KELAS B
DEDE KURNIAWAN
ERYNDA EFTINA
LINA AYUN NANDALA
LISA ARSITA
TRIE MARCORY
ANALGETIKA TURUNAN MORFIN
Eterifikasi dan esterifikasi gugus hidroksil fenol akan
menurunkan aktivitas analgesik, meningkatkan aktivitas
antibatuk dan meningkatkan efek kejang
Modifikasi OH -OCH3 (Kodein)
Perubahan gugus hidroksil alkohol dari posisi 6 ke posisi 8
menurunkan aktivitas analgetik secara drastis
Modifikasi OH = O (morfinon )
Pemecahan jembatan eter antara C4 dan C5 akan menurunkan
aktivitas
Modifikasi = C-O-CH = C-OH H2C
Pengubahan konfigurasi hidroksil pada C6 dapat meningkatkan
aktivitas analgesik
Pembukaan cincin piperidin akan menyebabkan penurunan
aktivitas
Subtitusi pada cincin aromatik akan mengurangi aktivitas
analgesik
TURUNAN ASAM SALISILAT
Hubungan struktur dengan aktivitas turunan
asam salisilat
Pemasukan gugus metil pd posisi 3 menyebabkan
metabolisme atau hidrolisis gugus asetil menjdai lebih
lambat shg masa kerja obat mjdi lebih panjang
Adanya gugus difluorofenil pd posisi meta dari gugus
karboksilat (diflunisal) dpt meningkatkan aktivitas
analgesik, memperpanjang masa kerja obat &
mehilangkan efek samping : iritasi sal cerna &
peningkatan wkt pembekuan darah
Efek iritasi lambung dari aspirin dihubungkan dgn gugus
karboksilat. Esterifikasi gugus karboksil akan
menurunkan efek iritasi tsb. Karbetil salisilat adalah ester
karbonat dr etil salisilat, ester ini tdk menimbulkan iritasi
lambung & tidak berasa
Adanya gugus amino pada posisi 4
akan menghilangkan aktivitas
Adanya gugus aril yang bersifat
hidrofob pd posisi 5 dpt
meningkatkan aktivitas.
TURUNAN ASAM N ARILANTRANILAT
Turunan asam N- antranilat mempunyai aktivitas yang
lebih tinggi bila pada cincin benzen yang terikat atom N
mempunyai subtituen2 pada posisi 2,4,6.
Yang aktif adalah turunan senyawa 2,3-disubtitusi. Hal ini
menunjukan bahwa senyawa mempunyai aktivitas yg
lebih bsr apabila gugus2 pd N-aril berada diluar
koplanaritas asam antranilat.
Ex. Adanya subtituen ortho metil pd asam mmefenamat
dan orto klor ps adam meklofenamat akan meningkatkan
aktivitas analgesik
Pengganntian atom N pada asam antranilat dg gugus2
isosterik seperti O, S, CH2 dapat menurunkan aktivitas
TURUNAN ANILIN DAN PARA AMINOFENOL
R1 NH R2
Hubungan struktur dengan aktivitas turunan asam anilin
dan para aminofenol
Substitusi pada gugus amino mengurangi sifat kebasaan dan dapat
menurunkan aktivitas dan toksisitasnya, dosis relatif aman tapi
dosis besar menyebabkan methemoglobin
Pemasukan gugus yang bersifat polar , seperti gugus karboksilat
dan sulfonat, ke inti benzen akan menghilangkan aktivitas
analgesic
Asetilasi gugus amino dan para aminofenol (asetominofen) akan
menurunkan toksisitasnya, dosis terapi relatif aman tapi dosis
besar menyebabkan methemoglobin dan kerusakan hati
Eterifikasi gugus hidroksi dari para-aminofenol dengan gugus
metil (anisidin) dan etil (fenetidin) meningkatkan aktivitas
analgesik tetapi karena mengandung gugus amino bebas maka
pembentukan methemoglobin akan meningkat
Para aminifenol adalah produk metabolit dari anilin, toksisitasnya
lebih rendah dibanding anilin dan turunan orto dan meta, tetapi
masih terlalu toksik untuk digunakan sebagai obat sehingga perlu
dilakukan modifikasi struktur untuk mengurangi toksisitasnya
TURUNAN 5 PIRAZOLIDINDION
Hubungan struktur dengan aktivitas turunan 5
Pirazolidindion
R3 x N
R1
Hubungan struktur dan aktivitas turunan quinolon
Gugus yang penting untuk aktivitas antibakteri adalah
asam 1,4-dihidro-4-okso-3-piridin-karboksilat yang
bergabung dengan cincin aromatik
Substituen terbaik pada R1 adalah gugus etil atau isopropil.
Penggantian dengan gugus metil atau gugus alkil yang
lebih besar akan menurunkan aktivitas. Gugus alkil diatas
dapat diganti dengan gugus alkoksi. Pada beberapa
senyawa, bila R1 adalah gugus finil atau benzil yang tidak
tersubstitusi ternyata senyawa tidak kehilanagan aktivitas.
Esterifikasi dan amidasi gugus karboksilat (R2) pada
umumnya senyawa tetap aktif tetapi memerlukan hidrolisis
enzimatis terlebih dahulu untuk menunjukkan efek.
Senyawa mempunyai awal kerja yang lebih lambat dan
masa kerja yang lebih panjang.
Meskipun dimungkinkan variasi yang luas pada cincin
kedua yang terikat pada posisi 9-10, tetapi efeknya suka
diramalkan yang aktif pada cincin kedua adalah cincin
benzen (X=CH, turunan 4-kuinolon). Cincin piridin (X=N,
turunan nafridin) dan cincin pirimidin (turunan piridol-
pirimidin). Modifikasi isosterik, yaitu penggantian atom N
dengan CH menghsilkan senyawa dengan aktivitas
antibakteri yang lebih baik.