LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Pengolahan Air Proses
dan Limbah Industri Tekstil
Dosen Pengampu: Eka O., S.ST., MT.
Asisten Dosen: Witri A. S., S.ST., M.Tr.T. dan Desti M., S.ST.
Oleh
Moch Iqbal Nurkholis Efendi
20420048
3K2
air terbatas dan hanya berkisar 9 ppm pada suhu 20 oC. Faktor-faktor yang
mempengaruhi BOD adalah jumlah senyawa organik yang diuraikan,
tersedianya mirkoorganisme aerob dan tersedianya sejumlah oksigen yang
dibutuhkan dalam proses penguraian tersebut. Oksidasi biokimia adalah
proses yang lambat. Dalam waktu 20 hari, oksidasi bahan organik karbon
mencapai 95 – 99 %, dan dalam waktu 5 hari sekitar 60 – 70 % bahan
organik telah terdekomposisi. Lima hari inkubasi adalah kesepakatan umum
dalam penentuan BOD. Jika sampel air BOD pada 20 oC diukur berdasarkan
fungsi waktu. Karena panjangnya waktu, maka para engineer lingkungan
mengambil secara universal untuk test standar pada 5 hari untuk prosedur
BOD.
V. DATA PENGAMATAN
5.1 DO Hari ke 0
1. Titrasi Blanko
Titrasi 1 Titrasi 2
Volume Awal : 0 Volume Awal : 0
Volume Akhir : 2,9 ml Volume Akhir : 2,9 ml
Volume Titrasi : 2,9 ml Volume Titrasi : 2,9 ml
2. Tiitrasi DO0
Titrasi 1 Titrasi 2
Volume Awal : 0 ml Volume Awal : 0 ml
Volume Akhir : 3 ml Volume Akhir : 3 ml
Volume Titrasi : 3 ml Volume Titrasi : 3 ml
3. Data Perhitungan
V titar × N Thiosulfat × BE × 1000
DO 0=
V botol winkler
2,9 ×0.01 ×8 × 1000
DO 0 blanko= DO 0 blanko=2,08mg /l
115
3 ×0.01 ×8 ×1000
DO 0 contoh uji= DO 0 contoh uji=1,84 mg /l
130
5.2 DO Hari ke 5
1. Titrasi Blanko
Titrasi 1 Titrasi 2
Volume Awal : 0 ml Volume Awal : 0 ml
Volume Akhir : 3 ml Volume Akhir : 3 ml
Volume Titrasi : 3 ml Volume Titrasi : 3 ml
2. Tiitrasi DO5
Titrasi 1 Titrasi 2
Volume Awal : 0 ml Volume Awal : 0 ml
Volume Akhir : 2,6 ml Volume Akhir : 2,6 ml
Volume Titrasi : 2,6 ml Volume Titrasi : 2,6 ml
3. Data Perhitungan
V titar × N Thiosulfat × BE× 1000
DO5 =
V botol winkler
3 ×0.01 ×8 × 1000
DO5 blanko= DO5 blanko=1,84 mg/l
130
1,62× 0,01× 8 ×1000
DO5 contoh uji= DO5 contoh uji=1,62 mg/l
128
5.3 Perhitungan BOD
(DO ¿ ¿ 0−DO5 )blanko
BOD=(DO ¿ ¿ 0−DO5 )contoh uji− ¿¿
Pengencer
( ( 1,84−1,62 )−( 2,01−1,84 ) )
BOD=
1 BOD= ( 0,22−0,17 ) ×100 BOD=5 mg /l
100
VI. DISKUSI
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh nilai BOD5 sebesar 5 mg/l. Baku Mutu
BOD5 menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.P16 Tahun 2019
adalah sebesar 60 mg/l. Jumalh tersebut belum sesuai dengan baku mutu
dimana limbah tersebut masih lebih besar dari baku mutu air limbah yang dapat
menyebabkan oksigen terlarut hilang oleh zat organik sehingga perlu di
minimalisir atau di bantu oleh mikroorganisme dengan proses BOD namun
setelah dilakukan pengujian parameter BOD nilai tersebut masih lumayan jauh
dengan baku mutu. Oleh karena itu perlu dilakukan proses pengolahan limbah
agar dapat memenuhi baku mutu dan juga aman bagi lingkungan.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa nilai BOD atau jumlah oksigen mikroorganisme
untuk menghilangkan pollutant di dalam air contoh uji adalah:
DO0 contoh uji : 1,84mg/l
DO0 blanko : 2,08 mg/l
DO5 contoh uji : 1,62 mg/l
DO5 blanko : 1,84 mg/l
BOD air contoh uji : 5 mg/l
VIII. LAMPIRAN
BAB II
ANALISA ZAT PADAT DI DALAM AIR LIMBAH TEKSTIL
3. Limbah Gas
Limbah gas merupakan limbah industri yang ada dalam bentuk
molekul gas. Karena tidak dapat dilihat secara kasatmata, limbah
jenis ini dapat memberikan efek buruk bagi makhluk hidup bila tak
tertangani dengan baik. Molekul gas menjadi limbah bila berada
dalam jumlah yang berlebihan melebihi standar udara sehat.
Misalnya kelebihan gas metan, karbon monoksida hingga hidrogen
peroksida.
Tak seperti dua jenis limbah sebelumnya, limbah gas tidak bisa
dilihat secara langsung sehingga cukup berbahaya bagi makhluk
hidup. Salah satu cara untuk mengelola limbah ini adalah dengan
melakukan pengurangan jumlah gas yang dibuang, dengan metode
desulfurisasi menggunakan filter basah. Industri juga bisa beralih
menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Selain itu,
limbah gas bisa dikelola menggunakan metode fase gas, yang dapat
menyamarkan bau tak sedap yang dikeluarkan. Terdapat juga metode
fase padat, yakni menggunakan adsorben padat seperti arang aktif
untuk menyerap bau tak sedap.
4. Limbah B3
Kategori limbah terakhir dari proses industri adalah limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun (B3). Limbah B3 masuk dalam kategori
sendiri karena kandungan senyawa beracun di dalamnya cukup tinggi
sehingga dibutuhkan penanganan khusus. Beberapa industri yang
menghasilkan limbah B3 seperti industri pengelolaan bubur kertas,
minyak pelumas, bahan farmasi serta semen.
Sebelum dikelola, limbah B3 harus diperhatikan cara
menyimpannya. Limbah jenis ini tidak boleh dicampur dengan
limbah jenis lain. Tak hanya itu, industri yang menghasilkan limbah
B3 harus memiliki izin dari pemerintah setempat untuk melakukan
penyimpanan. Dalam proses pengelolaan, terdapat tiga cara yang
umumnya digunakan yakni secara fisik, kimia dan biologi. Dalam
cara pengelolaan secara fisik, tak hanya dilakukan pemisahan
komponen limbah tetapi juga pembersihan gas. Ketika dikelola
melalui cara kimiawi, proses yang dilakukan meliputi solidifikasi,
reduksi, absorpsi, elektrolisasi, penukaran ion, sedimentasi dan
netralisasi. Pengelolaan limbah B3 selanjutnya yakni secara biologi
dan meliputi proses bioremediasi dan fitoremediasi. Kedua metode
ini melibatkan makhluk hidup seperti tumbuhan dan mikroorganisme
untuk mengurasi senyawa beracun dalam B3. Cara ini juga lebih
menghemat biaya bila dibandingkan bila dikelola secara fisik
maupun kimia.
2.2 Karakteristik Limbah Industri Pakaian dan Tekstil
Dalam mengolah limbah yang dihasilkan pada suatu kegiatan tentunya
dibutuhkan karakterisasi. Dengan mengenal sifat atau karakter dari
limbah tersebut, pengolahan dapat dilakukan dengan tepat dan efisien.
Polutan utama dalam limbah tekstil memiliki sifat sebagai berikut
Nilai Padatan tersuspensi tinggi
Berwarna
pH tidak netral (8-10)
Kandungan oil dan grease cukup tinggi
BOD yang tinggi
Mengandung logam berat dan materi yang berbahaya (B3)
2.3 Zat Padat
Analisa zat padat dalam air sangat penting untuk perencanaan pengolahan
air buangan industri. Dalam metode analisa zat padat, yang dimaksud
dengan zat padat total adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu,
jika suatu zat dikeringkan pada temperature tertentu. Adapun pengukuran
solid dalam airdibedakan atas : Total Solid (TS), Total Suspended Solid
(TSS), Total Dissolved Solid(TDS), Fixed Total Solid (FTS), Fixed
Suspended Solid (FSS), Fixed Dissolved Solid (FDS),Volatile Total Solid
(VTS), Volatile Suspended Solid (VSS), Volatile Dissolved Solid(VDS).
Pada percobaan kali ini, kita hanya akan membahas mengenai Total Solid
(TS), Total Suspended Solid (TSS), Total Dissolved Solid (TDS).
2.4 Total Solid
Total padatan (total solids) adalah semua bahan yang terdapat dalam
contoh airsetelah dipanaskan pada suhu 103°-105°C selama tidak kurang
dari 1 jam. Bahan initertinggal sebagai residu melalui proses evaporasi.
Total solid pada air terdiri dari total padatan terlarut (total dissolved
solids) dan total zat padat tersuspensi (total suspendedsolids).
2.5 Total Suspended Solid
Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi total adalah residu dari
padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel
maksimal 2μm atau lebih besar dariukuran partikel koloid. TSS
menyebabkan kekeruhan pada air akibat padatan tidak terlarutdan tidak
dapat langsung mengendap. TSS terdiri dari partikel-partikel yang ukuran
maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-
bahan organik tertentu, sel-selmikroorganisme, dan sebagainya.
TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang
heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling
awal dan dapat menghalangikemampuan produksi zat organik di suatu
perairan. Penetrasicahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih
dalam tidak berlangsung efektif akibatterhalang oleh zat padat
tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak berlangsung sempurna.
TSSumumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS
memberikan kontribusi untukkekeruhan dengan membatasi penetrasi
cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan.Oleh karena itu nilai
kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS.
2.6 Total Disolved Solid
Total Dissolve Solid (TDS) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik
maupunanorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS
menggambarkan jumlah zat terlarut dalam part per million (ppm) atau
sama dengan milligram per liter (mg/L). Umumnya berdasarkan definisi
diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus
dapatmelewati saringan yang berdiameter 2 micrometer (2×10-6 meter).
Aplikasi yang umumdigunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan
pada pengairan, pemeliharaan aquarium,kolam renang, proses kimia,
pembuatan air mineral, dan lain-lain. Total padatanterlarut (TDS) juga
dapat diartikan sebagai bahan dalam contoh air yang lolos
melaluisaringan membran yang berpori 2,0 m atau lebih kecil dan
dipanaskan 180°C selama 1 jam.Total dissolved solids yang terkandung
di dalam air biasanya berkisar antara 20 sampai 1000mg/L. Pengukuran
total solids dikeringkan dengan suhu 103 sampai 105°C. Digunakan
suhuyang lebih tinggi agar air yang tersumbat dapat dihilangkan secara
mekanis.
V. DATA PENGAMATAN
5.1 Zat Padat Total (TS)
Berat awal cawan : 86,7213 gram
Berat akhir cawan : 87,8695 gram
Berat akhir cawan−Berat awal cawan 6
TS= ×10
ml pipet
87,8695−86,7213 6 1,1482 6
TS= × 10 TS= × 10 TS=22.964 mg/l
50 50
5.2 Zat Padat Tersuspensi (TSS)
Berat awal kertas saring : 0,5420 gram
Berat akhir kertas saring : 0,5771 gram
Berat akhir kertas saring−Berat awal kertas saring 6
TSS= × 10
ml pipet
0,5771−0,5420
TSS= × 106TSS=702 mg/l
50
5.3 Zat Terlarut Total (TDS)
TDS=TS−TSSTDS=22.964−702TDS=22.262 mg/l
VI. DISKUSI
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil zat padat total (TS) sebanyak
22.964 mg/l, zat padat tersuspensi(TSS) sebanyak 702 mg/l dan zat terlalut
total (TDS) sebanyak 22.262 mg/l. Hasil tersebut menandakan bahwa dalam air
limbah yang di analisis memiliki jumlah zat padat yang sangat banyak yang
dapat mecemari lingkungan. Standar baku mutu air limbah berdasarkan pergub
Bali No. 8 Tahun 2007 zat padat tersuspensi (TSS) sebanyak 20 mg/l, zat
terlarut total (TDS) sebanyak 2000 mg/l. Nilai tersebut masih jauh dari baku
mutu air limbah pergub Bali No.8 Tahun 2007 sehinga perlu untuk dilakukan
proses pengolahan air limbah agar dapat di buang ke lingkungan dengan aman
tanpa ada zat yang dapat merusak lingkungan.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil analisa zat padat, sebagai
berikut:
Zat Padat Total (TS) : 22.964 mg/l
Zat Padat Tersuspensi (TSS) : 702 mg/l
Zat Terlarut Total (TDS) : 22.262 mg/l
VIII. LAMPIRAN
BAB III
KEBUTUHAN OKSIGEN KIMIA DALAM AIR LIMBAH
V. DATA PENGAMATAN
5.1 Titrasi Blanko
Titrasi 1 Titrasi 2
Volume Awal : 0 Volume Awal : 2,2
Volume Akhir : 2.2 ml Volume Akhir : 5 ml
Volume Titrasi : 2.2 ml Volume Titrasi : 2.8 ml
5.2 Standarisasi FAS
Titrasi 1 Titrasi 2
Volume Awal : 0 Volume Awal : 6
Volume Akhir : 10.9 ml Volume Akhir : 16.9 ml
Volume Titrasi : 10.9 ml Volume Titrasi : 10.9 ml
Standarisasi FAS Titrasi 1
5 ml × 0.1 N 5 ×0.1 0.5
V 1 N 1=V 2 N 2N 2= N 2= N = N =0.045
ml titrasi 10.9 2 10.9 2
5.3 Perhitungan COD
1. Titrasi Blanko
Titrasi 1 Titrasi 2
Volume Awal : 0 Volume Awal : 2.2
Volume Akhir : 2.2 ml Volume Akhir : 5 ml
Volume Titrasi : 2.2 ml Volume Titrasi : 2.8 ml
2. Titrasi Contoh Uji
Titrasi 1
Volume Awal : 5 ml
Volume Akhir : 7.4 ml
Volume Titrasi : 2.4 ml
( ml blanko−ml titrasi contohuji ) × NFAS ×8000 × P
COD=
ml cu
100
( 2,5−2,4 ) ×0.045 N ×8000 ×
1 COD=1.440 mgO2 /l
COD=
2.5 ml
VI. DISKUSI
Berdasarkan hasil praktikum didapat nilai COD sebesar 1.440 mg O2 /l yang
dimana nilai tersebut sangat besar dan berdampak terhadap lingkungan.
Standar baku mutu air limbah untuk COD berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. P16 Tahun 2019 kadar COD adalah sebesar 150 mg/l.
Jumlah COD disini adalah menggambarkan jumlah total bahan organik dalam
air limbah tersebut. Sehingga perlu dilakukan pengolahan air limabh salah
satunya pngolahan limbah secara kimia dimana ketika sudah dilakukan proses
pengolahan limbah, limbah dapat dibuang dengan aman tanpa mencemari
lingkungan.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa nilai COD atau jumlah oksigen untuk mengoksidasi
zat organik di dalam air contoh uji adalah 1.440 mgO2/l.
VIII. LAMPIRAN
BAB IV
KOAGULASI
V. DATA PENGAMATAN
5.1 Kebutuhan Larutan Induk
Variasi koagulan :1
Larutan induk : 10 gr/l
Kebutuhan air : 500 ml
Kebutuhan larutan induk=V 1 N 1=V 2 N 2500 ml ×1 gr / l=V 2 ×10 gr /l
500
V 2= =50 ml Kebutuhan larutan induk=50 ml
10
Kebutuhan air limbah=500−50 mlKebutuhan air limbah=450 ml
5.2 Penurunan Zat Padat Tersuspensi dan Total
1. Zat Padat Total (TS)
a. Zat Padat Total Awal
Berat awal cawan : 86,7213 gram
Berat akhir cawan : 87,8695 gram
Berat akhir cawan−Berat awal cawan 6
TS= ×10
ml pipet
87,8695−86,7213 6 1,1482 6
TS= × 10 TS= × 10 TS=22.964 mg /l
50 50
b. Zat Padat Total Setelah Koagulasi
Berat awal cawan : 74.6770 gram
Berat akhir cawan : 75.4525 gram
Berat akhir cawan−Berat awal cawan
TS= ×106
ml pipet
75.4525−74.6770 6
TS= ×10 TS=15.500 mg/l
50
2. Zat Padat Tersuspensi (TSS)
a. Zat Padat Tersuspensi Awal
Berat awal kertas saring : 0,5420 gram
Berat akhir kertas saring : 0,5771 gram
Berat akhir kertas saring−Berat awal kertas saring 6
TSS= × 10
ml pipet
0,5771−0,5420
TSS= × 106TSS=702 mg/l
50
b. Zat Padat Tersuspensi Sesudah Koagulasi
Berat awal kertas saring : 0,5520gram
Berat akhir kertas saring : 0,5914 gram
Berat akhir kertas saring−Berat awal kertas saring 6
TSS= × 10
ml pipet
0,5914−0,5529 6
TSS= ×10 TSS=788 mg/l
50
VI. DISKUSI
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pengolahan limbah secara
koagulasi dengan variasi PAC konsentrasi 1 ml memiliki nilai TS yang lebih
tinggi dibandingkan TS pada awal pengujian. Hal ini disebabkan kemungkinan
konsentrasi PAC yang terlalu tinggi sehingga mengakibatkan zat koagulan
tidak mengikat secara sempurna terhadap zat yang akan di endapkan. Selain
itu, pada saat praktikum pengujian zat padatan total (TS) ketika larutan yang
dipanaskan hampir habis terdapat lapisan baru seperti lilin berwarna putih yang
awalnya cair dan mulai mengeras sehingga menambah berat akhir yang
menyebabkan hasil perhitungan menjadi negatif. Namun, pada pengujian TSS
tidak ada kendala yang berarti dan berhasil mengurangi zat padat tersuspensi
sebesar 8,3 % dari berat pengujian awal. Sehingga untuk penggunaan PAC ini
sangat berpengaruh dengan panas dimana ketika pengujian TS berat akan
bertambah dikarenakan terjadi pembentukan lapisan seperti lilin berwarna
putih yang bisa dikatakan hal tersebut merupakan zat koagulan yang tidak
berikatan atau tidak berhasil mengikat koloid.
VII. KESIMPULAN
Hasil yang diperoleh setelah ditambahkan koagulan PAC dengan dosis 1 g/l
adalah:
Zat padatan total setelah koagulasi : 22.964 mg/l
Zat padat tersuspensi setelah koagulasi : 15.500 mg/l
Efesiensi padatan total setelah koagulasi : 32.50 %
Efesiensi padatan tersuspensi setelah koagulasi : 8,3 %
VIII. LAMPIRAN
BAB V
FLOAKULASI
V. DATA PENGAMATAN
5.1 Kebutuhan Larutan Induk
Variasi koagulan : 1 g/l
Variasi floakulan : 0,1 g/l
Larutan induk koagulan : 10 gr/l
Larutan induk floakulan : 2g/l
Kebutuhan air : 500 ml
Kebutuhan koagulan=V 1 N 1=V 2 N 2500 ml ×1 gr /l=V 2 ×10 gr /l
500
V 2= =50 ml Kebutuhan koagulan=50 ml
10
Kebutuhan floakulan=V 1 N 1=V 2 N 2500 ml × 0,1 gr /l=V 2 ×2 gr /l
50
V 2= =25 ml Kebutuhan koagulan=50 mlKebutuhan floakulan=25 ml
2
Kebutuhan air limbah=500−50−25 mlKebutuhan air limbah=425 ml
5.2 Penurunan Zat Padat Tersuspensi dan Total Individu
1. Zat Padat Total (TS)
a. Zat Padat Total Awal
Berat awal cawan : 86,7213 gram
Berat akhir cawan : 87,8695 gram
Berat akhir cawan−Berat awal cawan 6
TS= ×10
ml pipet
87,8695−86,7213 1,1482
TS= × 106TS= × 106TS=22.964 mg /l
50 50
VI. DISKUSI
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pengolahan limbah secara
flokulasi dengan variasi konsentrasi flokulan 0,1 ml memiliki nilai TS yang
lebih rendah dibandingkan TS pada awal pengujian sama seperti pada
koagulasi. Namun, pada pengujian TSS terdapat kendala dimana hasil negatif,
hak tersebut dikarenakan ada kontaminasi zat yang ikut tersaring sehingga
menambah berat pada hasil pengujian.
VII. KESIMPULAN
Hasil yang diperoleh setelah ditambahkan floakulan dengan dosis 0.1 g/l
adalah:
Zat padatan total setelah flokulasi : 14.708
mg/l
Zat padat tersuspensi setelah flokulasi : 774 mg/l
Efesiensi padatan total setelah flokulasi : 35,91%
Efesiensi padatan tersuspensi setelah flokulasi : -10,25%
Efesiensi padatan total setelah flokulasi terhadap koagulasi : 5,10%
Efesiensi padatan tersuspensi setelah flokulasi terhadap koagulasi : 5,58%
VIII. LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Hariyanti Rahayu, Budy Handoko, Hardianto, Sukirman. Air proses dan
Limbah Industri Tekstil. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, 2006.
2. Limbah Cair Industri Tekstil. Saka. [Online] 17 September 2018. [Dikutip: 03
Desember 2022.] http://www.saka.co.id/news-detail/limbah-cair-industri-tekstil.
3. Pengolahan & Bahaya Limbah Industri Tekstil. UNIVERSAL ECO. [Online]
[Dikutip: 03 Desember 2022.] universaleco.id/blog/detail/pengolahan-bahaya-
limbah-industri-pakaian-tekstil/52.