Anda di halaman 1dari 15

BAB 4 REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

BAB 4
REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

Deskripsi Singkat
Pada Bab 4 dijelaskan prinsip dan aplikasi sel elektrokimia, termodinamika reaksi
elektrokimia, proses elektrolisis sederhana, serta aspek kuantitatif elektrolisis.

Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip-prinsip dalam elektrokimia dan elektrolisis.

Indikator
1. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip sel galvani
2. Mahasiswa mampu menjelaskan potensial eletroda standar
3. Mahasiswa mampu menjelaskan kespontanan reaksi redoks
4. Mahasiswa mampu menjelaskan potensial sel sebagai fungsi konsentrasi
5. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip sel elektrolisis

Proses elektrokimia yang melibatkan transfer elektron dari satu senyawa ke senyawa
yang lain disebut reaksi redoks (reduksi-oksidasi). Reaksi redoks terjadi secara
berkesinambungan, di mana untuk setiap elektron yang hilang dari suatu senyawa maka
senyawa lain akan mendapatkan elektron tersebut. Reaksi redoks terjadi atas dua setengah
reaksi yaitu yang mewakili proses oksidasi dan proses reduksi.

4.1 Sel Galvani


Reaksi redoks secara umum terjadi ketika agen pengoksidasi berinteraksi dengan agen
pereduksi. Elektron secara langsung berpindah dari agen pereduksi ke agen pengoksidasi
dalam larutan. Namun, jika agen pereduksi dan agen pengoksidasi dipisah maka transfer
elektron dapat melalui media penghantar listrik bagian luar. Keadaan ini diatur sedemikian
rupa sehingga menghasilkan arus listrik. Arus listrik yang dihasilkan dari reaksi redoks
disebut sel elektrokimia. Gambar 4.1 menunjukkan komponen dasar sel Galvani atau yang
sering disebut sel volta, di mana arus listrik dihasilkan dari reaksi redoks yang spontan.
Lempengan seng (Zn) dicelupkan ke dalam larutan ZnSO 4 dan lempengan tembaga (Cu)
dimasukkan ke dalam larutan CuSO4. Sel Galvani bekerja berdasarkan prinsip bahwa Zn
dapat teroksidasi menjadi Zn2+ dan Cu2+ dapat terduksi menjadi Cu secara spontan dan
terpisah dengan adanya transfer elektron melalui kawat. Lempengan Zn dan Cu disebut

64
BAB 4 REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

elektroda. Elektroda oksidasi terjadi disebut anoda dan elektroda reduksi terjadi disebut
katoda.

Gambar 4.1 Sel Galvani

Untuk sistem ini, reaksi oksidasi dan reduksi pada elektroda disebut reaksi setengah sel:
Elektroda Zn (anoda) : Zn(s) Zn2+(aq) + 2e- (4.1)
Elektroda Cu (katoda) : Cu2+(aq) + 2e- Cu(s) (4.2)
Selama larutan terpisah, ion Cu2+ akan bereaksi secara langsung dengan lempengan Zn:
Cu2+(aq) + Zn(s) Cu(s) + Zn2+(aq) (4.3)
Dan tidak ada arus listrik yang dapat digunakan.
Untuk melengkapi rangkaian listrik, larutan harus dihubungkan oleh sebuah media yang dapat
melewatkan anion dan kation. Syarat ini dipenuhi oleh jembatan garam, yang merupakan
tabung U tersusun atas larutan elektolit inert seperti KCl atau NH 4NO3, ion-ion yang tidak
akan bereaksi dengan ion di dalam larutan ataupun pada elektroda (Gambar 4.1). Selama
reaksi redoks keseluruhan berlangsung, elektron mengalir dari anoda (elektroda Zn) melewati
kawat dan voltmeter menuju ke katoda (elektroda Cu). Di dalam larutan, kation (Zn 2+, Cu2+,
dan K+) bergerak menuju katoda, sementara anion (Cl- dan SO42-) bergerak menuju anoda.
Fakta mengenai elektron bergerak dari satu elektroda ke elektroda yang lain
mengindikasikan bahwa ada perbedaan tegangan di antara dua elektroda. Perbedaan tegangan
di antara dua elektroda disebut gaya gerak listrik atau emf (ε), dapat diukur dengan
menghubungkan elektroda dengan voltmeter (Gambar 4.2). Nilai emf dari sel Galvani
biasanya diukur dalam volt, hal ini merujuk pada tegangan sel atau potensial sel. Nilai emf
dari sel tidak hanya bergantung pada sifat alami dari elektroda dan ion, tetapi juga konsentrasi
ion dan suhu ketika sel beroperasi.

65
BAB 4 REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

Notasi konvensional untuk mewakili suatu sel Galvani adalah diagram sel. Untuk sel
Galvani hanya digambarkan menggunakan KCl sebagai elektrolit di dalam jembatan garam
dan diasumsikan berkonsentrasi 1 M. Diagram sel sebagai berikut:

Zn(s)|Zn2+(aq,1 M)|KCl(jenuh)|Cu2+(aq,1M)|Cu(s) (4.4)

Garis vertikal mewakili batas fasa. Sebagi contoh, elektroda Zn adalah padat dan ion Zn 2+
(dari ZnSO4) adalah larutan. Dengan demikian untuk menunjukkan batas fasa antara Zn dan
Zn2+ digunakan tanda garis. Di samping itu juga terdapat sebuah garis antara larutan ZnSO 4
dan larutan KCl dalam jembatan garam karena dua larutan tidak saling bercampur dan dua
fasa terpisah. Secara konvensi, anoda ditulis awal pada kiri dan komponen berikutnya diatur
berdasarkan perpindahan dari anoda ke katoda.

4.2 Potensial Elektroda Standar


Keadaan standar untuk elektrokimia adalah ketika sistem berada pada suhu 25 °C,
konsentrasi semua komponen 1 M untuk larutan dan untuk gas bertekanan 1 atm. Ketika
sistem berada pada keadaan standar, maka potensial dari sel Galvani tersebut disebut potensial
sel standar, E0Sel. Potensial sel standar untuk sel Galvani elektroda Zn dan Cu (Gambar 4.1)
sebesar 1,10 V.
Untuk tiap reaksi setengah sel memiliki kemungkinan untuk menghasilkan elektron dan
mengalami proses reduksi. Kemungkinan mengalami reduksi tersebut dinyatakan dalam
potensial reduksi. Ketika diukur dalam keadaan standar maka potensial reduksi disebut
potensial reduksi standar, E0. Ketika dua setengah sel dihubungkan dalam satu sel Galvani,
salah satu yang memiliki potensial reduksi standar lebih besar cenderung mengalami reduksi.
Sebaliknya yang memiliki nilai potensial reduksi standar lebih kecil cenderung mengalami
oksidasi. Potensial sel standar harus bernilai positif, yang menyatakan bahwa reaksi terjadi
secara spontan. Potensial sel standar menyatakan perbedaan potensial antara potensial reduksi
standar dari kedua setengah sel tersebut, atau dapat dirumuskan sebagai berikut:

(4.5)

Sebagai contoh, untuk sel Galvani Zn-Cu,

Potensial reduksi standar dari setengah sel tunggal tidak dapat ditentukan, hanya bisa
mengukur beda potensial dari kedua setengah sel tersebut ketika keduanya terhubung. Dengan
demikian, untuk mendapatkan nilai masing-masing potensial reduksi standar maka elektroda
standar dipilih dan ditetapkan memiliki nilai 0 V. Elektroda referensi ini disebut elektroda

66
BAB 4 REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

hidrogen standar (Gambar 4.2). Tekanan gas hidrogen 1 atm melewati elektroda Platinum
(Pt) yang dibagi dua dan dikelilingi oleh larutan ion hidrogen 1 M.

Gambar 4.2 Elektroda Hidrogen

67
BAB 4 REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

Contoh 4.1
Menurut sel elektrokimia: NiNiCl2(1M)CuCl2(1M)Cu. Hitunglah potensial sel!

Jawaban
Ni  Ni2 + 2e E0 = 0,250 V (oksidasi)

Cu2 + 2e  Cu E0 = 0,337 V (reduksi)

E0sel = E0Cu  E0Ni

= 0,337 V  (0,250 V)
= 0,587 V

4.3 Kespontanan Reaksi Redoks


Materi Termodinamika telah dipelajari proses spontan yaitu proses yang terjadi tanpa
energi/kerja dari luar, G < 0, sebaliknya proses tidak spontan akan membutuhkan energi dari
luar, G > 0. Proses spontan akan menghasilkan kerja maksimum G = Wmax. Dalam sel
Galvani, energi kimia diubah menjadi energi listrik. Energi listrik emf dalam hal ini total
muatan listrik (dalam coulomb) yang terjadi pada sel.
Energi listrik = volt x coulomb
= joule
Total muatan ditentukan berdasarkan jumlah mol elektron (n) yang melewati arus.
Total muatan = nF
F = konstanta Faraday, yaitu muatan listrik yang mengandung 1 mol elektron.
1 Faraday ekivalen dengan 96487 C atau 96500 C.
1 F = 96500 C/mol
Jika 1J=1Cx1V
Sehingga dapat ditulis 1 faraday
1 F = 96500 J/V.mol
Umumnya pengukuran sel emf dengan potensiometer, yang menentukan tegangan dan arus
dalam sel. Tegangan maksimum digunakan untuk menghitung jumlah maksimum energi
listrik yang terdapat pada reaksi kimia. Energi yang dihasilkan adalah kerja listrik (Wele).
Wmax = Wele
= - n F Esel
Tanda negatif menunjukkan kerja listrik yang terjadi dalam sistem.
G = Wmax
sehingga G = - n F Esel (4.6)

68
BAB 4 REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

Nilai n dan F positif, G negatif untuk proses spontan, dan Esel positif.
Pada reaksi reaktan dan produk persamaan (4.6) diubah menjadi:
G = - n F Esel (4.7)
Di mana Esel bernilai positif untuk proses spontan.

Pada materi termodinamika perubahan energi bebas standar G pada suatu reaksi
apabila dihubungkan dengan konstanta kesetimbangan maka:
G = - RT ln K (4.8)
Persamaan (4.7) dan (4.8) menjadi :
- n F Esel = - RT ln K

sehingga Esel = ln K (4.9)

Jika T = 298 K persamaan (4.9) disederhanakan dengan mengkonversikan nilai R dan F


sehingga

Esel =

Esel = (4.10)

Apabila nilai G, K, atau Esel diketahui maka dapat dihitung menggunakan persamaan (4.7),
(4.8), dan (4.9).

Contoh 4.2
Hitunglah G, untuk reaksi Cu2+(l) + Fe(s)  Cu(s) + Fe2+(l)
Apakah reaksi tersebut spontan? Jelaskan!

Jawaban

Oksidasi : Fe(s)  Fe2+ + 2e- E = 0,44 V


Reduksi : Cu2+ + 2e-  Cu(s) E = 0,34 V
Reaksi Sel : Cu2+ + Fe(s)  Cu(s) + Fe2+ Esel = 0,78 V

G = - n F Esel

69
BAB 4 REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

= - 2 x 96500 x 0,78 J
= - 1,5 x 105 J
Karena G < 0 maka reaksi spontan.
4.4 Potensial Sel (Esel) sebagai Fungsi Konsentrasi

Contoh 4.3
Untuk reaksi sel
2Al(s) + 3Mn2+(l) 2Al3+(l) + 3Mn(s) Esel = 0,48 V
Perkirakan (Esel) secara kualitatif, bila:
a). Al3+ = 2 M, Mn2+ = 1 M
b). Al3+ = 1 M, Mn2+ = 3 M

Jawaban

a). Konsentrasi produk naik 1 M yaitu dari 1 M menjadi 2 M. Ini menentang reaksi sel,
sehingga
Esel < Esel yaitu Esel < 0,48 V
b). Konsentrasi reaktan naik 2 M yaitu dari (1 M menjadi 3 M), maka Esel > Esel
yaitu Esel > 0,48 V

Potensial sel sebagai fungsi dari konsentrasi pada reaksi redoks yang terjadi pada
reaktan dan produk:
aA + bB cC + dD
seperti halnya energi bebas tergantung konsentrasi yang dapat dituliskan:
G = G + RT ln Q (4.11)
Jika G = - n F Esel dan G = - n F Esel, persamaan ini dapat digabungkan menjadi:
- n F E = - n F E + RT ln Q

Esel = Esel - (4.12)

Di mana Q adalah quesion reaksi.


Persamaan (4.12) dikenal sebagai Persamaan Nernst.

Apabila T = 25 = 298 K persamaan (4.12) menjadi:

70
BAB 4 REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

Esel = Esel -

Contoh 4.4
Esel = 0,48 V maka reaksi:
2Al(s) + 3Mn2+(l) 2Al3+(l) + 3Mn(s)
Apabila Al3+ = 2 M dan Mn2+ = 1 M

Jawaban

Maka: Q = = =4

Sehingga: Esel = 0,48 –

= 0,474 V

4.5 Elektrolisis
Berlawanan dengan reaksi redoks yang berlangsung spontan, elektrolisis adalah proses
penggunaan energi listrik untuk berlangsungnya rekasi kimia yang tidak spontan. Prinsip
reaksi yang terjadi pada elektrolisis sama dengan yang terjadi pada sel Galvani. Berikut akan
dibahas aspek kuantitatif pada elektrolisis.

1. Elektrolisis Leburan Natrium Klorida


Dalam keadaan lebur, senyawa ionik natrium klorida dapat terelektrolisis menjadi
logam natrium dan klor. Gambar 2.4 merupakan gambaran sederhana tentang reaksi yang
terjadi pada elektroda. Sel elektrolisis terdiri dari sepasang elektroda yang dihubungkan
dengan baterai. Baterai bertindak sebagai pemompa elektron, mendorong elektron ke katoda
di mana terjadi reduksi dan menarik elektron dari anoda di mana terjadi oksidasi.
Reaksi pada elektroda adalah:
Anoda (oksidasi) : 2 Cl- → Cl2 (g) + 2 e-
Katoda (reduksi) : 2 Na + 2 e- → 2 Na(l)
+

Reaksi bersih : 2 Na+ + 2 Cl- → 2 Na(l) + Cl2 (g)


Proses ini merupakan sumber utama logam natrium murni dan gas klor.

71
BAB 4 REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

Gambar 4.3 Elektrolisis Leburan NaCl

2. Elektrolisis Air
Air pada kondisi atmosfer (1 atm dan 25 C) terurai tidak spontan menjadi gas
hidrogen dan gas oksigen karena perubahan energi bebas standarnya sangat besar.

2 H2O (l) → 2 H2 (g) + O2 (g) ∆ G0 = 474,4 kJ

Meskipun demikian, reaksi di atas dapat berlangsung secara elektrolisis. Sel elektrolit terdiri
dari sepasang elektroda yang terbuat dari logam non reaktif seperti platinum yang dicelupkan
ke dalam air. Jika elektroda tersambung ke baterai, tidak terjadi apapun karena pada air murni
tidak terdapat ion yang cukup untuk berlangsungnya arus listrik. (Ingat : pada suhu 25 C, air
murni hanya mempunyai ion H dan ion OH- masing-masing sebanyak 1x10-7 M). Reaksi
dapat terjadi jika menggunakan larutan H2SO4 0,1 M karena terdapat cukup ion untuk
berlangsungnya reaksi listrik. Seketika, akan terbentuk gelembung gas pada kedua elektroda.
Gambar 4.4 menunjukkan terjadinya reaksi di anoda dan katoda.

Anoda 2 H2O (l) → O2 (g) + 4 H+(aq) + 4 e-


+ -
Katoda 4 H (aq) + e → ½ H2 (g)
Reaksi bersih : 2 H2O (l) → 2 H2(g) + O2 (g)

72
BAB 4 REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

Gambar 4.4 Reaksi Elektrolisis Air

3. Elektrolisis Larutan Cair Natrium Klorida


Larutan cair natrium klorida terdiri dari beberapa spesies yang dapat mengalami
reduksi atau oksidasi. Reaksi oksidasi yang dapat ditemui pada anoda adalah:
(1) 2 H2O (l) → O2 (g) + 4 H+(aq) + 4 e-
(2) 2 Cl- (aq) → Cl2 (g) + 2 e-
Berdasarkan Tabel Potensial Reduksi Standar :
O2 (g) + 4 H+(aq) + 4 e- → 2 H2O (l) E0 = 1,23 V
Cl2 (g) + 2 e- → 2 Cl- (aq) E0 = 1,36 V

Potensial reduksi standar (1) dan (2) tidak banyak berbeda, tetapi nilai ini menyatakan
bahwa H2O cenderung teroksidasi di anoda. Tetapi berdasarkan percobaan, gas Cl2 yang
terbentuk di anoda,bukan O2. Dalam proses elektrolisis, seringkali voltase yang digunakan
lebih besar dari potensial elektroda. Penambahan voltase dibutuhkan untuk kondisi,
overvoltase. Overvoltase untuk pembentukan O2 cukup tinggi. Sehingga, pada kondisi normal
gas Cl2 yang terbentuk di anoda.
Reduksi yang dapat terjadi pada katoda adalah:
(3) Na+ (aq) + e- → Na (s) E0 = -2,71 V
(4) 2 H2O (l) + 2 e- → H2 (g) + 2 OH- (aq) E0 = -0,83 V
+ -
(5) 2 H (aq) + 2 e → H2 (g) E0 = 0,00 V

Reaksi (3) diabaikan karena potensial reduksi standar sangat negatif. Pada kondisi standar
reaksi (5) lebih memungkinkan dibandingkan reaksi (4). Pada pH 7 (seperti pada kondisi
larutan NaCl), reaksi (4) dan (5) memiliki kemungkinan yang sama. Reaksi (4) dipakai untuk
menjelaskan reaksi katoda karena konsentrasi ion H+ sangat rendah (1 x 10-7 M) jika memilih
reaksi (5). Sehingga, reaksi elektrolisis untuk natrium klorida encer adalah:
Anoda (Oksidasi) : 2 Cl- (aq) → Cl2 (g) + 2 e-
-
Katoda (reduksi) : 2 H2O(l) + 2 e → H2 (g) + 2 OH-(aq)
Reaksi Bersih : 2 H2O (l) + 2 Cl-(aq) → H2 (g) + Cl2 (g) + 2 OH- (aq)
Pada reaksi bersih, konsentrasi ion Cl- berkurang selama elektrolisis dan konsentrasi ion OH -
bertambah.

73
BAB 4 REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

4. Aspek Kuantitatif Elektrolisis


Aspek kuantitatif elektrolisis pertama kali dikembangkan oleh Faraday. Didapatkan
bahwa massa produk yang terbentuk (atau reaktan yang dikonsumsi) pada suatu elekroda
sebanding dengan: (1) jumlah listrik yang ditransfer pada elektroda dan (2) jumlah massa
molar zat yang digunakan. Sebagai contoh, elektrolisis leburan NaCl, reaksi katoda
menyatakan bahwa 1 atom Na+ dihasilkan jika 1 ion Na+ menerima menerima 1 elektron dari
katoda. Untuk mengurangi 1 mol ion Na+ harus terdapat elektron sejumlah bilangan Avogadro
pada katoda. Stoikiometri reaksi anoda menunjukkan bahwa oksidasi 2 ion Cl - menghasilkan
1 molekul klor, sehingga pembentukan 1 mol Cl2 menghasilkan transfer 2 mol elektron dari
ion Cl- dari ion Cl- menuju anoda. Dengan demikian, dibutuhkan 2 mol elektron untuk
mengurangi 1 mol Mg2+ dan 3 mol elektron untuk mengurangi 1 mol ion Al3+.
Mg2+ + 2 e- → Mg
Al3+ + 3 e- → Al
Sehingga : 2 F ∞ 1 mol Mg2+
3 F ∞ 1 mol Al3+

Di mana F adalah faraday.

Dalam percobaan elektrolisis, pada umumnya yang diukur adalah arus (dalam Ampere, A),
yang melewati sel elektrolitik dalam rentang waktu tertentu. Hubungan antara muatan (dalam
coulomb, C) dan arus adalah :

1C = 1A x 1s

Di mana : coulomb adalah jumlah muatan listrik yg melewati beberapa titik dalam sirkuit
dalam waktu 1 detik dan arus 1 A.

Contoh 4.5
Arus sebesar 0,452 A dilewatkan pada sel elektrolitik yang mengandung leburan CaCl 2 selama
1,5 jam. Tulis reaksi pada elektroda dan hitung berapa gram produk pada elektroda.

Jawaban
Dalam leburan CaCl2 hanya terdapat 2 ion : Ca2+ dan Cl-, reaksinya:

74
BAB 4 REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

Anoda : 2 Cl- → Cl2 (g) + 2 e-


Katoda : Ca2+ + 2 e- → Ca(s)
Reaksi Bersih : Ca2+ + 2 e- + 2 Cl- → Ca(s) + Cl2 (g)

Jumlah logam Ca dan gas klor yang terbentuk sangat bergantung pada jumlah elektron yang
melewati sel elektrolitik, yang pada akhirnya bergantung pada arus dan waktu atau muatan.
Muatan = 0,452 A x 1,5 jam x (3600 detik/jam) x (1 C/1A.detik) = 2,44 x 103 C
Karena 1 F = 96500 C dan dibutuhkan 2 F untuk mengurangi 1 mol ion Ca 2+, massa logam Ca
yang terbentuk pada katoda adalah:
Massa Ca = 2,44 x 103 C x (1 F/96500 C) x (1 mol Ca/2F) x (40,08 g Ca/1 mol Ca) = 0,507 g
Reaksi anoda menunjukkan bahwa 1 mol klor dihasilkan per aliran listrik 2, sehingga massa
gas klor yang terbentuk adalah:
Massa Cl2 = 2,44 x 103 C x (1 F/96500 C) x (1 mol Cl2/2F) x (70,9 g Cl2/1 mol Cl2) = 0,896 g

75
BAB 4 REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Kerjakan soal-soal dalam kotak berikut ini dengan tepat!


1. Tuliskan ungkapan setengah reaksi untuk potensial reduksi bagi tiap-tiap elektroda
berikut dan tentukan potensial reduksi standar untuk tiap-tiap reaksi tersebut dengan
menggunakan daftar potensial standar!
a. H(aq)H2Pt
b. Ni2(aq)Ni

Jawab :

2. Arus dilewatkan pada suatu sel elektrolitik yang mengandung leburan MgCl2 selama
18 jam. Jika 4,8 x 105 gram Cl2 dihasilkan, berapa arus (A) yang dibutuhkan?
Jawab :

3. Prediksi apakah reaksi berikut berjalan spontan atau tidak pada 298 K?

76
BAB 4 REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

Co(s) + Fe2+ (aq) → Co (aq) + Fe (s) [Co2+] = 0,15 M dan [Fe2+] = 0,68 M
Jawab:

77
BAB 4 REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

1. Reaksi spontan apa yang terjadi jika Cl2 dan Br2 ditambahkan ke dalam larutan yang
mengandung Cl- dan Br-?
2. Apa perbedaan antara sel elektrokimia (sel Galvani) dengan sel elektrolitik?
3. Tinjau elektrolisis leburan Kalsium klorida, CaCl2!
a. Tulis reaksi elektroda!
b. Berapa gram logam kalsium yang dihasilkan jika dilewatkan arus sebesar 0,5 A selama
30 menit?
4. Jelaskan mengapa elektrolisis leburan ZnCl2 berbeda dengan larutan cair ZnCl2!
5. Perkirakan Esel dari reaksi:
2 VO2+ + 4H+ + Zn(s)  2VO2+ + 2H2O + Zn2+
Bila diketahui:
T = 25C
(VO2+) = 2,0 M (VO2+) = 1x10-2 M
(H+) = 0,5 M (Zn2+) = 1x10-1 M

78

Anda mungkin juga menyukai