Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI

SEMESTER GANJIL 2017 - 2018

TITRASI ASIDIMETRI-ALKALIMETRI

Hari / Jam Praktikum : Kamis/07.00-10.00

Tanggal Praktikum : 17 November 2017

Kelompok :5

Asisten : 1. Jessica Tristi

2. Danaparamitha Bashriah

NURFADILAH YUSUF
260110170140

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
TITRASI ASIDIMETRI-ALKALIMETRI

I. Tujuan
Mengetahui titik akhir dari titrasi suatu larutan dengan menggunakan
asidi alkali.
II. Prinsip
2.1.Analis kuantitatif
Suatu analisa kimia yang digunakan untuk menentukan atau
mencari kadar kandungan komponen-komponen yang terdapat
pada sampel (Day dan Underwood, 2002).
2.2.Asidimetri
Suatu titrasi yang menggunakan larutan standar asam untuk
menentukan basa (Keanan, 1980).
2.3.Alkalimetri
Suatu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk
menentukan asam (Keanan, 1980).
2.4.Netralisasi
Netralisasi merupakan reaksi antara ion hidrogen(berasal
dari asam) dan ion hidroksida(berasal dari basa) yang membentuk
molekul air (Andari, 2013).
III. Reaksi
3.1.Pembekuaan NaOH oleh asam oksalat

C2H2O4.2H2O + 2 NaOH Na4C2O4 + 2 H2O

(Basset, 1994).

3.2.Asam Sitrat

C6H8O7 + NaOH C6H7O7Na + H2O

(Basset, 1994).
IV. Teori Dasar
Analisis kuantitatif adalah analisis yang dapat dinyatakan
dalam bentuk angka-angka dan dapat dihitung dengan rumus statistik
(Librata,2016)

Analisis volumetri atau titrimetri merupakan suatu analisis


berdasarkan pengukuran volume larutan dengan konsentrasi yang
diketahui, yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit (zat yang akan
ditentukan). Analisis titrimetri yang analisis didasarkan pada terjadinya
reaksi asam dan basa antara sampel dengan larutan standar disebut
analisis asidi alkalimetri (Keenan, 1991)

titrasi adalah proses penentuan banyaknya larutan dengan


konsentrasi yang diketahui dengan sejumlah contoh tertentu yang akan
dianalisis. Contoh yang akan dianalisis dirujuk sebagai yang tak
diketahui. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan melibatkan
titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut
dengan analisis volumetrik (Keanan, 1980).

Pelaksanaan pengukuran volume larutan disebut juga titrasi, yaitu


larutan pentiter diteteskan setetes demi tetes ke dalam laarutan sampel
sampai tercapai titik akhir ( Agus et al, 2013)
Titer yang digunakan pada alkalimetri adalah NaOH atau KOH.
NaOH mempunyai keunggulan dibanding KOH dalam harga, NaOH
maupun KOH mudah bereaksi dengan CO2 membentuk garam
karbonat, garam natirum karbonat lebih mudah dipisahkan dari NaOH
dari pada garam kalium karbonat yanyang sulit dipisahkan KOH. Hal
ini akan mengganti reaksi yang terjadi pada alkalimetri, sehingga
pelarut yang digunakan harus bebas CO2. Sebelum proses titrasi
sampel harus dibakukan lebih dahulu menggunakan asam baku primer
(Andari, 2013).
Asidimetri adalah yang diketahui konsentasi asamnya, sedangkan
akalimetri bila yang diketahui basanya. Titrasi asam basa ada 4 yaitu;
titrasi asam dengan basa kuat (diakhir titrasi terbentuk garam), titrasi
asam lemah dan basa buat (terbentuk garam yang berasal dari asam
lemah dan basa kuat misalnya asam amino), titrasi basa lemah dengan
asam kuat( terbentuk garam yang berasal dari basa lemah dan asam
kuat misalnya NH4Cl dan HCl, NH4Cl + H2O), titrasi asam kuat dan
garam dari asam lemah dan titrasi basa kuat garam dari basa lemah
(Ika, 2009).
Alkalimetri adalah suatu asam dengan suatu basa dengan kadar
yang telah diketahui. Menurut teori asam basa Bronsted-Lowry, harus
berlaku baik dalam larutan air atau bukan air yaitu asam adalah
senyawa yang dapat memberikan proton. Setelah memberikan asam
yang akan menjadi basa yang disebut proteolitis. Basa yang
bersesuaian dengan asam kuat merupakan basa lemah, sedangkan asam
yang besesuian dengan basa kuat adalah asam lemah (Hidayati, 2012).
Pentiter disebut juga dengan titer. Titer adalah zat yang digunakan
untuk menitrasi suatu asam atau basa yang akan ditentukan tingkat
kemolarannya. Titer biasanya merupakan suatu larutan standar/baku.
Saat titrasi, zat pentiter terdapat di dalam buret. Contoh pentiter dari
alkalimetri adalah NaOH. NaOH Merupakan larutan baku sekunder.
Membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air.
Bersifat higroskopis. Larut dalam air dan akan melepaskan panas
ketika dilarutkan. Larut dalam etanol dan metanol walaupun
kelarutannya lebih kecil daripada KOH. Sedangkan contoh pentiter
dari asidimetri adalah HCl. Senyawa tersebut Tidak berwarna. Bersifat
korosif. Mudah menguap jika bersinggungan dengan udara. HCl
merupakan gas Cl dalam air, sehingga kelarutannya mudah sekali
berubah terhadap perubahan suhu, perubahan suhu mempengaruhi
konsentrasi (Hidayati, 2009).
Pada saat melalukan titrasi bisa jadi seorang praktikum berhasil
ataupun tidak. Syarat-syarat yang diperlukan agar percobaan berhasil
adalah:
a. Konsentrasi larutan harus diketahui (larutan standar)
b. Reaksi yang tepat antara senyawa yang dianalisis harus
diketahui.
c. Titik stoikiometri/ekivalen harus diketahui. Indikator yang
memberikan perubahan warna, atau dengan titik ekivalen yang
sering digunakan. Tidak pada saat indikator berhasil berubah
warna disebut titik akhir.
d. Volume titrasi yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen
harus diketahui secepat mungkin (Sastrohamijojo, 2005).

Dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi


asam basa, yaitu :

1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama


titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan
volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari
kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalent.

2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada


titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan
berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah
titrasi kita hentikan (Chang,2005).

Trayek Perubahan Warna Beberapa Indikator sebagai berikut

Indikator Trayek Perubahan Perubahan Warna


Warna
Metil Jingga 2,9 4,0 Merah Kuning
Metil Merah 4,2 6,3 Merah Kuning
Bromtimol Biru 6,0 7,6 Kuning Biru
Penolftalein (PP) 8,3 10,0 Tidak Berwarna Merah

(Ebbing dan Steven 1990).

V. Alat dan Bahan


5.1.Alat
a. Besker glass
b. Buret
c. Corong
d. Erlenmeyer
e. Labu ukur
f. Pipt tetes
g. Pipet volume
h. Statif
i. Timbangan analitik
5.2.Bahan
a. Aquades
b. Asam oksalat
c. Asam sitrat
d. Fenolftalein
e. Larutan NaOH

5.3.Gambar Alat
a. Beaker glass b. Buret c. Corong

d. Erlenmeyer e. labu ukur f. pipet tetes

g. Pipet volume h. Statif i. Timbangan


analitik
VI. Prosedur
Untuk pembuatan larutan NaOH, hal pertama yang harus dilakukan
adalah memanaskan aquades. Selagi menunggu aquades panas,
padatan NaOH yang akan digunakan ditimbang terlebih dahulu
menggunakan timbangan analitik. Setelah itu, larutkan padatan NaOH
yang telah ditimbang kedalam aquades yang telah panas. Diaduk
hingga larut.
Untuk pembuatan larutan baku asam oksalat diperlukan aquades
yang telah panas. Padatan asam oksalat ditimbang terlebih dahulu
menggunakan timbangan analitik.Untuk melarutkan asam oksalat
dengan aquades dilakukan pada labu ukur.Setelah dicampurkan
padatan dan aquadesnya, dikocok hingga larutan menjadi homogeny.
Larutan NaOH dibakukan dengan asam oksalat. Asam oksalat
dimasukkan kedalam Erlenmeyer,sedangkan asam oksalat dimasukkan
kedalam buret. Dititrasi sebanyak 3 kali, dengan menambahkan larutan
indikator fenoftalein dan dititrasi sampai terjadi perubahan warna.
NaOH yang telah dibakukan akan dipakai kembali untuk penetapan
kadar asam sitrat. Larutan asam sitrat diencerkan dalam labu ukur 250
ml menggunakan aquades.Lalu larutan asam sitrat tersebut di titrasi
dengan NaOH dan ditambahkan indikator fenoftalein. Dititrasi sampai
warna menjadi rosa. Hitunglah kadarnya.

VII. Data Pengamatan


No Perlakuan Hasil Gambar
Pembuatan larutan NaOH
Padatan NaOH Didapatkan 2,0183
ditimbang gram

1.

Dilarutkan
dalam aquades
2.
yang telah
dipanaskan
Pembuatan larutan baku asam oksalat
Padatan asam Didapatkan 0,6296
oksalat gram
ditimbang
1.

Dilarutkan
dalam labu ukur
250 mL dengan
2.
aquades yang
telah
dipanaskan
Pembakuan NaOH
asam oksalat
berada didalam
1. Erlenmeyer dan
NaOH didalam
buret
Ditambahkan
2. indikator
fenoftalein
Dititrasi sampai
terjadi
perubahan
3.
warna

Penentuan kadar asam oksalat


Asam oksalat Terdapat larutan
diencerkan asam oksalat 250
dalam labu ukur mL
1. hingga 250 mL

Diambil 25 mL
asam oksalat
menggunakan
2. pipet volume

Dimasukan Terdapat larutan


kedalam asam oksalat yang
Erlenmeyer dan telah diteteskan
3.
ditambahkan fenoftalein
fenoftalein 5
tetes
Dititrasi dengan Larutan berubah
NaOH sampai warna
terjadi menjadi
4.
perubahan pink rosa
warna

VIII. Perhitungan
8.1.Pembakuan NaOH
Vasam oksalat = 30 ml
VNaOH : I = 29 ml
II = 30, 2 ml
III = 30,2 ml

29+30,2+30,2
V =
3
= 29,8 ml

VNaOH x NNaoH = Vasam oksalat x Nasam oksalat

29,8 ml x NNaOH = 30 x 0,1

3
=
29,8

NNaoH = 0,1007 N

8.2.Penentuan kadar asam sitrat


BE asam sitrat = 70
V NaOH I = 22,4 mL
V NaOH II = 29,9 mL
22,4 = 29,9
NaOH =
2
= 26,15 N
Titrasi I
VNaOH x NNaoH x BE
% kadar = 100%
x 1000

0,1007 22,4 70
= 100%
25 1000

= 0,63% (b/v)

Titrasi II
VNaOH x NNaoH x BE
% kadar = 100%
x 1000
0,1007 29,9 70
= 100%
25 1000
= 0,84% (b/v)
Rata-rata % kadar
0,62%+ 0,84%
Rata-rata % kadar =
2
= 0,73% (b/v)

8.3. Konsentrasi Asam Oksalat


Va Na = Vb Nb
25 mL Na = 26,15 mL 0,01007 N
Na = 0,105 N

IX. Pembahasan
pada praktikum kali ini praktikkan diharapkan mampu mengetahui
titik akhir titrasi suatu larutan dengan menggunakan asidimetri-
alkalimetri. Praktikkan menentukan titik akhir titrasi larutan asam
sitrat.
Menurut literatur, untuk menentukan kadar dari suatu asam, maka
larutan titratnya adalah larutan basa, maka dari itu praktikkan
menggunkan larutan NaOH sebagai titran. NaOH dapat terionisasi
dengan sempurna di dalam air, karena NaOH mempunyai kelarutan
yang besar sehingga sangat mudah terionisasi di dalam air. NaOH
memiliki sifat basa kuat. NaOH jika berada dalam air memiliki sifat
mudah terionisasi menjadi Na+ dan OH-.
Mula-mula praktikkan menyiapkan aquades panas uttuk
melarutkan padatan NaOH akan terbebaskan dari CO2. Aquades yang
gugunakan dalam melarutkan harus bebas CO2. Hal tersebut dilakukan
agar NaOH tidah berikatan dengan CO2 karena antara NaOH dan CO2
akan mudah bereaksi sehinnga dapat membentuk senyawa baru yaitu
Na2CO3. Na2CO3 ini dikhawatirkan akan menyebabkan konsentari
NaOH yang didapatkan tidak tepat.
Untuk penimbangan NaOH digunkan kaca arloji agar massa NaOH
tidak berkurang saat setelah ditimbang dan menghindari adanya reaksi
yang terjadi. Karena apabila NaOH ditimbang menggunakan kertas
perkamen bisa jadi Massa NaOH akan berkurang disebabkan NaOH
meleleh dan menempel pada kertas perkamen. Hal itu dapat tejadi
karena sifat NaOH yang higroskopis yang menyerpa air dari udara.
Apabila NaOH dibiarkan pada udara terbuka maka akan leleh. Agar
NaOH tidak meleleh praktikkan menggunakan plastik wrap untuk
menutup NaOH yang ditempatkan di kaca arloji. Sedangkan untuk
menimbang asam oksalat digunakan kertas perkamen kerena padatan
asam oksalat berbeda dengan NaOH. NaOH berbentuk butiran
sedangkan padatan asam oksalat berbentuk serbuk pada umumnya
sehingga penimbangannya menggunakan kertas perkamen.
Pada percobaan ini digunakan asam oksalat untuk membuat larutan
baku primer, yaitu larutan yang dibuat dengan ketelitian tinggi.
Larutan ini digunakan untuk standarisasi larutan NaOH.
Setelah larutan NaOH dan asam oksalat siap, praktikkan
memasukkan larutan NaOH yang akan dibakukan kedalam buret untuk
melakukan titrasi dengan asam oksalat. Untuk asam oksalat praktikkan
menambahkan indikator pada larutan yaitu fenolftalein. Pencampuran
asam oksalat dan NaOH tidak akan mempengaruhi larutan, larutan
akan tetap bening. Oleh karena itu penambahan indkator fenolftalein
pada asam oksalat untuk menentukan perubahan yang terjadi ketika
sudah mencapai titik ekivalen.
Fenolftalein termasuk dalam golongan asam yang sangat lemah.
Dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak
berwarna. Fenolftalein tidak akan berwarna (bening) dalam keadaan
zat yang asam atau netral, namun akan berwarna kemerahan dalam
keadaan zat yang basa. Tepatnya pada titik pH di bawah 8,3
fenolftalein tidak berwarna, namun jika mulai melewati 8,3 maka
warna ungu yang semakin terang akan muncul. Semakin basa maka
warna yang ditimbulkan akan semakin terang warnanya. Fenolftalein
digunakan sebagai indikator asam atau basa dimana dalam kontak atau
kehadiran asam itu akan berubah berwarna dan dengan dasar, itu akan
berubah menjadi merah muda warna violet. Ini juga merupakan
komponen dalam indikator universal, solusi yang terdiri dari campuran
indikator pH.
Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah asam
sitrat (C6H8O7). Asam sitrat yang digunakan dalam bentuk larutan.
Larutan asam sitrat sudah dimasukkan kedalam labu ukur sihingga
praktikan hanya perlu menambahkan aquades hingga mencapai 250
ml. Pengukuran dilakukan dalam labu ukur karena labu ukur
merupakan alat ukur primer, sehingga volume yanyg dihasilkan lebih
akurat.

Apabila larutan mencapai 250 ml, larutan dikocok agar akuades


dan larutan asam tercampur. Setelah latutan tercampur, larutan di
masukkan kedalam erlerenmeyer. Alat yang digunakan untuk
menganbil larutan dari labu ukur adalah pipet volume. praktikkan
menggunakan pipet volumetrik karena pipet volume mempunyai
tingkat ketelitian tinggi dan volume tertentu. Praktikkan tidak
menguunakan gelas ukur untuk mengukur 25 ml asam sitrat karena
apabila menggunakan gelas ukur larutan asam sitrat akam memuai
sehingga volume yang didapatkan tidak akurat. Pada saat
memindahkan larutan yang telah diukur dengan pipet volume kedalam
Erlenmeyer baru, ujung dari pipet volume ini harus menempel pada
dasar Erlenmeyer dan dengan posisi tegak lurus. Proses ini dilakukan
untuk mencegah cairan keluar terlalu cepat sehingga masih ada cairan
yang nempel pada dinding dalam pipet dan tidak ikut keluar bila masih
ada cairan yang tertinggal pada ujung pipet biarkan saja, namun
sebelumnya coba dengan memutar-mutar pipet dengan ujung
menempel pada wadah proses pemindahan selesai.

Setelah larutan dimasukkan dalam erlenmeyer, larutan tesebut


ditambhakan indikator fenolftalein. Indikator ini dipilih karena ada
basa lemah dam asam kuat yang digunakan dalam proses titrasi. Pada
larutan asam indikator ini berwarna, sedangkan pada larutan basa
indikator ini akan memberi warna ungu muda. Pemanbahan indokator
fenolftalein bertujuan untuk megetahui titk akhir dari titrasi yaitu
adanya perubahan warna. Perubahan warna yang terjadi akibat
penambahan titran NaOH pada larutan asam sitrat membuat larutan
perubahan warna menjadi ungu muda. Sehingga larutan ini memiliki
pH diatas 7.

Proses titrasi di selesaikan ketika larutan berubah warna.


Dengan demikian titik ekivalen dan titik akhir dari titrasi telah terjadi.
Saat titrasi pertama terjadi kesalahan pada penentusnn titik akhir dari
titrasi. Larutan asam sitrat yang dititrasi berubah warna menjadi ungu
tua. Perubahan itu terjadi karena penambahan NaOH yang berlebih
pada sampel. Seharusnya penambahan NaOH dihentikan tepat pada
saat warna larutan berubah mejadi ungu muda. Volume NaOH yang
ditambahkan kedalam larutan asam sitrat cukup banyak, mungkin
disebabkan oleh konsentrasi NaOH yang terlalu encer. Sehingga
membutuhkan banyak NaOH untuk menyeimbangkan kondisi dengan
asam sitrat yang berada di dalam Erlenmeyer.
Metode yang digunakan dari titrasi ini adalah metode duplo
karena titrasi dilakukan sebanyak dua kal. Titrasi ini dilakukan untuk
mendapatkan konsentrasi yang tepat.

X. Kesimpulan
Titrasi akhir asidimetri-alkalimetri dapat diketahui dengan
perubahan warna yang terjadi. Perubahan yang terjadi karena adanya
penambahan indikator pada sampel. Kadar asam sitrat dapat diketahui
sebnyak 0,73%.
DAFTAR ISI

Agus, Rusgiyono., Indras M, Sultan. T. Dan Didik S. 2013. Pemetaan Produksi


dan Komposisi Garam. Jurnal Agrina. Vol. 01. NO.01. Hal: 31-39.

Andari, Sulislawati. 2013. Perbandingan Penetapan Kadar Ketetapan Tablet


secara Alkalimetri dengan spektrofotometri. Jurnal Eduhealth. Vol. 3 (2)

Basset. 1994. Kimia Analitik Anorganik. Jakarta: Erlangga.

Day, R.A dan A.L. Underwood.2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi keenam.
Jakarta: Erlangga.

Ebbing, D. Derrel dan Steven, D. Gammon. 1990. General Chemistry Eleventh


Edition. United States of America: Boston
Hadayati, Nur., Daryati dan ardoyono.2012. Penetapan Kadar Asam pada Air
Susu Sapi Segar secara alkalimetri. Tersedia online di
http://download.prontalgaruda.org/article.php?article=152935zral=5912&t
ilte=Penetapan%20Asam%20Pada%20Air%20Sapi%20SEGAR%SECAR
A%ALKALIMETRI. [Diakses pada tanggal 15 November2017].

Ika, Dani, 2009. Alat Atomatis Pengukuran Kadar Vitamin C dengan Metode
Titrasi Asam Basa. Jurnal Neotrino. Vol.1. No.2.

Keanan, Charles W.1980. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Sastroharidjojo, Handjojo.2005. Kimia Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Anda mungkin juga menyukai