Anda di halaman 1dari 19

PENYEMPURNAAN PENGANJIAN

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Penyempurnaan 1

Dosen : Wulan Safrihartini, S.ST.,MT


Asisten Dosen : Brilyan M.R.R., S.ST // Nurfadillah Ikhsani, S.Tr.Si

Oleh :

KELOMPOK 1 :

1. Miftahul Ulum 19420051


2. Milenia Sri Andini 19420052
3. Mira Rahmawati 19420053
4. Muhamad Aldi Giri Putra 19420055
5. Muhammad Naufal Firjatullah 19420057
6. Putri Reiza Nabilla Pinem 19420069

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Maksud
- Mempelajari prinsip – prinsip dasar proses penyempurnaan penganjian kain T/C
dengan variasi kanji tapioka, CMC, dan PVA dengan evaluasi penambahan berat
dan kekakuan pada kain.
- Mengetahui pengaruh variasi kanji tapioka, CMC, dan PVA pada proses
penyempurnaan penganjian kain T/C.

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh kanji tapioka, CMC, dan PVA pada kain kapas T/C
terhadap % penambahan berat dan kekakuan dengan metoda padding.
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Serat Poliester


Poliester pertama kali mulai dikembangkan oleh J.R. Whinfield dan J.T. Dickson,
yaitu para ahli dari perusahaan Inggris Calico Printers Association Ltd. Pembuatan
serat poliester yang pertama kali dilakukan pada tahun 1944, kemudian pada tahun
1952 perusahaan ICI (Imperial Chemical Industries, Ltd) di Inggris mulai
memproduksi serat poliester secara komersial. Serat sintetik yang dibuat dari etilena
glikol dan asam tereftalat melalui proses polimerisasi kondensasi. Polyester
mempunyai gugus amorf kecil dan gugus kristalin yang tinggi sehingga sifat
kristalinitasnya tinggi (bersifat hidrofob) dan tidak mengandung gugusan-gugusan
yang aktif, sehingga sukar sekali ditembus oleh molekul-molekul yang berukuran
besar ataupun tidak bereaksi dengan zat warna anion atau kation. Penggunaan alkali
panas waktu proses pencucian polyester sebaiknya dihindari, karena akan
menyebabkan terkelupasnya permukaan serat tersebut. Polyester juga memiliki titik
leleh yang tinggi yaitu 280oC, juga daya tahan terhadap sobekan maupun gosokan dan
elastisitas yang tinggi. Polyester kebanyakan hanya dapat dicelup oleh zat warna
dispersi.
Serat poliester adalah serat sintetik yang dibuat dari etilena glikol dan asam
tereftalat melalui proses polimerisasi kondensasi. Kekuatan poliester pada keadaan
basah sama besar dengan kekuatan pada keadaan kering. Poliester mempunyai gugus
amorf kecil dan gugus kristalin yang tinggi sehingga sifat kristalinitasnya tinggi
(bersifat hidrofob) dan tidak mengandung gugusan-gugusan yang aktif, sehingga sukar
sekali ditembus oleh molekul-molekul yang berukuran besar ataupun tidak bereaksi
dengan zat warna anion atau kation. Untuk memperoleh hasil celup yang baik maka
proses pendahuluan (pretreatment) untuk poliester sangat perlu. Penggunaan alkali
panas waktu proses pencucian poliester sebaiknya dihindari, karena akan
menyebabkan terkelupasnya permukaan serat tersebut. Poliester juga memiliki titik
leleh yang tinggi yaitu 280oC, juga daya tahan terhadap sobekan maupun gosokan dan
elastisitas yang tinggi. Poliester kebanyakan hanya dapat dicelup oleh zat warna
dispersi.
Poliester dibuat secara pemintalan leleh dari dua jenis asam tereftalat. Molekul-
molekulnya besar dan kaku, sukar dibengkokan dan mudah kembali ke bentuk semula
setelah berubah bentuknya.

Serat poliester dibuat dengan cara pemintalan leleh. Serpihan-serpihan poliester


dilelehkan dan dilewatkan melalui lubang spineret yang mempunyai bentuk dan
diameter tertentu. Filamen yang terjadi ditarik dalam keadaan panas sampai lima kali
panjang semula, sedangkan untuk filamen yang kasar ditarik dalam keadaan dingin.
Untuk memperoleh benang stapel, dapat dilakukan dengan mengeritingkan filament
dan dipotong-potong dengan panjang tertentu.
Serat poliester merupakan suatu polimer yang mengandung gugus ester dan
memiliki keteraturan struktur rantai yang menyebabkan rantai-rantai mampu saling
berdekatan, sehingga gaya antar rantai polimer poliester dapat bekerja membentuk
struktur yang teratur. Poliester merupakan serat sintetik yang bersifat hidrofob karena
terjadi ikatan hidrogen antara gugus – OH dan gugus – COOH dalam molekul tersebut,
oleh karena itu serat poliester sulit didekati air atau zat warna. Serat ini dibuat dari
asam tereftalat dan etilena glikol.
Disamping sifat hidrofob, faktor lain yang menyulitkan pencelupan ialah kerapatan
serat poliester yang tinggi sekali sehingga sulit untuk dimasuki oleh molekul zat warna.
Derajat kerapatan ini akan berkurang dengan adanya kenaikan suhu karena fibrasinya
bertambah dan akibatnya ruang antar molekul makin besar pula. Molekul zat warna
akan masuk dalam ruang antar molekul.Poliester tahan asam lemah meskipun pada
suhu mendidih, dan tahan asam kuat dingin. Poliester tahan basa lemah tapi kurang
tahan basa kuat. Poliester tahan zat oksidator, alkohol, keton, sabun, dan zat-zat untuk
pencucian kering. Poliester larut dalam metakresol panas, asam trifouro asetat-orto-
cloro fenol.
Poliester memiliki penampang membujur berbentuk silinder dengan dinding kulit
tebal, dan penampang lintang bulat dengan bintik-bintik di dalamnya.
a. Sifat fisika
 Kekuatan dan mulur dalam keadaan basah sama dengan dalam keadaan kering.
 Poliester mempunyai keelastisan yang baik, sehingga kain-kain poliester tahan
kusut.
 Dalam kondisi standard standard regain poliester hanya 0,4%. Dalam
kelembapan relative 100% moisture regainnya hanya 0,6%-0,8%.
 Berat jenis poliester 1,38.
b. Sifat kimia
Poliester tahan asam lemah meskipun pada suhu mendidih, dan tahan asam kuat
dan dingin. Poliester tahan basa lemah, tetapi kurang tahan dengan basa kuat.
Poliester tahan dengan zat oksidator, alcohol, keton, sabun dan zat-zat untuk
pencucian kering. Poliester larut dalam meta kresol panas dan asam triflouroasetat.
Poliester tahan terhadap serangga, jamur dan bakteri.

2.2. Serat Kapas


Serat kapas tumbuh menutupi seluruh permukaan biji kapas. Dalam tiap-tiap buah
terdapat 20 biji kapas atau lebih. Serat mulai tumbuh pada saat tanaman berbunga dan
merupakan pemanjangan sebuah sel tunggal dari epidermis atau selaput luar biji. Sel
membesar sampai diameter maksimum dan kemudian sel yang berbentuk silinder
tersebut tumbuh mencapai panjang maksimum dalam waktu 17-25 hari setelah bunga
kapas membuka. Pada saat itu serat merupakan sel yang sangat panjang dengan dinding
tipis yang menutup protoplasma dan inti.
Dinding yang asli disebut dinding primer dan dinding yang menebal pada waktu
pendewassan disebut dinding sekunder. Pertumbuhan dinding sekunder tersebut
berlangsung sampai hari ke 45 sampai hari ke 75 atau 1-2 hari sebelum buah terbuka.
Morfologi serat kapas sebagai berikut :
Bentuk memanjang serat kapas ,pipih seperti pita yang terpuntir. Bentuk
penampang serat kapas sangat bervariasi dari pipih sampai bulat tatapi pada umunya
berbentuk seperti ginjal.
a. Sifat Fisika
 Warna : warna kapas tidak betul-betul putih, sedikit cream. Akan semakin
tue setelah berumur 2-5 tahun.
 Kekuatan : dipengaruhi oleh kadar selulosa dalam serat. Kekuatan serat
pada umunya menurun ketika basah, akan tetapi sebaliknya kekuatan kapas
dalam keedaan basah makin tinggi.
 Mulur : mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat selulosa
alam, kira-kira 2 kali mulur rami. Sutera dan wol memiliki mulur lebih
tinggi dari kapas.
 Keliatan (toughness) : ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda
untuk menerima kerja, dan merupakan sifat yang penting untuk serat-serat
tekstil terutama yang digunakan sebagai tekstil untuk keperluan industri.
 Kekakuan (stiffness) : dapat didefinisikan sebagai daya tahan terhadap
perubahan bentuk, untuk tekstil biasanya dinyatakan sebagau perbandingan
antara kekuatan serat putus dengan serat putus.
 Moisture Regain : serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air
dan air mempunyai pengaruh yang nyata terhadap sifat-sifat serat.
 Berat jenis : berat jenis serat kapas 1,50-1,56.
 Indeks bias : indeks bias serat kapas sejak sumbu serat 1,58, indeks bias
melintang sumbu serat 1,53.
b. Sifat Kimia
 Terhidrolisis dalam asam kuat sehingga kekuatan turun
 Oksidator lebih menghasilkan oksiselulosa & menggelembung dalam
larutan alkali
 Pengaruh panas tidak memperlihatkan kekuatan bila dipanaskan pada suhu
120°C, tetapi pad suhu yang lebih tinggi akan menimbulkan penurunan
kekuatan.
c. Struktur serat kapas

Gambar Struktur Selulosa Serat Kapas

2.3. Serat Poliester/Kapas


Tujuan utama dari pencampuran serat poliester dan kapas adalah untuk
mendapatkan kain yang mutunya lebih baik dibandingkan dengan kain yang terbuat
dari masing – masing seratnya.Faktor yang merupakan suatu keuntungan dalam
pencampuran antar serat poliester dan kapas adalah sifat buruk dari poliester
merupakan sifat yang baik dari serat kapas, begitu pula sebaliknya. Sehingga dari
pencampuran kedua jenis serat ini, sifat – sifat yang kurang dari salah satu jenis serat
dapat diimbangi dengan sifat – sifat yang baik dari serat lain.

2.3.1. Sifat – sifat Bahan Campuran Poliester – Kapas


Bahan – bahan yang terbuat dari serat poliester merupakan bahan yang
memiliki sifat – sifat yang baik seperti kekuatan tinggi, daya tahan abrasi yang
baik, sifat cuci pakai yang baik, dan lipatan yang lama. Sifat – sifat yang baik
dari serat poliester tersebut akan lebih baik lagi jika dicampur dengan serat
selulosa pada kondisi tertentu. Serat selulosa yang dicampur dengan serat
poliester ini akan memberikan bahan campuran dengan sifat yang baik,
diantaranya : Rasa yang nyaman dalam pemakaian.
2.4.Kanji
2.4.1. Definisi kanji
Kanji adalah simpanan atau timbunan makanan pada tumbuh-tumbhuan
yang tersimpan pada biji, batang, akar atau lainnya. Kanji merupakan butiran-
butiran yang berbeda-beda bentuknya, yang bergantung pada asal kanjinya.
Perbedaan bentuk butiran-butiran tersebut dapat digunakan untuk
membedakan macam kanji dan asal kanji terbsebut.
Umumnya di dalam butiran-butiran kanji terdapat noda pada jalur-jalur
atau lipatana yang merupakan pusat pertumbuhan butiran kanji. Butiran-
butiran kanji dikelilingi oleh lapisan protein atau selulosa yang berbentuk
lapisan.Kanji diperoleh dengan jalan merendam daging biji-bijian atau akar,
ditumbuk, diekstraksi untuk pemurnian dan kemudian diendapkan.sumber-
sumber kanji lain adalah gandum, sagu, tapioka, ubi kerut dan lainnya. Kanji
dari bahanibahan tersebut diperoleh dengan caya yang sama seperti pembuatan
kanji jagung atau kentang.
2.4.2. Susunan Kimia
Hidrolisa asam pada kanji memberikan D-glukosa monosakharida.
Metanolasi memberikan hasil kuantitatif dari metil-D-glukopiranosid,
sedangkan penghidrolisaan pada kanji yang telah dimetilkan menghasilkan
97% derivat kanji yang dimetilasi. Hasil ini sama dengan hasil yang diperoleh
pad pengerjaan yang sama pada selulosa, sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa kanji adalah polimer yang terdiri dari unit-unit D-glukosa.
Kanji seperti pada selulosa dapat membentuk deribat dengan tiga
substitusi, misalnya triasetat atau trimetil-eter. Selanjutnya pada hidrolisa
kanji yang dimetilasi penuh memberikan 2,3,6, tri-O-metil-D-glukopiranosa.
Hal ini membuktikan bahwa unit-unit glukosa kanji dihubungkan melalui
atom karbon 1 dan 4. Hasilnya adalah 2,3 dan 6 tri-O-metil-D-glukopiranosa.
Ujung-ujung dari rantai yang tidak tereduksi akan memberikan 2,3,4, dan 6-
tetra-O-metil-D-glukopiranosa. Meskipun di dalam hidrlisa kanji hanya
menghasilkan D-glukosa, sebenarnya kanji terdiri dari dua polimer yang
berbeda.yaitu fraksi amiloda dan amilopektin. Kadar kedua zat tersebut di
dalam kanji kira-kira 25% : 75%. Kedua fraksi tersebut dapat dipisahkan
dengan jalan mengendapkan dispersi kanji.
2.4.3. Kanji Tapioka
Larutan tapioka berbentuk gel yang transparan dan memberikan hasil
akhir yang tipis, mengkilap dan fleksibel. Dalam penggunaannya sering
dicampur dengan kanji lain untuk mendapatkan modifikasi sifat-sifat yang
diinginkan, umpama dengan kanji kentang akan mendapatkan hasil akhir
dengan pegangan yang fleksibel dan keras.
2.4.4. Kanji Karboksimetilselulosa
Sama halnya dengan kanji atau selulosa, molekul karboksimetilselulosa
(selanjutnya cukup disebut CMC) merupakan turunan glukosida. Rantai
glukosidanya mengandung tiga gugus alcohol, dimana fungsi alcohol
primernya tersubstitusi. Derajat substitusinya bervariasi dari 0,68 hingga 0,85,
yang akan membedakan kelarutan dan viskositasnya. CMC dibuat dari reaksi
alkali selulosa dengan asam monokloroasetat.
CMC banyak digunakan pada industi tekstil karena mudah dihilangkan
dari bahan dengan proses penghilangan kanji. Dalam proses tersebut, CMC
mula-mula akan menggembung lalu berubah menjadi larutan koloid. Dengan
system ultrafiltrasi CMC didaur-ulang untuk mengurangi tingkat polusi
limbah industri.
Keunggulan sifat CMC terutama terletak pada pembentukan film dan daya
penganjiannnya. Lapisan film yang terbentuk tidak seperti “kulit” dan tidak
terpengaruh oleh kelembaban udara yang rendah pada penggunaannya.
Kekurangannya bersifat korosif bila bercampur dengan garam, larutannya
mudah menimbulkan endapan, pada kelembaban udara yang tinggi dapat
“mencair” dan menjadi lengket, dengan menggembung kembali dalam larutan
penghilang kanji.
2.4.5. Kanji Polivinilalkohol (PVA)
Polivinilalkohol atau PVA tidak dibuat dari monomer, tetapi dari
polimerisasi monomer vinil asetat. Bila reaksi hidrolisanya dikendalikan maka
akan diperoleh PVA yang terhidrolisis penuh. Bila reaksi hidrolisanya tidak
terkendali maka akan diperoleh PVA yang terhidrolisa sebagian. PVA yang
terhidrolisa penuh masih mengandung 1 - 2 % gugus eter, dan jumlah tersebut
menunjukan banyaknya – (OCOCH3) yang diganti oleh gugus –OH. PVA
yang terhidrolisa sebagian, misalnya PVA 88% lebih mudah larut dalam air.
Semakin panjang rantai makromolekulnya makin tinggi viskositasnya.
PVA banyak digunakan pada industi tekstil karena sifat fleksibilitas dan
ketahanan terhadap abrasinya berkat gugus-gugus OH-nya yang membentuk
dwikutub.
Pemanasan akan menyebabkan kristalisasi kanji dimana bentuk
terkristalisasi ini membuatnya menjadi tidak mudah larut dalam air. Oleh
sebab itu, perlakuan panas pada suhu tinggi sebelum penghilangan kanji harus
dihindari. Prinsip penghilangan kanji adalah :

PEMBASAHAN PENGGEMBUNGAN PENDISPERSIAN

(wetting) (swelling) (dispersion)

Makin tinggi suhu makin baik untuk kondisi penghilangan kanji.


Penghilangan PVA juga akan lebih baik dengan penambahan surfaktan dan
pelunak air. Dengan adanya zat-zat tersebut serat menjadi lebih mudah terbasahi
dan ini akan menyebabkan penggembungan kanji sehingga akan terdispersi
dengan mudah.

PVA tidak dapat di-biodegradasi tetapi dapat dengan mudah didaur-


ulang dengan ultrafiksasi. Sifat lain yang kurang menguntungkan adalah sangat
peka terhadap elektrolit dan pH alkali.

2.4.6. Penyempurnaan Penganjian Pada Kain


Penyempurnaan kanji pada kain bertujuan untuk memberikan lapisan
film yang rata pada kain, menyempurnakan kenampakan, menstabilkan
dimensi dan menambah berat kain. hasil penganjiannya sangat dipengaruhi
oleh viskositas larutan kanji dan penetrasinya pada serat. Penyempurnaan
kanji atau finish kanji bersifat sementara dan daya tahan cucinya sangat
rendah. Finish kanji biasanya dikerjakan pada kain kapas terutama untuk kain
kapas putih. Dalam finish kanji, bermacam-macam kanji dapat digunakan
sebagai zat pembentuk film dan sebagai zat perekat untuk zat-zat lain yang
ditambahkan pada larutan dinish kanji tersebut. Larutan finish kanji selain
mengandung kanji biasanya juga mengandung zat pembantu seperti zat anti
septil, zat pelemas dan zat pengisi atau zat pemberat.
Persyaratan kanji yang dapat digunakan untuk proses penganjian pada
kain adalah sebagai berikut :
- Dapat berpentrasi dengan baik dan membentuk lapisan film
- Menaikkan kekuatan
- Memiliki flesibilitas yang baik
- Tahan terhadap bakteri
- Memiliki kompabilitas yang baik dengan kanji lainnya
- Mudah dihilangkan
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
 Pengaduk
 Gelas piala 500 ml
 Gelas ukur 100 ml
 Nampan (baki plastik)
 Neraca digital
 Mesin padder
 Mesin stenter
 Alat uji kekakuan
3.1.2. Bahan
 Kain kapas
 Kanji Tapioka
 Kanji CMC
 Kanji PVA
 Air panas
3.2.Diagram Alir

Buat larutan kanji 200 mL

Masukkan kain kedalamnya dan


dilanjutkan proses padding

Keringkan pada mesin stenter pada suhu


100⁰ C selama 2 menit

Evaluasi :
- Penambahan berat
- Kekakuan
3.3.Skema Proses

peras larutan kanji

Pengeringan dan
penyetrikaan
Rendam

3.4. Resep
Tapioka : 5%
CMC : 5%
PVA : 5%
Suhu : 70oC

3.5. Fungsi Zat


a. Tapioka berfungsi sebagai zat pembentuk film dan sebagai zat perekat yang dapat
memberikan efek kaku, mengkilap,dan menambah kekuatan tarik pada kain.
b. Kanji CMC berfungsi zat penyempurnaan kanji untuk penganjian serat sintetik dan
alam sehingga memberikan efek penganjian yang diinginkan
c. PVA (Polivinilalkohol) berfungsi sebagai zat penyempurnaan kanji untuk
penganjian serat sintetik dan alam sehingga memberikan efek penganjian yang
diinginkan.

3.6. Cara Kerja

(Gbr. 1) Penimbangan awal bahan (Gbr. 2) Persiapan zat penganjian


(Gbr. 3) Pelarutan kanji (Tapioka, CMC, dan PVA)

(Gbr. 4) Proses padding

(Gbr. 5) Proses drying Evaluasi

1. Bahan ditimbang, kemudian hitung keperluan zat.

2. Buat larutan kanji panaskan sampai 70 oC, lalu campurkan sampai homogen. Larutan
kanji dibuat dalam 5%.

3. Rendam kain pada larutan kanji yang telah dibuat.

4. Bahan dipad dengan larutan kanji tersebut dengan efek peras.

5. Lakukan pengeringan menggunakan mesin stenter.

6. Evaluasi dengan melihat % penambahan berat dan kekakuan.


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Data Pengamatan


4.1.1. Data Penambahan Berat (%)

PVA CMC TAPIOKA


1,88 2,56 0,64

4.1.2. Data Kekakuan (mg.cm)

PVA CMC TAPIOKA


204,941 237,58 225,488

4.2. Analisis Data


Penyempurnaan kanji pada kain adalah pengerjaan pada kain yang bertujuan
untuk memberikan lapisan film yang rata pada kain, menyempurnakan kenampakan,
menstabilkan dimensi dan menambah berat kain. Hasil penganjiannya sangat
dipengaruhi oleh viskositas larutan kanji dan penetrasinya pada serat. Penyempurnaan
kanji atau finish kanji bersifat sementara dan daya tahan cucinya sangat rendah.
Pada praktikum ini penyempurnaan kanji pada kain T/C menggunakan kanji
Tapioka, PVA dan CMC yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kanji tapioka,
CMC, dan PVA pada kain kapas T/C terhadap % penambahan berat dan kekakuan
dengan metoda padding.
Dalam proses penganjian T/C menggunakan tapioka akan menghasilkan efek
hasil penganjian dengan lapisan filem tipis, mengkilap dan fleksibel. Dan
pencampuran menggunakan kanji jenis lain akan menimbulkan efek fleksibel yang
lebih serta keras/kaku.
Sedangkan pada proses penganjian T/C menggunakan PVA akan menghasilkan
efek hasil penganjian yang lebih keras. Kanji PVA ini tahan terhadap abrasi, sulit larut
dan terdispersi sebagian. Pada penggunaannya perlu penambahan surfaktan agar
penyerapannya lebih baik terhadap kain dan membantu menggembungkan kanji
sehingga terdispersi lebih sempurna. Mudah rusak oleh elektrolit dan alkali.
Molekul CMC merupakan turunan glukosida. Rantai glukosidanya mengandung
3 gugus alcohol, dimana fungsi alcohol primernya tersubstitusi. Derajat substitusinya
bervariasi dari 0,68 hingga 0,85 yang akan membedakan kelarutan dan viskositasnya.
CMC dibuat dari reaksi alkali selulosa dengan asam monokloroasetat.
Berdasarkan data praktikum yang diberikan, (%) persentase penambahan berat
yang paling tinggi terdapat pada CMC jika dibandingkan dengan kanji tapioka dan
PVA. Hal ini disebabkan karena CMC memiliki gaya tarik menarik (gaya adhesi) yang
paling tinggi diantara kanji lainnya (tapioka dan PVA). Gaya adhesi ini dapat
membantu kanji agar lebih terikat kuat dengan serat. Sehingga, rendahnya gaya adhesi
yang terdapat pada tapioka dan PVA menyebabkan kanji tidak terikat dengan kuat
terhadap kain dan kanji menjadi mudah untuk dihilangkan.
Pada saat pemberian kanji yaitu di-pad maka larutan koloidal kanji dapat masuk
ke dalam sela-sela konstruksi kain. Setelah dilakukan pengeringan terjadi pengikatan
dengan baik antar molekul/polimer kanji itu sendiri merekat dengan kain (serat) dalam
hal ini hanya ikatan fisika saja yang terjadi.
Ikatan yang terjadi antar polimer kanji ini yang akan menyebabkan terbentuknya
lapisan tiga dimensi pada permukaan serat/kain. Pada ruangan yang kosong lapisan ini
bersifat menahan gerakan-gerakan benang yang menyebabkan benang sukar bergerak
sehingga akan menyebabkan kain menjadi kaku. Besarnya kekakuan yang terjadi
tergantung sifat kanji yang digunakan, yaitu tergantung seberapa besar ikatan yang
terjadi dihubungkan dengan sifat kaku kanji dan sifat elastisitasnya.
Berdasarkan data praktikum yang diperoleh, kain yang menggunakan kanji jenis
CMC juga memiliki tingkat kekakuan yang lebih tinggi daripada kain yang
menggunakan kanji jenis lainnya (tapioka dan PVA). Hal ini disebabkan oleh faktor
temperature yang sangat berpengaruh dalam pengerjaan penganjian kain dengan CMC
ini. sehingga, suhu tersebut sangat berpengaruh terhadap nilai penambahan berat kain
dan pegangan permukaan (handling) kain. Pada kenaikan temperature dengan batas
maksimal, maka berat kain akan bertambah dan pegangannya akan semakin kaku.
Semakin banyak konsentrasi kanji yang digunakan dalam penganjian, maka semakin
besar pula nilai kekakuannya. Hal ini dikaarenakan semakin banyaknya kanji yang
diserap oleh kain maka semakin besar efek kerataannya pada kain, sehingga kain
tersebut memiliki kekakuan yang tinggi.
Sedangkan penambahan PVA pada bahan tekstil juga akan menyebabkan
kekakuan pada kain meningkat, walaupun penambahan PVA ini mengambil peluang
lebih sedikit daripada CMC tetapi sangat berpengaruh hal ini dikarenakan benang atau
kain dengan kanji jenis PVA berukuran polivinil alcohol yang dapat bekerja dengan
pengaya lebih rendah karena keunggulan adhesi dan kekuatan alcohol polivinil akohol
yang dibandingkan dengan bahan penikat alami seperti tapioka.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
Berdasarkan data praktikum yang telah dianalisis dan di evaluasi, maka dapat
disimpulkan bahwa :
- Penganjian bertujuan untuk menyempurnakan kenampakan, menstabilkan dimensi
dan menambah berat kain, dan mempengaruhi daya kaku kain.
- Hasil penganjian sangat dipengaruhi oleh viskositas larutan kanji dan penetrasinya
pada serat
- (%) persentase penambahan berat yang paling tinggi terdapat pada CMC jika
dibandingkan dengan kanji tapioka dan PVA
- kain yang menggunakan kanji jenis CMC juga memiliki tingkat kekakuan yang
lebih tinggi daripada kain yang menggunakan kanji jenis lainnya (tapioka dan PVA)

5.2. Saran

Terkait dengan praktikum yang telah dilakukan, kami menyarankan beberapa hal untuk
lebih diperhatikan, seperti :

- Menggunakan APD lengkap


- Lebih teliti dalam penambahan konsentrasi larutan-larutan yang dibutuhkan agar
tidak terjadi kesalahan saat melaksanakan praktikum
- Diutamakan mengerjakan proses sesuai prosedur agar hasil praktikum sesuai
dengan landasan teori yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Soeprijono, P., Poerwati, Widayat & Jumaeri. 1974. Serat-Serat Tekstil. Bandung: Institut
Teknologi Tekstil.

Ichwan, Muhammad, dkk. 2004. Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan.


Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Suprapto, Agus dan Muhammad Ichwan. 2005. Teknologi Persiapan Penyempurnaan.


Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Lubis, Arifin, dkk. 1994. Teknologi Persiapan Penyempurnaan. Bandung: Institut Teknologi
Tekstil.

Soeparman, dkk. 1977. Teknologi Penyempurnaan Tekstil. Bandung: Institut Teknologi


Tekstil.

Hitariyat, N. M. Susyami, dkk. 2005. Bahan Ajar Praktek Teknologi Penyempurnaan Kimia.
Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil

Hitariyat, N. M. Susyami. 2017. Teknologi Penyempurnaan I. Bandung : Politeknik Sekolah


Tinggi Teknologi Tekstil

Limineh, Derseh Yilie. Addisu Ferede Tesema. 2019. Valuation of Polyvinil alchohol and
Maize Strach as Sizing Agent for Textile processing. India.

Priyadi. 2020. Mengenal Carboxyl Methyil Cellulose (CMC). Sizing Technician PT. Virya
Mitra Banten

Anda mungkin juga menyukai