Anda di halaman 1dari 44

Nama : Gilang Rahma Ananda

NIM : 4211419027
Prodi / Rombel : Fisika / 1A
TITRASI ASAM BASA
A. Tujuan
• Membuat larutan baku asam
• Menentukan normalitas asam/basa dengan menggunakan larutan baku
B. Dasar Teori
Titrasi asam-basa didasarkan pada reaksi netralisasi asam dengan basa. Pada saat
mencapai ttitik ekivalen, jumlah larutan yang dititrasi ekivalen dengan larutan
penitrasi. Untuk menentukan titik ekivalen ini dapat digunakan pada suatu indikator
asam-basa yaitu suatu zat yang dapat mengubah warna pada pH yang berbeda,
berarti warnanya akan berubah sesuai dengan pH larutan yang diubah Proses titrasi
harus diganti pada titik akhir titrasi. Idealnya, titik akhir titrasi berimpit dengan titik
ekivalen. Akan tetapi, pada prakteknya kadang-kadang titik kedua ini tidak berimpit
sehingga diperoleh selisih antara titik ekivalen dengan titik akhir titrasi yang disebut
dengan kesalahan titrasi Untuk itu, macam indikator yang kita pilih perlu diperbaiki
rupa sehingga pH kesalahan titrasi dapat diperkecil. Untuk menentukan asam atau
basa, diperlukan suatu asam atau basa standar yang diperlukan untuk konsentrasinya
dan biasanya mengandung asam atau basa yang mantap (konsentrasinya tidak
berubah) primer asam Selanjutnya, basa yang telah disetujui konsentrasinya (sebagai
larutan baku sekunder) akan digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan yang
mengandung asam.
C. Alat dan Bahan
a) Alat b) Bahan
1. Neraca analitik 1. Kristal Asam Oksalat
2. Labu takar 100ml 2. Aquades
3. Labu Erlenmeyer 100 ml 3. Larutan NAOH 0,1 M
4. Buret 50 ml 4. Larutan HCI 0,1 M
5. Statif 5. Larutan CH3COOH 0,1 M
6. Volume pipet 10 ml 6. Indikator PP
D. Cara Kerja
1. Membuat larutan baku asam oksalat

Asam oksalat, (COOH) 2 2H; O,


Mr = 126.070

Timbang 0,6630 gram asam oksalat dengan teliti.

Larutkan dalam aquades di dalam labu takar 100


ml.

Tepatkan sampai tanda batas.


2. Standarisasi larutan NaOH dengan larutan baku asam oksalat
Reaksi: 2NaOH (aq) + (COOH) 2 (aq) → (COONa) 2
(aq) + 2H2O (l)
Buret yang telah dibilas bersih denqan larutan NaOH yang akan dibutuhkan,
sebanyak 2 kali masing-masing 5 ml, lalu diisi dengan lar NaOH hingga angka
0 ml.

Ke dalam 2 labu erlenmeyer disikan sebanyak 10 ml (dengan volume pipet)


larutan baku asam oksalat yang telah dibuat. Tambahkan 2-3 1 tetes indikator
PP.
Teteskan larutan NaOH yang ada dalam buret ke dalam larutan asam
dengan hati-hati sambil diguncang, hingga terjadi perubahan warna dari tak
berbintik menjadi merah muda.

Volume dicatat (ml) NaOH yang dipakai (keadaan akhir pada skala buret).

Lakukan percobaan di atas secara.duplo. Perhitungan konsentrasi larutan


NaOH VI Ni = V2. N2
3. Menentukan larutan HCI dengan larutan baku NaOH

Reaksi : NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O

Isi buret dengan lanutan NaOH yang telah disetujui konsentrasinya


dengan larutan bahan baku asam oksalat

Menyediakan 2 labu Erlenmeyer. Isikan sebanyak 10 mi larutan HCl


(dengan volume pipet) dan ditambahkan 2-3 tetes larutan PP

Pengerjaan selanjutnya sama dengan titrasi NaOH terhadap asam


mentah oksalat, hanya sebagai anam oksalat yaitu HC inya
4. Membuat kurva titrasi

Masukkan 10 ml larutan HCI 0,1 M ke dalam Erlenmeyer


dan ukur dan catat pH-nya

Siapkan buret dan isi dengan larutan NaOH hingga tepat


angka 0 ml.

Tambahkan 1 ml larutan NaOH dari buret pada larutan


HCI, aduk (guncang) larutan kemudian ukur pH-nya, lalu
seterusnya. pH diambil setiap saat menyetujui NaOH

Dengan cara yang sama, dilakukan dengan mengganti


HCB dengan larutan CH COOH 0,1 M
E. Data Pengamatan
1. Pembuatan larutan baku primer
Massa Kristal asam oksalat = 1,575 gram
Volume larutan = 250 ml
Molaritas larutan asam oksalat = 0,05 M
Normalitas larutan asam oksalat = 0,1 N
2. Penentuan konsentrasi larutan NAOH
Volume larutan asam oksalat = 10 ml
Volume larutan NaOH (1) = 11,50 ml
Volume larutan NaOH (2) = 12 ml
Volume larutan NaOH rata-rata = 11,75 ml
3. Penentuan konsentrasi larutan
Volume HCI Larutan = 10 ml
Volume larutan NaOH (1) = 9 ml
Volume larutan NaOH (2) = 9,5 ml
Volume larutan NaOH rata-rata = 9,25 ml

V1 N1 = V2 N2 V1 . N1 = V2 . N2
10 . 0,1 = 11,75 . N2 10 . 0,08 = 9,25 . N2
1/11,75 = N2 0,8/9,25 = N2
0,085 = N2 0,086 = N2
F. Pembahasaan
1. Membuat larutan baku primer asam oksalat
Larutan baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan
untuk membakukan larutan standar. Contoh yang digunakan dalam praktikum ini
adalah asam oksalat yang sudah tersedia sehingga tidak perlu menimbang
ataupun menghitung dahulu.

2. Standarisasi larutan NaOH dengan larutan baku asam oksalat.


Pada titrasi ini molaritas larutan asam oksalat yang digunakan adalah 0,05 M,
dengan volume 10 ml. Volume NaOH yang didapatkan sebesar 11,75 ml karena
percobaan dilakukan secara duplo ( percobaan 1 = 11,50 ; percobaan 2 = 12 ). Titik
akhhir titrasi ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan yaitu yang
awalnya larutan tidak berwarna berubah menjadi merah muda. Hal ini
dikarenakan pada larutan asam oksalat diberi larutan PP sebanyak 3 tetes
sebelum dititrasi. Larutan PP berfungsi sebagai indikator asam basa guna
mengurangi kesalahan pada proses titrasi asam basa.
3. Penentuan konsentrasi larutan HCL

Pada titrasi ini molaritas NaOH yang digunakan adalah 0,1 M, dengan volume
9,25 ml. Volume larutan HCL yang digunakan yaitu 10 ml. Titik akhir titrasi
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan yaitu yang awalnya tidak
berwarna berubah menjadi pink. Hal ini dikarenakan penambahan larutan PP
sebanyak 3 tetes pada larutan HCL yang berfungsi sebagai indicator asam basa
guna mengurangi kesalahan pada proses titrasi.
4. Membuat kurva titrasi
PH
14.00

12.00

10.00

8.00
PH

6.00 PH

4.00

2.00

0.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Volume NaOH yang di tambahkan pada 10ml larutan HCl 0,1m
PH
14.00

12.00

10.00

8.00
PH

6.00 PH

4.00

2.00

0.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Volume NaOH yang di tambahan pada 10ml larutan CH3COOH
Pada kurva titrasi perubahan pH selama titrasi asam-basa berlangsung dapat
digambarkan sebagai kurva titrasi yang dihasilkan dari plot antara pH dengan
asam atau basa yang ditambahkan. Bentuk karakteristik dari kurva yang berbeda-
beda menggambarkan perbedaan konsentrasi dan sifat kekuatan asam basanya.
Tipe kurva titrasi asam kuat-basa kuat, asam lemah-basa kuat dan antara asam
asam kuat-basa lemah dan garis besar perhitungan nilai pHnya berbeda-beda.
• Titrasi asam kuat-basa kuat ( NaOH dengan HCl )
Bentuk kurva titrasi reaksi asam kuat HCl dengan basa kuat NaOH ditentukan
oleh nilai pH dalam berbagai nilai penambahan volume NaOH yang meliputi
pada keadaan sebelum penambahan NaOH, pada keadaan belum mencapai titik
ekivalen, dan pada keadaan di sekitar titik ekivalen serta keadaan kelebihan basa.
Perubahan konsentrasi asam kuat dan basa kuat tidak mengubah pH pada
titik ekivalen. Titik ekivalen yang didapatkan yaitu pada pH 6,61. Seharusnya
pada titrasi asam kuat dengan basa kuat titik ekivalennya yaitu pada pH 7. Pada
kurva hanya mengubah sedikit kurva awal dan akhir yang sesuai dengan
perhitungan nilai pHnya.
• Titrasi asam lemah-basa kuat ( NaOH dengan CH3COOH )
Bentuk kurva titrasi hasil reaksi antara asam lemah dengan basa kuat mirip
dengan kurva asam kuat-basa kuat, tetapi bentuk kurva sigmoidnya tidak simetris.
Nilai pH dalam berbagai nilai penambahan volume NaOH yang meliputi keadaan
sebelum penambahan NaOH, keadaan sebelum mencapai titik ekivalen, keadaan di
sekitar titik ekivalen serta keadaan kelebihan basa.
Berdasarkan hubungan antara volume NaOH yang ditambahkan dan nilai pH
larutan dapat dibuat kurva. Perubahan konsentrasi asam lemah dan basa kuat tidak
mengubah pH pada titik ekivalen, tetapi pH titik ekivalen dicapai pada penambahan
volume NaOH ke 12 ml, yaitu pada pH 9,84. Pada kurva hanya mengubah sedikit
kurva awal dan akhir yang sesuai dengan perhitungan pHnya.
Kesalahan titrasi sering terjadi karena :

1. Kesalahan dalam mengamati perubahan warna indikator


2. Kesalahan dalam membaca skala ukur pada buret
3. Kesalahan dalam menentukan titik ekivalen dan titik akhir titrasi
4. Kesalahan dalam menghitung konsentrasi
G. Kesimpulan
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana titrasi dihentikan
dengan cara melihat perubahan warn indiktor. Pada pembuatan
larutan baku indikator pp perlu ditambahkan dalam larutan supaya
mengetahui perubahan warna yang terjadi. Praktikum ini
menggunakan asam oksalat karena rumusnya yang pasti dan
sudah diketahui konsentrasinya. Pada asam oksalat memiliki
massa 1,575 gram dengan volume 250 ml. dari data yang dihasilkan
molaritas 0,05 M dan normalitas 0,1 N
Penentuan normalitas Penentuan normalitas pada asam/basa
atau HCl dan NaOH dapat ditentukan jika semua data-data yang
diamati sudah terpenuhi. Terlebih dahulu bias mencari molaritas,
jika molaritas sudah didapat baru mencari normalitas dengan
rumus :
M = mol/Volume N = M . Ekuivalen
REDOKS DAN ELEKTROKIMIA
A. Tujuan
• Mempelajari beberapa reaksi redoks
• Mempelajari proses elektrolisis larutan KI dan CuSO4
B. Dasar Teori
Reaksi redoks ditandai oleh perubahan biloks pada saat pereaksi berubah
menjadi hasil reaksi. Sel Galvani atau sel volta adalah suatu sel elektrokimia yang
dapat menghasilkan energy listrik, akibatnya terjadi reaksi redoks secara spontan
pada kedua elektroda tersebut.
Elektrolisis adalah peristiwa terjadinya reaksi kimia oleh arus listrik. Rangkaian
elektrolisis berisi larutan elektrolit dan dua buah elektroda, anoda dan katoda. Pada
anoda terjadi reaksi oksidasi sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi. Sel
elektokimia dapat diklasifikasikan sebagai sel galvani bila sel digunakan untuk
menghasilkan energi listrik dan sel elektrolisasi bila sel memerlukan energi listrik dari
suatu sumber. Secara definisi, katoda ialah suatu elektroda dimana reduksi, terjadi
anoda ialah suatu elektroda dimana oksidasi terjadi.
C. Alat dan Bahan
REDOKS
Alat: Bahan:
• Rak dan tabung reaksi • Logam Al, Cu, Mg, Pb, Zn • Larutan FeCN3
• Gelas ukur 10 ml • Larutan Pb(NO3)2 • Larutan CuSO4
• Kertas ampelas • Larutan Zn(NO3)2 • Larutan ZnSO4
• Pembakar sepiritus
• Larutan NaNO3 • Larutan HCl
• Kertas saring
• Larutan AgNO3 • Larutan amilum
• Gelas kimia
• Larutan H2O2 • Larutan KI
• Pipet tetes
• Corong
• Larutan H2SO4 • Indikator PP
ELEKTROKIMIA
Alat: Bahan:
• Elektroda / lempeng Cu dan C • Larutan KI
• Jembatan garam • Larutan CuSO4
• Ph meter • Larutan amilum
• Tabung U • Larutan CHCl3
• Sumber arus searah 6V • Larutan FeCl3
• Tabung reaksi • Indikator PP
• Pipet tetes
Redoks
ELEKTROLISIS
1. Larutan KI
2. Larutan CuSO4
D. Hasil pengamatan
1. Reaksi Redoks
a. Reaksi logam dengan larutan logam nitrat
Logam Pb(NO3)2 Zn(NO3)2 NaNO3 AgNO3
Al Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
perubahan perubahan perubahan perubahan
reaksi reaksi reaksi reaksi

Cu Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada endapan


perubahan perubahan perubahan
reaksi reaksi reaksi

b. Reaksi logam dengan HCL

Logam Pengamatan
Cu Tidak ada reaksi, tidak ada gelembung gas
Pb Tidak ada reaksi, tidak ada gelembung gas
Mg Ada gelembung gas
Zn Ada gelembung gas
c. H2O2 + H2SO4 + KI + Kanji,
Pengamatan :
Tidak ada perubahan pada reaksi tersebut. Lakmus merah tetap menjadi merah.

Persamaan reaksi :
H2O2 + H2SO4 + KI + C6H10O5 => 2H2O + I2 + K2SO4

d. FeCl3 + H2SO4 + KI dipanaskan + Kanji,


Pengamatan :
Sebelum dipanaskan berwarna jingga pekat kecoklatan, setelah dipanaskan
warnanya berubah menjadi coklat keunguan, setelah itu ditambahkan kanji dan
berubah warna lagi menjadi coklat terang dan terdapat endapan pada akhir
percobaan.

Persamaan reaksi :
FeCl3 + H2SO4 + KI + C6H10O5 => 2FeCl3 + K2SO4 + 6HCL + I2
d. Zn + CuSO4,
Pengamatan : Terdapat gelembung gas

Cu + ZnSO4,
Pengamatan : Tidak ada perubahan reaksi dan tidak ada gelembung gas

Zn + CuSO4
Katoda = Cu2+ + 2e => Cu E0 = +0,34 V
Anoda = Zn => Zn2+ + 2e E0 = -0,76 V
Reaksi = Cu2+ + Zn => Cu + Zn2+ E0 Sel = +1,1 V

Cu + ZnSO4
Katoda = Zn2+ + 2e => Zn E0 = -0,76 V
Anoda = Cu => Cu2+ + 2e E0 = +0,34 V
Reaksi = Zn2+ + Cu => Zn + Cu2+ E0 Sel = -1,1 V
2. Elektrolisis larutan KI
Pengamatan Larutan pada ruang anoda Larutan pada ruang katoda

Visual/perubahan warna Warna kuning dan terdapat Warna tetap dan terdapat
sedikit gelembung banyak gelembung
+lar. Amilum = tidak berubah
warna +lar. PP = menjadi dua lapis
warna ( merah pekat dan
+lar. CHCl3 = menjadi dua lapis merah muda )
warna ( kuning dan merah +lar. FeCl3 = berwarna hitam,
muda ) logam berwarna kekuning
kuningan, dan terdapat
endapan

Bau Berbau Tidak berbau


Reaksi 2I => I2 + 2e 2H20 + 2e => H2 +2OH
3. Elektrolisis larutan CuSO4
Pengamatan Anoda Katoda
1. Dengan elektroda C Bergelembung, warna tetap, Tidak bergelembung, warna
Perubahan yang terjadi tidak berbau tetap, tidak berbau

Reaksi 2H20 => 4H + O2 + 4e Cu2+ + 2e => Cu


2. Dengan elektroda Cu Warna tetap, padaelektroda Warna tetap, tidak berbau,
Perubahan yang terjadi terbentuk serat endapan tidak keluar gelembung, tidak
terbentuk endapan

Reaksi Cu => Cu2+ + 2e Cu2+ + 2e => Cu


E. Pembahasan
• Reaksi Redoks
Pada kegiatan pertama, yaitu reaksi redoks ( reaksi logam dengan larutan
logam nitrat ) saat logam Al dimasukkan dalam larutan Pb(No3)2, Zn(NO3)2,
NaNO3, dan AgNO3. Logam Al bereaksi dengan Pb(NO3)2, Zn(NO3)2, dan
AgNO3 karena reaksi berlangsung secara spontan ( potensial selnya positif )
sedangkan logam Al tidak bereaksi dengan NaNO3 karena reaksi tidak
berlangsung secara spontan ( potensial selnya negatif ).
Pada kegiatan kedua yaitu logam Cu yang dimasukkan dalam larutan
Pb(NO3)2, Zn(NO3)2, NaNO3, dan AgNO3. Logam Cu hanya bereaksi dengan
larutan AgNO3, dan tidak bereaksi dengan larutan Pb(NO3)2, Zn(NO3)2, dan
NaNO3 karena tidak bereaksi secara spontan ( potensial selnya negatif ).
Berdasarkan deret volta, suatu logam saat direaksikan dengan logam yang
lebih lemah reaktannya maka akan terjadi reaksi dan potensial selnya positif.
Pada percobaan reaksi logam dengan HCl, dengan logam yang direaksikan
diantaranya Cu, Pb, Mg, dan Zn. Pada logam Cu dan Pb tidak bereaksi karena
potensial selnya bernilai negatif yang menandakan reaksi tidak berlangsung secara
spontan. Sedangkan dengan logam Mg dan Zn bereaksi karena potensial selnya
bernilai positif dan berlangsung secara spontan. Terjadinya reaksi dalam praktikum ini
ditandai dengan terbentuknya gelembung dan endapan. Jadi urutan kereaktifan
logam dalam percobaan ini yaitu Mg>Zn>Pb>Cu.
Pada data hasil percobaan reaksi redoks ke 3 yaitu pencampuran H2O2, H2SO4,
KI, larutan kanji. Pada percobaan ini tidak ada perubahan pada reaksi tersebut. Dan
dilakukan percobaan dengan menggunakan lakmus dan didapatkan lakmus merah
tetap menjadi merah yaitu larutan bersifat asam. Pada percobaan ini seharusnya
terjadi reaksi yaitu perubahan warna yaitu hitam kecoklatan. Hal ini yang disebabkan
oleh iodin dan larutan KI. Dalam percobaan ini, larutan kanji hanya sebagai indikator
Pada data hasil percobaan reaksi redoks ke 4 yaitu pencampuran FeCl3, H2SO4,
dan KI diperoleh pada saat sebelum dipanaskan berwarna jingga pekat kecoklatan,
setelah dipanaskan warnanya berubah menjadi coklat keunguan, setelah itu
ditambahkan kanji dan berubah warna lagi menjadi coklat terang dan terdapat
endapan pada akhir percobaan.
Pada data hasil percobaan reaksi redoks ke 5 yaitu reaksi antara CuSO4 dengan
logam Zn dan ZnSO4 dengan logam Cu. Pada Zn + CuSO4, terdapat gelembung gas
yang menandakan reaksi tersebut berlangsung secara spontan. Jika dilihat dari deret
volta, logam Zn berada disebelah kiri Cu, sehingga logam Zn dapat mendesak Cu agar
melepaskan diri dari senyawanya dan bergabung dengan Zn menjadi ZnSO4.
Sedangkan pada Cu + ZnSO4, tidak terdapat gelembung gas yang menandakan tidak
terdapat reaksi. Reaksi ini berlangsung secara tidak spontan, karena logam Zn akan
mengalami reduksi dan logam Cu mengalami oksidasi. Karena letak Cu disebelah
kanan Zn sehingga tidak mampu mendesak untuk bergabung.
• Elektrolisis larutan KI
Pada data pengamatan percobaan, katoda mengalami reduksi dan bermuatan
negatif sedangkan di anoda mengalami oksidasi dan bermuatan positif. Pada anoda
larutan berwarna kuning dan terdapat sedikit gelembung, warna kuning disebabkan
oleh adanya iodium dalam anoda. Beda halnya pada ruang katoda, pada katoda
larutan berwarna tetap dan terdapat banyak gelembung yang berarti adanya
hydrogen.
Pada Katoda ditambahkan :
• +lar. PP = menjadi dua lapis warna ( merah pekat dan merah muda )
• +lar. FeCl3 = berwarna hitam, logam berwarna kekuning kuningan, dan terdapat
endapan
Pada Anoda ditambahkan :
• +lar. Amilum = tidak berubah warna
• +lar. CHCl3 = menjadi dua lapis warna ( kuning dan merah muda )
• Elektrolisis larutan CuSO4
• Dengan Elektrode C
Anoda Bergelembung, warna tetap, tidak berbau. Katoda tidak
bergelembung, warna tetap, tidak berbau.
• Dengan Elektrode Cu
Anoda warna tetap, padaelektroda terbentuk serat endapan. Katoda warna
tetap, tidak berbau, tidak keluar gelembung, tidak terbentuk endapan.
F. Kesimpulan
1. Semakin besar konsentrasi larutan maka semakin cepat juga diperoleh
suatu hasil reaksi
2. Kereaktifan suatu logam dapat dilihat dari frekuensi gelembung dan
terbentuknya endapan
3. Berdasarkan deret volta, semakin kekiri maka logam semakin reaktif
4. Reaksi redoks terjadi karena adanya perpindahan electron daei reduktor
ke oksidator. Reaksi ini dikatakan berlangsung spontan jika E0 sel nya positif
dan tidak spontan jika E0 sel nya negatif.
5. Reaksi elektrolisis terjadi dari reaksi reduksi dan oksidasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai