Anda di halaman 1dari 5

BAHAN AJAR

I. KOMPETENSI DASAR
KD. 3.13. Menganalisis data hasil berbagai jenis titrasi asam-basa

II. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI (IPK)


 Menentukan konsentrasi zat dengan metode titrasi asam basa
 Menganalisis data hasil titrasi asam lemah dengan basa kuat
 Menganalisis data hasil titrasi asam kuat dengan basa lemah
 Menganalisis data hasil titrasi asam kuat dengan basa kuat

III. MATERI PEMBELAJARAN


1. TITRASI ASAM BASA
Titrasi adalah metode analisis untuk kuantitatif untuk menentukan kadar suatu larutan.
Dalam titrasi, zat yang akan ditentukan konsentrasinya diketahui dengan tepat dan disertai
penambahan indicator. Larutan yang telh diketahui konsentrasinya dengan tepat disebut larutan
baku atau larutan standar, sedangkan indikator adalah zat yang memberikan tanda perubahan
pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik akhir titrasi.
Berdasarkan pengertian titrasi, titrasi asam basa merupakan metode penentuan kadar
larutan asam dengan zat peniter (zat penitrasi)suatu larutan basa atau penentuan kadar larutan
basa dengan zat peniter (zat penitrasi) suatu larutan asam. Titik akhir titrasi adalah kondisi pada
saat terjadi perubahan warna dari indikator. Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik
ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa.
Pendekatan antara titik akhir titrasi bergantung pada pH perubahan warna indicator.
2. PERHITUNGAN TITRASI ASAM-BASA
Setelah mengetahui pengertian titrasi asam basa, untuk mengetahui cara menentukan
konsentrasi larutan yang dititrasi , harus menentukan titik ekuivalan terlebih dahulu. Satu
ekuivalen asam didefinisikan sebagai banyaknya asam yang bereaksi dengan 1 mol OH -.
Sedangkan satu ekui valen basa didefinisikan sebagai banyaknya basa yang bereaksi dengan 1
mol H+. hal ini berarti 1 ekuivalen asam akan bereaksi tepat dengan 1 ekuivalen basa. Perhatikan
reaksi berikut :
H2SO4(aq) + 2NaOH(aq) → Na2SO4(aq) + 2H2O(l)

Dalam reaksi tesebut, 1 mol H2SO4 menghasilkan 2 mol H+. Jadi, 1 mol H2SO4 harus sama
dengan 1 ekuivalen H2SO4. untuk basa , 1 mol NaOH, menghasilkan 1mol OH -. Jadi, 1 mol
NaOH = 1 ekuivalen NaOH. Untuk asam dan basa, jumlah ekui valen per mol sama dengan jumlah
H+ yang terdapat per molekul asam atau banyaknya OH - yang terdapat permolekul basa. Titik
ekuivalen terjadi pada saat asam tepat bereaksi dengan basa, dan sebaliknya. Dengan demiki9an
pada keadaan netral akan berlaku hubungan sebagai berikut :
Jumlah gram ekuivalen (grek) asam = Jumlah gram ekuivalen(grek) basa
Jadi untuk larutan asam, berlaku :
Jumlah grek = jumlah mol x a, (jumlah ion H+ dari asam)
Jadi untuk larutan basa, berlaku :
Jumlah grek = jumlah mol xba, (jumlah ion OH+ dari basa)
Istilah untuk menyatakan konsentrasi larutan yang berkaitan dengan jumlah grek adalah
kenormalan. Kenormalan (N) menyatakan jumlah grek zat terlarut dalam setiap liter larutan.
jumlah⋅grek
N=
Volume ,
Jadi untuk pasa keadaan netral, berlaku :
Jumlah gram ekuivalen (grek) asam(a) = Jumlah gram ekuivalen(grek) basa(b)
Va ¿ Na = Vb ¿ Nb
Hubungan antara kenormalan(N) dengan kemolaran (M) :
Untuk larutan asam berlaku,
jumlah.. grek jumlahmol
N= = ×a=M×a
V V
N=M×a
Untuk larutan basa berlaku,
jumlah . . grek jumlahmol
N= = ×b=M×b
V V

N=M×b

Contoh :
1. Sebanyak 20 mL larutan HCl dititrasi oleh larutan NaOH 0,1 M dengan menggunakan
indicator phenoftalein. Jika perubahan warna indicator menjadi merah muda
memerlukan 25 mL larutan penetrasi, tentukanlah kemolaran larutan HCl.
Jawab :
Untuk larutan NaOH, Nb = Mb = 0,1 N
Va x Na = Vb x Nb
20 mLx Na = 25mL x 0,1 N
2,5 grek
=0 , 125 N
Na = 20 mL
Jadi kemolaran HCl = Na = 0,125 M
2. Sebanyak 0,5 gram cuplikan NaOH dilarutkan dalam air hingga memiliki volujme 100
mL. kemudian, 25 mL larutan tersebut dititrasi dengan larutan H2SO4 0,1 N dan ternyata
diperlukan 20 mL H2SO4 untuk mencapai titik ekuivalen. Tentukan kadar NaOH
(Mr = 40) dalam cuplikan tersebut.
Jawab :
Jumlah mgrek H2SO4 = volume H2SO4 x kenormalan H2SO4
= 20 mL x 0,1 N = 2 mgrek
Jumlah mgrek NaOH = Jumlah mgrek H2SO4 = 2 mgrek
Jumlah mmol NaOH = Jumlah mgrek NaOH = 2 mmol
Massa NaOH dalam 25 ml larutan = Jumlah mmol NaOH = Mr NaOH
= 2 mmol x 40 mg mmol- =80 mg =0,08 g
100 mL
×0 , 08 g=0 , 32 g
Massa NaOH dalam 100 ml larut = 25 mL
0 ,32 gr
×100 %=64 %
Jadi kadar NaOH dalam cuplikan = 0,5 gr
3. PENENTUAN INDIKATOR dan KURVA TITRASI
Pada indicator asam-basa, larutan yang konsentrsinya yang telah diketahui ditempatkan
dalam buret. Adapun larutan yang akan ditentukan konsentrasinya ditempatkan di dalam labu
Erlenmeyer. Titrasi dimonitor dengan ph meter atai dengan indicator asam-basa yang sesuai. Jika
menggunakan pH meter kita dapat membuat kurva titrasi yang merupakan plot pH larutan
sebagai fungsi dari volume larutan penetrasi. Kurva titrasi akan memudahkan untuk
mengidentifikasi titik ekuivalen. Karakteristik kurva titrasi ini berbe da- beda, beratung pada enis
asan dan basa yang direaksikannya.
Ada 4 jenis kurva titrasi yaitu :
1. Titrasi Asam Kuat Oleh Basa Kuat

Perubaha pH terjadi pada penetralan asam kuat oleh basa kuat.


Volume NaOH 0,1 pH
M (mL)
0 1,00
10 1,17
20 1,37
30 1,60
40 1,95,
50 7,00
60 11,96
70 12,22
80 12,36
90 12,46
100 12,52
Berdasarkan data pada table maka konsentrasi HCl adalah 0,1 M, berarti pH = 1. Pada suasana
asam, indicator fenoftalein tidak berwarna. Setelah ditambahkan 10 mL larutan NaOH 0,1 M
masih terdapat HCl dengan konsentrasi 0.067 M sehingga pH larutan berubah menjadi 1,17.
Titik ekuivalen akan tercapai setelah penambahan 50 mL NaOH 0,1 M. pada kondisi
tersebut pH larutan bersifat netral dan seluruh HCl telah habis bereaksi sehingga larutan pp
tidak berwarna. Kemudian penambahan NaOH menyebabkan nilai pH larutan meningkat
sehingga indicator pp berubah menjadi merah muda, dan titik akhir titrasi tercapai. Pada titrasi
ini, titik ekuivalen berbeda debgan titik akhir titrasi.

2. Titrasi Basa Kuat Oleh Asam Kuat

Volume HCl 0,1 M (mL) pH


0 13,00
10 12,83
20 12,63
30 12,40
40 12,05
50 7,00
60 2,04
70 1,78
80 1,64
90 1,54
100 1,48
Berdasarkan data pada tabel di atas, diperoleh kurva plot pH larutan sebagai fungsi dari volume
larutan penitrasi. Pada awalnya dalam labu Erlenmeyer hanya terdapat 50 mL larutan KOH 0,1 M
dan beberapa tetes indicator metal merah (trayek pH= 4,2-6,3). Konsentrasi KOH adalah 0,1 M,
berarti pH = 13. Pada suasana basa, indicator metal merah berwarna kuning . Penambahan
larutan asam (HCl 0,1 M) akan menurunkan pH larutan. Titik ekuivalen tercapai pada
penambahan 50 mL HCl 0,1 M (ph=7). Pada keadaan ini, metal merah belum berubah warna
(masih kuning). Setelah itu, penambahan HCl menyebabkan nilai pH larutan turun sehingga
indicator berubah menjadi merah. Pada kedua titrasi tersebut, digunakan indicator yang berbeda.
Bagaimanakah cara memilih indicator untuk titrasi ? Pemilihan jenis indikato disesuaikan dengan
trayek pH indicator pada saat titik ekuivalen tercapai dan dipilih indicator yang memudahkan
pengamatan pada saat terjadi perubahan warna.
4. KURVA TITRASI ASAM BASA
Anda tentu sudah mengetahui bahwa pH akan naik turun ketika suatu larutan asam
ditetesi dengan larutan basa.sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH
larutan akan turun. Grafik yan menyatakan perubahaan pH pada titrasi dengan asam basa (atau
sebaliknya) disebut kurva titrasi. bentuk kurva titrasi bergantung pada kekuatan asam dan basa
yang direaksikan. beberapa titrasi yang kita kenal meliputi titrasi asam kuat dan basa kuat, asam
kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat. jika diperhatikan
kurva titrasi yang melibatkan asam lemah/basa lemah berbeda dengan bentuk kurva titrasi asam
kuat-basa kuat atau sebaliknya.perbedaan ini disebabkan terbentuknya larutan penyangga dan
terjadinya hidrolisis garam pada titrasi yang melibatkan asam lemah/basa lemah.

1. Titrasi Asam lemah-Basa Kuat


Gambar kurva dibawah ini merupakan perbandingan kurva titrasi antara titrasi asam
lemah-basa kuat (CH3COOH) dengan titrasi asam kuat-basa kuat(HCl dengan NaOH).
terdapat beberapa perbedaan antara kedua kurva tersebut, yaitu:
 Sebelum penambahan NaOH
Asam asetat (CH3COOH) dan asam klorida (HCl) memiliki niali konsentrasi yang sama
sebesar 0,1 M, tetapi nilai pH kedua larutan tersebut berbeda. ini karena asam asetat
(CH3COOH) mengalami ionisasi yang tidak sempurna.
 Sebelum titik ekuivalen
Kenaikan nilai pH pada awal titrasi untuk asam asetat (asam lemah) lebih besar
dibandingkan dengan asam klorida (asam kuat). tetapi kurva kemudian menjadi datar,
hal ini disebabkan sebagian CH 3COOH bereaksi dengan NaOH menghasilkan CH 3COONa.
olehkaerna itu, dalam larutan terdapat CH 3COOH dan CH3COO- (campuran asam lemah
dan basa konjugasinya) dengan kata lain membentuk larutan penyangga.
 Pada titk ekuivalen
Nilai pH titrasi asam lemah-basa kuat lebih besar dari 7, ini disebabkan oleh ion garam
yang terbentuk mengalami hidrolisis dengan reaksi
CH3COO- + H2O  CH3COOH + OH-
sehingga larutan bersifat basa (pH > 7)
 Setelah titik ekuivalen
Kurva titrasi asam lemah-basa kuat dan asam kuat-basa kuat menjadi identik setelah
titik ekuivalen. hal ini disebabkan nilai pH larutan dihitung dari kosentrasi NaOH yang
berlebih.
2. Titrasi Asam Kuat-Basa lemah
Gambar kurva dibawah ini merupakan kurva titrasi basa lemah (NH 3) dengan asam kuat
(HCl). beberapa hal yang perlu diparhatikan, yaitu:
 Sebelum penambahan HCl
Amoniak(NH3) termasuk basa lemah, sehingga NH3 0,1 M akan mengalami ionisasi tidak
sempurna dan nilai pHnya < 13
 Sebelum titik ekuivalen
Pada awal titrasi terjadi penurunan pH yang cukup besar, tetapi kurva menjadi lebih
datar karena pembentukan larutan penyangga NH3- NH4+ (campuran basa lemah dan
asam konjugasinya).
 Pada titk ekuivalen
Nilai pH pada titik ekuivalen kurang dari 7 (larutan bersifat asam), ini disebabkan garam
ammonium klorida (NH4Cl) yang terbentuk kationnya mengalami hidrolisis dengan
reaksi

NH4+ + H2O  NH3+ H3O+


 Setelah titik ekuivalen nilai pH dihitung dari konsentrasi HCl yang berlebih.

Anda mungkin juga menyukai