Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

PERSIAPAN PENYEMPURNAAN

PROSES SIMULTAN PADA KAIN KAPAS MENGGUNAKAN CARA


OKSIDATOR VARIASI STABILISATOR DENGAN METODA EXHAUST

Oleh:

Shilvia Oktafiani (20420093)

Zahra Cavitta (20420094)

Fachrul Razi (20420107)

Niki Irwandi (20420110)

Rico Rifkiandy P.A (20420114)

Group : 1K4

Tanggal Pengumpulan : 09 Maret 2021

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STT TEKSTIL


BAB I

A. Maksud dan Tujuan


Maksud dari percobaan ini adalah melaksanakan proses simultan (desizing,
scouring, dan bleaching) pada kain kapas dengan variasi stabilisator dengan
metoda Exhaust.
TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum:
1. Memahami tujuan dan mekanisme proses persiapan penyempurnaan
simultan (desizing, scouring, dan bleaching) pada kain kapas.
2. Untuk mengetahui pengaruh variasi stabilisator pada proses simultan
(desizing, scouring, dan bleaching) kain kapas dengan metoda exhaust
terhadap hasil proses.
3. Mengevaluasi masing-masing contoh uji terhadap hasil proses dengan cara
uji % pengurangan berat bahan, daya serap, tetes iodium dan penilaian
derajat putih secara kualitatif.

B. Hipotesis
Semakin tinggi konsentrasi stabilisator maka kain akan menjadi bersih,
sedangkan semakin rendah konsentrasi stabilisator maka kain akan
BAB II
TEORI DASAR
A. Serat Kapas
Serat kapas merupakan salah satu contoh serat alam dari kelompok selulosa. Serat
ini dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk dalam jenis gossypium.
Spesies yang kemudian berhasil dikembangkan menjadi tanaman industri adalah
gossypium hirsutum. Kapas jenis ini dikenal sebagai kapas upland atau kapas
Amerika, dan saat ini saat merupakan 87% dari produksi kapas dunia.
1. Morfologi Serat Kapas
a. Membujur

Berdasarkan uji mikroskop, penampang membujur serat kapas akan


tampak seperti pita pipi yang terpuntir ke arah panjang. Tidak hanya itu,
terdapat pula garis putus-putus tak beraturan ditengahnya serta ukuran serat
tidak sama (beragam). Serat dibagi menjadi tiga bagian, yakni :
a) Dasar
Dasar serat kapas berbentuk kerucut pendek yang selama
pertumbuhan serat tetap tertanam diantara sel-sel epidermis. Pada
umunya, dalam proses pemisahan serat dari bijinya (ginning), dasar serat
ini putus sehingga jarang sekali ditemukan pada serat kapas yang
diperdagangkan.
b) Badan
Badan serat kapas merupakan bagian utama dari serat, kira-kira
sampai panjang serat. Bagian ini mempunyai diameter yang sama,
dinding yang tebal dan lumen yang sempit.
c) Ujung
Ujung serat merupakan bagian yang lurus dan muai mengecil dan
1
pada umumnya kurang dari bagian panjang serat. Bagian ini
4
mempunyai sedikit konvolusi dan tidak mempunyai lumen. Diameter
bagian ini lebih kecil dari diameter badan dan berakhir dengan ujung
yang runcing.
b. Melintang

Berdasarkan uji mikroskop, bentuk penampang melintang serat kapas


sangat bervariasi dari pipih sampai bulat. Akan tetapi pada umumnya
berbentuk seperti ginjal. Untuk serat kapas dewasa, penampang
melintangnya terdiri dari 6 bagian, yaitu :
a) Kutikula
Kutikula merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin.
Pektin, dan protein. Lapisan ini merupakan penutup halusyang tahan
air, dan melindungi bagian dalam serat.
b) Dinding Primer
Dinding primer merupakan dinding sel tipis yang asli. Terdiri
dari selulosa dan juga mengandung pektin, protein dan zat-zat yang
mengandung lilin. Dinding ini tertutup oleh zat-zat yang menyusun
kutikula. Tebal dinding primer kurang dari 0,5 m. Selulosa dalam
dinding primer terbentuk benang-benang yang sangat halus atau fibril.
Fobril tersebut tidak tersusun sejajar panjang serat tetpi membentuk
spiral dengan sudut 65° - 70° mengelilingi sumbu serat. Spiral tersebut
mengelilingi serat dengan arah S maupun Z dan ada juga yang tersusun
hampir tegak lurus pada sumbu serat.
c) Lapisan Antara
Lapisan antara adalah lapisan pertama dari dinding sekunder dan
strukturnya sedikit berbeda dengan dinding sekunder maupun dinding
primer.
d) Dinding Sekunder
Dinding sekunder merupakan lapisan selulosa dan merupakan
bagian dari serat kapas. Dinding sekunder juga merupakan lapisan
fibril-fibril yang membentuk spiral dengan sudut 20° - 30° mengelilingi
sumbu serat. Tidak seperti spiral fibril pada dinding primer, spiral fibril
pada dinding sekunder arah putarannya berubah-ubah pada interval
yang random sepanjang serat
e) Dinding Lumen
Dinding lumen lebih tahan terhadap pereaksi-pereaksi tertentu
dibandingkan dengan dinding sekunder.
f) Lumen
Lumen merupakan ruang kosong di dalam serat. Bentuk dan
ukurannya bervariasi dari serat yang satu ke serat yang lain maupun
sepanjang satu serat itu sendiri. Lumen berisi zat-zat padat yang
merupakan sisa-sisa protoplasma yang sudah kering, yang
komposisinya sebagian besar terdiri dari nitrogen.
2. Dimensi Serat
a. Panjang
Dimensi serat kapas yang terpenting adalah panjangnya. Perbandingan
panjang dan lebar serat kapas pada umumnya bervariasi pada 5000:1 sampai
1000:1. Kapas yang lebih panjang cenderung mempunyai diameter lebih
halus, lembut dan mempunyai konvolusi yang lebih banyak.
b. Diameter
Untuk jenis kapas tertentu diameter asli dari serat kapas yang masih
hidup relatif konstan, tetapi tabeldinding sel sangat bervariasi dan hal ini
menimbulkan variasi yang besar baik dalam ukuran maupun bentuk
karakteristik penumpang melintang serat-serat kapas dalam perdagangan.
3. Sifat-Sifat Serat Kapas
a. Sifat Fisika
a) Warna
Warna kapas pada umumnya tidak betul-betul outih. Akan tetapi
cenderunng sedikit krem. Beberapa kapas yang seratnya panjang,
warnanya lebih krem daripada jenis kapas yang serat-seratnya lebih
pendek. Warna krem ini disebabkan oleh pengaruh cuaca yang lama, debu,
serta kotoran. Tidak hanya itu, tumbuhnya jamur pada kapas sebelum
pemetikan juga menyebabkan warna putih kebiru-biruan yang tidak bisa
dihilangkan dalam pengelantangan.
b) Kekuatan
Kekuatan serat kapas sangat dipengaruhi oleh kadar selulosa yang
dikandungnya. Dalam keadaan basah serat kapas akan memiliki kekuatan
yang lebih besar dibandingkan dengan serat ketika dalam keadaan kering.
Hal ini disebabkan karena dalam keadaan basah, serat akan
menggelembung sehingga berbentuk silinder yang akan menyebabkan
berkurangnya bagian-bagian serat yang terpuntir, dalam kondisi seperti ini
distribusi tegangan akan diterima di sepanjang serat secara lebih merata.
Kekuatan serat kapas dalam keadaan kering berkisar 3,2 – 5,2 g/denier
sementara dalam keadaan basah lebih tinggi lagi.
c) Indeks Bias
Secara umum, indeks bias serat kapas yang sejajar dengan sumbu serat
adalah 1,58, sedangkan indeks bias yang tegak lurus terhadap sumbu serat
adalah 1,53.
d) Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi di antara serat-serat selulosa
dari jenis serat kapasnya dan rata-rata mulurnya adalah 7%.
e) Berat Jenis
Secara umum, serat kapas memiliki berat jenis sebesar 1,50 sampai 1,56.
f) Moisture Regain
Serat kapas memiliki afinitas yang besar terhadap air, dan memiliki
pengaruh yang nyala pada sifat-sifat serat ini. Serat kapas yang sangat
kering bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture Regain
(MR) serat kapas bervariasi sesuai dengan perubahan kelembaban
relatifantara 7 – 8,5%
g) Kekakuan (Stiffness)
Kekakuan dapat didefinisikan sebagai daya tahan terhadap perubahan
bentul, dan untuk tekstil biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara
kekuatan saat putus dengan mulur saat putus. Kekakuan dipengaruhi oleh
berat molekuk, kekuatan rantai selulosa, derajat kristalinitas dan terutama
derajat orientasi rantai selulosa.
h) Keliatan (Toughness)
Keliatan merupakan sifat yang penting untuk serat-serat selulosa. Jika
didefinisikan, keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan
suatu benda untuk emnerima kerja. Untuk serat kapas tersendiri
keliatannya relatif tinggi tetapi dibandingkan dengan serat selulosa yang
diregenirasi.
b. Sifat Kimia
a) Pengaruh Asam
Pada dasarnya, selulosa tahan terhadap asam lemah, akan tetapi jika
dihadapkan dengan asam kuat akan menyebabkan kerusakan. Hal ini
disebabkan karena asam kuat akan menghidrolisa selulosa. Tidak hanya
itu, asam kuat juga akan mengambil tempat pada jembatan oksigen
penghubung sehingga terjadi opemutusan rantai molekul selulosa
(hidroselulosa). Imbasnya, rantai molekul menjadi lebih pendek dan
menyebabkan penururnan kekuatan tarik selulosa.
b) Pengaruh Alkali
Alkali mempunyai pengaruh pada kapas. Alkali kuat pada suhu rendah
akan menggelembungkan serat kapas seperti yang terjadi pada proses
merserisasi, sedangkan pada suhu didih air dan dengan adanya oksigen
dalam udara akan menyebabkan terjadinya oksiselulosa.
c) Pengaruh Panas
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan kekuatan bila dipanaskan
pada suhu 120°C selama 4 jam. Namun, pada suhu yang lebih tinggi dapat
menyebabkan penurunan kekuatan. Dan serat kapas kekuatannya hampir
hilang jika dipanaskan pada suhu 240°C.
d) Pengaruh Oksidator
Oksidator dapat mengoksidasi selulosa sehingga terjadi oksiselulosa.
Dimana rantai molekul selulosa akan terputus dan selanjutnya
mengakibatkan terjadinya oksiselulosa lanjutan yang mengubah gugus
aldehid menjadi gugus karboksilat. Pada oksidasi sederhana dalam suasana
asam, tidak terjadi pemutusan rantai. Hanya terjadi pembukaan cincin
glukosa saja. Pengerjaan lebih lanjut dengan alkali akan mengakibatkan
pemutusan rantai molekul sehingga kekuatan tarik akan turun.
Oksiselulosa terjadi pada proses pengelantangan yang berlebihan,
penyinaran dalam keadaan lembab atau pemanasan yang lama pada suhu
diatas 140°C
B. Desizing

Desizing atau proses penghilangan kanji adalah proses awal dalam industri
penyempurnaan tekstil. Benang lusi kain tenun biasanya di kanji untuk menambah
kekuatannya agar permukaan benang licin dan tahan gosekan serta tarikan. Setelah
benang menjadi kain, kanji tersebut harys dihilangkan agar tidak mengganggu
proses berikutnya.

1. Zat dan Metode


Cara penghilangan kanji bergantung pada jenis kanji yang dipakai dan
sifat-sifat serat. Metoda yang digunakan adalah cara ekshaust (perendaman)
dan cara kontinyu. Bahan yang telah dihilangkan kanjinya diharapkan akan
memiliki daya serap terhadap air dan zat warna yang baik. Pada benang lusi dar
kain kapas, rayon, sintetik maupun campuran perlu dikanji atau diperkuat,
ayitu untuk menambahkan kekuatannya, daya tahan geseknya pada proses
menenun, agar jumlah putusnya kecil sekali, sehingga mutu kainnya baik.
Zat penguat atau kanji yang banyak digunakan adalah :
a. Kanji alam : Kanji Tapioka, Kentang, Terigu, Beras, Jagungm atau Sagu
b. Macam-macam Gom, dan
c. Kanji sintetik : Pilivinil Alkohol (PVA), Tilosa dll.
Kanji akan mengganggu proses pemasakan, pengelantangan, pencelupan,
maupun pencapan sehingga harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum proses
proses tersebut. Untuk menghilangkan kanji dikenal dengan beberapa cara
yaitu :
a. Exhaust (Perendaman)
Cara penghilangan kanji ini adalah kain direndam pada air yang
dipanaskan pada suhu 35°-40°C dan dibiarkan selama beberapa menit atau
beberapa jam. Pada proses perendaman ini kanji dirubah menjadi gula
yang larut oleh jasad renik. Setelah perendaman selesai, kain dicuci
dengan air panas dan dibilas dengan air dingin. Perendaman yang terlalu
lama, akan menurunkan kekuatan kain, yang disebabkan oleh asam yang
terjadi selama proses perendaman.
b. Cold Pad Batch
Metode ini termasuk metode semi-kantinyu. Pada larutan dalam mesin
padder kemudian menjadi diperas dan digulung pada rol, kemudain
dibungksu plastik dan dibacam/peram sambil diputar selama waktu tertentu
c. Enzim
Saat ini menghilangan kanji banyak menggunakan enzema, karena waktu
pengerjaannya lebih pendek, sehingga tidak terjadi kerusakan pada kain
(Kekuatannya tidak menurun). Enzim merupakan senyawa protein yang
dalam proses penghilangan kanji berfungsi sebagai katalisator. Enzim dapat
diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, bintah atau bakteri. Enzim yang pada
umumnya digunakan sebagai penghilang kanji adalah :
a) Mout/Malt diastase (tumbuh-tumbuhan)
b) Pankreas diastase (binatang)
c) Baktersi diastase (bakteri)
Untuk mendapatkan hasil penghilang kanji yang baik, diperlukan kondisi
pengerjaan yang tertentu, yaitu kondisi pH, suhu, waktu pengerjaan dan
konsentrasi enzim.
Perubahan kanji pada maltose, melalui 3 fase yaitu : pengantalan,
berubah menjadi dekstrin dan berubah menjadi maltosa. Beberapa jenis enzim
lainnya yang umum adalah :
a) Lipasa : Memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserorl
b) Amilasa : Memecah kanji menjadi dekstrin dan gula
c) Proteasa : Memecah protein menjadi polipeptida yang larut dalam asam-
asam amino.
d) Zymasa : Merubah glukosa menjadi alkohol dan karbon dioksida
e) Sakarida : Merubah polisakarida menjadi glukosa.
Adapun metoda penghilangan kanji, diantaranya adalah :
a) Exhaust / Metode perendaman
b) Metode Rendam – Peras – Bacam / Pad-Batching
c) Metode Rendam – Peras – Kukus / Pad-Steaming.

C. Scouring
Pemasakan/Scouring adalah proses yang bertujuan untuk menghilangkan bagian
dari komponen penyusun serat berupa minyak-minyak, lemak, lilin, kotoran-
kotoran yang tidak larut dan kotoran-kotoran kain yang menempel pada permukaan
serat dapat dihilangakan, sehingga proses selanjutnya seperti pengelantangan,
pencelupan, pencapan, dan sebagainya dapat berhasil dengan baik.
Pada dasarnya proses pemasakan pada serat-serat alam dilakukan dengan alkali
seperti NaOH (natrium hidroksida), Na2CO3 (Natrium Carbonat) dan air kapur,
Campuran Na2CO3 dan sabun, amoniak dll.Sedangkan proses pemasakan serat
nuatan (sintetik) dapat dilakukan dengan zat aktif permukaan yang bersifat sebagai
pencuci (detergen)
Pada proses pemasakan bahan dari serat kapas terjadi hal-hal sebagai berikut :
1. Safonifikasi minyak menjadi garam-garam larut.
2. Protein akan pecah menjadi asam amino
3. Mineral-mineral dilarutkan
4. Kotoran-kotoran lain disuspensikan oleh sabun yang terbentuk
5. Zat-zat penguat yang terdapat pada serat akan terlepas
6. Kotoran-kotoran yang disuspensikan oleh sabun yang terbentuk
Kotoran-kotoran luar, sisa daun, sisa biji dapat dihilangkan secara mekanik pada
mesin-mesin tertentu dengan menggunakan alkali kuat.
Proses pemasakan hanya dilakukan untuk serat-serat alam karena serat sintetik
relatif sudah dibuat bersih dan murni. Proses pemasakan pada serat sintetik hanya
untuk menghilangkan emulsi minyak pelumas pada benang. Tujuan pemasakan
adalah untuk menghilangkan zat yang berupa kotoran dari serat berupa minyak,
malam, protein, dan debu.
Pada dasarnya proses pemasakan terbagi menjadi 2 tahap :
1. Tahap Saponifikasi (Boiling Off)
Tahap ini untuk menghilangkan zat-zat hidurofobik yang menghalangi
proses selanjutnya seperti pektin, was, protein, abu, dan kotoran organik
lainnya
2. Tahap Pemasakan (Scouring)
Tahap ini untuk melepaskan hasil saponifikasi kotoran dari serat berupa
penyabunan. Pembentukan sabun dalam pemasakan sangat dipengaruhi oleh
kesadahan air dan kandungan mineral.
Tujuan proses pemasakan adalah untuk memperoleh bahan tekstil yanga bersih
dari kotoran alami dan kotoran luar sehingga meningkatkan daya serap pada
seluruh perbukaan bahan secara merata. Sedangkan pada serat batang adalah untuk
menghilangkan gum sehingga serat dapat dipisahkan dari bundel serat sebelum
proses pemintalan.
Bahan tekstil yang terbuat dari serat alam seperti selulosa dan protein memiliki
kandungan kotoran alami yang cukup tinggi, sedangkan bahan tekstil dari serat
sintetik umumnya sudah bersih, namun kadang masih terdaoat kotoran luar saat
proses pembuatan benang atau kainnya.
Jenis Bahan Tekstil dan Kotorannya
No Jenis Bahan Tekstil Kotoran Alami Kotoran Luar

1. Pektin, wax, protein,


Oil mesin, zat
Kapas minyak, debu, senyawa
pelumas, debu
organik lainnya

2. Serat Batang Gum, lignin Gum, lignin

3. Wol Serisin Serisin

4. Sutera Minyak, keringat Ranting, debu

5. Oil mesin, zat


Serat Sintetik - anti statik, zat
pelumas, debu

1. Zat dan Metode

Pada prinsipnya proses pemasakan serat kapas adalah dengan


mendidihkan bahan tekstil dengan larutan natrium hidroksida / soda kostik
( NaOH ) dengan konsentrasi tertentu selama waktu dan temperatur tertentu.
Ilustrasi yang terjadi pada proses pemasakan (scouring process) :
Soda kostik mengekstraksi pektin, wax , protein, abu, dan kotoran
organik lainnya dengan jalan saponifikasi dan diemulsikan menjadi bentuk
yang larut dalam air dengan bantuan detergen / sabun yang mempunyai daya
pendispersi yang kuat. Proses pemasakan / scouring ini sangat diperlukan
untuk mendapatkan daya serap kain yang baik.
Pemasakan merupakan proses persiapan yang memegang peranan
penting bagi bahan tekstil karena dengan pemasakan akan memudahkan bahan
untuk menyerap zat-zat yang ada pada proses basah berikutnya. Tujuan
pemasakan adalah untuk memperoleh bahan tekstil yang bersih atau untuk
menghilangkan kotoran alami baik berupa lemak, minyak, pektin, serisin,
gum,kulit biji kapas (pada serat selulosa dan protein) dan kotoran dari luar
seperti oli, debu, spinning oil (pada serat sintetik) sehingga meningkatkan daya
serap pada seluruh permukaan bahan secara merata.
Mekanisme proses pemasakan adalah menyabunkan kotoran berupa
lemak, oli, serisin, gum sehingga dapat larut dalam air serta melepaskan
kotoran akibat efek detergensi dari larutan pemasakan dan gerakan mekanik
yang diberikan pada bahan. Pemasakan dapat dilakukan secara proses
tersendiri maupun dilakukan simultan dengan proses penghilanagn kanji dan
pengelantangan. Untuk bahan dengan kandungan kotoran yang tinggi
sebaiknya dilakukan secara terpisah (serat-serat alam), sedangkan untuk bahan
yang terbuat dari serat sintetik atau serat campuran biasanya dilakukan proses
simultan.
D. Bleaching

Pengelantangan dikerjakan terhadap bahan tekstil bertujuan menghilangkan


warna alami yang disebabkan oleh adanya pigmen – pigmen alam atau zat – zat
lain, sehingga diperoleh bahan putih. Pigmen – pigmen alam pada bahan tekstil
umumnya terdapat pada bahan dari serat – serat alam baik serat tumbuh –
tumbuhan maupun serat binatang yang tertentu selama masa pertumbuhan.
Sedangkan bahan tekstil dari serat sintetik tidak perlu dikelantang, karena pada
proses pembuatan seratnya sudah mengalami pemurnian dan pengelantangan, tetapi
untuk bahan tekstil yang terbuat dari campuran serat sintetik dan serat alam
diperlukan proses pengelantangan terutama prosesnya ditujukan tehadap serat
alamnya. Untuk menghilangkan pigmen – pigmen alam tersebut hanya dapat
dilakukan dalam proses pengelantangan dengan menggunakan zat pengelantangan
yang bersifat oksidator atau yang bersifat reduktor. Pengelantangan dapat dilakukan
sampai memperoleh bahan yang putih sekali, misalnya untuk bahan – bahan yang
akan dijual sebagai benang putih atau kain putih, tetapi dapat pula dilakukan hanya
sampai setengah putih khususnya untuk bahan – bahan yang akan dicelup atau
berdasarkan penggunaan akhirnya. Campuran serat sintetik dan serat alam,
misalnya poliester – kapas, poliester – wol, poliakrilat – kapas dan lain – lain.
Diperlukan pengelantangan yang terutama ditunjukan untuk serat alam tersebut.
Pengelantangan serat – serat binatang (protein) pada umumnya dilakukan dengan
zat – zat reduktor.

1. Zat dan Metode

Zat – zat pengelantangan yang bersifat oksidator ada dua macam, yaitu :

a. Yang mengandung chlor yaitu :

Natrium hipochlorit : NaOCl

Kaporit (kalsium hipochlorit) : CaOCl2

Natrium chlorit : NaClO2

b.  Yang tidak mengandung chlor yaitu :

Hidrogen peroksida : H2O2

Natrium peroksida : Na2O2

Natrium perborat : NaBO3

c. Zat – zat pengelantang yang bersifat reduktor, yaitu ;

Sulfur dioksida : SO2

Natrium sulfit : Na2SO3

Natrium bisulfit  : NaHSO3

Natrium hidrosulfit : Na2S2O4

1. Pengelantangan dengan kaporit

Termasuk zat oksidator yang memiliki daya oksidasinya yang kuat


sehingga jarang digunakan untuk pengelantangan serat rayon viskosa karena
dapat menyebabkan terjadinya oksiselulosa yang merupakan jenis kerusakan
serat. Biasanya kaporit digunakan untuk pengelantangan bahan tekstil dari serat
kapas. Kaporit diperdagangakan dalam bentuk bubuk yang mengandung 30%
sampai 60% khlor aktif. Kaporit merupakan garam rangkap dari
CaCl2 dan CaOCl2 sehingga mempunyai rumus CaOCl2. Semula kaporit
dalam air terurai menjadi garam asalnya, kemudian terhidrolisa menghasilkan
asam hipokhlorit yang tidak stabil dan mudah terurai menjadi asam khlorida
dan oksigen.

2CaOCl2 → CaCl2 + Ca(OCl)2

Pelarutan kaporit dalam air

2. Pengelantangan dengan Natrium hipokhlorit

Natrium hipokhlorit diperdagangkan dalam bentuk cairan daya


oksidasinya lebih rendah daripada kaporit. Penguraiannya lebih banyak
digunakan untuk pengelantangan serat rayon. Pengelantangan serat kapas
dilakukan pada suasana alkali yaitu pada pH : 11, sedangkan untuk serat rayon
viskosa pHnya lebih rendah, dan untuk serat rayon asetat pengelantangannya
dilakukan dalam suasana asam. Garam natrium hipokhlorit terurai oleh asam
kuat menjadi asam hipokhlorit atau menghasilkan gas khlor tergantung dari
banyaknya asam yang ekuivalen, seperti reaksi :

NaOCl + HCl → NaCl + HOCl

NaOCl + 2HCl → NaCl + Cl2 + H2O

Asam lemah juga dapat menguraikan garam hipokhlorit menjadi asam


hipokhlorit tetapi asam hipokhlorit yang terbentuk tidak dapat terurai menjadi
gas khlor oleh adanya kelebihan asam lemah. Sifat penting yang sangat berarti
dalam pengelantangan adalah dengan mudahnya garam natrium hipokhlorit
terhidrolisa oleh air menghasilkan asam hipokhlorit yang salanjutnya terurai
menghasilkan oksigen.

NaOCl + H2O → NaOH + HOCl

Natrium terhidrolisa Hipokhlorit

3. Pengelantangan dengan Natrium Khlorit


Dikenal diperdagangkan dengan nama Textone. Sebagai zat oksidator
dalam suasana netral natrium khlorit bereaksi lambat, tetapi dalam kondisi
asam reaksinya makin cepat.

NaClO2 + H2O  → NaOH + HClO2

Narium Khlorit  Asam Khlorit

Natrium khlorit atau textone banyak dipakai untuk pengelantangan serat


sintentik. Proses pengelantangannya dilakukan dalam suasana asam, sedang
dalam suasana alkali daya oksidasinya sangat rendah. Pengelantangan dengan
natrium khlorit jauh lebih aman, karena dalam penguraiannya mengeluarkan
gas khlor dioksida (ClO2) yang tidak membahayakan serat. Selulosa sampai
pada pH 3 juga tidak terlihat adanya kerusakan serat, meskipun dilakukan pada
suhu hamper mendidih. Jika terjadi kerusakan serat pada pH rendah adalah
karena akibat dari serangan asam bukan karena oksidasi. Oleh karena itu
setelah proses pengelantangan perlu dilakukan penetralan dengan larutan
natrium karbonat encer. Penguraian natrium khlorit dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:

a.  pH : makin kecil pH penguraiannya makin besar.


b. Suhu : makin tinggi suhu, penguraiannya makin besar.
c. Konsentrasi : makin besar konsentrasi, penguraiannya makin besar.
4. Pengelantangan kapas atau rayon dengan peroksida

Ada beberapa macam zat pengelantang jenis peroksida yaitu hidrogen


peroksida (H2O2), natrium peroksida (Na2O2) dan barium peroksida (BaO2).
Pada umumnya zat pengelantang peroksida yang sering digunakan di industri
tekstil adalah hidrogen peroksida yang diperdagangkan juga dikenal perhidrol.
Dalam perdagangan hidrogen peroksida berupa larutan yang kepekatannya
berkisar 35 – 50% (130 – 200 volume) dan distabilkan dengan asam. Sifat
hidrogen peroksida mudah larut dalam air pada berbagai perbandingan, jika
dipanaskan mudah terurai melepaskan gas oksigen sehingga sangat efektif
digunakan untuk pengelantangan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi penguraian H2O2:

a. Pengaruh pH

Dalam suasana asam (pH < 7) H2O2 stabil, sedangkan dalam suasana


basa / alkali (pH > 7) H2O2 mudah terurai melepaskan oksigen. Makin
besar pH, penguraiannya makin cepat.

b. Pengaruh suhu

Suhu juga mempengaruhi penguraian H2O2. pada suhu rendah,


pembebasan oksigen sangat kecil, makin tinggi suhu penguraiannya makin
cepat. Penguraian H2O2 yang efektif untuk pengelantangan terjadi pada
suhu 80 – 85°C. Pada suhu di atas 85°C penguraiannya sangat cepat sekali.

c. Pengaruh stabilisator

Penguraian H2O2 dapat diperlambat dengan penambahan zat stabilisator


meskipun pengelantangannya dilakukan pada pH dan suhu yang tinggi. Ada
beberapa macam zat stabilisator yang dapat digunakan dalam
pengelantangan dengan hidrogen peroksida di antaranya seperti Natrium
Silikat (Na2SiO3), Magnesium Oksida (MgO) atau Magnesium Hidroksida
(Mg(OH)2), Magnesium Silikat, Natrium Metafosfat, Natrium – Trifosfat
dan lain – lain. Jenis zat stabilisator yang banyak digunakan dalam
pengelantangan adalah Natrium Silikat.

d. Pengaruh logam atau oksida logam

Seperti halnya pada garam – garam hipokhrolit, beberapa logam atau


oksida logam tertentu dapat mempercepat penguraian hidrogen peroksida
membebaskan oksigen.
BAB III
PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Baker glass
b. Batang pengaduk
c. Bunsen
d. Neraca analitik
e. Pipet ukur
f. Thermometer
g. Kaki tiga
h. Kasa asbes
i. Erlenmeyer
2. Bahan
a. Enzim
b. Air
c. Pembasah
d. Deterjen
e. Kain
f. NaOH
g. H2O2

B. Diagram Alir
Evaluasi Awal : Berat bahan, Daya serap, Tetes yodium, dan Derajat putih

Persiapan alat , bahan, dan mesin

Perhitungan resep dan Penentuan skema proses

Proses Simultan

Washing

Drying

Evaluasi Akhir : Berat bahan, Daya serap, Tetes yodium, dan Derajat putih

C. Langkah Kerja
1. Mensiapkan alat dan bahan
2. Kain grey (kapas) masuk ke dalam bak perendaman yang berisi larutan resep
3. Kemudian diperas dengan WPU 80%
4. Setelah itu di steam hasilnya adalah kain yang sudah di bleaching
5. Kemudian melakukan pencucian pada kain tersebut
6. Bilas kain dengan air mengalir
7. Lakukan pengeringan menggunakan alat pengering pada suhu 100 °C dengan waktu
2 menit
8. Melakukan evaluasi akhir
D. Resep dan Variasi
1. Resep Variasi 1

Konsentrasi H2O2 35% (ml/L) 10


Konsentrasi NaOH flakes (g/L) 5
Stabillisator (ml/L) 0
Pembasah (ml/L) 1
Suhu steam (°C) 102
Waktu steam (menit) 10
WPU (%) 80

2. Resep Variasi 2

Konsentrasi H2O2 35% (ml/L) 10


Konsentrasi NaOH flakes (g/L) 5
Stabillisator (ml/L) 0,5
Pembasah (ml/L) 1
Suhu steam (°C) 102
Waktu steam (menit) 10
WPU (%) 80

3. Resep Variasi 3

Konsentrasi H2O2 35% (ml/L) 10


Konsentrasi NaOH flakes (g/L) 5
Stabillisator (ml/L) 1
Pembasah (ml/L) 1
Suhu steam (°C) 102
Waktu steam (menit) 10
WPU (%) 80

4. Resep Variasi 4

Konsentrasi H2O2 35% (ml/L) 10


Konsentrasi NaOH flakes (g/L) 5
Stabillisator (ml/L) 1,5
Pembasah (ml/L) 1
Suhu steam (°C) 102
Waktu steam (menit) 10
WPU (%) 80

Berat Kain : 36 gram

E. Fungsi Zat
NaOH : Membantu menggelembungkan kanji, menyabunkan kotoran (wax,
lemak, minyak, dan oli), menatur pH alkali untuk aktivasi H₂O₂
H₂O₂ : Sebagai zat oksidator yang dapat memecah kanji, kotoran, dan warna
dari pigmen alami.
Stabilisator : Menstabilkan H₂O₂ agar menguraikan OHˉ lebih lambat
Pembasah : Memudahkan pembasahan oleh larutan
F. Perhitungan Resep
1. Perhitungan Resep Variasi 1
Vlot = 1 : 30
= 36 x 30
= 1080
10 ml
H₂O₂ 35% = × 1080m l
1000 ml
= 10,8ml
5 gram
NaOH = × 1080ml
1000 ml
= 5,4 gr
1ml
Pembasah = × 1080ml
1000 ml
= 1,08 ml
0 ml
Stabilisator = × 1080ml
1000 ml
= 0 ml
KA = BA – ( H₂O₂ + NaOH + Pembasah + Stabilisator)
= 1080 – (5,4 + 10,8 + 1,08 + 0) ml
= (1080 – 17,28)ml
= 1062,72 ml
2. Perhitungan Resep Variasi 2
Vlot = 1 : 30
= 36 x 30
= 1080
10 ml
H₂O₂ 35% = × 1080m l
1000 ml
= 10,8ml
5 gram
NaOH = × 1080ml
1000 ml
= 5,4 gr
1ml
Pembasah = × 1080ml
1000 ml
= 1,08 ml
0 ,5 ml
Stabilisator = × 1080ml
1000 ml
= 0,54 ml
KA = BA – ( H₂O₂ + NaOH + Pembasah + Stabilisator)
= 1080 – (5,4 + 10,8 + 1,08 + 0,54) ml
= (1080 – 17,82)ml
= 1062,18 ml
3. Perhitungan Resep Variasi 3
Vlot = 1 : 30
= 36 x 30
= 1080
10 ml
H₂O₂ 35% = × 1080m l
1000 ml
= 10,8ml
5 gram
NaOH = × 1080ml
1000 ml
= 5,4 gr
1ml
Pembasah = × 1080ml
1000 ml
= 1,08 ml
1ml
Stabilisator = × 1080ml
1000 ml
= 1,08 ml
KA = BA – ( H₂O₂ + NaOH + Pembasah + Stabilisator)
= 1080 – (5,4 + 10,8 + 1,08 + 1,08) ml
= (1080 – 18,56)ml
= 1061,44 ml
4. Perhitungan Resep Variasi 4
Vlot = 1 : 30
= 36 x 30
= 1080
10 ml
H₂O₂ 35% = × 1080m l
1000 ml
= 10,8ml
5 gram
NaOH = × 1080ml
1000 ml
= 5,4 gr
1,5 ml
Pembasah = × 1080ml
1000 ml
= 1,62 ml
0 ml
Stabilisator = × 1080ml
1000 ml
= 0 ml
KA = BA – (H₂O₂ + NaOH + Pembasah + Stabilisator)
= 1080 – (5,4 + 10,8 + 1,08 + 1,62) ml
= (1080 – 18,9)ml
= 1061,1ml

G. Skema Proses
H. Pengujian (Evaluasi)

Warna Kain
Waktu Drajat
Berat Bahan Setelah di
Serap Putih
Tetesi Yodium

Evaluasi Pada awalnya


36 gram 29 detik
Awal berwarna coklat

Evaluasi b awal−b akhir Untuk variasi


¿ ×100 %
Akhir b awal Stabilisator 0
36−32,4 gr/l
¿ ×100 % 14 detik
36
menghasilkan

¿ 10 % warna menjadi
putih.
b awal−b akhir
¿ ×100 % Untuk variasi 11 detik
b awal
36−30,7 Stabilisator 0,5
¿ ×100 %
36 gr/l
menghasilkan
¿ 14,72 %
warna putih
Untuk variasi
b awal−b akhir
¿ ×100 % Stabilisator 1
b awal
gr/l
36−28,3
¿ ×100 % menghasilkan 8 detik
36
warna menjadi
¿ 21,38 %
lebih putih dari
sebelumnya.

Untuk variasi
b awal−b akhir Stabilisator 1,5
¿ ×100 %
b awal gr/l
36−26,1
¿ × 100 % menghasilkan 6 detik
36
warna menjadi
¿ 27,5 %
lebih putih dari
sebelumnya.

I. Data Hasil Pengujian

Stabilisator Stabilisator
Hasil Evalusai Stabilisator 0 Stabilisator 1
0.5 1.5

Pengurangan
10 % 14,72 % 21,38 % 27,5 %
berat (%)

Warna
tetesan Kuning Kuning Hilang Hilang
yodium

Daya Serap
14 detik 11 detik 8 detik 6 detik
(Detik)
BAB IV
DISKUSI
A. Grafik Pengaruh Stabilisator terhadap Pengurangan Berat

Grafik Pengaruh Stabilisator terhadap


Pengurangan Berat
30 27.5
Pengurangan Berat (%)

25 21.38
20
14.72
15
10
10
5
0
-0.1 0.1 0.3 0.5 0.7 0.9 1.1 1.3 1.5

Stabilisator ml/l

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa


Hal tersebut dikarekanakan
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa titik optimum diperoleh pada saat
B. Grafik Pengaruh Stabilisator terhadap Daya Serap

Daya Serap Akhir (s)


16
14
12
10
Waktu (s)

8 Series2
6
4
2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
Stabilisator ml/l

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa


Hal tersebut dikarenakan
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa titik optimum diperoleh pada saat
C. Tabel Pengujian Yodium

Variasi Konsentrasi
Awal Akhir
Stabilisator

0.5

1.5

Berdasarkan teori dinyatakan bahwa yodium dibutuhan untuk mengecek kanji


alam setelah proses pembuangan kanji. Kain dicek apakah masih ada kanji atau
sudah hilang. Jika masih ada maka akan berwarna kuning kecoklatan jika sudah
tidak ada kanji makan akan menjadi kuning busuk.
D. Tabel Derajat Keputihan

Variasi Stabilisator Awal Akhir

0.5

1.5

Berdasarkan teori dinnyatakan bahwa


BAB V
PENUTUP
A. Simpulan Terhadap Pengurangan Berat Kain
Berdasarkan grafik pengaruh stabilisator
B. Simpulan Terhadap Daya Serap Kain
Berdasarkan grafik pengaruh
C. Simpulan Terhadap Pengujian Tetes Yodium
Berdasarkan tabel pengujian tes yodium
D. Simpulan Terhadap Derajat Putih
Berdasarkan teori dinyatakan bahwa
E. Nilai Optimum dari Semua Pengujian
Berdasarkan hasil semua pengujian didapat bahwa proses

Anda mungkin juga menyukai