Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN TEKSTIL 1


Proses Penyempurnaan Tolak Air Pada Kain Nilon, Poliester dan
Kapas

KELOMPOK 1

Nama Anggota:

1. Eko Soma Widurajati (15020064)


2. Khansa Husniah N (15020069)
3. Mia Eriyanti (15020071)
4. M. Kaisan Abdurahman (15020076)
5. Syifa Nur A (15020087)

Group : 2K3

Dosen : Wulan S., S.ST., M.T

Asisten : Yayu E., Y., S. ST.

Desiriana

Tanggal Praktikum : 2017

POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG

2017
I. Maksud dan Tujuan
1.1 Maksud

Maksud dari praktikum ini adalah untuk dapat mengetahui dan melakukan proses
penyempurnaan tolak air pada bahan selullosa, poliester, dan nilon.

1.2 Tujuan
1. Memahami tujuan dan mekanisme proses penyempurnaan tolak air pada
bahan selullosa, poliester, dan nilon.
2. Mengetahui efek resin tolak air pada bahan alami dan sintetik.

II. Teori Dasar

KAPAS
Pada serat kapas pada umumnya selalu dilakukan proses pengelantangan, hal ini
dilakukan untuk menghilangkan pigmen alam atau kotoran-kotoran lain yang tidak dapat
dihilangkan pada proses scouring. Serat kapas merupakan salah satu jenis bahan tekstil
yang sudah dikenal sejak ± 5.000 tahun sebelum masehi. Merupakan salah satu bahan
tekstil yang berasal dari serat alam, yaitu serat biji tanaman Gossypium yang tumbuh di
daerah lembab dan banyak disinari matahari. Tanaman Gossypium termasuk keluarga
Malvaceae. Pertumbuhan tanaman kapas sangat bergantung pada tempat
tumbuhnya.Tanaman ini tumbuh di daerah yang beriklim subtropis seperti Asia, Afrika,
Amerika Selatan dan Amerika Utara.
Komposisi serat kapas tergantung pada jenis tanaman dan derajat kesadahannya.
Sekitar 90% komposisi serat kapas terdiri dari selulosa, sedangkan sisanya adalah protein,
pektin, malam, lemak, pigmen alam, mineral, dan air. Serat kapas memegang peranan
penting dalam bidang tekstil. Dengan berkembangnya serat sintetik tidak menyebabkan
serat kapas mulai ditinggalkan, namun dengan adanya perkembangan serat buatan,
meningkatkan penggunaan serat campuran yang memiliki sifat saling melengkapi kedua
sifat tersebut. Hal ini disebabkan karena serat kapas masih memiliki beberapa keunggulan
yang tidak dapat ditiru oleh serat buatan. Keunggualan serat kapas diantaranya mempunyai
daya serap yang baik terhadap air, sehingga nyaman apabila dipakai. Serat kapas juga
mempunyai beberapa kekurangan seperti mudah kusut dan mengkeret dalam pencucian.

Morfologi Serat Kapas

Bentuk morfologi penampang melintang serat kapas sangat bervariasi dari bentuk pipih
sampai bentuk bulat, tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal yang terdiri dari bagian
kutikula, dinding primer, dinding sekunder, dan lumen. Sedangkan bentukpenampang
membujur serat kapas adalah pipih seperti bentuk pita yang terpilin atau terpuntir
membentuk puntiran dengan interval tertentu. Kearah memanjang, serat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu bagian besar, bagian badan, dan bagian ujung. Bentuk penampang melintang
dan bentuk penampang membujur serat kapas:
melintang membujur

Komposisi Serat Kapas

Serat kapas mentah mengandung selulosa. Selain selulosa, pada kapas mentah
mengandung pektin, lemak/malam, pigmen alam, mineral dan air. Komposisi serat kapas
berbeda-beda tergantung dari berbagai hal, antara lain jenis tanaman kapasnya, kondisi
tanah, cuaca, kualitas air untuk irigasi, dan zat kimia yang digunakan untuk pupuk dan
pestisidanya. Komposisi serat kapas dapat dilihat pada tabel berikut:

Stuktur Molekul Serat Kapas

Serat kapas tersusun atas selulosa yang komposisi murninya telah lama diketahui
sebagai zat yang terdiri dari unit-unit anhidro-beta-glukosa dengan rumus empiris
(C6H10O5)n dengan n adalah derajat polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul.

Selulosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n merupakan suatu rantai polimer linier
yang tersusun dari kondensat molekul-molekul glukosa yang dihubungkan oleh jembatan
oksigen pada posisi atom karbon nomor satu dan empat. Stuktur rantai-rantai molekul
selulosa disusun dan diikat satu dengan yang lainnya melalui ikatan Van der Waals. Struktur
kimia dari selulosa dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Setiap satuan glukosa mengandung tiga gugus hidroksil (-OH). Gugus hidroksil pada
atom karbon nomor lima merupakan alkohol primer (-CH2OH), sedangkan pada posisi 2 dan
3 merupakan alkohol sekunder (HCOH). Kedua jenis alkohol tersebut mempunyai tingkat
kereaktifan yang berbeda. Gugus hidroksil alkohol primer lebih reaktif daripada gugus
hidroksil alkohol sekunder. Gugus hidroksil merupakan gugus fungsional yang sangat
menentukan sifat kimia serat kapas, sehingga serat selulosa dinotasikan sebagai sel-OH
dalam penulisan mekanisme reaksi. Susunan Fisika Serat Kapas

Komposisi fisika serat kapas terdiri dari bagian amorf dan kristalin, dimana bagian amorf
mempunyai daya serap yang lebih besar dari pada bagian kristalin, tetapi kekuatannya lebih
kecil. Pada bagian kristalin memiliki susunan molekul yang teratur dan sejajar satu sama
lain. Sedangkan pada bagian amorf, susunan molekulnya tersusun secara tidak pararel dan
tidak teratur. Bagian kristalin dan amorf pada serat kapas disajikan pada Gambar 2.3
dibawah ini :

Sifat-sifat Fisika Serat Kapas

1. Warna

Warna kapas tidak betul-betul putih biasanya sedikit krem. Adanya warna ini disebabkan
oleh pigmen alam yang terkandung di dalam serat kapas. Pigmen yang menimbulkan warna
pada kapas belum diketahui dengan pasti. Warna kapas akan semakin tua setelah
penyimpanan selama 2 sampai 5 tahun. Karena pengaruh cuaca yang lama, debu, dan
kotoran akan menyebabkan warna keabu-abuan.

2. Kekuatan

Kekuatan serat terutama dipengaruhi oleh kadar selulosa dalam serat, panjang rantai dan
orientasinya. Dalam suasana basah, serat kapas akan memiliki kekuatan yang lebih besar
dibanding dalam keadaan kering. Hal ini disebabkan karena pada keadaan basah bentuk
serat akan mengelembung sehingga puntiran hilang. Dengan demikian gaya tarik yang
diderita akan tersebar sepanjang serat.

3. Mulur

Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa yang lainnya
yaitu berkisar 4-13 % bergantung pada jenis serat kapasnya dan rata- rata mulur sebesar
7%.

4. Moisture Regain

Serat kapas mempunyai affinitas yang besar terhadap air. Serat kapas yang kering bersifat
kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat kapas bervariasi sesuai
dengan perubahan kelembaban relatif, pada kondisi standar kandungan air serat kapas
berkisar antara 7-8,5%.

5. Keliatan (Toughness)

Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda untuk menerima kerja.
Serat kapas memiliki keliatan yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan serat-serat
selulosa yang diregenerasi.

6. Indeks Bias

Indeks bias serat kapas sejajar dengan sumbu serat adalah 1,58. Sedangkan indeks bias
melintang sumbu serat adalah 1,53.

7. Berat Jenis

Berat jenis serat kapas adalah 1,5 sampai 1,56

Sifat-sifat Kimia Serat Kapas

1. Pengaruh asam

Serat kapas tahan terhadap asam lemah, sedangkan asam kuat akan mengurangi kekuatan
serat kapas karena dapat memutuskan rantai molekul selulosa (hidroselulosa).

2. Pengaruh alkali

Alkali kuat pada suhu didih air dan pengaruh adanya oksigen dalam udara akan
menyebabkan terbentuknya oksiselulosa. Alkali pada kondisi tertentu akan
mengelembungkan serat kapas.

3. Pengaruh oksidator

Oksidator dapat menyebabkan terjadinya oksiselulosa yang mengakibatkan penurunan


kekuatan serat. Derajat kerusakan serat bergantung pada konsentrasi, pH dan suhu
pengerjaan.

4. Pengaruh mikroorganisma

Dalam keadaan lembab dan hangat, serat kapas mudah terserang jamur dan bakteri. Tetapi
pada kondisi kering, serat kapas mempunyai ketahanan yang cukup baik terhadap jamur
dan mikroorganisma.

POLIESTER

Poliester adalah suatu kategori polimer yang mengandung gugus fungsional ester
dalam rantai utamanya. Meski terdapat banyak sekali poliester, istilah "poliester" merupakan
sebagai sebuah bahan yang spesifik lebih sering merujuk pada polietilena tereftalat (PET).
Poliester dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.
N HOOC- - -COOH + N HO(CH2)2OH 
Asam tereftalat etilena glikol

0H –OC- -COOCH2 CH2 OH + (2n-1) H2O


O n
Polietilena Tereftalat air
Bentuk melintang serat poliester adalah bulat dan didalamnya terdapat bintik-bintik,
sedangkan penampang membujurnya berbentuk silinder dinding kulit yang tebal. Proses
yang digunakan untuk memperoleh polimer ini adalah melalui melt spinning (pemintalan
leleh) dengan panas peregangan 400%.
Poliester kuat, ringan, mudah di celup dan tahan kerut, serta memiliki sifat pencucian
yang sangat baik. Fleksibilitas poliester legendaris. Campuran dan bentuk serat pakaian
tekstil, rumah tangga dan kain furnishing. Poliester membentuk microfiber untuk pakaian luar
dan pakaian olahraga. Poliester digunakan dalam karpet, serat industri dan benang untuk
tali ban, sabuk pengaman mobil, kain filter, kain tentage, sailcloth dan sebagainya.

Sifat-sifat serat poliester


Sifat fisika poliester
 Kekuatan dan mulur dalam keadaan kering dan basah sama.
 Mempunyai elastisitas yang baik sehingga tahan kusut.
 Moisture regain dalam keadaan standar 0,4 %, dalam kelembaban relatif 100 %
moisture regain 0,6–0,8 %.
 Morfologi seratnya berbentuk silinder dengan penampang lintang bulat.
 Titik leleh 250OC dan tidak menguning pada suhu tinggi.
 Tahan serangga, jamur dan bakteri.
 Berkurang kekuatannya dalam penyinaran lama tetapi tahan sinarnya masih cukup baik
dibandingkan serat lain.
 Direndam dalam air akan mengkeret 7-14 %
Sifat kimia poliester
 Tahan terhadap asam lemah pada suhu tinggi, asam kuat dingin, basa lemah, tetapi
kurang tahan basa kuat.
 Tahan zat oksidator, alkohol, keton, sabun dan zat untuk dry clean.
 Akan menggelembung dalam larutan 2 5 asam benzoat, asam salisilat, fenol dan meta
kresol dalam air; dispersi 0,5 % monoklorobenzena, p-diklorobenzena,
tetrahidronaftalena, metil benzoat dan metil salisilat dalam air; dispersi 0,3 % o-fenil
fenol dan p- fenil fenol dalam air.
 Larut dalam meta-kresol panas, asam triflouro asetat-orto-klorofenol.

Karakteristik Serat Polyester:


 Kekuatan yang baik
 Daya Serap rendah
 Tahan peregangan dan penyusutan
 Tahan terhadap kebanyakan bahan kimia
 Mudah untuk dicuci - Pengeringan Cepa
 Tahan Kerut dan tahan abrasi
 Mempertahankan lipatan panas
kain sintetis yang terbuat dari produk minyak bumi. Bahan yang satu ini sering
diperdebatkan mengenai benar atau tidaknya nilon merupakan serat sintetis pertama
yang dibuat oleh manusia. Jika katun, sutera, linen dan wol semuanya berasal dari
tumbuhan atau hewan, nilon sepenuhnya merupakan kain sintetis.

NILON
Serat Nilon dikenal karena kekuatannya, elastisitas, tidak mudah rusak, dan
ketahanannya terhadap minyak dan lemak. Nilon tahan terhadap abrasi, dan tidak menyusut
atau meregang saat dicuci. Kain nilon memiliki tingkat daya serap yang rendah, karenanya
kain ini sering digunakan untuk pakaian renang, olah raga, dan juga pakaian pengantin.
Salah satu kelemahannya adalah bahan ini dapat terdegradasi oleh sinar ultraviolet.
Sedangkan kelebihan lainnya adalah sbb:
 Tidak mudah rusak, terkoyak atau lecet
 Tahan terhadap air dan panas
 Tidak mendukung perkembangan jamur dan kerusakan kimia.
Dikembangkan pertama kali pada tahun 1930-an dengan tujuan untuk menggantikan
bahan sutera yang pada saat itu sangat mahal dan langka. Pada mulanya, bahan ini tidak
begitu populer sebelum pada akhirnya menjadi terkenal ketika stoking berbahan baku nilon
diperkenalkan ke publik. Nilon menjadi sangat laku sampai pada saat itu tidak tersedia untuk
umum karena banyak digunakan untuk perang dunia kedua untuk membuat parasut,
seragam militer, pakaian, bagian dari mesin, ban dll.
Seperti halnya bahan sintetis lain, nilon diciptakan oleh seorang ahli kimia dari Amerika
bernama Wallace Carothers, di perusahaan Dupont Chemical, yang terus memproduksi
sampai hari ini. Nlon merupakan serat kedua yang paling banyak digunakan di Amerika
Serikat. Hal Ini dikarenakan bahan ini relatif mudah untuk dibuat dan sangat fleksibel
meskipun bahan ini mempunyai basis plastik sintetis. Namun, nilon juga memiliki tingkat
peluruhan atau penguraian yang sangat lambat (seperti banyak produk minyak bumi
lainnya), yang mengakibatkan akumulasi produk yang sudah tak dibutuhkan di tempat
pembuangan sampah.

Proses Pembuatan Nilon

Awalnya, nilon dibuat dengan menggabungkan bahan kimia yang diperlukan yang di
ekstrak dari minyak bumi, gas alam, batu bara, udara, air, dan produk lainnya. Saat ini,
banyak produk produk nilon yang ada di pasar dibuat dengan metode dasar yang sama.
Proses pembuatan benang nilon terdiri dari beberapa tahap dasar diantaranya adalah
kombinasi kimia (polimerisasi) dan proses manufaktur (open polimerisasi). Tahap pertama
dalam produksi benang nilon adalah proses kimia yang disebut polimerisasi. Dalam tahap
ini, bahan kimia yang diperlukan untuk membuat nilon digabungkan dan dipanaskan pada
suhu yang sangat tinggi. Proses pemanasan ini dilakukan untuk menghilangkan air dan
menginduksi polimerisasi ketika molekul kecil bergabung untuk membentuk molekul yang
besar.
Nilon dibuat melalui proses kimia yang disebut “polimerisasi pembukaan cincin” (ring
opening polymerization), di mana molekul yang berbentuk seperti cincin dibuka dan
diratakan. Pada reaksi ini, molekul dengan bentuk cincin seperti hidrokarbon yang dtemukan
dalam minyak bumi diproses ke berbagai jenis asam dan basa.
Struktur molekul berbentuk cincin ini diratakan lalu dipanjangkan sehingga molekul-
molekul tersebut bisa terhubung satu dengan yng lainnya dan menjadi rantai molekul yang
panjang pada proses pemanasan diatas 600 derajat Fahrenheit.
Setelah melalui berbagai proses diatas, cairan nilon tercipta dan siap untuk pindah ke
proses manufaktur. Cairan dengan high surface tension ini akan mengeras menjadi padat
jika mendingin atau terekspos udara. Tahap selanjutnya adalah memasukkan cairan nilon ini
melalui lubang kecil pada spinnerete dan setelah keluar, yang kita dapatkan adalah sehelai
benang nilon yang sebenarnya merupakan cairan nilon yang telah mengeras menjadi padat.

PENYEMPURNAAN TOLAK AIR

Penyempurnaan tolak air adalah suatu proses penyempurnaan dengan


menggunakan sebuah resin dimana nantinya dihasilkan sebuah kain yang dapat menolak
air, tetapi masih dapat tertembus oleh udara. Dalam pegertian ini terkadang terjadi
kerancuan antara istilah tahan air ( water proof ) dengan tolak air ( water repellent ).
Pengertian kedua istilah ini, oleh Pearson (1924) telah didefinisikan yaitu : yang dimaksud
dengan tahan air adalah suatu permukaan yang dapat menahan air dan udara, sedangkan
tolak air adalah permukaan yang dapat menolak air saja. Definisi tersebut masih harus
disesuaikan dengan tujuan dan kondisi pembuatan kain tahan air atau tolak air, sehingga
perbedaan kedua istilah tersebut kadangkala hanya dibedakan dari kemampuan kain
menahan air pada suatu tekanan tertentu yang dikenal dengan tekanan hidrostatik.
Sifat kedua permukaan ini dapat dibedakan sebagai berikut :
Kondisi Tahan Air Tolak Air
Pori-pori Terisi Tidak Terisi
Kepermeabelan uap air Sangat Kecil Besar
Kepermeabelan Udara Kecil Besar
Dapat menahan tekanan Tidak dapat menahan
Ciri Khas
hidrostatik tekanan hidrostatik

Tegangan Permukaan dan Energi Bebas Permukaan


Molekul-molekul zat cair dalam suatu rongga cairan berada dalam keadaan saling
tarik-menarik satu sama lain akibat adanya gaya tarik-menarik di antara mereka. Molekul-
molekul yang berada dekat daerah permukaan akan mengalami gaya tarik total ke dalam
karena tidak diimbangi oleh gaya tarik dari fase-fase yang berbatasan dengan permukaan
tersebur, dan gaya tarik total inilah yang dsebut tegangan permukaan. Tegangan permukaan
didefinisikan sebagai gaya dalam dyne yang bekerja sepanjang permukaan cairan
tangensial pada garis yang panjangnya 1 cm (satuan tegangan permukaan = dyne/cm).
Adanya tegangan permukaan ini menyebabkan sistem cenderung mengambil luas
permukaan sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan energi yang diperlukan sistem. Untuk
mencapai kesetimbangan maka diperlukan suatu energi untuk memperluas permukaan,
energi ini disebut energi bebas permukaan.

Sudut Kontak Pembasahan


Jika setetes air dijatuhkan di atas permukaan zat padat, maka air tersebut dapat membasahi
permukaan atau tetap berbentuk tetesan yang hanya menutupi sebagian kecil permukaan.
Tetapi tetesan tersebut membentuk sudut dengan permukaan zat padat, dan sudut tersebut
dinamakan sudut kontak.
Bila sudut kontah sama dengan nol, maka dikatakan permukaan terbasahi
sempurna. Sudut kontak yang besar menunjukkan permukaan memiliki sifat tolak air yang
baik.

θ θ θ

Sudut Kontak >90o Sudut Kontak = 90o Sudut Kontak <90o

Resin
Resin yang digunakan pada pengujian kali ini yaitu Dimer Perfluoro Alkil Akrilat, yang
termasuk jenis senyawa fluorokarbon. Fluorokarbon adalah senyawa yang mengandung
fluor dan karbon. Struktur fluorokarbon hampir mirip dengan hidrokarbon, tetapi senyawa
fluorokarbon ini sifatnya berbeda sama sekali dengan hidrokarbon. Fluorokarbon merupakan
senyawa organik yang sebagian besar atom H pada C- nya disubstitusi oleh atom F. Struktur
kimia senyawa fluorokarbon kurang lebih sebagai berikut :

CF3 CF3 CF3 CF3 CF3

(CF2)n (CF2)n (CF2)n (CF2)n (CF2)n

(CH2)n (CH2)n (CH2)n (CH2)n (CH2)n

O O O O O

C C C C C

CH CH CH CH CH

CH2 CH2 CH2 CH2 CH2

Pada pemakaiannya, senyawa fluorokarbon ini akan berpolimerisasi pada saat


dilakukan pemanasawetan membentuk suatu lapisan tipis atau film yang tersusun dari
gugus –CF3, -CF2H, atau –CF2 yang sangat rapat. Lapisan ini mempunyai energi permukaan
yang rendah, sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan kritis (Critical Surface
Tension atau CST) bahan tekstil sehingga memberikan perlindungan secara kimia terhadap
kemungkinan terjadinya pembasahan atau penetrasi cairan.
Dalam pertimbangan dapat atau tidaknya suatu senyawa fluorokarbon dipakai
sebagai zat penyempurnaan, ada beberapa hal yang harus dipenuhi, yaitu :
- Rantai polimer harus linier dengan paling sedikit 4 atom karbon (sebaiknya 9
atom C) dengan gugus ujung berupa –CF 3, -CF2H, atau –CF2 yang orientasinya teratur
dan rapat.
- Rantai utama hendaknya merupakan polimer yang sesuai.
- Mempunyai gugus pengikat yang berupa gugus polar sehingga dapat
mengadakan ikatan dengan serat tanpa menaikkan sifat hidrofil serat.
Gugus kimia yang terdapat pada bagian luar dari lapisan pemukaan merupakan
gugus fluorokarbon yang mempunyai sifat hidrofob dan bersifat polar sehingga dapat
mengadakan ikatan dengan bahan tekstil.
Molekul-molekul zat senyawa tolak air berorientasi sedemikian rupa sehingga rantai
fluorokarbon paralel dan gugus metilnya diujung yang lain sehingga mengarah keluar ke
permukaan bahan, sedangkan gugus polarnya dapat mengadakan ikatan dengan serat
dibawah permukaan luar. Sehingga gugus-gugus hidrofilnya tidak atau hanya sedikit yang
mengadakan ikatan dengan molekul-molekul air yang kontak dengan bahan tekstil.

III. Percobaan
3.1 Alat dan bahan

Alat yang digunakan:


- Neraca Teknis
- Gelas Piala 200 ml
- Pengaduk
-Mesin Padder
-Mesin Stenter
Bahan yang digunakan:
- Kain Kapas (100%)
- Kain Poliester (100%)
- Kain Nylon (100%)
- Resin Tolak Air
- Air
3.2 Diagram alir praktek

3.3 Resep

Resep Jumlah
Resin tolak air: 50 gram/l
WPU 70%

3.4 Perhitungan resep

Resin tolak air : x 100= 5 gram/L

3.5 Fungsi zat

- Resin tolak air: untuk melapisi bahan dengan lapisan film sehingga kain
tidak mudah menyerap air

3.6 Skema proses

3.7 Cara kerja


a. Resin ditimbang sesuai dengan kebutuhan.
b. Kain direndam peras dengan mesin stenter (padder) dalam larutan resin dan
katalis agar terjadi impregnasi resin kedalam serat selama 2 menit
c. Kain kemudian dikeringkan pada suhu 100o C selama 2 menit.
d. Proses dilanjutkan dengan melakukan pemanasawetan (curing) pada suhu
150o C selama 2 menit.
e. Setelah selesai kemudian dilakukan proses pengujian (uji siram) dan uji
kekakuan sebelum dan sesudah pencucian.

Pengujian Uji Siram


 Contoh uji dipasangkan dengan kuat pada pemegang contoh dan pasang
pada penyangga dengan permukaan kain menghadap ke atas.
 250 ml air dituangkan ke dalam corong siram.
 Setelah siraman berhenti, pemegang contoh diketukkan pada benda yang
keras dua kali.
 Penilaian contoh uji dilakukan menurut skala uraian atau skala foto yang
dapat menunjukkan tingkat kebasahan yang paling sesuai.
 Tidak boleh memberikan nilai tengah.

IV. Data Pengamatan dan Evaluasi

4.1 Uji Siram


Nilai pembasahan pada kain menurut standar AATCC

Jenis Kain Nilai Contoh Uji Nilai Blanko

50 (ISO 1) : Pembasahan 0 : Pembasahan pada


Kapas seluruh permukaan kain seluruh permukaan kain
bagian atas bagan atas dan bawah.

100 (ISO 5) : Tidak ada 0 : Pembasahan pada


Nylon titik-titik pembasahan seluruh permukaan kain
pada permukaan atas. bagan atas dan bawah.

100 (ISO 5) : Tidak ada


0 : Pembasahan pada
titik-titik pembasahan
Poliester seluruh permukaan kain
pada permukaan atas.
bagan atas dan bawah.

V. Diskusi
Dari praktikum proses penyempurnaan tolak air yang telah dilakukan,
menunjukkan hasil pada kain dengan bahan poliester memiliki nilai pembasahan
yang paling baik dibandingkan dengan kain berbahan nylon dan kapas dengan nilai
100 (ISO 5). Nilai paling kecil diperoleh oleh bahan kapas dengan nilai 50 (ISO 1).
Seluruh kain blanko memperlihatkan nilai 0 dengan pembasahan di seluruh
permukaan atas dan bawah, hal tersebut disebabkan tidak adanya resin tolak air
yang mampu melapisi permukaan kainnya sehingga air dapat menembus bahan.
Resin tolak air yang digunakan merupakan resin yang berupa senyawa organik
fluorokarbon dengan rantai karbon perfluoronasi. Senyawa tersebut berperan
mengurangi tegangan permukaan yang ada pada bahan dengan membentuk lapisan
film tipis. Untuk kain kapas contoh uji yang memiliki tolak air kurang baik dapat
disebabkan karena kurangnya fiksasi dari fluorokarbon yang disebabkan oleh
kelarutannya. Fluorin dengan kandungan gugus organik yang kebanyakan tidak larut
dalam air sehingga dibutuhkan zat dengan gugus hidrofilik untuk meningkatkan
kelarutannya. Selain untuk kelarutan, gugus hidrofilik tersebut juga digunakan untuk
fiksasi kedalam serat hidrofil. Pada bahan seperti poliester dan nylon fluorokarbon
melekat dengan kuat karena bahan tersebut merupakan serat-serat hidrofob buatan.

VI. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum proses penyempurnaan tolak air yang telah
dilakukan menunjukkan hasil pada kain poliester memiliki nilai pembasahan 100 (ISO
5), pada kain kapas 50 (ISO 1), dan pada kain nylon 100 (ISO 5), dengan bahan
poliester memiliki nilai pembasahan yang paling baik dibandingkan dengan kain
berbahan nylon dan kapas. Resin tolak air akan melekat kuat pada bahan hidrofob
dibandingkan bahan hidrofil.
VII. Daftar Pustaka

P.Soeprijono, dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung: Institute Teknologi Tekstil

Soeparman, dkk. 1977. Teknologi Penyempurnaan. Bandung: Institute Teknologi Tekstil

Hitariyat Susyami, dkk. 2005. Teknologi Penyempurnaan Kimia. Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil

https://id.wikipedia.org/wiki/Poliester

http://ejournal.politama.ac.id/index.php/politeknosains/article/download/148/161.

http://teknologitekstil.com/pengertian-kain-nilon/

Anda mungkin juga menyukai