Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK DASAR

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

OLEH:
KELOMPOK 6

AHASTI ALDA RAHIMA (17033161462)*


ANNIDA DHEA H. M. (17033161456)*
HABIB EL RAHMAN (170331614037)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
TAHUN 2018
JUDUL PERCOBAAN : TITRASI KOMPLEKSOMETRI
TUJUAN PERCOBAAN :
1. Melakukan standarisasi larutan EDTA
2. Menentukan kadar seng dalam suatu sampel
3. Menentukan kesadahan total dari sampel air

DASAR TEORI
Titrasi kompleksometri atau kelatometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion).
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Senyawa kompleks terbentuk
dari reaksi antara ion logam dengan suatu ligan. Dalam pembentukan kompleks ligan
yang paling sering digunakan adalah senyawa EDTA. Persamaan reaksi yang terjadi
dapat dituliskan sebagai berikut:
MY ( n  4 )  2 H  ⇌ M n   H 2Y 2
Dimana M adalah ion logam, sedangkan H2Y2- adalah senyawa EDTA. Dalam reaksi
tersebut selalu dihasilkan ion H+ sehingga dalam pelaksanaan titrasi harus
ditambahkan larutan buffer. Reaksi pembentukan sebuah kompleks disebut sebagai
reaksi asam-basa Lewis. Asam Lewis adalah penerima elektron dan basa Lewis
adalah penyumbang elektron.
Indikator dalam titrasi kompleksometri tidak berubah karena perubahan pH dan
tidak juga karena daya oksidasi titrat berubah, akan tetapi karena perubahan pM (M
adalah kelat logam). EBT (Eriochrome Black T) adalah sejenis indikator yang
berwarna merah muda bila berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan
ion magnesium dengan pH 10,0 + 0,1. Tujuan diberi indikator ini adalah karena
indikator tersebut peka terhadap kadar logam dan pH larutan, sehingga titik akhir
titrasinya pun dapat diketahui. Lalu dititrasi dengan EDTA.
Titrasi kompleksometri ini digunakan untuk penetapan kation bervalensi banyak
dalam air. Jenis-jenis titrasinya adalah :
a. Titrasi langsung, dapat dilakukan terhadap sedikitnya 25 kation dengan
menggunakan indikator logam. Pereaksi pembentukan kompleks, seperti sitrat
dan tartrat sering ditambahkan untuk pencegahan endapan hidroksida logam.
Sebuah penyangga atau buffer NH3-NH4Cl dengan pH 9-10 sering digunakan
untuk logam yang membentuk kompleks dengan amonia.
b. Titrasi kembali atau mundur, digunakan apabila reaksi antara kation dengan
EDTA lambat atau apabila indikator yang sesuai tidak ada. EDTA berlebih
ditambahkan berlebih dan yang bersisa dititrasi dengan larutan standar Mg
dengan menggunakan calmagnite sebagai indikator. Kompleks Mg-EDTA
mempunyai stabilitas relative rendah dan kation yang ditentukan tidak
digantikan dengan magnesium. Cara ini dapat juga untuk menentukan logam
dalam endapan, seperti Pb di dalam PbSO4 dan Ca dalam CaC2O4.
c. Titrasi substitusi, berguna bila tidak ada indikator yang sesuai untuk ion logam
yang ditentukan. Sebuah larutan berlebih yang mengandung kompleks Mg-
EDTA ditambahkan dan ion logam.
d. Titrasi tidak langsung, beberapa jenis telah dilaporkan, antara lain penentuan
sulfat dengan menambahkan larutan baku barium berlebihan dan menitrasi
kelebihan tersebut dengan EDTA.
e. Cara titrasi alkalimetri, dengan menambahkan larutan Na2H2Y berlebihan
kepada larutan analat yang bereaksi netral. Ion hidrogen yang dibebaskan
dititrasi dengan larutan baku basa.

LANGKAH KERJA
1. Standarisasi Larutan EDTA
 Mengambil 10 mL larutan standar kalsium karbonat dengan pipet volume
 Memasukkan ke dalam erlenmeyer
 Menambahkan 5 mL buffer pH 10 dan satu sendok takar indikator EBT
 Menitratsi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna
 Mencatat volume EDTA
 Mengulangi percobaan sekali lagi
 Menghitung konsentrasi larutan EDTA
2. Penetapan Kadar Seng dalam Sampel
 Mengambil 10 mL larutan sampel seng(II) dengan pipet volume
 Memasukkan ke dalam erlenmeyer
 Menambahkan 10 mL buffer pH 10 dan satu sendok takar indikator EBT
 Menitrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perbahan warna
 Mencatat volume EDTA
 Mengulangi percobaan sekali lagi
 Menghiung kadar seng dalam sampel
3. Penetapan Kesadahan Total Air
 Mengambil 10 mL sampel air dengan pipet volume
 Memasukkan ke dalam erlenmeyer
 Menambahkan 5 mL buffer pH 10 dan satu sendok takar indikator EBT
 Menitrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perbahan warna
 Mencatat volume EDTA
 Mengulangi percobaan sekali lagi
 Menghiung nilai kesadahan total dari smpel air

DATA PENGAMATAN
NO Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Standarisasi Larutan EDTA
Larutan standar CaCO3
 Diambil 10 mL ; dimasukkan erlenmeyer Larutan tidak berwarna
 Ditambahkan 5 mL buffer pH 10 Larutan tidak berwarna
 Ditambahkan satu sendok takar indikator Larutan berwarna ungu (merah
EBT anggur)
 Dititrasi dengan larutan EDTA sampai Larutan berwarna biru
perubahan warna merah anggur menjadi biru
 Dicatat volume EDTA Volume EDTA = 9,30 mL
 Diulangi percobaan Rentang = 20,00-29,30 mL
 Dihitung konsentrasi larutan EDTA Kel, Vol EDTA Rentang
Hasil (mL) (mL)
1 8,10 0,00-8,10
2 8,80 36,20-45,00
3 9,50 0,00-9,50
4 9,40 27,30-36,70
5 8,50 0,00-8,50
6 9,30 20,00-29,30
7 8,00 18,00-26,00
8 8,50 0,00-8,50
2. Penetapan Kadar Seng dalam Sampel
Larutan sampel seng(II)
 Diambil 10 mL ; dimasukkan erlenmeyer Larutan tidak berwarna
 Ditambahkan 10 mL buffer pH 10 Larutan tidak berwarna
 Ditambahkan satu sendok takar indikator Larutan berwarna ungu, timbul bau
EBT menyengat
 Dititrasi dengan larutan EDTA sampai Larutan berwarna biru
perubahan warna merah anggur menjadi biru
 Dicatat volume EDTA Volume EDTA (I) = 9,80 mL
 Diulangi percobaan Volume EDTA (II) = 9,80 mL
 Dihitung kadar seng dalam sampel

Hasil

3. Penetapan Kesadahan Total Air


Larutan standar CaCO3
 Diambil 10 mL ; dimasukkan erlenmeyer Larutan tidak berwarna
 Ditambahkan 5 mL buffer pH 10 Larutan tidak berwarna
 Ditambahkan satu sendok takar indikator Larutan berwarna merah anggur
EBT
 Dititrasi dengan larutan EDTA sampai Larutan berwarna biru
perubahan warna merah anggur menjadi biru
 Dicatat volume EDTA Volume EDTA (I) = 8,80 mL
 Diulangi percobaan Volume EDTA (II) = 8,80 mL
 Dihitung nilai kesadahan total
Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Day RA. Jr dan Al Underwood. 1992, Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima,
Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai