Anda di halaman 1dari 59

SPEKTROFOTOMETRI

ULTRAVIOLET DAN
VISIBLE (TAMPAK)
THE AIMS OF LEARNING
menjelaskan proses penyerapan molekul di
daerah ultraviolet-visible
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
penyerapan UV-Vis
mengetahui instrumentasi spektrofometer
UV-Vis dan cara kalibrasinya
menjelaskan jenis spectra UV-Vis senyawa
kimia
menggunakan spectra UV-Vis untuk analisis
kuantitatif senyawa kimia
Spektrofotometri UV-Vis
Adalah ilmu yang mempelajari teknik pengukuran
interaksi materi dengan sumber REM (radiasi
elektromagnetik) pada daerah ultraviolet dekat (200-400
nm) dan sinar tampak (400-800 nm ) dengan memakai
instrumen spektrofotometer.
Electronic
Electronic Excitation
Excitation byby UV/Vis
UV/Vis Spectroscopy
Spectroscopy : :
UV: Radio waves:
X-ray: IR: molecular
valance Nuclear spin states
core electron vibrations
excitation electronic (in a magnetic field)
excitation
Jenis2 transisi dalam tiap daerah spektrum
elektromagnetik
Daerah spektum Transisi energi

Sinar X Pemutusan ikatan

Ultraviolet-tampak elektronik

Infra Merah Vibrasional

Gelombang mikro Rotasional

Frekuensi Radio Pemutaran nuklir (RMI)


ABSORBSI UV-VIS OLEH MATERI
Absorbsi cahaya UV-Vis mengakibatkan terjadinya
transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari
orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital
keadaan tereksitasi yang berenergi lebih tinggi
Energy yang diserap kemudian terbuang sebagai cahaya
atau tersalurkan dalam reaksi kimia
lanjutan
absorbsi sinar UV Vis dihasilkan oleh eksitasi elektron-
elektron ikatan, akibatnya panjang gelombang pita yang
mengabsorsi dapat dihubungkan dengan ikatan dlm molekul.
elektron yang terlibat pada penyerapan radiasi UV-Vis:
1. electron sigma (),
2. electron phi () dan
3. electron bukan ikatan atau (n=non bonding electron).
TRANSISI ELEKTRONIK
Transisi elektronik yang terjadi diantara tingkat-tingkat energy di
dalam suatu molekul ada 4 yaitu:
1. Sigmasigma star ( *)
2. Non bonding electronsigma star (n *)
3. Non bonding electronphi star (n*)
4. Phi phi star ( *)
electronic molecular orbital energies
Pola diagram transisi elektronik

E
Gambar transisi elektronik
Sigmasigma star ( *)

Energi yang diperlukan sesuai energi sinar


pada frekuensi yang terletak pada UV vakum
(< 180 nm)

Kurang begitu bermanfaat untuk analisis


dengan spektrofotometri UV-Vis

Contoh :
Metana dengan ikatan Etana, dengan ikatan
(C-H) (125 nm) (C-C) (135 nm)
Non bonding electronsigma star (n
*)
Terjadi pada senyawa organik jenuh yang
mengandung atom-atom dengan elektron bukan
ikatan (e- n) seperti pada sekitar atom N, O, S, dan
halogen.

Sinar yang diserap sekitar 150 250


nm

Nilai absorbtivitas molar () 100 3000


liter/cm.mol

Pengaruh pelarut lebih polar akan menggeser ke


lebih pendek (pergeseran biru / Hypsocromic shift)
Non bonding electronphi star (n*)
dan ( *)
Molekul tersebut harus memiliki gugus
fungsional yang tidak jenuh sehingga
ikatan rangkap dalam gugus tersebut
dapat memberikan orbital phi yang
diperlukan.

Transisi ini paling cocok untuk analisis


( 200 700 nm) dan dapat diaplikasikan
pada spektrofotometer UV-Vis.

Pelarut dapat mempengaruhi transisi karena berkaitan dengan


perbedaan mensolvasi pelarut pada keadaan dasar dengan
keadaan tereksitasi.
Transisi (n *) dan ( - *)
Perbedaan transisi (n *) dan ( - *)
(n *) ( - *)
Nilai (10 100 Nilai (1000 10.oo0
liter/cm.mol) liter/cm.mol)
Biasanya, pelarut polar Biasanya, pelarut polar
menyebabkan menyebabkan
pergeseran biru pergeseran merah
(hypsochromic schif) (bathocromic shif)
Pengaruh pelarut (sampel aseton) pada pergeseran n *

pelarut air metanol etanol kloroform heksan


a
(nm) 264,5 270 272 277 279
Transisi - *
E (bathrocromic shift)
Pelarut
Non polar Pelarut
polar

Transisi n * E
(hipsocromic shift)
Pelarut
Pelarut
Non polar
polar
Penampilan spektra UV-Vis
Istilah dalam pergeseran panjang
gelombang
Hipsokromik (pergeseran biru): pergeseran panjang
gelombang maksimal ke arah panjang gelombang lebih
pendek
Batokromik (pergeseran merah) : pergeseran panjang
gelombang maksimal ke arah panjang gelombang yang lebih
panjang
Hiperkromik: peningkatan intensitas (absorbansi) ke arah
yang lebih tinggi
Hipokromik : perubahan intensitas (absorbansi) ke arah
yang lebih rendah
FAKTOR YANG BERPENGARUH
DALAM PENYERAPAN UV-VIS
1. Kromofor
2. Konjugasi elektron
3. Pelarut
4. Suhu
5. Ion-ion anorganik
6. PH
Kromofor Organik dan Auksokrom
Kromofor merupakan semua gugus atau
atom dalam senyawa organik yang mampu
menyerap sinar UV dan Visibel.

Contoh kromofor : C6H13CH=CH2,


CH3N=NCH3, CH3NO2, C2H5ONO2, dsb.

Auksokrom merupakan gugus fungsional


yang memiliki elektron bebas (-OH, -O, -
NH2, dan OCH3) yang memberikan
transisi n *.

Terikatnya auksokrm pada gugus


kromofor mengakibatkan batokromic shift
disertai efek hiperkromic.
lanjutan
terikatnya gugus auksokrom pada gugus kromofor
mengakibatkan pergeseran pita absorbsi menuju ke
panjang gelombang yang lebih besar (pergeseran merah
= pergeseran batokromik) dan kadang-kadang disertai
dengan peningkatan intensitas (efek hiperkromik)
Pengaruh konjugasi : energi orbital * turun energi <;
maks > batokromik
Karakteristik berbagai macam kromofor organik dan
perkiraan panjang gelombang maksimalnya.
2. Pengaruh konjugasi terhadap puncak
serapan
Ikatan terkonjugasi berupa ikatan rangkap yang
berselang-seling dengan satu ikatan tunggal.
Elektron-elektron phi mengalami delokalisasi
lanjut sehingga tingkat energi * menurun dan
mengurangi karakter anti ikatan batocromic
shift. OH OH OH
CH2-CH-CH-CH-CH2OH

H3C N N O

NH
H3C N

RIBOFLAFIN O
3. Pengaruh Pelarut
Pada pelarut Polar
1. Transisi * terjadi pada yang lebih panjang
(pergeseran merah/batokromik)
2. transisi n* terjadi pada yang lebih pendek
(pergeseran biru/hipsokromik)
lanjutan
Sebagai contoh senyawa aseton yang mengalami
transisi dari n* akan mempunyai panjang
gelombang paling rendah pada pelarut polar (air) dan
mempunyai panjang gelombang paling besar dalam
pelarut non polar (heksana)
Pengaruh berbagai pelarut terhadap
senyawa aseton

pelarut air metanol etanol kloroform heksana

(nm) 264,5 270 272 277 279


4. Pengaruh PH
Makin tinggi PH akan menggeser ke panjang gelombang
yang lebih panjang ( batokromik)
Pengaruh pH terhadap

O O
C NH C NH
H3C-H2C H3C-H2C
_
C C O
C C O

C N
C NH

O pH O
9,2

PHENOBARBITAL SPECTRUM
5. Pengaruh suhu
Suhu rendah menawarkan pita serapan senyawa-
senyawa uji lebih tajam dibanding suhu kamar.
Resolusi-resolusi (daya pisah) vibrasional akan lebih baik
pada suhu rendah karena
(1) level vibrasional yang ditempati lebih sedikit
(2) tingkat interaksi solute-pelarut diminimalkan
6. Pengaruh ion-ion anorganik
Sifat kromoforik yang terdapat dalam senyawa-senyawa
anorganic ada 2 jenis yaitu
(1) melibatkan beberapa atom seperti permanganate (MnO4-)
dan dikromat (Cr2O7 2-)
(2) atom-atom tunggal yakni atom-atom yang mempunyai kulit
electron luar d- yang tidak lengkap seperti senyawa2 yang
mengadakan ikatan koordinasi dengan Be, SR, Ra serta
unsur-unsur transisi seperti Cr, Mn, Ni, Pt, Ag, Pd,Hg dan Au.
Instrumentasi spektrofotometer UV-Vis
Komponen instrumentasi
1. Sumber sinar
2. Monokromator
3. Tempat sampel
4. Detektor
Sumber sinar
Untuk sinar tampak digunakan lampu tungsten. Lampu
ini terbuat dari logam tungsten. Lampu tungsten
mengimisikan sinar pada panjang gelombang 350-2000
nm.
Untuk sinar-sinar yang menyerap di spectrum daerah
ultraviolet, digunakan lampu deuterium. Lampu
deuterium merupakan lampu berenergi tinggi yang
mengemisikan sinar pada panjang gelombang 200-700
nm dan digunakan untuk spektroskopi dalam daerah
200-370 nm
monokromator
Berfungsi untuk mengubah sinar polikromatik (sinar
dengan beberapa panjang gelombang) menjadi sinar
monokromatik (sinar dg satu panjang gelombang)
Terdapat dua jenis monokromatik dalam spektroskopi
yaitu prisma dan kisi difraksi.
Contoh monokromator
detektor
berfungsi sebagai penangkap sinar yang di
transmimisikan oleh senyawa uji untuk selanjutnya diolah
dalam amplifier ( pengganda foton)
Analisis kuantitatif Spektrofotometri UV-
Visibel
Data yang diperoleh dari spektra UV-Vis : max,
intensitas, efek pH dan pelarut.
Dalam aspek kuantitatif, diukur intensitas sinar radiasi
yang diteruskan setelah mengenai sampel/cuplikan.

P / Po %T A
1 100 0
0,1 10 1
0,01 1 2
Ilustrasi penyerapan radiasi oleh
molekul obat dalam suatu
penampang
Hukum Lambert-Beer
Jika sinar monokromatic dilewatkan suatu larutan maka penurunan
insensitas sinar berbanding langsung dengan insensitas radiasi ( I ),
konsentrasi spesies (c), dan dengan ketebalan lapisan larutan (b).



I0
log10
I logT

Contoh soal
Rubahlah nilai absorbansi ke dalam nilai transmitan:
a. 0.051 c. 0.379
b. 0.918 d. 0.261
Konversikan data transmitan ke nilai absorbansi
a. 25.5% c. 3.58%
b. 32.8% d. 53.8%
Pembatasan dalam Hukum Lambert-Beer
Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
Peyerapan terjadi daam volume yang memiliki
penampang luas yang sama
Tidak ada senyawa lain yang menyerap dalam larutan
senyawa
Tidak terjadi fluoresensi atau fosforesensi
Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi
larutan
Absorbtivitas molar ()
() merupakan suatu konstanta yang tidak
tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan
insensitas radiasi yang mengenai sampel.
() tergantung pada suhu, pelarut, struktur
molekul, dan radiasi.
() satuannya M-1cm-1 atau liter/mol. jika
konsentrasi dinyatakan dengan % b/v (g/100mL)
dapat dinyatakan dengan simbol E 1%1cm

() = (BM/10 ) x E 1%
1cm
Analisis komponen
Jika absorbansi suatu seri
tunggal
larutan diukur pada , suhu,
kondisi pelarut sama, dan A
larutan diplotkan terhadap
konsentrasinya kurva baku.
Penentuan konsentrasi
komponen tunggal dapat
dilakukan dengan :
Menggunakan informasi
absorbtivitas molar
Menggunakan persamaan
regresi linier kurva baku
Contoh soal
Sebanyak 20 tablet furosemid ditimbang beratnya 1,656
g. Diambil sampel 519,5 mg digojog dengan 300 mL
NaOH 0,1 N , lalu diencerkan sampai 500,0 mL dengan
NaOH 0,1 N. Sejumlah ekstrak disaring dan diambil 5,0
mL lalu diencerkan dengan NaOH 0,1 N sampai 250,0 mL.
Absorbansi dibaca pada 271 nm dengan blanko NaOH
0,1 N ternyata absorbansinya 0,596. Jika E 1%1cm furosemid
271 nm = 580, Hitung kadar Furosemid tiap tabletnya ?
Analisis dua campuran secara bersama-
sama
Dua buah kromofor yang berbeda akan memiliki
kekuatan absorbsi cahaya yang berbeda pada suatu
tertentu, sehingga dengan mengukur kedua akan
diperoleh konsentrasi masing-masing komponen
campuran.
A1 = 1 b1 c1 dan A2 = 2 b2 c2,
karena tebal kuvet sama maka
A1 = 1 c1 dan A2 = 2 c2 sehingga :
A1 = (1c1) 1 + (2c2) 1
A2 = (1c1) 2 + (2c2) 2
Contoh soal
Absorbansi obat A dengan konsentrasi 0,0001 M
dalam kuvet 1 cm adalah 0,982 pada 420 nm, dan
sebesar 0,216 pada 505 nm. Absorbansi obat B
dengan konsentrasi 0,0002 M adalah 0,362 pada
420 nm dan 1,262 pada 505. Absorbansi campuran
2 obat adalah 0,820 pada 420 nm, dan 0,908 pada
505 nm. Berapakah konsentrasi masing-masing obat
A dan B dalam campuran tersebut ?
Hal-hal penting dalam pengukuran
spektrofotometri UV-Visibel
Terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna
dan akan diukur dengan spektrofotometer Visibel
dilakukan derivatisasi.
Waktu operasional (operating time) untuk mengetahui
waktu pengukuran yang stabil.
Pemilihan panjang gelombang maksimum ( max)
Pembuatan kurva baku sebaiknya sering diperiksa ulang.
Pembacaan absorbansi sampel/cuplikan sebaiknya
dalam rentang 0,2 0,8.
Derivatisasi sampel

Syarat pereaksi :
Reaksinya selektif dan sensitif
Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusiel
Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama
Operating Time
Ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran
dengan absorbansi larutan.
Pengukuran senyawa harus dilakukan pada saat waktu
operasionalnya.

absorbansi
Waktu operasional

Waktu pengukuran
Pemilihan panjang gelombang ()
Panjang elombang yang
digunakan adalah max.
Alasan :
Kepekaan maksimal
Hukum Lambert-Beer
terpenuhi
Kesalahan akan kecil
Pembuatan kurva baku
Pembacaan absorbansi sampel
(0,2 0,8)
Absorban yang terbaca hendaknya A = 0,2-0,8 atau
%T = 15 % - 70 % agar kesalahan fotometrik dalam
pembacaan transmitan sebesar 0,005 atau 0,5 %
Kalibrasi instrumen
Kalibrasi skala absorbansi digunakan senyawa kalium
dikromat.
Kalibrasi skala dengan larutan holmium perklorat 5
% b/v.
Penentuan daya pisah (resolusi) spektrofotometer
dikontrol dengan lebar celah dengan larutan toluen 0,02
% b/v dalam heksan.
Penentuan adanya sesatan sinar (stray radiation)
dengan larutan KCl 1,2 % b/v dalam air pada 200 nm,
jika A = 2 maka terjadisesatan sinar.
Latihan Soal
Tolbutamid (BM 270,4) memiliki absorbtivitas molar 703/M.cm, pada
262 nm. Jika tablet tunggal tolbutamid dilarutkan dalam air sampai 250,0
mL, absorbansinya 0,520 pada 262 nm, dan kuvet 1 cm. Tentukan
berat tolbutamid yang terkandung dalam tablet ersebut !

Absorbansi senyawa murni X dan senyawa Y dengan konsentrasi


masing-masing 5 x 10-5 M sebagai berikut ( X A280 = 0,0510 A350 =
0,192 dan Y A280 = 0,335 A350 = 0,150). Salah satu larutan dari
keduanya dengan konsentrasi yang belum diketahui mempunyai A280 =
0,395 dan A350 = 0,147. Senyawa manakah (X atau Y) yang tidak
diketahui ? Hitung konsentrasi senyawa yang tidak diketahui tersebut !

Anda mungkin juga menyukai