Anda di halaman 1dari 12

PERCOBAAN 1

TITRASI ASAM-BASA

A. PENDAHULUAN

1. Tujuan Percobaan

Titrasi asam basa bertujuan menetapkan kadar suatu sampel


asam dengan menintrasinya dengan larutan baku basa (alkalimetri)
atau sampel basa dengan larutan baku asam (asidimetri).

2. Dasar Teori

Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk


menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah
diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang
dianalisis atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya. Suatu zat
yang akan ditentukan konsentrasinya disebut sebagai “titran” dan
biasanya diletakkan di dalam labu erlenmeyer, sedangkan zat yang
telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” atau “titrat”  dan
biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titran
biasanya berupa larutan.

Titrasi asam basa terbagi menjadi lima jenis, yaitu :


a. Titrasi asam kuat - basa kuat
b. Titrasi asam kuat – basa lemah
c. Titrasi asam lemah – basa kuat
d. Titrasi asam kuat - garam dari asam lemah
e. Titrasi basa kuat - garam dari basa lemah.
(http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Sri%20Ratisah%20054828/materi.HTM)
Dalam menguji suatu reaksi untuk menentukan bias atau
tidaknya reaksi tersebut digunakan untuk titrasi, kita perlu membuat
suatu kurva titrasi. Untuk reaksi asam-basa, suatu kurva titrasi terdiri
dari suatu plot pH atau pOH vs milliliter titran. Kurva tersebut berguna
dalam menentukan suatu titrasi dan dalam memilih suatu indikator
yang sesuai.
(Al.Underwood,1992.Analisis Kimia Kuantitatif, hal129)

Kurva Titrasi Asam Kuat-Basa Kuat

http://www.google.com.

Indikator Asam-Basa

INDIKATOR PERUBAHAN WARNA DGN RENTANG pH


MENINGKATNYA pH

Asam pikrat Tdk berwarna ke kuning 0,1-0,8


Timol biru Merah ke kuning 1,2-2,8
2,6-Dinitrofenol Tdk berwarna ke kuning 2,0-4,0
Metil kuning Merah ke kuning 2,9-4,0
Bromfenol biru Kuning ke biru 3,0-4,6
Metil Oranye Merah ke kuning 3,1-4,4
Bromkesol hijau Kuning ke hijau 3,8-5,4
Metil merah Merah ke kuning 4,2-6,2
Litmus Merah ke biru 5,0-8,0
Metil Ungu Ungu ke hijau 4,8-5,4
p-Nitrofenol Tdk berwarna ke kuning 5,6-7,6
Bromkresol ungu Kuning ke ungu 5,2-6,8
Bromkresol biru Kuning ke ungu 6,0-7,6
Netral merah Kuning ke biru 6,8-8,0
Fenol merah Merah ke kuning 6,8-8,4
p-a-Naftolftalein Kuning ke biru 7,0-9,0
Fenolftalein Kuning ke biru 8,0-9,6
Timolftalein Tidak berwarna ke pink 9,3-10,6
Alizarin kuning R Kuning ke violet 10,1-12,0
1,3,5-Trinitrobenzena Tdk berwarna ke oranye 12,0-14,0

(Al.Underwood,1992.Analisis Kimia Kuantitatif.hal141)

3. Prinsip Percobaan

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer


ataupun titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes
sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri
titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan
berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik
ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan
sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-].
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik
akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir
titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi
sering disebut juga sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini
maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat volume titer yang
diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan
data volume titran, volume dan  konsentrasi titer maka bisa dihitung
konsentrasi titran tersebut.

(http://www.google.co.id/search?hl=id&source=hp&q=prosedur+titrasi&meta=&aq=f&oq=)
4. Persamaan Reaksi

Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan (netralisasi).


Salah satu contoh titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat
seperti natrium hidroksida (NaOH) dengan asam hidroklorida
(HCl), persamaan reaksinya sebagai berikut:

HCl + NaOH   →   NaCl + H2O

H+ + OH-   →   H2O

(Syukri S. 1999.Kimia Dasar 2, hal. 427)

B. Prosedur Percobaan

1. Set alat titrasi :

2. Pembuatan Larutan Standar NaOH

4 gram NaOH

Dimasukkan
Sedikit pelarut/
Beker gelas Dilarutkan
aquades
Dimasukkan

Labu ukur 1000 mL

Diencerkan

Dengan aquadest sampai batas

Dikocok
Hingga homogen

3. Pembakuan larutan Natrium Hidroksida dengan larutan asam oksalat

60mg asam oksalat

masukkan

Tambahkan
Erlenmeyer 250 mL 50 mL aquades

Tambahkan
2tetes
Kocok hingga homogen
indicator
phenoftalein
Titrasi
Dengan NaOH, sampai
warna merah muda

Catat

Volume NaOH yang diperlukan

Diulangi

3 kali titrasi
V

c. Penetapan kadar sampel

sampel

Dimasukkan
Aquades sampai
Labu ukur 50 ml diencerkan
tanda batas
pipet

denganPipet volume 10 ml

Masukkan

Erlenmeyer 250 ml Tambahkan 2-3 tetes indicator


phenoftalein

Titrasi

Dengan lar NaOH sampai


terbentuk warna merah muda

Catat

Volume NaOH yg diperlukan


Ulangi

3 kali titrasi

C. DATA DAN PERHITUNGAN

a. Pembakuan Larutan NaOH


TABEL 1 Hasil Pengamatan Pembakuan Larutan NaOH

Mg Asam Oksalat Volume NaOH (mL)

60 9,8

60 9,7

60 9,6

Rata-rata 9,7

Kadar NaOH = Berat Asam Oksalat


BE asam oksalat x V NaOH

= 60 mg
63,04 x 9,7 mL

= 60
611,488

= 0,098 N
b. Penentuan kadar sampel (HCl)
TABEL 2 Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Sampel

Volume HCl (mL) Volume NaOH (mL)

10 mL 8,4

10 mL 8,4

10 mL 8,3

10 mL 8,2

Rata-rata 8,325

Uji Q

Harga terbesar = 8,4-8,4 = 0


(8,4) 8,4-8,2

Q table (90%) (n=4) = 0,76

Q hitung < Q table, data tidak perlu dibuang

Harga terkecil = 8,3-8,2 = 0,5


(8,2) 8,4-8,2

Q hitung < Qtabel, data tidak perlu dibuang.

Kadar HCl

HCl + NaOH   →   NaCl + H2O

V HCl x N HCl = V NaOH x N NaOH

10 x N HCl = 8,325 x 0,098

N HCl = 0,0815 = 0,082 N


10

D. PEMBAHASAN
Dalam percobaan titrasi asam basa yang telah saya lakukan (Titrasi
HCl dengan zat titran NaOH) didapatkan data sebagai berikut :

Reaksi :

HCl + NaOH   →   NaCl + H2O


mmol ion H+ = mmol ion OH-

Dari reaksi diatas dapat diketahui bahwa perbandingan mol antara


HCL dan NaOH sama sehingga untuk menghitung konsentrasi dari larutan
HCl yang didasarkan atas hasil percobaan, maka dapat digunakan persamaan
berikut ini :

V1 . M1 = V2 . M2

Keterangan :

M1 = molaritas asam (HCl)

M2 = molaritas basa kuat (NaOH)

V1 = volume asam

V2 = volume basa

Dalam percobaan ke-1, HCl 10 mL dimasukkan kedalam labu


Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 3 tetes phenoftalein. NaOH 0,1 N 50mL
dan dimasukkan kedalam buret, kemudian dibiarkan menetes setetes demi
setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, yaitu
pada saat volume NaOH yang diperlukan mencapai skala 8,4 mL.

Dalam percobaan ke-2, HCl 10 mL dimasukkan kedalam labu


Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 3 tetes phenoftalein. NaOH 0,1 N 50mL
dan dimasukkan kedalam buret, kemudian dibiarkan menetes setetes demi
setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, yaitu
pada saat volume NaOH yang diperlukan mencapai skala 8,4 mL.

Dalam percobaan ke-3, HCl 10 mL dimasukkan kedalam labu


Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 3 tetes phenoftalein. NaOH 0,1 N 50mL
dan dimasukkan kedalam buret, kemudian dibiarkan menetes setetes demi
setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, yaitu
pada saat volume NaOH yang diperlukan mencapai skala 8,3 mL.

Dalam percobaan ke-4, HCl 10 mL dimasukkan kedalam labu


Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 3 tetes phenoftalein. NaOH 0,1 N 50mL
dan dimasukkan kedalam buret, kemudian dibiarkan menetes setetes demi
setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, yaitu
pada saat volume NaOH yang diperlukan mencapai skala 8,2 mL.

Dari hasil percobaan diperoleh kadar sampel = 0,082. Seharusnya


kadar sampel = 0,08.

Dari selisih diatas terjadi sangat sedikit kesalahan, ini dikarenakan :

1. Kurang telitinya dalam melakukan proses titrasi.

2. Kurangnya ketelitian dalam memperhatikan warna indicator.

3. Kesalahan dalam pembulatan hasil perhitungan.

Berdasarkan teori, larutan asam bisa direaksikan dengan larutan basa


akan menghasilkan garam dan air. Sifat basa dan sifat asam akan hilang
dengan terbentuknya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda
dengan sifat zat asalnya (Dalam percobaan ini adalah NaCl). Karena hasil
reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+
sama dengan jumlah ion OH- maka reksi itu disebut dengan reaksi netralisasi
atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan
jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen titrasi.
Titik ekivalen merupakan kedaan dimana jumlah mol asam tepat habis
bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen dapat
digunakan indicator asam basa. Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah
untuk menentukan konsentrasi asam atau basa yang diketahui. Kurva titrasi
asam basa hasil percobaan.

E. KESIMPULAN

1. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan (netralisasi).

jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- .

2. Molaritas suatu asam yang tidak diketahui kadarnya dapat ditentukan


dengan larutan standar basa. Begitupun sebaliknya.

3. Titrasi asam-basa memerlukan ketelitian dalam memperhatikan


perubahan warna indicator. Karena apabila salah menetapkan titik
akhir titrasi, akan menyebabkan kesalahan dalam perhitungan kadar.

F. REFERENSI

JR.RA Day & Underwood,A.L.2002. Analisis Kimia Kuantitatif.Edisi


Keenam.Jakarta:Erlangga

S,Syukri.1999.Kimia Dasar2.ITB
Adelia,N. (2008). Prosedur Titrasi.[Online].Tersedia :http://www.google.com.
[19 Oktober 2009]

Sri Latifah.(2009).Titrasi Asam Basa.[Online].Tersedia:


http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Sri%20Ratisah%2005
4828/materi.HTM [19Oktober 2009]

Andi Bangsawan.(2009).Prinsip Titrasi Asam Basa.[Online].Tersedia:


http://www.google.com. [19 Oktober 2009]

Anda mungkin juga menyukai