Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MATERI dan ENERGI

KONSTANTA KEASAMAN dan TITRASI ASAM BASA

Oleh :

NAMA : Mika Julisa Siregar

NIM : 31150057

ASISTEN : Yumechris Amekan

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS BIOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

YOGYAKARTA

2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam percobaan kali ini, saya akan membahas tentang titrasi asam basa. Titrasi
merupakan salah satu cara untuk menentukan dan mengetahui konsentrasi larutan suatu zat
dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya.
Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi nertalisasi asam basa.
Titik equivalen sendiri pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam
tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Didalam titrasi sendiri, terjadi perubahan pH. pH
pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisasi asam
basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa sendiriadalah yang memiliki rentang
pH dimana titik equivalen berada. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi
tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu
berimpit dengan titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat
memperkecil kesalahan titrasi.
Titrasi asam basa yaitu suatu cara atau  metode yang menggunakan larutan yang disebut
titran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Titik dalam titrasi dimana titran
yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukan
disebut titik ekivalen atau titik stoikhiometri, titik ini sering ditandai dengan perubahan
warna senyawa yang disebut indicator.

B. Tujuan
1. Memahami prinsip titrasi asam basa
2. Menentukan harga konstanta keasaman (Ka) dari asam karbonat
3. Menentukan massa molekul dari asam mono basi murni
4. Menentukan normalitas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat
5. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu
digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen 4-10. Demikian juga titik
akhir titrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa lemah, jika penitrasian adalah basa atau asam
kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104 .pH berubah secara drastis
bila volume titrannya. Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu molekul ke molekul
lain. Dalam air proton biasanya tersolvasi sebagai H 30. Reaksi asam basa bersifat reversibel.
Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa, pH dan perubahan warna indikator tergantung
secara tidak langsung pada temperatur. (Khopkar, S.M. 1990)

Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar larutan asam atau
larutan basa. Dalam hal ini  sejumlah tertentu larutan asam ditetesi dengan larutan basa,
atau sebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen (asam dan basa tepat habis bereaksi). Jika
molaritas salah satu larutan (asam atau basa) diketahui, maka molaritas larutan yang satu lagi
dapat ditentukan. (Michael. 1997)

Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan naik, sebaliknya jika
larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan akan turun. Grafik yang menyatakan
perubahan pH pada penetesan asam dengan basa atau sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva
titrasi berbetuk S, yang pada ttik tengahnya merupakan titik ekuivalen. (Michael. 1997)

Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri, sedang untuk titrasi pengukuran lain-
lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan –imertri. Kata metri berasal dari bahasa
yunani yang berarti ilmu proses seni mengukur. I dan O dalam hubungan mengukur sama saja,
yaitu dengan atau dari (with or off). Akhiran I berasal dari kata latin dan O berasal dari kata
Yunani. Jadi asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun pngukuran dengan
asam (yang diukur dalam jumlah basa atau garam). (Harjadi, W. 1990)
Konstanta Keasaman
Saat suatu asam HA larut dalam air, sebagian asam tersebut terurai (terdisosiasi)
membentuk ion hidronium dan basa konjugasinya.

HA(aq) + H2O(l) ⇌ H3O+(aq) + A−(aq)

Pada perhitungan konstanta disosiasi asam, konsentrasi air diabaikan, karena reaksi
berjalan di dalam larutan berair, dimana konsentrasi air relatif tidak berubah. Sehingga konstanta
disosiasi asam didefinisikan dengan persamaan

Nilai Ka bervariasi dalam berbagai orde besaran, sehingga sering dinyatakan


dalam logaritma basis-sepuluhnya. Konstanta baru ini disebut pKa, yang nilainya bervariasi
dalam jarak yang lebih kecil.

Asam yang lebih kuat memiliki nilai Ka yang lebih besar dan pKa yang lebih kecil. Bagi
asam yang cukup lemah (dimana hanya sebagian kecil dari asam berdisosiasi), pH suatu larutan
asam dapat diperkirakan melalui rumus berikut

Nilai pH dari sebuah larutan penyangga (buffer) juga dapat diprediksikan dengan


menggunakan nilai Ka melalui persamaan Henderson-Hasselbach:

Derajat kelarutan asam atau derajat disosiasi asam, dilambangkan dengan pKa)


dalam kimia digunakan sebagai ukuran kelarutan suatu asam (atau basa) dalam pelarut air
dengan kondisi standar (1 atm dan 25 °C). Nilai pKa didefinisikan sebagai "minus logaritma
terhadap konsentrasi ion H+ dalam larutan". Definisi ini menyebabkan konsentrasi yang lebih
tinggi memberikan nilai yang lebih rendah. Ukuran kelarutan diukur dari
banyaknya ion H+ (dalam mol per liter larutan atau molar) terlarut. Air murni memiliki rumus
kesetimbangan kelarutan.
BAB III

METODOLOGI

A. Alat

- Pengaduk = 1 buah
- Sendok = 1 buah
- Erlenmeyer = 3 buah
- Neraca analitik = 1 buah
- Pipet tetes = 2 buah
- Propipet = 2 buah
- Pipet ukur 10ml = 2 buah
- Buret 50ml = 2 buah
- Labu ukur 150ml = 1 buah
- Labu ukur 250ml = 1 buah
- Gelas beker 150ml = 3 buah
- Corong gelas = 1 buah
- pH meter = 1 set

B. Bahan

- Larutan NaOH 0.1 M


- Larutan HCl 0.1 M

- Larutan Na2CO3 0,1 M


- Padatan asam oksalat 0.63 gram
- Cuka dagang(CH3COOH) 25%
- Aquades
- Indikator fenolftalin (PP)

C. Cara kerja

 Titrasi Asam Basa

a. Normalitas Larutan NaOH


Untuk membuat larutan asam oksalat disediakan 0,63 gram diukur dengan
neraca analitik
Dimasukan kedalam labu ukur 100 ml dan ditambah aquades tepat 100 ml

Disiapkan buret yang telah dicuci dan dituang larutan asam oksalat

Disiapkan larutan NaOH dalam Erlenmeyer maisng-masing 15 ml

Diteteskan 1 tetes indicator fenolftalin kedalam larutan NaOH

Dititrasikan dengan asam oksalat

Diamati perubahan warna dan banyaknya asam oksalat ditambahkan

b. Kadar Asam Asetat Perdagangan

Diambil 25 ml atau 20 ml larutan asam asetat perdagangan dengan pipet ukur


kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan diencerkan hingga
volume 250 ml
Diambil 10 ml larutan hasil pengenceran dan dimasukkanke dalam Erlenmeyer
ukuran 200 ml dan ditambah 3 tetes indicator fenolftalin

Larutan ini dititrasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi perubahan
warna

Pekerjaan titrasi dilakukan 3 kali

 Konstanta Keasaman
a. Penentuan Harga Ka1 dan Ka2 dari Na2CO3

Dihidupkan alat pH untuk pemanasan

Diambil 10 ml larutan garam Na2CO3 0,1 M dan dituangkan dalam gelas beker
150 ml serta encerkan dengan air sehingga elektroda pH meter dapat tercelup

Diisi buret dengan larutan standar HCl 0,1 N dan dipasang diatas larutan
Na2CO3 yang akan dititrasi

Ditambahkan indicator pp 2 tetes dan diukur pH larutannya

Ditambahkan larutan HCl ke dalamlarutan Na2CO3 dan diukur pH larutan pada


setiap penambahan 1 ml HCl. Penambahan dihentikan setelah terjadi titik
equivalen
b. Penentuan harga Ka dan Massa Molekul Cuplikan Asam Monobasis Murni

Diambil larutan cuplikan sebanyak 20 ml, cuplikan dibuat dari pengenceran 10


kali cuplikan asam murni

Ditambahkan 2 tetes indikator fenolftalin dan juga disiapkan larutan NaOH ke


dalam buret

Ditambahkan larutan NaOH ke dalam larutan asam cuplikan dan diukur pH


larutan setiap penambahan 1 ml. Penambahan dihentikan tepat pada saat timbul
warna merah.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Titrasi Asam Basa


a. Menentukan normalitas larutan NaOH
 Konsentrasi asam oksalat sebagai larutan stock primer
- Massa asam oksalat (C2H2O4.2H2O) = 0,63 gram
- Mr asam oksalat = 126 gram / mol
- Volume asam oksalat = 100 ml = 0,1 L
massa as . oksalat
- Molaritas asam oksalat = ( ) / vol. larutan as.
Mr as . oksalat
0,63 g
oksalat = ( ) / 0,1 L = 0,05 M
126 g /mol

Normalitas asam oksalat :

H2C2O4 2H+ + C2O42-

Nas. oksalat = n x M = 2 ek/mol x 0,05 mol/L = 0,1 N

 Penentuan konsentrasi NaOH


- Volume NaOH saat dititrasi = 15 ml
- Volume rata-rata asam oksalat saat titrasi =
12,2+11.8+ 11,5
=11,83 ml
3
- Normalitas asam oksalat = 0,1 ek / L

Pada saat titik ekuivalen :

(N . V) oksalat = (N . V) NaOH

0,1 ek/mol x 11,83 ml = NNaOH x 15 ml

NNaOH = 0,079 N

b. Menentukan Kadar Asam Asetat Perdagangan


- Volume asam asetat yang dititrasi = 15 ml dengan pengenceran 50 kali
- Volume rata-rata NaOH untuk titrasi = (10,50+10,40+10,60) ml :3 = 10,50 ml
- Normalitas NaOH = 0,079 N
Normalitas CH3COOH :
ρ x kadar zat x 1000
M= N CH3COOH = M x n = 4,17 x 1 = 4,17 N
Mr
Penentuan kadar asam cuka perdagangan :
VNaOH x NNaOH = VCH3COOH x NCH3COOH
10,50 ml x 0,079 N = 10 ml x NCH3COOH
NCH3COOH = 0,08295 N
MCH3COOH = NCH3COOH x Faktor Pengenceran
= 0,08295 N x 100 = 8,295 M
Gram CH3COOH = MCH3COOH x MrCH3COOH
= 8,295 mmol/ml x 60 mg/mmol = 497,7 mg/ml

2. Konstanta Keasaman
a. Penentuan harga Ka1 dan Ka2 dari Na2CO3
- Volume akhir titrasi = volume akuivalen = 10 ml
- pH akhir titrasi = pH ekuivalen = 7,95
- Volume pKa2 = setengah dari volume ekuivalen = 5 ml
- pKa2 = pH pada saat setengah volume ekuivalen = 9,93

pH = ½ pKa1 + ½ pKa2

½ pKa1 = pH ekuivalen - ½ pKa2

½ pKa1 = 7,95 – 4,965

½ pKa1 = 3,025

pKa1 = 6,05

pKa1 = -log Ka1

Ka1 = 10-pKa1 = 10-4,965 = 8,9 x 10-7

pKa2 = -logKa2
Ka2 = 10-pKa2 = 10-9,93 = 1,175 x 10-10

Data :

pH Na2CO3 0,1 M Ditambah HCl 0,1 M (ml)

10,91 0

10,60 1

10,42 2

10,27 3

10,11 4

9,93 5

9,75 6

9,55 7

9,25 8

8,90 9

7,95 10
12

10

pH 6

0
0 2 4 6 8 10 12
Penambahan HCl 0,1 M (ml)

Larutan tepat menjadi bening ketika diberi penambahan HCl hingga 10 ml dan
pHnya 7,95. Sedangkan titik ekivalennya adalah 8,90. Larutan bisa berubah
jadi bening karena larutan ditambah ion hidrogen extra ( dalam percobaan ini
yang menjadi ion hidrogen extra adalah HCl ) sehingga posisi titik ekilibrium
bergeser ke kiri untuk menghilangkan ion hidrogen sehingga larutan pun
berubah menjadi bening.

Penambahan ion-ion hidrogen extra

H-phph(aq) H+(aq) + phph-(aq)


( perubahan posisi ekilibrium )

b. Penentuan harga Ka dan massa molekul cuplikan asam monobasus murni


- Volume akhir titrasi = volume ekuivalen = 47 ml
- pH akhir titrasi = pH ekuivalen = 9,75
dari data volume titrasi NaOH dapat dicari mol NaOH :
- mmol NaOH = VNaOH x MNaOH = 47 ml x 0,079 mmol/ml = 3,713 mmol
- M CH3COOH = n / V = 2/20 M = 0,1 M
Konsentrasi garam CH3COONa :

CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

3,713 3,713 - -

-3,713 -3,713 +3,713 3,713

- - 3,713 3,713

M [CH3COONa] = 3,713/ 67 M = 0,055 M

Mencari pKa CH3COOH :

pH ekuivalen = ½ pKw + ½ pKa + ½ log[G]

pKa = 9,75 – ½ . 14 + ½ log 0,055 = 11,67 – 7 – 0,63 = 4,04

pKa = -log Ka

Ka = 10-4,04

Mencari massa molekul :

0,03 X p x k 0,03 x 1,05 x 100


Massa molekul asam (BM) = = =1993,67 g/mol
v xM 0,02 x 0,079
p = massa jenis asam = 1,05 g/ml
k = kemurnian asam = 100
v = volume asam = 20 ml = 0,2 L
M = molaritas NaOH = 0,079 mol/L
BM = massa molekul asam = 1993,67 g/mol
Data :

pH cuplikan CH3COOH NaOH

2,29 0

2,60 1

2,84 2,2

3,00 3
3,12 4

3,23 5

3,33 6

3,41 7

3,50 8

3,56 9

3,63 10

3,70 11

3,75 12

3,80 13

3,86 14

3,90 15

3,96 16

4,00 17

4,05 18

4,09 19

4,13 20

4,17 21

4,21 22

4,26 23

4,30 24
4,34 25

4,38 26

4,42 27

4,48 28

4,52 29

4,57 30

4,61 31

4,66 32

4,70 33

4,77 34

4,81 35

4,88 36

4,94 37

5,01 38

5,10 39

5,17 40

5,27 41

5,39 42

5,50 43

5,68 44

5,95 45

6,32 46
9,75 47

12

10

8
pH cuplikan

0
0 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46
Penambahan NaOH

Larutan tepat menjadi merah muda ketika diberi penambahan NaOH hingga 47
ml dan pHnya 9,75. Sedangkan titik ekivalennya adalah 6,32. Larutan bisa
berubah jadi merah muda karena larutan ditambah ion hidroksida ( dalam
percobaan ini yang menjadi ion hidroksida adalah NaOH ) sehingga posisi titik
ekilibrium bergeser ke kanan karena ion hidroksida bereaksi dan
menghilangkan ion hidrogen dan ekilibrium bergeser ke kanan untuk
menggantikan posisi ion-ion hidrogen yang hilang sehingga larutan pun
berubah warna menjadi merah muda.

Ion-ion hidroksida akan bereaksi dan menghilangkan ion-ion hidrogen

H-phph(aq) H+(aq) + phph-(aq)


( perubahan posisi ekilibrium )
BAB V
KESIMPULAN
1. Titrasi adalah suatu metode penentuan kadar (konsentrasi) suatu larutan dengan larutan
lain yang telah diketahui konsentrasinya.
2. Harga Ka1 dan Ka2 dari Na2CO3 adalah Ka1 = 8,9 x 10-7 dan Ka2 = 1,175 x 10-10
3. Sedangkan harga Ka dan massa molekul dari asam monobasis murni ( cuplikan ) adalah
Ka = 10-4,04 dan massanya BM = 1993,67 g/mol.
4. Kadar asam cuka perdangannya adalah 497,7 mg/ml.
5. Nilai normalitas dari hasil titrasi asam basa adalah : normalitas asam oksalat = 0,1 N ;
normalitas NaOH = 0,079 N ; normalitas CH3COOH = 0,08295 N.
Daftar Pustaka

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta


Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta
Purba, Michael. 1997. Buku Pelajaran Ilmu Kimia Untuk SMU kelas 2.Erlangga: Jakarta
Brady, J. E & Holum J.L 1988. Fundamental of Chemistry, 3 Ed. New York : John Wiley & Inc.

Anda mungkin juga menyukai