Nim : 194010027
Kelas : Farmasi B
I. Judul Praktikum
Titrasi Asam Basa
II. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang dicapai setelah mengikuti praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Mempelajari tentang metode titrasi asam basa
2. Menentukan penimbangan baku primer asam oksalat
3. Menentukan pembuatan larutan baku primer asam oksalat 0,1 N
4. Mengetahui prosedur pembekuan larutan baku sekunder NaOH
5. Menetukan kadar asam asetat dalam sampel
III.Dasar Teori
Titrasi asam – basa adalah proses untuk menghitung konsentrasi volume asam atau
basa yang diketahui. Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri, sedang untuk
titrasi pengukuran lain-lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan – imertri. Kata
metri berasal dari bahasa yunani yang berarti ilmu proses seni mengukur. I dan O dalam
hubungan mengukur sama saja, yaitu dengan atau dari (with or off). Akhiran I berasal
dari kata latin dan O berasal dari kata Yunani. Jadi asidimetri dapat diartikan pengukuran
jumlah asam ataupun pngukuran dengan asam (yang diukur dalam jumlah basa atau
garam). (Harjadi, W. 1990).
Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar larutan asam
atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan asam ditetesi dengan larutan
basa, atau sebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen (asam dan basa tepat habis
bereaksi). Jika molaritas salah satu larutan (asam atau basa) diketahui, maka molaritas
larutan yang satu lagi dapat ditentukan. (Michael. 1997) Jika larutan asam ditetesi
dengan larutan basa maka pH larutan akan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi
dengan larutan asam maka pH larutan akan turun. Grafik yang menyatakan perubahan
pH pada penetesan asam dengan basa atau sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi
berbentuk S, yang pada ttik tengahnya merupakan titik ekuivalen.
Pada kedua jenis titrasi diatas, dipergunakan indikator yang sejenis yaitu fenolftalein
(PP) dan metil orange (MO). Hal tersebut dilakukan karena jika menggunakan indikator
yang lain, misalnya TB, MG atau yang lain, maka trayek pHnya sangat jauh dari
ekuivalen. Pada titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
(Susanti,1995)
➢ Asidimetri. Titrasi ini menggunakan larutan standar asam yang digunakan untuk
menentukan basa. Asam yang biasa digunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat,
asam borat.
➢ Alkalimeri. Pada titrasi ini merupakan kebalikan dari asidi-alkalimetri karena
larutan yang digunakan untuk menentukan asam disini adalah basa.
Titrasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan jumlah
senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa organik dan
organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu terutama
senyawa organik tidak larut dalam air. Namun demikian umumnya senyawa organik
dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik itu dapat ditentukan
dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam digunakan larutan
baku asam kaut misalnya HCl, sedangkan untuk menentuan basa digunakan larutan basa
kuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan
indikator asambasa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan seperti potensiometri,
spektrofotometer, konduktometer. (Rivai, H, 1990)
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant
ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara
stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan
berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik
dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa
yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-].
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik
ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik
akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen. (Esdi, 2011).
❖ Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan molekuivalen
basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut (Esdi, 2011)
❖ Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N) dengan volume,
maka rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut:
❖ Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion
H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
Keterangan:
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = Jumlah ion H +(pada asam) atau OH- (pada basa).
❖ Larutan Baku
Adalah larutan standar. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya
sudah diketahui. Biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang
juga berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku.
V.Cara Kerja
❖ Penimbangan Baku Primer Asam Oksalat
1. Ditimbang sebanyak 0.63 gram (dalam botol timbang) pada timbangan kasar.
Kemudian ditimbang secara teliti pada timbangan analitik.
2. Berat botol timbang + asam oksalat = _____ gram (A) Pindahkan asam oksalat
pada
botol timbang ke Beaker glass Ca (capacity) 100 mL. Timbang botol timbang +
sisa
asam oksalat = ___________gram (B). Maka berat asam oksalat adalah A – B =
_____ gram.
1 0,00 39,60
2 0,00 39,50
3 0,00 39.50
VII.Pembahasan
Pada praktikum pertama pembuatan larutan baku primer asam oksalat dengan Mr
sebesar 126. Secara analitik pembuatan larutan baku asam oksalat dapat dilakukan
dengan menghitung mol, molaritas, dan normalitas. Pembuatan larutan baku asam
oksalat dengan sampel 0,63 gram dilakukan dengan bantuan pengenceran menggunakan
aquades sebanyak 20 ml. Berdasarkan praktikum pembuatan larutan baku asam oksalat
dengan sampel sebanyak 0,63 gram diperoleh bahwa molnya sebesar 0,005 mol
kemudian molaritasnya adalah sebesar 0,5 M dan normalitas yang diperoleh sebesar
0,025 N. Praktikum yang kedua adalah penentuan kadar asam asetat dengan terlebih
dahulu membuat larutan baku sekunder NaOH. Dalam pembuatan larutan baku
sekunder NaOH digunakan indikator berupa fenolftalein (PP) agar trayek pH saat
titrasi dapat diamati dengan baik dan akurat (tidak bergeser sangat jauh dari titik
ekuivalen). Selain itu indiator fenolftalein digunakan karena penitarnya adalah
NaOH (aq) yang memiliki sifat basa kuat. Pembuatan larutan baku sekunder NaOH
tersebut menghasilkan larutan baku NaOH dengan normalitas sebesar 0,005 M.
Dengan demikian kadar asam asetat dapat dihitung melalui rumus berikut :
X ml x N. NaOH x P x BE
IX.Daftar Pustaka
Purba, Michael. 1997. Buku Pelajaran Ilmu Kimia Untuk SMU kelas 2. Erlangga: Jakarta
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta
Rivai, H. 1990. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press: Jakarta
Susanti, S. 1995. Analisis Kimia Farmasi Kualitatif. LEPHAS: Makassar