Anda di halaman 1dari 9

RESUME

ELEKTROKIMIA
(KIMIA DASAR)

Kelompok 7 :
Farah Chandra Nurkhaliza(3332220105)
Muhammad Hafidz Naufal (3332220102)
Muhammad Nur Falah (3332220099)
Muhammad Hanif Ilmi K (3332220108)
Aldy Dwi Jaya (3332220111)
Bahan Kajian Kimia Dasar
Topik Eektrokimia
1. Definisi Elektrokimia
2. Komponen sel elektrokimia
3. Sel Elektrolisis
4. Hukum Faraday
5. Aplikasi Elektrolisis
6. Sel Volta
7. Penulisan Notasi Sel
8. Potensial Elektroda Standar
9. Persamaan Nernst
Definisi Elektrokimia
Elektrokimia mempelajari semua reaksi kimia yang disebabkan oleh energi listrik
serta semua reaksi kimia yang menghasilkan listrik. Namun sel elektrokimia sering
didefinisikan sebagai sel yang menghasilkan energi listrik akibat reaksi kimia dalam sel
tersebut, seperti sel galvani atau sel volta. Sedangkan sel yang menghasilkan reaksi kimia
akibat energi listrik disebut dengan sel elektolisis.
Komponen Sel Elektrokimia
Sel Elektrokimia terdiri dari sel volta (galvani), dan sel elektrolisis. Komponen Sel
Elektrokimia terdiri dari dua buah elektroda konduktif, yaitu : Katoda dan Anoda. Katoda
akan terjadi reaksi reduksi, sedangkan pada anoda akan terjadi reaksi oksidasi.
 Komponen Sel Volta
1. Voltmeter berfungsi menentukan besarnya potensial listrik yang dihasilkan.
2. Elektrolit berfungsi sebagai zat yang dapat menghantarkan listrik.
3. Elektroda dibagi menjadi 2, yaitu : Katoda dan Anoda. Katoda akan terjadi reaksi
reduksi, sedangkan pada anoda akan terjadi reaksi oksidasi.
4. Jembatan garam berfungsi menjaga kenetralan muatan listrik pada larutan.

Sel Elektrolisis
Sel elektrolisis adalah penggunaan energi listrik untuk menjalankan reaksi kimia.
Secara teoritis, sel elektrolisis merupakan bagian dari sel elektrokimia, dimana energi listrik
digunakan untuk menjalankan reaksi redoks tidak spontan.
 Komponen Sel Elektrolisis
1. Sumber listrik yang menyuplai arus searah : baterai, aki.
2. Elektrolit berfungsi sebagai zat yang dapat menghantarkan listrik.
3. Elektroda dibagi menjadi 2, yaitu : Katoda dan Anoda. Katoda akan terjadi reaksi
reduksi, sedangkan pada anoda akan terjadi reaksi oksidasi.
4. Jembatan garam berfungsi menjaga kenetralan muatan listrik pada larutan.

Hukum Faraday
Hukum 1 Faraday berbunyi, “Massa zat yang dihasilkan oleh suatu elektrode selama
elektrolisis(W) akan berbanding lurus dengan jumlah muatan listrik yang akan digunakan
(Q)”. Berikut ini merupakan persamaan untuk menyatakan Hukum 1 Faraday.
W~Q
Jumlah muatan listrik yang digunakan (Q) sama dengan hasil kali antara kuat arus listrik (i)
dan selang waktu (t).
Q=I×t
Berdasarkan eksperimen, 1 mol elektron sama dengan 1 Faraday yang memiliki muatan
listrik sebesar 96.500 Coulomb. Hubungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
Q = ne × F
Dimana :
W = massa zat yang dihasilkan (gram)
E = massa ekivalen zat
I = kuat arus listrik (Ampere)
T = selang waktu (detik)
Ar = massa atom relatif
N = valensi zat
Hukum 2 Faraday
Hukum 2 Faraday berbunyi, “Massa zat yang dihasilkan oleh suatu elektrode selama
elektrolisis (W) akan berbanding lurus dengan massa ekivalen zat yang digunakan €”.

Massa ekivalen zat merupakan perbandingan dari massa atom relatif (Ar) dengan valensinya.
Hukum 2 Faraday dapat dirumuskan sebagai berikut.

Aplikasi Elektrolisis
Aplikasi Elektrolisis diantaranya, yaitu:
1. Pembuatan gas di laboraturium
2. Proses penyepuhan logam
3. Proses pemurnian logam kotor.

1. Pembuatan gas di laboratorium


Sel elektrolisis banyak digunakan dalam industri pembuatan gas, misalnya pembuatan
gas oksigen, hidrogen, atau klorin. Untuk menghasilkan oksigen dan hidrogen dapat
digunakan larutan elektrolit dari kation golongan utama (K + , Na+ ) dan anion yang
mengandung oksigen (SO4 2− , NO3 − ) dengan elektroda Pt atau C (inert).
Reaksi ionisasi : Na2 SO4 (aq) → 2Na+ (aq) + SO4 2− (aq)
Katoda : 2H2 O(l) + 2e− → 2OH − (aq) + H2 (g)
Anoda : 2H2 O(l) → 4e− + 4H + + O2 (g)
2. Prinsip kerja proses penyepuhan adalah penggunaan sel dengan elektrolit larutan dan
elektroda reaktif. Contohnya, jika logam atau cincin dari besi akan dilapisi emas,
digunakan larutan elektrolit AuCl3 (aq). Logam besi dijadikan sebagai katoda,
sedangkan logam emasnya (Au) sebagai anode.
Reaksi ionisasi : AuCl3 (aq) → Au3− +(aq) + 3Cl− (aq)
Katoda : Au3+ (aq) + 3e− → Au(s)
Anoda : Au(s) → Au3+ (aq) + 3e−
3. Proses pemurnian logam sering dilakukan dalam pertambangan. Logam yang kotor
dapat dimurnikan dengan cara menempatkannya sebagai anoda dan logam murninya
sebagai katoda. Elektrolit yang digunakan adalah elektrolit yang mengandung larutan
NiSO4 . Nikel murni digunakan sebagai katoda, sedangkan nikel kotor (logam yang
dimurnikan) digunakan sebagai anoda. Reaksi yang terjadi, yaitu :
Reaksi ionisasi : NiSO4 (aq) → Ni2+ (aq) + SO4 2− (aq)
Katoda : Ni2+ (aq) + 2e− → Ni(s)
Anoda : Ni(s) → Ni2+ (aq) + 2e−

Sel Volta

Sel volta adalah alat yang dapat menghasilkan listrik berdasarkan pada reaksi redoks
elektrokimia.

Sel volta terdiri atas dua elektroda yang terhubung dan dapat menghasilkan listrik, jembatan
garam, dan juga larutan elektrolit tempat elektroda ditempatkan.

Prinsip Kerja Sel Volta

Jembatan garam adalah dinding berpori yang memisahkan katoda dan anoda sel volta.
Jembatan garam adalah ruangan elektrolit yang mempertahankan kenetralan pada batang
elektroda.

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, sel volta memiliki dua buah elektroda, masing-masing
adalah anoda dan katoda yang bersentuhan dengan larutan elektrolit.
Saat elektroda dihubungkan, pada anoda akan terjadi reaksi oksidasi dan pada katoda akan
terjadi reaksi reduksi. Dilansir dari utexas edu, jika sel volta menggunakan seng (Zn) sebagai
anoda dan tembaga (Cu) sebagai katoda, maka akan terjadi reaksi redoks berikut:

Anoda yang terbuat dari seng (Zn) akan teroksidasi dan melepas elektron dengan persamaan
reaksi:

Anoda Zn melepaskan elektron secara terus-menerus selama reaksi menyebabkan


penyusurtan berat Zn. Kedua elektron tersebut akan mengalir ke anoda tembaga (Cu) melalui
kawat penghubung dan menyebabkan tembaga tereduksi dengan persamaan:
Reaksi reduksi menghasilkan Cu dalam bentuk padat, hal ini berarti massa katoda tembaga
akan bertambah seiring dengan berjalannya reaksi pada sel volta.
Pada saat reaksi redoks berlangsung akan terbentuk ion-ion SO4 pada cairan anoda sehingga
menyebabkan ketidakseimbangan muatan. Inilah alasan digunakannya jembatan garam
sebagai jalur berpindahnya ion-ion agar muatan antar cairan elektroda tetap seimbang.
Reaksi redoks sel volta memindahkan elektron sehingga menghasilkan arus listrik searah
ditandai dengan nyalanya lampu pada kawat penghubung
Penulisan Notasi Sel
Penulisan notasi sel volta mengikuti konvensi umum sebagai berikut.
1. Komponen-komponen pada kompartemen anoda (setengah sel oksidasi) ditulis pada
bagian kiri, sedangkan komponen-komponen pada kompartemen katoda (setengah sel
reduksi) ditulis pada bagian kanan.
2. Tanda dua garis vertikal ( || ) melambangkan jembatan garam yang memisahkan
kedua setengah sel.
3. Tanda satu garis vertikal ( | ) melambangkan batas fase antara komponen-komponen
dengan fase berbeda. Sebagai contoh, Ni(s) | Ni2+(aq) mengindikasikan bahwa Ni
padat berbeda fase dengan larutan Ni2+.
4. Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dalam fase yang
sama. Sebagai contoh, suatu sel volta dengan anoda Co dan katoda inert Pt, di mana
terjadi oksidasi Co menjadi Co2+ dan reduksi Fe3+ menjadi Fe2+, dinotasikan
sebagai berikut.

5. Jika diperlukan, konsentrasi dari komponen-komponen terlarut ditulis dalam tanda


kurung. Sebagai contoh, jika konsentrasi dari larutan Zn2+ dan Cu2+ adalah 1 M
keduanya, maka dituliskan seperti berikut.

Potensial Elektroda Standar

1. Potensial sel reaksi sel Volta dapat ditentukan dengan melihat data potensial reduksi
suatu elektroda yang disebut potensial elektroda.
2. Setiap atom memiliki potensial elektroda yang nilainya relatif terhadap potensial
elektroda atom hidrogen yang bernilai 0 volt. Oleh karena itu, potensial atom
hidrogen disebut juga potensial elektroda standar.

3. Menurut perjanjian, potensial reduksi setiap unsur yang mengalami reaksi reduksi
dengan hydrogen diberi tanda positif.

4. Adapun potensial reduksi unsur yang mengalami reaksi oksidasi dengan hidrogen
diberi tanda negatif.
5. Potensial reduksi (E o ) adalah besarnya potensial listrik yang dihasilkan pada suatu
peristiwa penangkapan elektron (reaksi reduksi).
6. Jika potensial reduksi (E o ) suatu unsur semakin besar maka unsur tersebut akan
semakin mudah mengalami reaksi reduksi. Sebaliknya, semakin kecil potensial
reduksinya maka akan semakin mudah mengalami reaksi oksidasi.
7. Potensial sel merupakan jumlah aljabar dari potensial oksidasi dan potensial reduksi.
Jika yang digunakan adalah electrode-elektrode standar maka potensial sel itu ditandai
dengan E o Sel . Potensial standar untuk sel tersebut sebagai berikut.
E o Sel = E o Oksidasi + E o Reduksi
Oleh karena setengah reaksi memiliki tanda yang berlawanan, persamaan yang sering
digunakan sebagai berikut.
E o Sel = E o Reduksi - E o Oksidasi
E o Sel = E o Katode - E o Anode
E o Sel = E o Besar + E o Kecil

Persamaan Nernst

0,0592
Esel = E o sel − log Qc
n

Keterangan:

1. E o Sel = E o Katode - E o Anode


2. n = jumlah electron yang terlibat antara reaksi di anode dan katode, dan harus sama
jumlahnya
3. Qc = kousien reaksi antara produk (kanan) per reaktan (kiri)
Daftar Pustaka

[1] C. Raymond, Kimia Dasar, Jilid 1 edisi 3, Jakarta: Erlangga, 2004.

[2] Kimia Dasar II, Jakarta: FMipa, 2009.

Anda mungkin juga menyukai