Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL HASIL PRAKTIKUM

ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWET PADA PRODUK SEDIAAN FARMASI

Dipersiapkan dan disusun oleh


Litha f. Makatita
150 2013 0067
telah dipertahankan di depan asisten pendamping pada tanggal
.................................................

Telah disetujui oleh:

Asisten Pendamping,

Asri Monika tanggal,..................................


ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWET PADA PRODUK SEDIAAN
FARMASI

Litha F. Makatita1 Dan Asri Monika2

1
Mahasiswa Fakultas Farmasi, UMI.
2
Asisten Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi, UMI
Email : lithaf.makatita@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pengawetan dalam bidang farmasi bertujuan untuk mencegah pertumbuhan


mikroorganisme. Pengawetan merupakan persoalan yang kompleks, dimana setiap
produk harus diseleksi. Pengawet antimikroorganisme adalah zat yang ditambahkan
pada sediaan obat untuk melindungi sediaan tersebut terhadap kontaminasi
mikroorganisme. Dilakukan analisis pada pengawet untuk melihat bagaimana
efektivitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan sehingga dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme sehingga sediaan dapat tahan sesuai usia
simpannya. Adapun tujuan analisis efektivitas pengawet pada produk sediaan
farmasi ini adalah untuk melihat efektivitas dari pengawet pada sampel La Fonte
dengan konsentrasi 0,1% dan 0,2% dalam menghambat pertumbuhan mikroba
Candida albicans dan Eschericia coli.. Analisis ini dilakukan dengan menghitung
jumlah koloni yang tumbuh pada medium NA dan PDA pada hari ke-1, ke-7, ke-14,
dan ke-28 dengan konsentrasi pengawet 0,1 % dan 0,2%. Berdasarkan hasil
pengamatan tersebut diperoleh hasil untuk sampel La Fonte 0,1% jumlah koloni pada
NA pada hari ke-1 yaitu 3336 dan hari ke-7, ke-14, dan ke-28 tidak bisa untuk
dihitung. Sedangkan jumlah koloni pada medium PDA hari ke-1 3336, ke-7, ke-14,
dan ke-28 tidak bisa untuk dihitung. Untuk La Fonte 0,2% jumlah koloni pada NA
pada hari ke-1 yaitu 3664 dan hari ke-7, ke-14, dan ke-28 tidak bisa untuk dihitung.
Sedangkan jumlah koloni pada medium PDA hari ke-1 yaitu 800, ke-7 yaitu 720, ke-
14 656, dan ke-28 tidak bisa untuk dihitung. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pengawet pada sampel La Fonte cukup efektif dalam menghambat peruraian atau
pertumbuhan mikroba

Kata kunci :Pengawet, Natrium benzoat, Candida albicans, Eschericia coli


PENDAHULUAN
Mikroorganisme atau mikroba (jasad renik) terdapat dimana mana dan
disekitar kita, mereka menghuni tanah, air dan atmosfer planet kita1.
Pengawetan dalam bidang farmasi bertujuan untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme. Pengawet antimikroorganisme adalah zat yang ditambahkan pada
sediaan obat untuk melindungi sediaan tersebut terhadap kontaminasi
mikroorganisme. Bahaya dari pencemaran mikroorganisme baik bakteri, jamur ata
khamir terdapat dimana mana selama pembuatan, pengemasan, penyimpanan, dan
penggunaan obat, dimana manusia, lingkungan (ruangan, udara), bahan obat dan
bahan pembantu, alat alat kerja seperti mesin mesin dan bangahan pengemas
primer merupakan sumber kontaminasi utama2.
Ingesti dari makanan mengandung toxin dan pathogen manusia yang dapat
menyebabkan variasi dari penyakit. Ini harus dihambat kontaminasinya pada produk
makanan dengan pathogen manusia dan untuk mengontrol potensial proliferasi dari
produksi toxin mikroorganisme, dimana dapat menghasilkan keracunan pada
makanan. Pada beberapa kasus, pertumbuhan dari mikroorganisme pathogen dalam
penyertaan makanan oleh bentuk yang nyata dari bentuk yang rusak. Seperti produksi
dari gas atau bau bahan bahan yang kotor, dimana memberikan indikasi bahwa
produk tidak boleh dinamakan. Pada kasus lain, mereka tidak secara nyata bentuk
perusakannya untuk mengindikasi adanya pathogen atau toxin. Ini dibutuhkan untuk
membawa keluar program inspeksi pada kemungkinan deteksi kontaminais dari
produk makanan dengan mikroorganisme petogen3.
Adanya mikroorganisme dalam suatu sediaan obat dapat menyebabkan
perubahan sediaan obat yang tidak dikehendaki, disamping itu dapat menyebabkan
terjadinya bulukan, kekeruhan, pembentukan bau, dan fermentasi dan bahaya
terjadinya infeksi oleh mikroorganisme pathogen dan kemungkinan terbentuknya
produk metabolism yang dihasilkan oleh mikroorganisme pencemar tersebut. Usaha
yang penting mengurangi kandungan mikroorganisme dapat dilakukan pencegahan
(produksi higienis), menghilangkan seperti penyaringan, inaktivitas (dengan cara
fisika, kimia). Untuk mempertahankan kemurnian sutau sediaan obat selama dalam
penyimpanan dan penggunaan, maka dibutuhkan sutau penstabilisasi dengan bahan
anti microbial yang disebut pengawet. Pengawet digunakan untuk wadah dosis ganda
untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat masuk dengan tidak
sengaja selama atau setelah proses produksi4.
Pengontrolan dari kualitas makanan adalah utamanya mengenai dengan tes
produk maknan untuk melihat kehadiran dari mikroorganisme spesifik. Produk
makanan adalah pembawa utama respon untuk transmisi dari penyakit akibat
mikroorganisme dari system pencernaan. Untuk alasan ini, produk makanan harus di
uji untu melihat kehadiran dari bakteri5.
Populasi bakteri dapat menjadi luar biasa banyak dalam waktu yang singkat.
Dengan memahami kondisi ini, kita dapat menentukan cara mengontrol pertumbuhan
bakteri penyebab penyakit atau bakteri perusak makanan6.
Cara pengujian efektivitas pengawet. Bila kemasan sediaan dapat ditembus
dengan menggunakan jarum suntik, maka disiapkan 5 wadah asli dari sediaan. Tetapi
bila wadah tidak dapat ditembusi secara aseptic, maka pindahkan 20 ml contoh ke
dalam tabung reaksi yang bertutup sebanyak 5 buah. Selanjutnya dilakukan inokulasi
suspense mikroorganisme uji sebanyak 0,1 ml yang setara dengan 20 ml sediaan.
Dilakukan penetapan jumlah mikroorganisme hidup pada setiap suspense inokulum.
Hitung angka awal mikroorganisme per ml sediaan yang di uji dengan metode
taburan atau pour plate. Dilakukan pengamatan pada hari ke 7, 14, 21, dan 28 setelah
dilakukan inokulasi7.
Pengawet yang digunakan secara farmasetik dapat dibagi menjadi 5
kelompok, yaitu : (1) Fenol dan turunanya, (2) alcohol alifatik dan aromatic, (3)
Senyawa air raksa organic, (4) senyawa ammonium kuarterner dan (5) asam
karbonat8.
METODE PRAKTIKUM
Jenis dan Rancangan Praktikum :
Jenis praktikum ini adalah experimental dengan rancangan praktikum One-
Shot Study.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan dan alat yang digunakan yaitu autoklaf, cawan petri, Enkas,
erlenmeyer, inkubator (Memmert), kapas, lampu spiritus , medium NA (Nutrient
Agar) (no. reg: 1.05450.0500 Merck KG A, 64271 Darmstadt), medium PDA (Potato
Dextrosa Agar) (No. seri 1.1030. 0500. merck KG o A, 64271 Darmstock), ose bulat,
plastik wrap, spoit, suspensi bakteri Eschericia coli, Suspensi jamur Candida
albicans, vial, dan tissue.
Sampel Praktikum
Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah La Fonte
Cara kerja
Masukkan sampel pengawet 1 mL kedalam 2 vial dengan konsentrasi 0,1%
dan 0,2% kemudian ditambahkan medium NA dan medium PDA sebanyak 9 ml
(homogenkan). Setelah itu tuang kedalam cawan petri kemudian diinkubasi selama 1
x 24 jam pada suhu 37 diinkubator untuk bakteri dan selama 3 x 24 jam pada suhu
ruang dienkas untuk jamur. Dilakukan pengamatan terhadap jumlah koloni pada hari
ke-1, 7, 14, dan 28.
Analisis Hasil
Pada percobaan ini dilakukan analisis berdasarkan parameter dari jumlah
pertumbuhan koloni yang tumbuh pada medium NA dan PDA pada hari ke-1, ke-7,
ke-14, dan ke-28 dengan konsentrasi pengawet 0,1 % dan 0,2%.
HASIL PRAKTIKUM

HARI KE-
1 7 14 28
Kl Sampel Konsen-
p trasi MEDIUM
NA PDA NA PDA NA PDA NA PDA
I La fonte 0,1% 3336 493 TBUD TBUD TBUD - TBUD -
0,2% 3664 800 TBUD 720 TBUD 656 TBUD TBUD
II sprite 0,1% 5528 408 536 608 600 644 404 1137
0,2% 9264 268 4888 224 5000 260 4832 488
III Metil 0,1% 10.40 504 TBUD 2600 TBUD 3148 TBUD 3920

Paraben 0
0,2% 11.280 796 TBUD 1616 TBUD 1576 TBUD 1920
IV Natriu 0,1% 5880 339 TBUD 695 TBUD 743 TBUD 859
0,2% 4376 359 TBUD 514 TBUD 600 TBUD 752
m

benzoat

PEMBAHASAN
Pengawetan dalam bidang farmasi bertujuan untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme. Pengawet antimikroorganisme adalah zat yang ditambahkan pada
sediaan obat untuk melindungi sediaan tersebut terhadap kontaminasi
mikroorganisme.
Mekanisme kerja bahan pengawet untuk merusak mikroorganisme adalah
terhadap toksisitas primernya artinya diarahkan kembali pada kerja racun sel, yang
mengembangkan pada dinding sel atau bagian-bagian sel lainnya. Tergantung dari
konsentrasi bahan pengawet yang terdapat dalam sediaan obat, maka aksinya dapat
dibedakan atas :
a. Pada konsentrasi yang sangat rendah terjadi suatu penimbunan pada membran
sitoplasma, yang mengarahkan pada suatu perkoasilitas yang meninggi dari
rentang sitoplasma, tanpa mengganggu atau merusak sel.
b. Pada konsentrasi mikrobiotik, artinya pada konsentrasi yang menyebabkan suatu
pemblokiran pertumbuhan, perubahan membran, bersifat toksis. Hal tersebut
disebabkan karena terjadi akumulasi bahan pengawet dalam membran sitoplasma
dan kadang-kadang juga dalam bagian sel.
c. Pada konsentrasi mikrobisid, artinya pada konsentrasi yang menyebabkan kematian
sel hal ini disebabkan karena tingginya kadar bahan pengawet tersebut didesak
masuk ke dalam bagian sel yang lebih dalam, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya proses desemulsifikasi, koagulasi, persipitasi dan dalam keadaan
ekstern mengarah kepada otolisa yaitu mengalirnya keluar komponen intraseluer.
Dalam praktikum ini dilakukan analisis efektivitas dari pengawet Natrium
Benzoat dengan konsentrasi 0,1% dan 0,2% dalam menghambat pertumbuhan
mikroba Candida albicans dan Eschericia coli.. Analisis ini dilakukan dengan
menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada medium NA dan PDA pada hari ke-1,
ke-7, ke-14, dan ke-28 dengan konsentrasi pengawet 0,1 % dan 0,2%.
Digunakan konsentrasi yang berbeda pada bahan pengawet karena melihat
konsentrasi mana yang efektif untuk menghasilkan hasil yang baik.
Dilakukan inkubasi pada inkubator pada waktu yang lama karena ditinjau dari
segi kerja pengawet itu sendiri adalah mengawetkan sediaan untuk waktu yang lama,
sehingga diinkubasinya pun lama. Semakin lama di inkubasi, maka akan makin
terlihat kefektivan suatu pengawet atau sebaliknya.
Pengamatan dilakukan pada hari ke 7, 14, 21, dan 28 karena berdasarkan
farmakope Indonesia pengawet yang efektif itu Jumlah bakteri viable pada hari ke 14
berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari jumlah awal.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diperoleh hasil untuk sampel La
Fonte 0,1% jumlah koloni pada NA pada hari ke-1 yaitu 3336 dan hari ke-7, ke-14,
dan ke-28 tidak bisa untuk dihitung. Sedangkan jumlah koloni pada medium PDA
hari ke-1 3336, ke-7, ke-14, dan ke-28 tidak bisa untuk dihitung. Untuk La Fonte
0,2% jumlah koloni pada NA pada hari ke-1 yaitu 3664 dan hari ke-7, ke-14, dan ke-
28 tidak bisa untuk dihitung. Sedangkan jumlah koloni pada medium PDA hari ke-1
yaitu 800, ke-7 yaitu 720, ke-14 656, dan ke-28 tidak bisa untuk dihitung. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pengawet pada sampel La cukup efektif dalam
menghambat peruraian atau pertumbuhan mikroba karena jumlah koloni yang ada
terus berkurang setiap hari
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengawet pada
sampel la Fonte cukup efektif dalam menghambat peruraian atau pertumbuhan
mikroba karena jumlah koloni yang ada terus berkurang setiap hari.
SARAN
Sebaiknya durasi penjelasan mengenai cara kerja praktikum lebih diefisienkan
agar praktikum berjalan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2016. Penuntun Analisis MIkrobiologi Farmasi. UMI, Makassar
2. Atlas, M, Ronald. 2006 . Microbiological Media For The Examination Of Food.
Second Edition. CRC Press.
3. Koes, Irianto. 2006 . Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Yrama
Widya: Bandung.
4. Natsir, Djide. 2008 . Dasar Dasar Mikrobiologi Farmasi . Universitas
Hassanuddin : Makassar.
5. Prescott, Harley. 2009 . Laboratory Exercises In Microbiology. Fifth Edition.
The McGraw Hill Companies
6. Radji, Maksum, M.Biomed. 2008. Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran . ECG : Jakarta.
7. Tjay, Tan Hoan dan Kirana, Raharja. 2006 . Obat Obat Penting. Kelompok
Gramedia : Jakart

Anda mungkin juga menyukai