klt
untuk mengetahui bercak-bercak sehingga dapat mengetahui pada vial keberapa
senyawa yang diinginkan akan turun
5. Uji kemurnian: Untuk mengetahui apakah hanya terdapat satu senyawa dalam hasil
percobaan dapat dilakukan kromatografi dua dimensi. Metode ini dilakukan hampir
sama seperti KLT seperti biasa namun pada saat eluen mulai mencapai garis finis
dilakukan pembalikkan pelat KLT. Apalabila ketika dibalikkan hanya ada satu spot
bercak KLT maka senyawa tersebut dapat dikatakan murni.
6. Elusidasi struktur: Setelah mendapatkan senyawa yang murni, maka dilakukan
identifikasi struktur senyawa tersebut dengan menggunakan alat-alat analisis seperti
spektroskopi UV-Vis, Infrared, Mass Spektroskopi, C-NMR dan H-NMR. Maka
didapatkanlah struktur senyawa berkhasiat dari tanaman tersebut.