Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN

PENYEMPURNAAN PENGANJIAN PADA KAIN KAPAS TANPA SOFTENER

Disusun oleh:

Rafly Prahmantia Putra 21420046

Nurhasanah Ummil Atqiya 21420049

Nahdiya Firqiyani Hanifah 21420051

Elsa Nur Aida 21420052

Rindy Eka Pratiwi 21420054

Dosen:

Wulan S.,S.ST,M.T.

Lestari W.,S.Pd, M.Tr.

Anisa Intanika S. K., S.T

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2023
I. Maksud dan Tujuan
I.1 Maksud
Mengetahui cara melakukan proses penganjian dengan menggunakan
tapioka, PVA dan CMC pada kain kapas tanpa softener.
I.2 Tujuan
Menambah kekuatan tarik dan memberikan efek mengkilat pada kain
kapas.

II. Mekanisme Kerja


III. Teori Dasar
III.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan salah satu bahan tekstil yang berasal dari
serat alam, yaitu serat biji tanaman Gossypium yang tumbuh di daerah
lembab dan banyak disinari matahari. Tanaman Gossypium termasuk
keluarga Malvaceae. Pertumbuhan tanaman kapas sangat bergantung
pada tempat tumbuhnya. Serat kapas memegang peranan penting dalam
bidang tekstil. Sifat dan kualitas kapas tergantung pada tempat tumbuh dan
berkembang. Walaupun saat ini telah banyak serat regenerasi selulosa
maupun serat buatan yang memiliki sifat mirip dengan selulosa telah
banyak diproduksi, kapas tetap memegang peranan penting dalam
perindustrian tekstil ±51%. Dengan adanya perkembangan serat buatan,
hal ini meningkatkan penggunaan serat campuran yang memiliki sifat
saling melengkapi. Hal ini disebabkan karena serat kapas masih memiliki
beberapa keunggulan yang tidak dapat ditiru oleh serat buatan antara lain
mempunyai daya serap yang baik terhadap air, sehingga nyaman apabila
dipakai. Serat kapas juga mempunyai beberapa kekurangan seperti mudah
kusut dan mengkeret dalam pencucian.
Serat kapas mentah memiliki kandungan utama berupa selulosa,
selain itu terdapat pektin, lemak/malam, pigmen alam, mineral dan air.
Komposisi serat kapas berbeda-beda tergantung dari berbagai hal, antara
lain jenis tanaman kapasnya, kondisi tanah, cuaca, kualitas air untuk
irigasi, dan pupuk yang digunakan. Komposisi serat kapas dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Persen Komposisi Serat Kapas

Komposisi % pada % pada dinding primer


serat

Selulosa 88 - 96 52

Pektin 0,7 - 1.2 12

Lilin 0,4 - 1,0 7,0

Protein 1,1 - 1,9 12

Abu 0,7 - 1,6 3

Senyawa Organik 0,5 - 1,0 14

Serat kapas memiliki morfologi penampang melintang dan membujur


yang sangat bervariasi. Namun, pada umumnya penampang membujur
serat ini berbentuk pita berpilin sedangkan penampang melintangnya
berbentuk seperti ginjal. Penampang melintang yang berbentuk ginjal ini
terdiri dari kutikula, dinding primer, dinding sekunder, dan lumen.

Gambar 1. Penampang Membujur dan Melintang Serat Kapas

III.1.1Struktur Kimia Molekul Serat Kapas


Serat kapas tersusun atas selulosa yang komposisi diketahui sebagai
zat yang terdiri dari unit-unit anhidro-beta-glukosa dengan rumus empiris
(C6H10O5)n dengan n adalah derajat polimerisasi yang tergantung dari
besarnya molekul. Selulosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n merupakan
suatu rantai polimer linier yang tersusun dari kondensat molekul-molekul
glukosa yang dihubungkan oleh jembatan oksigen pada posisi atom karbon
nomor satu dan empat. Stuktur rantai-rantai molekul selulosa disusun dan
diikat satu dengan yang lainnya melalui ikatan Van der Waals.
Struktur kimia dari selulosa dapat dilihat pada Gambar
dibawah ini :

Gambar 2. Struktur Selulosa Serat Kapas

Setiap satuan glukosa mengandung tiga gugus hidroksil (-OH).


Gugus hidroksil pada atom karbon nomor lima merupakan alkohol primer
(-CH2OH), sedangkan pada posisi 2 dan 3 merupakan alkohol sekunder
(HCOH). Kedua jenis alkohol tersebut mempunyai tingkat kereaktifan yang
berbeda. Gugus hidroksil alkohol primer lebih reaktif daripada gugus
hidroksil alkohol sekunder. Gugus hidroksil merupakan gugus fungsional
yang sangat menentukan sifat kimia serat kapas, sehingga serat selulosa
dinotasikan sebagai sel-OH dalam penulisan mekanisme reaksi.

Struktur selulosa merupakan rantai dari glukosa yang panjang dan


membentuk cincin yang dihubungkan oleh atom-atom oksigen. Pada ujung
rantai yang mengandung aldehida yang mempunyai gugus pereduksi,
sedangkan pada rantai bagian tengah mempunyai gugus hidroksil. Bila
rantai tersebut dipecah menjadi dua atau lebih dengan suatu proses kimia
maka ujung-ujung rantai akan terhapus membentuk gugusan aldehida atau
karboksilat.
3.1.2 Struktur Fisika Molekul Serat Kapas
Serat kapas tersusun dari suatu rantai panjang anhidrida glukosa
yang diorientasikan dan diikat satu dengan lainnya melalui ikatan atau gaya
hidrogen dan van der Waals. Orientasi rantai molekul selulosa tersebut
tidak semuanya sempurna, karena dipisahkan oleh bagian- bagian
disorientasi secara berselang-seling. Susunan rantai molekul selulosa yang
terorientasi teratur disebut kristalin, sedangkan yang tidak teratur
(disorientasi) disebut amorf. Dari difraksi sinar X diketahui bahwa selulosa
terdiri dari 75 % bagian kristalin dan sisanya bagian amorf. Bagian amorf
mempunyai daya serap yang lebih besar dan kekuatan yang lebih rendah
dibandingkan dengan kristalin.

Pada bagian kristalin letak dan jarak antara molekul-molekul


selulosa tersusun sangat teratur dan sejajar satu sama lain. Pada bagian
amorf letak dan jarak antara molekul-molekul selulosa tidak teratur (ada
jarak antara masing-masing molekul selulosa yang besar dan kecil). Pada
jarak yang besar inilah molekul-molekul air dapat masuk sehingga volume
seat akan bertambah. Bentuk kristalin dan amorf serat kapas dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:

Gambar 3. Bagian Kristalin dan Amorf

3.1.3 Sifat Kimia Serat Kapas


 Pengaruh Asam

Dengan adanya asam, selulosa akan terhidrolisis dan menghasilkan


rantai-rantai molekul yang lebih pendek karena pecahnya ikatan glukosida
antara satuan glukosa dalam rantai selulosa. Larutan encer asam klorida
dan asam sulfat dapat mengurangi kekuatan tarik serat kapas, sedangkan
asam asetat mempunyai pengaruh yang lebih kecil daripada asam-asam
tersebut di atas. Larutan asam pekat seperti asam klorida 40% dalam
keadaan dingin akan merusak serat kapas secara total karena terjadinya
hidrolisis selulosa. Contoh terjadinya kerusakan terutama pada proses
penghilangan kanji.

 Pengaruh Alkali

Kapas tahan terhadap alkali, alrutan alkali encer tidak mempengaruhi


kapas meskipun pada suhu mendidih. Larutan alkali pekat pada suhu
kamar hanya akan menggelembungkan serat kapas dan tidak merusak
seratnya, tetapi pada suhu tinggi dapat merusak serat karena terbentuk
oksiselulosa. Contoh terjadinya kerusakan ini terutama pada proses
pemasakan dan mersersasi.

 Pengaruh Oksidator

Oksidator seperti hipoklorit dan permanganat dapat menurunkan


kekuatan tarik serat. Penurunan kekuatan serat ini terjadi karena
terbentuknya oksiselulosa oleh zat pengoksidasi. Hal ini sering terjadi pada
proses pengelantangan.

 Pengaruh panas

Serat kapas tahan terhadap proses pada suhu mendidih. Hal tersebut
dapat dibuktikan bila kapas dipanaskan pada suhu ±120°C selama 5 jam
tidak menunjukkan perubahan kekuatan serat kapas.

3.1.4 Sifat Fisika Serat Kapas

 Warna

Warna kapas tidak betul-betul putih biasanya sedikit krem. Adanya


warna ini disebabkan oleh pigmen alam yang terkandung di dalam serat
kapas. Pigmen yang menimbulkan warna pada kapas belum diketahui
dengan pasti. Warna kapas akan semakin tua setelah penyimpanan
selama 2-5 tahun. Karena pengaruh cuaca yang lama, debu, dan kotoran
akan menyebabkan warna keabu-abuan.

 Kekuatan

Kekuatan serat perbundelnya adalah 70.000 sampai 96.700 pon per


inci persegi. Kekuatan serat terutama dipengaruhi oleh kadar selulosa
dalam serat, panjang rantai dan orientasinya. Dalam suasana basah, serat
kapas akan memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding dalam keadaan
kering. Hal ini disebabkan karena pada keadaan basah bentuk serat akan
menggelembung sehingga puntiran hilang. Dengan demikian gaya tarik
yang diderita akan tersebar sepanjang serat

 Mulur

Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat


selulosa yang lainnya yaitu berkisar 4-13 % dengan rata – rata 7%
bergantung pada jenis serat kapasnya dan rata-rata mulur sebesar 7%.

 Kekakuan (stiffness)

Kekakuan adalah daya tahan terhadap perubahan bentuk atau


perbandingan kekuatan saat putus dengan mulur saat putus.

 Keliatan (toughness)

Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda


untuk menerima kerja. Serat kapas memiliki keliatan yang relatif tinggi
jika dibandingkan dengan serat-serat selulosa yang diregenerasi.

 Mouisture regain

Serat kapas mempunyai affinitas yang besar terhadap air. Serat


kapas yang kering bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture
regain serat kapas bervariasi sesuai dengan perubahan kelembaban
relatif, pada kondisi standar kandungan air serat kapas berkisar antara 7-
8,5%.
 Berat jenis

Berat jenis serat kapas adalah 1,5-1,56.

 Indeks bias

Indeks bias serat kapas sejajar dengan sumbu serat adalah 1,58.
Sedangkan indeks bias melintang sumbu serat adalah 1,53.

III.2 Kanji

Kanji adalah simpanan atau timbunan makanan pada tumbuh-


tumbuhan yang tersimpan pada biji, batang, akar atau lainnya. Kanji
merupakan butiran-butiran yang berbeda-beda bentuknya, yang
bergantung pada asal kanjinya. Perbedaan bentuk butiran-butiran tersebut
dapat digunakan untuk membedakan macam kanji dan asal kanji tersebut.
Umumnya di dalam butiran-butiran kanji terdapat noda pada jalur-jalur atau
lipatan yang merupakan pusat pertumbuhan butiran kanji. Butiran-butiran
kanji dikelilingi oleh lapisan protein atau selulosa yang berbentuk lapisan.
Kanji diperoleh dengan jalan merendam daging biji-bijian atau akar,
ditumbuk, diekstraksi untuk pemurnian dan kemudian diendapkan. Sumber-
sumber kanji lain adalah gandum, sagu, tapioka, ubi kerut dan lainnya.
Kanji dari bahan-bahan tersebut diperoleh dengan cara yang sama seperti
pembuatan kanji jagung atau kentang.

2.21 Macam-macam Kanji

III.2.1.1 Kanji Alam

Kanji alam biasanya tersimpan pada luci, batang, akar dan lain-
lain. Contoh kanji alam antara lain tapioka, kanji jagung, beras,
kentang, gandum dan sagu.

III.2.1.2 Kanji yang dimodifikasi

Merupakan kanji setengah buatan yang diperoleh dari suatu


pengerjaan tertentu pada kanji-kanji alam sehingga diperoleh kanji
dengan sifat-sifat tertentu. Misalnya, CMC (Carboxy Metyl Alkohol).

III.2.1.3 Gom-gom yang larut dalam air

Gom-gom berasal dari getah tumbuh-tumbuhan tertentu. Gom


memiliki sifat dapat membentuk pasta dan viskositas yang tinggi
dalam air.

III.2.1.4 Kanji sintetik

Merupakan kanji buatan yang proses penganjian dan


penghilangannya relatif mudah. Seperti kanji polivinil alkohol (PVA)
dan akrilat.

III.2.2 Kanji Tapioka

Merupakan kanji yang berasal dari ketela pohon. Larutan kanji


tapioka ini berbentuk gel transparan dan memberikan hasil finish yang
tipis, halus dan fleksibel. Dalam penggunaan biasanya dicampur
dengan kanji lain agar diperoleh modifikasi sifat yang diinginkan.

IV. Penyempurnaan Penganjian Pada Kain


Penyempurnaan kanji pada kain bertujuan untuk memberikan
lapisan film yang rata pada kain, menyempurnakan kenampakan,
menstabilkan dimensi dan menambah berat kain. hasil penganjiannya
sangat dipengaruhi oleh viskositas larutan kanji dan penetrasinya pada
serat. Penyempurnaan kanji atau finish kanji bersifat sementara dan
daya tahan cucinya sangat rendah. Finish kanji biasanya dikerjakan
pada kain kapas terutama untuk kain kapas putih. Dalam finish kanji,
bermacam-macam kanji dapat digunakan sebagai zat pembentuk film
dan sebagai zat perekat untuk zat-zat lain yang ditambahkan pada
larutan dinish kanji tersebut. Larutan finsih kanji selain mengandung
kanji biasanya juga mengandung zat pembantu seperti zat anti septil,
zat pelemas dan zat pengisi atau zat pemberat.

Persyaratan kanji yang dapat digunakan untuk proses penganjian


pada kain adalah sebagai berikut :

a) Dapat berpentrasi dengan baik dan membentuk lapisan film.

b) Menaikkan kekuatan.

c) Memiliki flesibilitas yang baik.

d) Tahan terhadap bakteri.

e) Memiliki kompabilitas yang baik dengan kanji lainnya.

f) Mudah dihilangkan.

V. Alat & Bahan, Fungsi zat


V.1 Alat
- Gelas kimia 500mL
- Batang pengaduk
- Gelas ukur
- Timbangan
- Nampan plastik
- Kompor
- Mesin padder
- Mesin stenter
- Shierly Stiftness Tester
V.2 Bahan
- Kain kapas
- Tapioka
- PVA
- CMC
- Air
V.3 Fungsi Zat
Tapioka, PVA, dan CMC berfungsi sebagai zat utama proses
penyempurnaan penganjian pada kain kapas dengan memberikan efek
lapisan film pada kain kapas.

VI. Resep
1) Tapioka : 5%
2) PVA : 5%
3) CMC : 5%
4) Suhu : 70℃
5) WPU : 60%

VII. Diagram alir

VIII. Skema Proses

IX. Data Percobaan


 Berat kain 10 × 10

Kain Cuci Tidak cuci

Blanko - 1,44

Tapioka 1,29 1,34

CMC 1,28 1,33

PVA 1,29 1,37


 Nilai C³

Kain Cuci Tidak cuci

Blanko - 2,5

Tapioka 4 4,5

CMC 2,8 3,5

PVA 2,8 4,8

 Nilai W
a. Tapioka cuci
1,29
×100=0,0129 g /m²
100
b. Tapioka tidak cuci
1,34
× 100=0,0134 g /m²
100
c. CMC cuci
1,28
×100=0,0128 g /m²
100

d. CMC tidak cuci


1,33
×100=0,0133 g /m²
100
e. PVA cuci
1,29
×100=0,0129 g /m²
100
f. PVA tidak cuci
1,37
×100=0,0137 g/m ²
100

 Nilai G
a. Tapioka cuci
3
G=0,1× 0,0129× ( 4 ) =0,0825
b. Tapioka tidak cuci
3
G=0,1× 0,0134 × ( 4,5 ) =0,1221
c. CMC cuci
3
G=0,1× 0,0128× ( 2,8 ) =0,0280
d. CMC tidak cuci
3
G=0,1× 0,0133× ( 3,5 ) =0,0570
e. PVA cuci
3
G=0,1× 0,0129× ( 2,8 ) =0,0283
PVA tidak cuci
3
f. G=0,1× 0,0137 × ( 4,8 ) =0,1515

X. Pembahasan
XI. Kesimpulan
XII. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai