Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ERWIN INDRAWAN

NIM : 1340292019023

1. TURUNAN MORFIN

Hubungan Struktur Dan Aktivitas Morfin Dijelaskan Sebagai Berikut

 Struktur umum morfin

1. Esterifikasi gugus OH fenol akan menurunkan aktivitas analgesik, menaikkan aktivitas


antibatuk dan meningkatkan efek kejang.
2. Eterikasi, esterifikasi, oksidasi atau pengantian gugus hidroksil alcohol dengan halogen atau
hydrogen dapat meningkatkan aktivitas analgesic, meningkatkan efek stimulant tetapi juga
meningkatkan toksisitas.
3. Pengubahan gugus OH alkohol dari posisi 6 ke posisi 8 menurunkan aktivitas analgesik
secara drastis.
4. Pengubahan konfigurasi OH pada C6 dapat meningkatkan aktivitas analgesik.
5. Hidrogenasi ikatan rangkap C7-C8 dapat menghasilkan efek yang sama atau lebih tinggi
dibanding morfin .
6. Substitusi pada cincin aromatik akan mengurangi aktivitas analgesik.
7. Pemecahan jembatan eter antara C4 dan C5 akan menurunkan aktivitas.
8. Pembukaan cincin piperidin menyebabkan penurunan aktivitas.
9. Demetilasi pada C17 dan perpanjangan rantai alifatik yang terikat pada atom N rantai
alifatik yang terikat pada atom N dapat menurunkan aktivitas.
 Mekanisme Farmakologis Obat Turunan Morfin
Mekanisme aksi morfin Agonis opioid menghasilkan efek analgesic dengan mengikat
reseptor khusus, yang terutama terletak pada daerah otak dan korda spinalis yang terlibat dalam
transmisi dan modulasi rasa nyeri. Tiga kelas utama reseptor opioid telah teridentifikasi pada
wilayah-wilayah sistem syaraf yang bervariasi dan pada jaringan yang lain. Kelas utama dari
reseptor adalah µ (mu untuk morphine), δ (delta) dan κ (kappa). Sebagian besar analgesik opioid yang
ada saat ini beraksi terutama dengan reseptor mu. Morfin merupakan agonis reseptor opioid, dengan efek
utama mengikat dan mengaktivasi reseptor µ-opioid pada sistem saraf pusat. Aktivasi reseptor ini terkait
dengan analgesia, sedasi, euforia, physical dependence dan respiratory depression .

2. TURUNAN ANILIN DAN PARA AMINOFENOL

 Struktur anilin dan para aminofenol

Contoh : asetaminofen, asetanilid, salisilamid dan fanasetin, mempunyai aktivitas analgesic-


antipiretik sebanding dengan aspirin, tapi tidak memiliki efek anti inflamasi dan antirematik.
Turunan ini digunakan untuk mengurangi rasa nyeri kepala dan nyeri pada otot atau sendi, dan
obat penurun panas yang cukup baik. Efek samping yang ditimbulkan yaitu methemoglobin dan
hepatotoksik.

 Hubungan Struktur Dan Aktivitas


1. Anilin mempunyai efek antipiretik cukup tinggi, tetapi toksisitasnya juga besar karna
menimbulkan methemoglobin, suatu bentuk hemoglobin yang tidak dapat berfungsi
sebagai pembawa oksigen.
2. Substitusi pada gugus amino mengurangi sifat kebasaan dan dapat menurunkan aktivitas
dan toksisitasnya. Asetilasi gugus amino (asetanilid) dapat toksisitasnya. Pada dosis
terapi relatif aman, tetapi pada dosis yang lebih besar menyebabkan pembentukan
methemoglobin dan mempengaruhi jantung. Homologlobin lebih tinggi dari asetanilid
mempunyai kelarutan dalam air sangat rendah sehingga efek analgesik dan antipiretik jg
rendah
3. Turunan aromatik dari asetanilid, benzanilid, sukar larut dalam air, tidak dapat dibawa
cairan tubuh ke reseptor sehingga tidak menimbulkan efek analgesic. Sedang salisianilid
walau tidak punya efek analgesik, tetapi dapat digunakan sebagai antijamur.
4. Para-aminofenol : produk metabolik dari anilin, toksisitasnya lebih rendah dari anilin dan
turunan orto dan meta, tetapi masih terlalu toksik untuk langsung digunakan sebagai obat
sehingga perlu dilakukan modif struk untuk mengurangi toksisitasnya.
5. Asetilasi gugus amino dari p-aminofenol (asetaminofen) akan menurunkan toksisitasnya
pada dosis terapi relatif aman tetapi pada dosis lebih besar pemakaian jangka panjang
dapat menyebabkan methemoglobin dan kerusakan hati
6. Eterifikasi gugus hidroksi dari p-aminofenol dengan gugus metil (anisidin) dan etil
(fenetidin) meningkatkan analgesik, tetapi karna mengandung gugus amino bebas maka
pembentukan methemoglobin akan meningkat
7. Pemasukan gugus bersifat polar, gugus karboksilat dan sulfonat ke inti benzen akan
menghilangkan aktivitas analgesik
8. Etil eter dari asetaminofen (fenasetin) mempunyai aktivitas analgesik cukup tinggi, tetapi
pada penggunaan jangka panjang menyebabkan methemoglobin, kerusakan ginjal dan
besifat karsinogenik, sehingga obat ini dilarang beredar di Indonesia.
9. Ester salisilat dari asetaminofen (fenetsal) dapat mengurangi toksisitas dan meningkatkan
aktivitas analgesic.

3. TURUNAN 5- PIRAZOLIDINDION

 Struktur 5- Pirazolidindion
Turunan 5-pirazolidindion seperti fenilbutazon dan oksifenbutazon adalah antiradang non
streroid yang banyak digunakan untuk meringankan rasa nyeri yang berhubungan dengan
rematik, penyakitpirai dan sakit persendian. Turunan ini menimbulkan efek samping
agranulositosis yang cukup besar dan iritasi lambung.

 Hubungan struktur dan aktivitas


1. Turunan 5-pirazolidindion mengandung gugus keto (C3) yang dapat membentuk gugus
enol aktif yang mudah terionisasi.
2. Subsitusi atom H pada C4 dengan gugus metil akan menghilangkan aktivitas antiradang
karena senyawa tidak dapat membentuk gugus enol.
3. Penggantian satu atom N pada inti pirazolidindion dengan atom O, pemasukkan gugus
metil dan halogen pada cincin benzene dan penggantian gugus n-butil dengan gugus alil
atau propil ternyata tidak mempengaruhi aktivitas antiradang, atau aktivitas tetap.
4. Penggantian cincin benzene dengan siklopenten atau siklopentan akan membuat senyawa
menjadi tidak aktif
5. Peningkatan keasaman akan menurunkan aktivitas antiradang dan meningkatkan efek
urikosurik.

5. TURUNAN ASAM HETEROARILASETAT

 Struktur Asam Heteroarilasetat

 Hubungan Struktur dan aktivitas


1. Pada turunan heteroarilasetat, seperti indometasin (Areumetin), gugus karboksil
penting untuk aktivitas antiradang, penggantian dengan gugus lain akan
menurunkan aktivitas
2. Penggantian gugus C=O(X) dengan –CH2 akan menurunkan aktivitas
3. Adanya gugus para-halogen (R3),CF3 dan SCH3 dapat meningkatkan aktivitas
4. Penggantian gugus metil (R2) dengan gugusaril akan menurunkan aktivitasnya.
Adanya gugus α, β-dimetil akan mengurangi aktivitas.
5. Turunan isosterik l-indeninindenil mempunyai aktivitas yang serupa dengan
indometasi.
6. Penggantian gugus metoksi dengan gugus F (R2) dan gugus CL dengan gugus
metilsulfinil (R3) seperti yang terlihat pada sulindak, akan meningkatkan
kelarutan dalam urin dan menurunkan efek samping iritasi lambung.
 Contoh obat : Feutiazak, Asam Tiaprofenat, Asam Metiazinat

Anda mungkin juga menyukai