Anda di halaman 1dari 9

REAKSI ASAM BASA

A. Tujuan
Tujuan dilakukannya pratikum adalah untuk menentukan konsentrasi
CH3COOH dalam cuka dengan titrasi.

B. Dasar teori
Reaksi penetralan dapat digunakan untuk menetapkan kadar atau
konsentrasi suatu larutan asam atau basa. Penetapan kadar suatu larutan
disebut titrasi asam– basa.Titrasi adalah penambahan larutan standar (larutan
yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya) ke dalam larutan lain
(analyt) dengan bantuan indikator sampai tercapai titik ekuivalen (kondisi
dimana saat analyt tepat bereaksi dengan larutan standar). Titrasi dihentikan
tepat pada saat indikator menunjukkan perubahan warna yang disebut titik
akhir titrasi.
Pemilihan indikator yang tepat merupakan syarat utama saat
titrasi.Jika indikator yang digunakan berubah warna pada saat titik
ekiuvalen,maka titik akhir titrasi akan sama dengan titik ekuivalen. Akan
tetapi, jika perubahan warna indikator terletak pada pH di mana zat penitrasi
sedikit berlebih, maka titik akhir titrasi berbeda dengan titik
ekuivalen.Indikator yang lebih dianjurkan yaitu fenolftalein (PP) karena
memberikan perubahan warna yang lebih jelas yaitu warna merah muda dari
yang tidak berwarna (trayek pH=8,2-10,0). Pada saat titik ekuivalen proses
titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk
mencapai keadaan tersebut.Dengan menggunakan data volume titrasi, volume
dan konsentrasi titer maka dapat menghitung kadar titrasi, (Edo adianto
ramadhan, 2015).

Percobaan standarisasi larutan NaOH dengan larutan standar asam


oksalat termasuk titarsi netralisasi. Dalam titrasi netralisasi pH titik akhir
titrasi ditentukan oleh banyaknya yang berlebih dalam larutan, yang besarnya
tergantung pada sifat asam, basa dan konsentrasi larutan. Sehingga
penambahan titran lebih lanjut pada titik ekivalen akan menyebabkan
perubahan pH yang cukup besar dan indikator yang digunakan haru berubah
warna pada titik ekivalen titrasi. Sehingga perubahan indikator asam-basa
tergantung pada pH titik ekivalen pada titrasi, (Anonim, 2016:60).

Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut yang terdapat didalam


sejumlah tertentu pelarut atau larutan. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan
dengan berbagai cara, salah satu konsentrasi yang paling umum dalam kimia
molaritas (M) atau konsentrasi molar, yaitu jumlah zat terlarut dalam 1 liter
larutan. Seperti halnya kerapatan, konsentrasi adalah suatu sifat intensif,
sehingga nilainya tidak bergantung pada berapa banyak larutan yang ada.
Dengan mengetahui volume larutan dan kuantitas senyawa yang terlarut kita
dapat menghitung molaritas larutan prosedur untuk menyiapak suatu larutan
yang molaritasnya diketahui adalah sebagai berikut. Pertama, zat terlarut
ditimbang secara akurat dan kemudian dimasukkan kedalam labu volumetrik
melalui corong. Selanjutnya, air ditambahkan kedalam labu, kemudian labu
digoyangkan perlahan-lahan untuk melarutkan padatan. Setelah semua
padatan melarut, air ditambahkan kembali secara perlahan sampai ketinggian
larutan dapat mencapai tanda volume. Dengan megetahui volume larutan dan
kuantitas senyawa kita dapat menghitung molaritas larutan, (Chang,
2004:106-107).

Titrasi asam-basa untuk larutan asam basa, biasanya orang


mempersiapkan larutan asam dan basa dari konsentrasi yang kira-kira
diinginkan dan kemudian menstardisasikan salah satunya sebagai standar
sekunder. Larutan yang telah distandarisasi dapat dipergunakan sebagai
larutan standar sekunder untuk mendapatkan konsentrasi dari larutan lainnya.
Bagi pekerjaan yang membutuhkan akurasi yang tinggi, disarankan untuk
menstandardisasi kedua larutan asam dan basa terpisah dengan menggunakan
stantar primer. Standar primer yang dipergunakan secara luas untuk larutan
basa terdiri dari kalium hidrogen ftalat, (KHP), Asam sulfomat, dan kalium
hidrogen iodat, adalah dua asam kuat yang merupakan standar primer yang
sempurna, (Day, 1998:51).

Indikator adalah senyawa kimia pada interval tertentu dari pH yang


akan memberikan warna yang berbeda pada reaksi asam basa, misalnya
brontimol biru. Brontimol biru yang akan memberikan warna kuning pada
suasana asam dan biru pada suasana basa dengan interval pH antara 6,0-7,6.
Sedangkan indikator fenolftalein tidak berwarn pada asam dan warna merah
pada basa dengan interval pH antara 8,2-10. Zat warna yang terdapat dialam
khususnyayang berasal dari tumbuh-tumbuhan bila berada salam suatu
larutan warnany tergantung dari suasana pH sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai indikator, (Maryanti, 2011:697).
C. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah Labu erlemeyer 250 mL,
Pipet volumetric 10 mL, Buret, Statif, dan Klem, Corong kecil, Pipet
tetes, Botol semprot, Batang pengaduk, Gelas kimia,Labu ukur, Gelas
ukur.

2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah Indikator Fenolftalein (indikator pp),


larutan CH3COOH/ cuka, larutan NaOH 0,1 M
D. Prosedur kerja

NaOH CH3COOH/ CUKA


 Ditimbang sebanyak 0,2 gram  Di pipet sebanyak 0,8 mL
 Ditambahkan air sampai volume  Di masukkan ke dalam Labu
20 mL takar (ukur) 100 mL yang telah
 Di aduk dengan batang pengaduk di isi air
sampai padatan NaOH tepat larut  Di encerkan sampai tanda
 Larutan NaOH di masukkan ke batas / tanda tera
dalam Labu ukur (takar) 100 mL  Dinding bagian dalam labu di
 Di bilas 1-2 kali (gelas kimia) bersihkan dengan kertas
sehingga volume total < 100 mL pengisap
 Di kocok

Larutan NaOH Larutan CH3COOH/ cuka


dalam Labu takar
 Di pipet sebanyak 10 mL
(ukur) 100 mL
 Di masukkan ke dalam labu
 Di encerkan denan air sampai erlenmeer 250 mL
tanda tera / tanda batas  Ditambahkan 2-3 tetes larutan
 Di bersihkan dinding labu bagian indikator Fenolftalein (larutan
dalam dengan kertas pengisap titrat)
 Di kocok

Larutan NaOH 0,05 M

 Di masukkan ke dalam buret (larutan


titran)
 Di atur batas miniskus larutan
sehingga tepat nol pada buret

 Larutan titrat dititrasi dengan larutan titran setetes demi


setetes
 Diamati perubahan pada larutan titrat
 Titrasi dihentikan ketika terjadi perubahan warna pada
larutan titrat
 Dicatat perubahan warna dan volume larutan titran yang
digunakan
 Proses titrasi dilakukan 4 kali

Merah lembayung
E. Data pengamatan

V cuka = 0,8 mL

V pengenceran cuka = 100 mL


Vt cuka = 10 mL

[NaOH] = 0,05 M
V1 NaOH = 7,6 mL
V2 NaOH = 7,4 mL
V3 NaOH = 9,6 mL
V4 NaOH = 7,9 mL
Vtn NaOH = (V1+V2+V3+V4) NaOH
4
=(7,6+7,4+,9,6+7,9)NaOH
4
= 32,5
4
= 8,125 mL

Perlakuan warna
CH3COOH/Cuka Bening

CH3COOH/Cuka + indikator pp Bening

CH3COOH/Cuka + indikator pp + Bening (proses titrasi)


NaOH

CH3COOH/Cuka + indikator pp + Merah lembayung


NaOH

F. Analisis data
[NaOH] = 0,05 M
Vtn NaOH = 8,125 mL

Vt cuka = 10 mL
Rumus pengenceran
M1 V1 = M2 V2
[CH3COOH ]P Vt cuka = [NaOH] Vtn NaOH
[CH3COHH]P = [ NaOH] Vtn NaOH
Vt cuka
= 0,05.8,125
10
= 0,40625
10
= 0,040625 M

Untuk mencari konsentrasi CH3COOH dalam cuka sebelum diencerkan yaitu:


[CH3COOH] = [CH3COOH] x V pengenceran cuka
V cuka
= 0,040625 x 100
0, 8

= 4,0625
0,8
= 5,078125 M
Reaksi yang terjadi
 Proses titrasi
CH3COOH + NaOH CH3COOH + H2O
 Titik akhir titrasi
Indikator pp + NaOH senyawa kompleks (Merah lembayung)

G. Pembahasan
Berdasarkan Percobaan ini bertujuan untuk menentukan normalitas
larutan NaOH menggunakan larutan cuka Percobaan standarisasi larutan
NaOH dengan larutan standar asam oksalat ini termasuk titrasi netralisasi.
Dalam titrasi netralisasi pH titik akhir titrasi ditentuan oleh banyaknya H +
yang berlebihan dalam larutan, yang besarnya tergantung pada sifat asam,
basa dan konsentrasi larutan.

Larutan NaOH distandarisasi karena larutan NaOH merupakan larutan


standar sekunder yang konsentrasinya selalu berubah dan memiliki tingkat
kemurnian yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan primer. Pada
percobaan ini, dilakukan dengan penambahan larutan CH3COOH yang telah
diketahui konsentrasinya dan telah ditetesi beberapa tetes indikator
phenolftalein. Indikator phenolftalein berfungsi sebagai penanda tercapainya
titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ditandai dengan berubahnya warna larutan
disebabkan karena indikator phenolftalein. Titik pada saat indikator
memberikan perubahan disebut titik akhir titrasi, dan pada saat ini titrasi
harus dihentikan. Idealnya bila indikator dan kondisi titrasi sesuai, maka titik
akhir titrasi dan titik ekivalen akan berimpit atau setidaknya hanya terdapat
sedikit perbedaan. Dimana titik ekivalen adalah titik dimana mol asam dan
mol basa sama.

Untuk menentukan konsentrasi CH3COOH ke dalam jumlah tertentu larutan


CH3COOH ditambahkan sedikit demi sedikit larutan NaOH sampai seluruh
CH3COOH habis bereaksi. Titik ini disebut titik ekuivalen yaiut titik dimana
jumlah mol NaOH yang ditambahkan sama dengan jumlah mol CH3COOH
yang ada dalam larutan semula. Proses penambahan sedikit demi sedikit
larutan NaOH ini disebut titrasi

Pada hasil pengamatan pratikum dengan proses titrasi ke-I dengan


volume 7,6 mL, selanjutunya pada titrasi ke-2 hasil volumenya 7,4 mL, pada
titrasi ke-3 volume yang dihasilkan yaitu 9,6 mL, pada titrasi terakhir yaitu
titrasi ke-4 volumenya 7,9 mL, dimana dalam proses titrasi yang terjadi yaitu
pada titrasi ke-3 terjadi kesalahan karena lebihnya NaOH sehingga
menghasilkan warna merah lembayung
H. Kesimpulan

Berdasarkan dari pengamatan hasil pratikum dapat dilihat volume


cuka yang digunakan yaitu 0,8 mL, untuk di masukan kedalam gelas ukur,
volume aquades yang digunakan 100 mL, dimasukan ke dalam labu ukur,
selanjutnya di pipet menggunakan pipet volumetric sebanyak 10 mL dan di
masukan ke dalam erlemeyer untuk proses titrasi, sebelum titrasi dilakukan
cairan yang berada di dalam erleyemer di beri 2-3 tetes indikator fenolftalein
untuk titrasi kemudian amati proses titrasi tersebut dan catat hasil volume
yang di dapatkan pada proses titrasi dilakukan sebanyak 4 kali untuk
meminimalisir terjadinya suatu kesalahan pada proses titrasi pada jumlah
CH3COOH sebelum pengenceran yaitu sebanyak 5, 078125 M dan pada
jumlah CH3COOH sesudah pengenceran yaitu 0,04625 M

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2016, Penuntun Praktikum Kimia Dasar Lanjut, FMIPA UNM, Makassar.
Chang, R., 2004, Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid I, Erlangga, Jakarta.
Day, R.A, 1998, Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
Maryanti, 2011, Pemanfaatan Ekstrak Bunga Mawar Merah (Rosa hibrida bifera)
Sebagai Indikator Pada Titrasi Asam Basa, Jurnal Gradien, Vol.7 No.2

Anda mungkin juga menyukai