KELOMPOK 1
Nama Anggota:
Group : 2K3
Desiriana
2017
I. Maksud dan Tujuan
1.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah untuk dapat mengetahui dan melakukan proses
penyempurnaan tolak air pada bahan selullosa, poliester, dan nilon.
1.2 Tujuan
1. Memahami tujuan dan mekanisme proses penyempurnaan tolak air pada
bahan selullosa, poliester, dan nilon.
2. Mengetahui efek resin tolak air pada bahan alami dan sintetik.
KAPAS
Pada serat kapas pada umumnya selalu dilakukan proses pengelantangan, hal ini
dilakukan untuk menghilangkan pigmen alam atau kotoran-kotoran lain yang tidak dapat
dihilangkan pada proses scouring. Serat kapas merupakan salah satu jenis bahan tekstil
yang sudah dikenal sejak ± 5.000 tahun sebelum masehi. Merupakan salah satu bahan
tekstil yang berasal dari serat alam, yaitu serat biji tanaman Gossypium yang tumbuh di
daerah lembab dan banyak disinari matahari. Tanaman Gossypium termasuk keluarga
Malvaceae. Pertumbuhan tanaman kapas sangat bergantung pada tempat
tumbuhnya.Tanaman ini tumbuh di daerah yang beriklim subtropis seperti Asia, Afrika,
Amerika Selatan dan Amerika Utara.
Komposisi serat kapas tergantung pada jenis tanaman dan derajat kesadahannya.
Sekitar 90% komposisi serat kapas terdiri dari selulosa, sedangkan sisanya adalah protein,
pektin, malam, lemak, pigmen alam, mineral, dan air. Serat kapas memegang peranan
penting dalam bidang tekstil. Dengan berkembangnya serat sintetik tidak menyebabkan
serat kapas mulai ditinggalkan, namun dengan adanya perkembangan serat buatan,
meningkatkan penggunaan serat campuran yang memiliki sifat saling melengkapi kedua
sifat tersebut. Hal ini disebabkan karena serat kapas masih memiliki beberapa keunggulan
yang tidak dapat ditiru oleh serat buatan. Keunggualan serat kapas diantaranya mempunyai
daya serap yang baik terhadap air, sehingga nyaman apabila dipakai. Serat kapas juga
mempunyai beberapa kekurangan seperti mudah kusut dan mengkeret dalam pencucian.
Bentuk morfologi penampang melintang serat kapas sangat bervariasi dari bentuk pipih
sampai bentuk bulat, tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal yang terdiri dari bagian
kutikula, dinding primer, dinding sekunder, dan lumen. Sedangkan bentukpenampang
membujur serat kapas adalah pipih seperti bentuk pita yang terpilin atau terpuntir
membentuk puntiran dengan interval tertentu. Kearah memanjang, serat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu bagian besar, bagian badan, dan bagian ujung. Bentuk penampang melintang
dan bentuk penampang membujur serat kapas:
melintang membujur
Serat kapas mentah mengandung selulosa. Selain selulosa, pada kapas mentah
mengandung pektin, lemak/malam, pigmen alam, mineral dan air. Komposisi serat kapas
berbeda-beda tergantung dari berbagai hal, antara lain jenis tanaman kapasnya, kondisi
tanah, cuaca, kualitas air untuk irigasi, dan zat kimia yang digunakan untuk pupuk dan
pestisidanya. Komposisi serat kapas dapat dilihat pada tabel berikut:
Serat kapas tersusun atas selulosa yang komposisi murninya telah lama diketahui
sebagai zat yang terdiri dari unit-unit anhidro-beta-glukosa dengan rumus empiris
(C6H10O5)n dengan n adalah derajat polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul.
Selulosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n merupakan suatu rantai polimer linier
yang tersusun dari kondensat molekul-molekul glukosa yang dihubungkan oleh jembatan
oksigen pada posisi atom karbon nomor satu dan empat. Stuktur rantai-rantai molekul
selulosa disusun dan diikat satu dengan yang lainnya melalui ikatan Van der Waals. Struktur
kimia dari selulosa dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Setiap satuan glukosa mengandung tiga gugus hidroksil (-OH). Gugus hidroksil pada
atom karbon nomor lima merupakan alkohol primer (-CH2OH), sedangkan pada posisi 2 dan
3 merupakan alkohol sekunder (HCOH). Kedua jenis alkohol tersebut mempunyai tingkat
kereaktifan yang berbeda. Gugus hidroksil alkohol primer lebih reaktif daripada gugus
hidroksil alkohol sekunder. Gugus hidroksil merupakan gugus fungsional yang sangat
menentukan sifat kimia serat kapas, sehingga serat selulosa dinotasikan sebagai sel-OH
dalam penulisan mekanisme reaksi. Susunan Fisika Serat Kapas
Komposisi fisika serat kapas terdiri dari bagian amorf dan kristalin, dimana bagian amorf
mempunyai daya serap yang lebih besar dari pada bagian kristalin, tetapi kekuatannya lebih
kecil. Pada bagian kristalin memiliki susunan molekul yang teratur dan sejajar satu sama
lain. Sedangkan pada bagian amorf, susunan molekulnya tersusun secara tidak pararel dan
tidak teratur. Bagian kristalin dan amorf pada serat kapas disajikan pada Gambar 2.3
dibawah ini :
1. Warna
Warna kapas tidak betul-betul putih biasanya sedikit krem. Adanya warna ini disebabkan
oleh pigmen alam yang terkandung di dalam serat kapas. Pigmen yang menimbulkan warna
pada kapas belum diketahui dengan pasti. Warna kapas akan semakin tua setelah
penyimpanan selama 2 sampai 5 tahun. Karena pengaruh cuaca yang lama, debu, dan
kotoran akan menyebabkan warna keabu-abuan.
2. Kekuatan
Kekuatan serat terutama dipengaruhi oleh kadar selulosa dalam serat, panjang rantai dan
orientasinya. Dalam suasana basah, serat kapas akan memiliki kekuatan yang lebih besar
dibanding dalam keadaan kering. Hal ini disebabkan karena pada keadaan basah bentuk
serat akan mengelembung sehingga puntiran hilang. Dengan demikian gaya tarik yang
diderita akan tersebar sepanjang serat.
3. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa yang lainnya
yaitu berkisar 4-13 % bergantung pada jenis serat kapasnya dan rata- rata mulur sebesar
7%.
4. Moisture Regain
Serat kapas mempunyai affinitas yang besar terhadap air. Serat kapas yang kering bersifat
kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat kapas bervariasi sesuai
dengan perubahan kelembaban relatif, pada kondisi standar kandungan air serat kapas
berkisar antara 7-8,5%.
5. Keliatan (Toughness)
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda untuk menerima kerja.
Serat kapas memiliki keliatan yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan serat-serat
selulosa yang diregenerasi.
6. Indeks Bias
Indeks bias serat kapas sejajar dengan sumbu serat adalah 1,58. Sedangkan indeks bias
melintang sumbu serat adalah 1,53.
7. Berat Jenis
1. Pengaruh asam
Serat kapas tahan terhadap asam lemah, sedangkan asam kuat akan mengurangi kekuatan
serat kapas karena dapat memutuskan rantai molekul selulosa (hidroselulosa).
2. Pengaruh alkali
Alkali kuat pada suhu didih air dan pengaruh adanya oksigen dalam udara akan
menyebabkan terbentuknya oksiselulosa. Alkali pada kondisi tertentu akan
mengelembungkan serat kapas.
3. Pengaruh oksidator
4. Pengaruh mikroorganisma
Dalam keadaan lembab dan hangat, serat kapas mudah terserang jamur dan bakteri. Tetapi
pada kondisi kering, serat kapas mempunyai ketahanan yang cukup baik terhadap jamur
dan mikroorganisma.
POLIESTER
Poliester adalah suatu kategori polimer yang mengandung gugus fungsional ester
dalam rantai utamanya. Meski terdapat banyak sekali poliester, istilah "poliester" merupakan
sebagai sebuah bahan yang spesifik lebih sering merujuk pada polietilena tereftalat (PET).
Poliester dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.
N HOOC- - -COOH + N HO(CH2)2OH
Asam tereftalat etilena glikol
NILON
Serat Nilon dikenal karena kekuatannya, elastisitas, tidak mudah rusak, dan
ketahanannya terhadap minyak dan lemak. Nilon tahan terhadap abrasi, dan tidak menyusut
atau meregang saat dicuci. Kain nilon memiliki tingkat daya serap yang rendah, karenanya
kain ini sering digunakan untuk pakaian renang, olah raga, dan juga pakaian pengantin.
Salah satu kelemahannya adalah bahan ini dapat terdegradasi oleh sinar ultraviolet.
Sedangkan kelebihan lainnya adalah sbb:
Tidak mudah rusak, terkoyak atau lecet
Tahan terhadap air dan panas
Tidak mendukung perkembangan jamur dan kerusakan kimia.
Dikembangkan pertama kali pada tahun 1930-an dengan tujuan untuk menggantikan
bahan sutera yang pada saat itu sangat mahal dan langka. Pada mulanya, bahan ini tidak
begitu populer sebelum pada akhirnya menjadi terkenal ketika stoking berbahan baku nilon
diperkenalkan ke publik. Nilon menjadi sangat laku sampai pada saat itu tidak tersedia untuk
umum karena banyak digunakan untuk perang dunia kedua untuk membuat parasut,
seragam militer, pakaian, bagian dari mesin, ban dll.
Seperti halnya bahan sintetis lain, nilon diciptakan oleh seorang ahli kimia dari Amerika
bernama Wallace Carothers, di perusahaan Dupont Chemical, yang terus memproduksi
sampai hari ini. Nlon merupakan serat kedua yang paling banyak digunakan di Amerika
Serikat. Hal Ini dikarenakan bahan ini relatif mudah untuk dibuat dan sangat fleksibel
meskipun bahan ini mempunyai basis plastik sintetis. Namun, nilon juga memiliki tingkat
peluruhan atau penguraian yang sangat lambat (seperti banyak produk minyak bumi
lainnya), yang mengakibatkan akumulasi produk yang sudah tak dibutuhkan di tempat
pembuangan sampah.
Awalnya, nilon dibuat dengan menggabungkan bahan kimia yang diperlukan yang di
ekstrak dari minyak bumi, gas alam, batu bara, udara, air, dan produk lainnya. Saat ini,
banyak produk produk nilon yang ada di pasar dibuat dengan metode dasar yang sama.
Proses pembuatan benang nilon terdiri dari beberapa tahap dasar diantaranya adalah
kombinasi kimia (polimerisasi) dan proses manufaktur (open polimerisasi). Tahap pertama
dalam produksi benang nilon adalah proses kimia yang disebut polimerisasi. Dalam tahap
ini, bahan kimia yang diperlukan untuk membuat nilon digabungkan dan dipanaskan pada
suhu yang sangat tinggi. Proses pemanasan ini dilakukan untuk menghilangkan air dan
menginduksi polimerisasi ketika molekul kecil bergabung untuk membentuk molekul yang
besar.
Nilon dibuat melalui proses kimia yang disebut “polimerisasi pembukaan cincin” (ring
opening polymerization), di mana molekul yang berbentuk seperti cincin dibuka dan
diratakan. Pada reaksi ini, molekul dengan bentuk cincin seperti hidrokarbon yang dtemukan
dalam minyak bumi diproses ke berbagai jenis asam dan basa.
Struktur molekul berbentuk cincin ini diratakan lalu dipanjangkan sehingga molekul-
molekul tersebut bisa terhubung satu dengan yng lainnya dan menjadi rantai molekul yang
panjang pada proses pemanasan diatas 600 derajat Fahrenheit.
Setelah melalui berbagai proses diatas, cairan nilon tercipta dan siap untuk pindah ke
proses manufaktur. Cairan dengan high surface tension ini akan mengeras menjadi padat
jika mendingin atau terekspos udara. Tahap selanjutnya adalah memasukkan cairan nilon ini
melalui lubang kecil pada spinnerete dan setelah keluar, yang kita dapatkan adalah sehelai
benang nilon yang sebenarnya merupakan cairan nilon yang telah mengeras menjadi padat.
θ θ θ
Resin
Resin yang digunakan pada pengujian kali ini yaitu Dimer Perfluoro Alkil Akrilat, yang
termasuk jenis senyawa fluorokarbon. Fluorokarbon adalah senyawa yang mengandung
fluor dan karbon. Struktur fluorokarbon hampir mirip dengan hidrokarbon, tetapi senyawa
fluorokarbon ini sifatnya berbeda sama sekali dengan hidrokarbon. Fluorokarbon merupakan
senyawa organik yang sebagian besar atom H pada C- nya disubstitusi oleh atom F. Struktur
kimia senyawa fluorokarbon kurang lebih sebagai berikut :
O O O O O
C C C C C
CH CH CH CH CH
III. Percobaan
3.1 Alat dan bahan
3.3 Resep
Resep Jumlah
Resin tolak air: 50 gram/l
WPU 70%
- Resin tolak air: untuk melapisi bahan dengan lapisan film sehingga kain
tidak mudah menyerap air
V. Diskusi
Dari praktikum proses penyempurnaan tolak air yang telah dilakukan,
menunjukkan hasil pada kain dengan bahan poliester memiliki nilai pembasahan
yang paling baik dibandingkan dengan kain berbahan nylon dan kapas dengan nilai
100 (ISO 5). Nilai paling kecil diperoleh oleh bahan kapas dengan nilai 50 (ISO 1).
Seluruh kain blanko memperlihatkan nilai 0 dengan pembasahan di seluruh
permukaan atas dan bawah, hal tersebut disebabkan tidak adanya resin tolak air
yang mampu melapisi permukaan kainnya sehingga air dapat menembus bahan.
Resin tolak air yang digunakan merupakan resin yang berupa senyawa organik
fluorokarbon dengan rantai karbon perfluoronasi. Senyawa tersebut berperan
mengurangi tegangan permukaan yang ada pada bahan dengan membentuk lapisan
film tipis. Untuk kain kapas contoh uji yang memiliki tolak air kurang baik dapat
disebabkan karena kurangnya fiksasi dari fluorokarbon yang disebabkan oleh
kelarutannya. Fluorin dengan kandungan gugus organik yang kebanyakan tidak larut
dalam air sehingga dibutuhkan zat dengan gugus hidrofilik untuk meningkatkan
kelarutannya. Selain untuk kelarutan, gugus hidrofilik tersebut juga digunakan untuk
fiksasi kedalam serat hidrofil. Pada bahan seperti poliester dan nylon fluorokarbon
melekat dengan kuat karena bahan tersebut merupakan serat-serat hidrofob buatan.
VI. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum proses penyempurnaan tolak air yang telah
dilakukan menunjukkan hasil pada kain poliester memiliki nilai pembasahan 100 (ISO
5), pada kain kapas 50 (ISO 1), dan pada kain nylon 100 (ISO 5), dengan bahan
poliester memiliki nilai pembasahan yang paling baik dibandingkan dengan kain
berbahan nylon dan kapas. Resin tolak air akan melekat kuat pada bahan hidrofob
dibandingkan bahan hidrofil.
VII. Daftar Pustaka
Hitariyat Susyami, dkk. 2005. Teknologi Penyempurnaan Kimia. Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil
https://id.wikipedia.org/wiki/Poliester
http://ejournal.politama.ac.id/index.php/politeknosains/article/download/148/161.
http://teknologitekstil.com/pengertian-kain-nilon/