TITRASI ASIDIMETRI-ALKALIMETRI
Kelompok :5
2. Danaparamitha Bashriah
NURFADILAH YUSUF
260110170140
I. Tujuan
Mengetahui titik akhir dari titrasi suatu larutan dengan menggunakan
asidi alkali.
II. Prinsip
2.1.Analis kuantitatif
Suatu analisa kimia yang digunakan untuk menentukan atau
mencari kadar kandungan komponen-komponen yang terdapat
pada sampel (Day dan Underwood, 2002).
2.2.Asidimetri
Suatu titrasi yang menggunakan larutan standar asam untuk
menentukan basa (Keanan, 1980).
2.3.Alkalimetri
Suatu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk
menentukan asam (Keanan, 1980).
2.4.Netralisasi
Netralisasi merupakan reaksi antara ion hidrogen(berasal
dari asam) dan ion hidroksida(berasal dari basa) yang membentuk
molekul air (Andari, 2013).
III. Reaksi
3.1.Pembekuaan NaOH oleh asam oksalat
(Basset, 1994).
3.2.Asam Sitrat
(Basset, 1994).
IV. Teori Dasar
Analisis kuantitatif adalah analisis yang dapat dinyatakan
dalam bentuk angka-angka dan dapat dihitung dengan rumus statistik
(Librata,2016)
5.3.Gambar Alat
a. Beaker glass b. Buret c. Corong
1.
Dilarutkan
dalam aquades
2.
yang telah
dipanaskan
Pembuatan larutan baku asam oksalat
Padatan asam Didapatkan 0,6296
oksalat gram
ditimbang
1.
Dilarutkan
dalam labu ukur
250 mL dengan
2.
aquades yang
telah
dipanaskan
Pembakuan NaOH
asam oksalat
berada didalam
1. Erlenmeyer dan
NaOH didalam
buret
Ditambahkan
2. indikator
fenoftalein
Dititrasi sampai
terjadi
perubahan
3.
warna
Diambil 25 mL
asam oksalat
menggunakan
2. pipet volume
VIII. Perhitungan
8.1.Pembakuan NaOH
Vasam oksalat = 30 ml
VNaOH : I = 29 ml
II = 30, 2 ml
III = 30,2 ml
29+30,2+30,2
V =
3
= 29,8 ml
3
=
29,8
NNaoH = 0,1007 N
0,1007 22,4 70
= 100%
25 1000
= 0,63% (b/v)
Titrasi II
VNaOH x NNaoH x BE
% kadar = 100%
x 1000
0,1007 29,9 70
= 100%
25 1000
= 0,84% (b/v)
Rata-rata % kadar
0,62%+ 0,84%
Rata-rata % kadar =
2
= 0,73% (b/v)
IX. Pembahasan
pada praktikum kali ini praktikkan diharapkan mampu mengetahui
titik akhir titrasi suatu larutan dengan menggunakan asidimetri-
alkalimetri. Praktikkan menentukan titik akhir titrasi larutan asam
sitrat.
Menurut literatur, untuk menentukan kadar dari suatu asam, maka
larutan titratnya adalah larutan basa, maka dari itu praktikkan
menggunkan larutan NaOH sebagai titran. NaOH dapat terionisasi
dengan sempurna di dalam air, karena NaOH mempunyai kelarutan
yang besar sehingga sangat mudah terionisasi di dalam air. NaOH
memiliki sifat basa kuat. NaOH jika berada dalam air memiliki sifat
mudah terionisasi menjadi Na+ dan OH-.
Mula-mula praktikkan menyiapkan aquades panas uttuk
melarutkan padatan NaOH akan terbebaskan dari CO2. Aquades yang
gugunakan dalam melarutkan harus bebas CO2. Hal tersebut dilakukan
agar NaOH tidah berikatan dengan CO2 karena antara NaOH dan CO2
akan mudah bereaksi sehinnga dapat membentuk senyawa baru yaitu
Na2CO3. Na2CO3 ini dikhawatirkan akan menyebabkan konsentari
NaOH yang didapatkan tidak tepat.
Untuk penimbangan NaOH digunkan kaca arloji agar massa NaOH
tidak berkurang saat setelah ditimbang dan menghindari adanya reaksi
yang terjadi. Karena apabila NaOH ditimbang menggunakan kertas
perkamen bisa jadi Massa NaOH akan berkurang disebabkan NaOH
meleleh dan menempel pada kertas perkamen. Hal itu dapat tejadi
karena sifat NaOH yang higroskopis yang menyerpa air dari udara.
Apabila NaOH dibiarkan pada udara terbuka maka akan leleh. Agar
NaOH tidak meleleh praktikkan menggunakan plastik wrap untuk
menutup NaOH yang ditempatkan di kaca arloji. Sedangkan untuk
menimbang asam oksalat digunakan kertas perkamen kerena padatan
asam oksalat berbeda dengan NaOH. NaOH berbentuk butiran
sedangkan padatan asam oksalat berbentuk serbuk pada umumnya
sehingga penimbangannya menggunakan kertas perkamen.
Pada percobaan ini digunakan asam oksalat untuk membuat larutan
baku primer, yaitu larutan yang dibuat dengan ketelitian tinggi.
Larutan ini digunakan untuk standarisasi larutan NaOH.
Setelah larutan NaOH dan asam oksalat siap, praktikkan
memasukkan larutan NaOH yang akan dibakukan kedalam buret untuk
melakukan titrasi dengan asam oksalat. Untuk asam oksalat praktikkan
menambahkan indikator pada larutan yaitu fenolftalein. Pencampuran
asam oksalat dan NaOH tidak akan mempengaruhi larutan, larutan
akan tetap bening. Oleh karena itu penambahan indkator fenolftalein
pada asam oksalat untuk menentukan perubahan yang terjadi ketika
sudah mencapai titik ekivalen.
Fenolftalein termasuk dalam golongan asam yang sangat lemah.
Dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak
berwarna. Fenolftalein tidak akan berwarna (bening) dalam keadaan
zat yang asam atau netral, namun akan berwarna kemerahan dalam
keadaan zat yang basa. Tepatnya pada titik pH di bawah 8,3
fenolftalein tidak berwarna, namun jika mulai melewati 8,3 maka
warna ungu yang semakin terang akan muncul. Semakin basa maka
warna yang ditimbulkan akan semakin terang warnanya. Fenolftalein
digunakan sebagai indikator asam atau basa dimana dalam kontak atau
kehadiran asam itu akan berubah berwarna dan dengan dasar, itu akan
berubah menjadi merah muda warna violet. Ini juga merupakan
komponen dalam indikator universal, solusi yang terdiri dari campuran
indikator pH.
Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah asam
sitrat (C6H8O7). Asam sitrat yang digunakan dalam bentuk larutan.
Larutan asam sitrat sudah dimasukkan kedalam labu ukur sihingga
praktikan hanya perlu menambahkan aquades hingga mencapai 250
ml. Pengukuran dilakukan dalam labu ukur karena labu ukur
merupakan alat ukur primer, sehingga volume yanyg dihasilkan lebih
akurat.
X. Kesimpulan
Titrasi akhir asidimetri-alkalimetri dapat diketahui dengan
perubahan warna yang terjadi. Perubahan yang terjadi karena adanya
penambahan indikator pada sampel. Kadar asam sitrat dapat diketahui
sebnyak 0,73%.
DAFTAR ISI
Day, R.A dan A.L. Underwood.2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi keenam.
Jakarta: Erlangga.
Ika, Dani, 2009. Alat Atomatis Pengukuran Kadar Vitamin C dengan Metode
Titrasi Asam Basa. Jurnal Neotrino. Vol.1. No.2.