Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MATERI dan ENERGI

METABOLISME DAN KONSUMSI OKSIGEN

Oleh :

NAMA : Mika Julisa Siregar

NIM : 31150057

ASISTEN : Johan Aditya Suijono

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS BIOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

YOGYAKARTA

2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kelangsungan mahluk hidup, oksigen sangatlah berperan penting dalam
proses respirasi. Oksigen merupakan unsur penting bagi kelangsungan hidup organisme.
Oksigen dibutuhkan untuk proses oksidasi bahan-bahan makanan dalam tubuh hewan
agar dihasilkan energy untuk aktivitas hidupnya. Energi berupa ATP yang prosesnya
disebut metabolism aerobik. Pengambilan oksigen untuk metabolis medan pengeluaan
CO2 sebagai sampah metabolic dilakukan dengan mekanisme yang menggunakan sistem
respirasi.
Konsumsi oksigen pada tiap organism berbeda-beda tergantung pada aktivitas,
jenis kelamin, ukuran tubuh, temperature dan hormon. Faktor lain yang menyebabkan
perbedaan konsumsi oksigen terlarut adalah nutrisi dan usia. Semakin banyak konsumsi
oksigen maka semakin besar laju metabolismenya.

B. Tujuan
1. Mempelajari penentuan konsentrasi oksigen terlarut pada air dengan metode Micro-
Winkler
2. Menentukan konsumsi oksigen dan laju metabolisme organisme akuatik
BAB II

DASAR TEORI

Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan
kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis
kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah
oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air,
mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah,
dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh
mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu
kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam
air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping parameter lain seperti kob
dan kod.

Untuk mengetahui berapa jumlah volume titran dengan membaca skala penurunan titran
dan memasukkan dalam rumus :

Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan suatu larutan
standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam titrasi
memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini banyak orang yang
menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri.
Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya
diletakkan di dalam buret dan larutan ini disebut sebagai larutan standar atau titran atau titrator,
sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan di Erlenmeyer dan larutan ini
disebut sebagai analit.
Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan dimana
titran bereaksi secara equivalen dengan analit, artinya semua titran habis bereaksi dengan analit
keadaan ini disebut sebagai titik equivalen.
Titik equivalent dapat ditentukan dengan berbagai macam cara, cara yang umum adalah
dengan menggunakan indicator. Indikator akan berubah warna dengan adanya penambahan
sedikit mungkin titran, dengan cara ini maka kita dapat langsung menghentikan proses titrasi.
Sebagai contoh titrasi H2SO4 dengan NaOH digunakan indicator fenolpthalein (pp). Bila
semua larutan H2SO4 telah habis bereaksi dengan NaOH maka adanya penambahan sedikit
mungkin NaOH larutan akan berubah warna menjadi merah mudah. Bila telah terjadi hal yang
demikian maka titrasi pun kita hentikan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan adanya berubahan warna indicator disebut
sebagai titik akhit titrasi. Titrasi yang bagus memiliki titik equivalent yang berdekatan dengan
titik akhir titrasi dan kalau bisa sama.
BAB III

METODOLOGI

A. Alat
1. 3 Erlenmeyer
2. 3 Toples
3. Gelas Beker
4. Timbangan analitik
5. Buret dan Tiang statis
6. Pipet ukur
7. Propipet
8. Plastik
9. Karet

B. Bahan
1. Ikan
2. Larutan MnCl2.4H2O 80 g/100 mL H2O
3. AsamSulfat / Phosphat pekat
4. Larutan penggumpal (36 g NaOH + 20 g KI + 0,5 g NaN 3 dilarutkandalam 100 ml
H2O)
5. Larutan indikator amilum 1%
6. Larutan standar Na2S2O3 0,01 N
C. Cara Kerja
- Inti Cara Kerja
Disiapkan 3 toples volume 2 liter

Diisi toples dengan air hingga penuh

Dimasukkan 2 ekor ikan ke toples kedua, dan 5 ekor ikan ke toples ketiga
(untuk toples pertama tidak memakai ikan karena sebagai kontrol air)

Diambil 100 ml air dari masing-masing toples untuk diukur DOnya

Ditutup toples rapat-rapat dengan plastik bening dan dikareti, kemudian


bungkus dengan plastik hitam

Setelah 30 menit, diambil 100 ml air dari toples untuk diukur DOnya

Ditutup lagi toples rapat-rapat dengan plastik bening dan dikareti, kemudian
bungkus dengan plastik hitam

Setelah 30 menit kedua, diambil 100 ml air dari toples untuk diukur DOnya

Ditutup lagi toples rapat-rapat dengan plastik bening dan dikareti, kemudian
bungkus dengan plastik hitam
- Pengukuran DO menggunakan Metode Micro-Winkler
Diambil 100 mL sampel air dari toples

Ditambahkan 0,5 ml larutan MnCl2

Ditambahkan 0,5 ml larutan penggumpal

Setelah terjadi endapan, supernatan didekantir(dipisahkan dari endapan)

Endapan ditambah dengan 2 ml H2SO4 pekat dan diaduk menjadi larutan

Dititrasikan larutan dengan larutan Na2S2O3 0,01 N hingga berwarna kuning


pucat

Ditambahkan 1-2 tetes larutan amilum 1%

Dititrasikan kembali dengan larutan Na2S2O3 hingga warna berubah tepat bening
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
a. Toples Kontrol

Penambahan Na2S2O3 Kadar DO (mg/l)

Percobaan 1 10,7 8,56

Percobaan 2 12,2 9,76

Percobaan 3 17,1 13,68

b. Toples berisi 2 ekor ikan

Penambahan Na2S2O3 Kadar DO (mg/l)

Percobaan 1 14,5 11,6

Percobaan 2 7,6 6,08

Percobaan 3 8,6 6,88

c. Toples berisi 4 ekor ikan

Penambahan Na2S2O3 Kadar DO (mg/l)

Percobaan 1 10,5 8,4

Percobaan 2 6.9 5,52

Percobaan 3 6 4,8
B. Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa pada toples
kontrol, harga DO awal adalah 8,56 ppm; harga DO setelah didiamkan 30 menit adalah
9,76 ppm; dan harga DO setelah didiamkan selama satu jam adalah 13,68 ppm. Pada
toples yang berisi dua ekor ikan, harga DO awal adalah 11,6 ppm; harga DO setelah
didiamkan selama 30 menit adalah 6,08; dan harga DO setelah didiamkan selama satu
jam adalah 6,88 ppm. Sedangkan pada toples yang berisi empat ekor ikan, harga DO awal
adalah 8,4 ppm; harga DO setelah didiamkan selama 30 menit adalah 5,52 ppm; dan
harga DO setelah didiamkan selama satu jam adalah 4,8 ppm.
Jika diperhatikan secara seksama, harga DO pada toples yang berisi berapapun
ikannya, jika didiamkan selama beberapa menit hingga satu jam, pasti akan turun
nilainya. Hal ini disebabkan karena kandungan oksigen terlarut (DO) dalam air
digunakan ikan (organisme) untuk melakukan metabolisme. Karena diletakkan ditempat
gelap, lalu ikan melakukan metabolisme, kadar oksigen terlarut (DO) dalam air pasti
turun karena fitoplankton tidak dapat berfotosintesis ditempat gelap sehingga dapat
dipastikan bahwa oksigen tidak akan mungkin bertambah. Turunnya kadar DO dalam air
membuktikan bahwa ikan melakukan metabolisme dengan cara mengkonsumsi oksigen
terlarut dalam air. Kadar oksigen terlarut dalam air pada toples kontrol, dua ekor ikan,
dan empat ekor ikan penurunannya sangat berbeda-beda. Hal itu disebabkan karena
kepadatan populasi di suatu tempat juga mempengaruhi laju konsumsi oksigen di tempat
tersebut. Semakin padat populasinya, semakin tinggi pula oksigen yang dibutuhkan dan
itu menyebabkan kadar DO dalam air lebih cepat turun. Selain kepadatan populasi, laju
konsumsi oksigen juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu temperatur, spesies
organisme, dan aktivitas ikan tersebut. Temperatur mempengaruhi laju konsumsi oksigen
karena semakin tinggi suhu air, maka laju konsumsi oksigen akan semakin cepat, ikan
pun jadi lebih banyak membutuhkan oksigen untuk melakukan metabolisme. Spesies
organism mempengaruhi laju konsumsi oksigen karena semakin besar spesies maka
makin besar pula oksigen yang dibutuhkan. Aktivitas juga mempengaruhi laju kosumsi
oksigen karena ikan dengan aktivitas tinggi akan lebih banyak membutuhkan oksigen
dibandingkan dengan ikan yang tidak terlalu aktif.
Pada percobaan ini penurunan drastis terjadi pada toples yang berisi empat ekor
ikan. Padahal populasi ditempat tersebut padat. Bisa terjadi seperti itu karena ikan yang
berada pada toples tersebut jauh lebih aktif dibandingkan ikan yang berada di satu toples.
Jika diperhatikan kembali pada toples yang berisi dua ikan percobaan 2 mengalami
penurunan disbanding percobaan 3 karena saat diuji pada tabung reaksi, terdapat udara
yang masuk dari luat sehingga terjadi pertamabahan udara dalam larutan tersebut dan
juga ketika diuji dalam tabung reaksi, pencampuran kedua larutan tidak dilakukan dengan
mekanisme yang semestinya, seperti menuangkan larutan di dinding tabung.
BAB V

KESIMPULAN

1. Cara melakukan penentuan konsentrasi oksigen terlarut dengan Metode Micro-


Winkler adalah pertama-tama diambil 100 ml sampel air, lalu ditambahkan masing-
masing 0,5 ml larutan MnCl2 dan larutan penggumpal. Setelah terjadi pengendapan,
buang supernatant (didekantir-kan) yang ada lalu setelah itu endapan yang tersisa
ditambahkan dengan 2 mL H2SO4 pekat lalu digojog sampai berwarna coklat. Setelah
itu titrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga berwarna kuning pucat. Setelah berwarna
kuning pucat, tambahkan 4 tetes larutan amilum 1% pada larutan. Setelah itu titrasi
kembali dengan larutan Na2S2O3 hingga warna tepat bening. Hitung berapa mili
larutan Na2S2O3 yang digunakan lalu dikali dengan 0,08 mgO2 lalu dikali 10, maka
hasilnya adalah kadar oksigen terlarut dalam air.
2. Konsumsi oksigen dan laju metabolism ditentukan oleh temperatur, jenis spesies
organisme, dan aktivitas organisme.
Daftar Pustaka

http://www.alamikan.com/2014/05/cara-pengukuran-do-atau-kadar-oksigen.html (diakses:
Minggu, 15 November 2015, Pukul 10.14)

Anda mungkin juga menyukai