Anda di halaman 1dari 6

KIMIA FISIKA II

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

26 April 2014

DI SUSUN OLEH :

NURUL MU’NISAH AWALIYAH

1112016200008

Kelompok 1 :

1. Ipa Ida Rosita (1112016200007)


2. Putri Dewi Malya Fatimah (1112016200011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

ABSTRAK

KIMIA FISIKA II
KIMIA FISIKA II

Bila suatu zat-terlarut membagi diri di antara dua cairan yang tak-dapat campur, ada
satu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fase pada
kesetimbangan Prinsip dasar percobaan ini yaitu distribusi zat terlarut I2 ke dalam dua
pelarut yang tidak saling bercampur yaitu air dan kloroform. Koefisien distribusi yang
didapatkan, yakni 0,2. Iodin yang mengandung kloroform tidak larut ketika dicampur air.
Begitu halnya pada iodin (tanpa campuran apapun) ketika dicampur dengan air tidak
akan larut. Dalam hal ini natrium tiosulfat digunakan untuk melarutkan larutan tersebut

PENDAHULUAN

Untuk dua pelarut yang tidak saling melarutkan, seperti air dan
karbontetraklorida, ketika dicampurkan akan terbentuk dua fasa yang terpisah. Jika
kedalamnya ditambahkan zat terlarut yang dapat larut dikedua fasa tersebut, seperti
iodium yang dapat larut dalam air dan CCl4, maka zat terlarut akan terdistribusi dikedua
pelarut (yang berbeda fasa) tersebut, sampai tercapai keadaan kesetimbangan. Pada saat
tersebut potensial kimia zat terlarut di fasa 1 sama dengan potensial kimianya di fasa 2,
μ1 = μ2 .
Jika kedua larutan encer ideal, maka μ1 = μ1+ RT ln xi = μ2
Dan RT ln = μ1 - μ2

Karena μ1 dan μ2 tidak bergantung pada komposisi, maka harga T tetap

Denga fraksi mol distribusi atau koefisien partisi, yang harganya tidak bergantung pada
konsentrasi zat terlarut pada T yang sama. Jika sejumlah tertentu zat terlarut sudah
seimbang dalam dua fasa yang berbeda dan kemudian ditambah lagi terlarut kedalamnya,
maka terlarut itu akan terdistribusi lagi dalam kedua pelarut sampai diperoleh keadaan
kesetimbangan baru yang konsentrasinya berbeda dengan konsentrasi sebelum
penambahan akan tetapi nilai perbandingannya di kedua fasa berharga tetap

(Sri Mulyani: 2014 : 23)

Cukup diketahui bahwa zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam pelarut-pelarut tertentu
dibandingkan dengan pelarut-pelarut yang lain. Jadi iod jauh lebih dapat larut dalam karbon

KIMIA FISIKA II
KIMIA FISIKA II

disulfida, kloroform, atau tetraklorida daripada dalam air. Lagi pula, bila cairan-cairan
tertentu seperti karbon disulfida dan air, dan juga eter dan air, dikocok bersama-sama dalam
suatu bejana dan campuran kemudian dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah menjadi
dua lapisan. Cairan-cairan semacam itu dikatakan sebagai tak-dapat-campur (karbon
disulfida dan air) atau setengah-campur (eter dan air), bergantung pada apakah satu ke dalam
yang lain hampir tak dapat larut atau setengah dapat larut. Jika iod dikocok bersama
campuran karbon disulfide dan air serta kemudian didiamkan, iod akan dijumpai terbagi
dalam kedua pelarut itu. Suatu keadaan kesetimbangan terjadi antara larutan iod dalam
karbon disulfida dan larutan iod dalam air (G., Svehla, 1990, hlm. 139-140).

METODE PERCOBAAN

 ALAT

Buret 1 Buah
Erlenmeyer 1 Buah
Gelas Ukur 1 Buah
Corong 1 Buah
Statif 1 Buah
Klem 4 Jari 1 Buah
Pipet tetes 1 Buah
Corong pisah 1 Buah

 BAHAN

Na2S2O3 0,1M secukupnya


Kloroform
Larutan iodine
Akuades
Indikator amilum

 PROSEDUR KERJA

KIMIA FISIKA II
KIMIA FISIKA II

1. Mengukur 25 mL larutan iodine Jenuh I2 salam CHCl3 dan masukan


dalam corong pisah
2. Tambahkan air sebanyak 200 mL kedalam corong pisah
3. Mengocok campuran tersebut selama 60 menit
4. Diamkan larutan tersebut hingga terbentuk 2 lapisan
5. Memisahkan lapisan tersebut melalui corong pisah
6. Sediakan masing-masing 5 ml lapisan atas untuk 2 erlenmeyer dan 5 ml
lapisan bawah untuk 2 erlenmeyer.
7. Menitrasi larutan tersebut dengan Na2S2O3 0,1 M hingga analit bening
dengan menggunakan indikator amilum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis data :
2S2(O3)2- + I2 → S4O62- + 2I-
2Na2S2O3 + 2I- → Na2S2O2+

HASIL

Sebelum Titrasi:

Lapisan Sebelum di kocok Setelah di kocok

Atas Bening Kuning keemasan

Bawah Ungu Ungu

Setelah Titrasi

Lapiasan Volume Na2S2O3 Perubahan Warna

2 ml Bening
Atas
2 ml Bening
11,1 ml Bening
Bawah
9,3 ml Bening

Perhitungan:
Diketahui: Konsentrasi iodin 0,1 M

KIMIA FISIKA II
KIMIA FISIKA II

Sebelum titrasi:
Volume lapisan atas : 5 ml
Volume lapisan bawah : 5 ml
Setelah titrasi:
Volume rata-rata lapisan atas :

Volume rata-rata lapisan bawah :

Ditanya: konsentrasi I2 dalam H2O dan CHCl3?


Jawab:
V1 X M1 = V2 X M2

[ I2] H2O =

V1 X M2 = V2 X M2

[I2] CHCl3 =

Maka Kd =

PEMBAHASAN
Bila suatu zat-terlarut membagi diri di antara dua cairan yang tak-dapat
campur, ada satu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fase
pada kesetimbangan. Nerst pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas
mengenai hukum distribusi ketika pada tahun 1891 ia menunjukkan bahwa suatu zat
terlarut akan membagi diri antara dua cairan yang tak-dapat campur sedemikian rupa
sehingga angka banding konsentrasi pada keseimbangan adalah konstanta pada suatu
temperatur tertentu 1 ( Underwood, dan R., A., Day,2002, hlm. 457).

Pada penentuan koefisien distribusi, I2 dalam kloroform yang telah


ditambahkan air, membentuk gel berwarna ungu setelah dikocok selama 1 jam.
Campuran tersebut mengakibatkan terjadinya pemisahan kedua zat, karena adanya
danya perbedaan kepolaran antara air dan CHCl3 dimana air bersifat polar sedangkan
CHCl3 bersifat nonpolar sehingga terbentuk dua lapisan yakni: lapisan bawah yang
berbentuk seperti gel (ungu), dan lapisan atasnya dalam fasa cairan berwarna kuning.
Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan koefisien distribusi sistem air-klorofom
adalah 0,2. Pada percobaan ini, senyawa yang diekstraksi dipisahkan menggunakan corong

KIMIA FISIKA II
KIMIA FISIKA II

pisah. Sehingga gel berwarna ungu terpisah dari cairan berwarna kuning. Cairan berwarna
kuning merupakan campuran iodin dengan kloroform. Sedangkan gel berwarna ungu
merupakan campuran antara iodin dengan air (terbentuk emulsi akibat iodin tidak dapat larut
dalam air). Iodin yang mengandung air dibagi menjadi dua dan volume keduanya sama besar,
yakni 5 ml kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 menghasilkan larutan tidak berwarna
ditambahkan indikator amilum. Sedangkan iodin yang mengandung kloroform dibagi menjadi
2 bagian dengan volume yang sama besar, yakni 5 ml, kemudian dititrasi dengan Na2S2O3
menghasilkan larutan tidak berwarna di tambahkan indikator amilum. Natrium tiosulfat akan
melarutkan campuran iodin-kloroform-air. Hukum distribusi Nernst terutama digunakan pada
proses ekstraksi. Di laboratorium ekstrasi seringkali dilakukan untuk menghilangkan atau
memisahkan zat terlarut dalam larutan dengan pelarut air yang di ekstraksi dengan pelarut lain
seperti eter, klorofom, karbondisulfida atau benzen.dalam proses ini penting untuk diketahui
berapa banyak pelarut dan berapa kali ekstraksi harus dilakukan agar diperoleh derajat yang
diinginkan (Sri Mulyani: 2014 : 23)

KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan kesetimbangan fasa dapat disimpulkan bahwa:


1. Iodin tidak dapat larut (tidak dapat campur) apabila ditambahkan pelarut air
2. Iodin jauh lebih dapat larut dalam karbon disulfida, kloroform atau
karbontetraklorida dari pada dalam air
3. Koefisien distribusi yang di dapatkan adalah 0,2

REFERENCE

Mulyani, Sri dan Hendrawan.2014. kimia fisika II.Bandung: UPI

Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, terj.
L., Setiono, dan A., Hadyana, P. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

Underwood, A. L. dan Jr., R. A. Day. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif edisi keenam.
Jakarta: Erlangga.

KIMIA FISIKA II

Anda mungkin juga menyukai