Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM PENCAPAN I

Proses Afdruk dan Pencapan Zat Warna Pigmen


Diajukan untuk memenuhi tugas Praktikum Pencapan I

Disusun Oleh : Kelompok 5-2K4

Tyas Hazrani Y 21420063

Dina Setyorini 21420069

Dila Azzahra H 21420070

Halimi Ikhwan 21420074

Selvina Siswana 21420079

Dosen : Sukirman,S.ST., MIL.

Asisten Dosen : 1. Lestari W., S.Pd, M.Tr.

2. Asiyah Nurrahmajanti, M.Si

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2023
PROSES AFDRUK

I. MAKSUD DAN TUJUAN


Proses afdruk dilakukan agar mahasiswa dapat memahami mengetahui dan
memahami cara pembuatan desain tunggal/non-repeat, pembuatan desain
berulang/repeat, penghapusan gambar pada kasa bekas, pembuatan kasa
datar dan pemindahan gambar tunggal ke kasa baru.

II. DASAR TEORI


2.1 Pengertian Pencapan
Pencapan adalah suatu proses pemberian warna pada kain secara tidak
merata sesuai dengan motif yang telah ditentukan dan hasilnya
memiliki ketahanan luntur warna. Untuk mencapai hasil pencapan yang
baik pada proses pencapan dibutuhkan kondisi yang spesifik, peralatan
khusus dan desain yang sempurna, desain memiliki nilai seni yang
tinggi dan biasanya diciptakan sebagai hasil karya seni. Teknik
pencapan intinya merupakan cara pemindahan desain dengan suatu
peralatan tertentu yang diharapkan dapat menjamin mutu dan kualitas
hasil pencapan.

2.2 Pembuatan Gambar


Membuat gambar merupakan langkah awal dari proses pencapan.
karena dari gambar itu dapat diketahui bentuk, warna dan ukuran objek
yang akan dicap, sehingga didapat hasil pencapan yang sesuai dengan
yang diinginkan.
Merencanakan dan membuat gambar dalam teknik pencapan bias
disebut membuat disain printing, desain artinya merencanakan
(designing), membuat pola-pola. Sebetulnya gambar dan disain tidak
dapat dipisahkan. gambar merupakan gambaran dari kain yang akan
dicap, sedangkan desain merupakan rancangan dari perancang akan
gambar yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan konsumen.
• Gambar Repeat
Gambar repeat adalah gambar 1 rapot yang dapaat menyambung
kekiri-kanan atas dan bawah sehingga antara rapot yang satu
dengan raport yang lain bersatu dan tidak kelihatan adanya
sambungan. Satu raport dari gambar repeat adalah satu bagian
(unit) terkecil dari gambar yang mewakili seluruh gambar/
gambar repeat diperlukan untuk pengulangan pencapan kain
kearah panjang tetapi tidak kelihatan sambungannya.
• Gambar Non Repeat
Gambar yang tidak memrlukan repeat joint, artinya dalam
pengulangannya tidak perlu sambung-menyambung karena
gambarnya berdiri sendiri.

2.3 Kasa (Screen)


Kasa/ Screen adalah kain yang berfungsi sebagai sarana pembentuk
corak gambar di atas benda-benda yang dicap (sablon). Teksturnya
sangat halus (seperti Sutera) dan memiliki jumlah kerapatan pori pori
bertingkat, jumlah kerapatan inilah yang berfungsi menyaring atau
menentukan jumlah pasta cap yang keluar melalui kasa. Kain kasa
adalah sarana utama dalam pencapan (sablon), banyak jenis kain kasa
bisa digunakan, pada awalnya kain kasa dibuat dari sutera, katum,
viskosa rayon atau selulosa diasetat, yang semuanya tersebut
mempunyai sifat sangat hidrofilik sedangkan pasta cap mengandung air
sehingga kestabilan tegangan kasa sulit dicapai. Oleh sebab itu
perkembangan selanjutnya adalah digunakan kasa yang terbuat dari
serat sintetis, seperti Nilon dan Poliester yang memiliki sifat Hidrofobik
sehingga kestabilan tegangan kasa terjaga, tidak mudah mulur ataupun
mengkeret, kain kasa yang mudah mulur ataupun mengkeret
menyebabkan berubahnya corak yang telah ditentukan, selain itu kain
kain sintetik itu memiliki kekuatan tarik yang tinggi sehingga
memungkinkan ditegangkan serta kuat pada rangka kasa. Kain kasa
banyak diperdagangkan dengan nama nama seperti Monyl. Nytal.
Nybolt, Estal dll, konstruksi kain kasa menentukan jumlah pasta yang
keluar, konstruksi kasa biasa dinyatakan dengan jumlah tetal benang
per inchi (Mesh Count) atau per cm kain kasa (Raster count) yang
umum disebut Penomoran Kasa. Fabric Number atau Mesh Count
menentukan banyaknya helai benang perinchi atau per em. Fabric
Number kecil berarti Monyl yang kasar, fabric number besar berarti
monyl yang halus, biasanya pada penomoran monyl dicantumkan juga
penomoran sutera. Dalam penomoran monyl ada 4 macam yang
dicantumkan yaitu:
• S light (ringan)
• M medium (sedang)
• T heavy (kuat)
• HD extrenheavy (sangat kuat)
Semakin rendah nomor kasa jumlah benang dalam satu inchnya atau
satu centimeternya makin sedikit sehingga lubang kasa makin besar,
dengan demikian untuk corak atau motif kasar digunakan kasa yang
kasar atau tetal benang yang rendah, sebaliknya untuk corak atau motif
halus digunakan kasa yang halus atau tetal benang tinggi. Syarat kain
kasa untuk pencapan yaitu bahan yang dicap memiliki aneka jenis serta
sifat yang berbeda satu dengan lainnya, baik dalam penggunaan zat
warna, zat pembantu dll. Produk produk kain kasa memiliki keunggulan
keunggulan sendiri sendiri serta memiliki ukuran lebar yang berbeda-
beda untuk dapat memenuhi permintaan industri. Kain kasa secara
umum harus memiliki persyaratan berikut:
• Memiliki daya lentur dan daya tarik yang tinggi
• Tidak berubah baik dalam keadaan basah maupun kering
• Anyaman (tenunan) tidak mudah bergeser
• Tahan terhadap zat kimia
• Mudah dibersihkan kembali setelah proses pencapan
Rangka kasa dapat terbuat dari kayu atau logam. Rangka yang terbuat
dari kayu maupun logam harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Stabil
• Tidak berubah bentuk baik dalam keadaan basah maupun kering,
• Tidak mudah rusak oleh zat kimia, dan
• Permukaan halus
2.3.1 Pemasangan Kasa Secara Manual
Kain kasa dipotong seluas rangka bagian luar, masing-masing
ditambah 2 cm (lihat gambar).

Sisi AB dan BC masing-masing disambung dengan kain biasa


selebar 10- 25 cm. Kain pada sisi DA dipaku pada sisi rangka
dengan paku atau nices. Demikian juga kasa pada sisi DC. Sisi
kain penyambung AB digulung pada sepotong kayu
berpenampang bulat atau persegi panjang sambil ditarik sampai
kain kasa tegang, kemudian kain kasa dipaku pada rangka juga
dikerjakan pada sisi kain penyambung B”C”. Akhirnya kain
penyambung dilepas dan pinggir kasa dirapikan. Selanjutnya
bagian yang diberi quick fixed dipoles dengan aseton sampai larut,
sehingga kain kasa dapat menempel pada rangka dengan kuat.
Apabila dipakai rangka kayu beralur, pemasangannya tidak
menggunakan paku,pines, neces, tetapi dipergunakan batang
kayu yang dimasukan dalam alur tersebut, keudian dipaku. Dapat
juga rangka yang beralur pada pemasangan kasanya dipakai neces
dahulu, kemudian dikombinasi dengan batang yang dimasukan
dalam alurnya. Cara kombinasi ini lebih mudah dan tegangan
gasa kebih maksimal. Untuk kasa yang dapat mengendor pada
waktu basah, sebelum pemasangan harus dibasahi lebih dahulu
dan dipasang dalam keadaan basah.

2.4 Pelapisan Emulsi (Coating)


Setelah screen bersih baru dilakukan pemberian corak pada kasa. Disini
digunakan cara dengan menggunakan kertas film tembus pandang
(Kodatrace). Proses awal yang dilakukan adalah menggambar motif pada
kertas kodatrace tersebut dengan cat khusus yang berwarna gelap.
Setelah selesai kasa yang telah bersih diberi lapisan larutan yang bersifat
peka cahaya.
Dimana disini digunakan larutan chromatin. Larutan peka cahaya ini
dibuat melapisi screen secara merata menggunakan coater kemudian
dikeringkan. Pengeringan setelah pelapisan larutan peka cahaya
dilakukan dengan oven. Dengan hair dryer atau kipas angin, pengeringan
dilakukan pada ruang gelap dan upayakan tidak terkena sinar matahari
ataupun sinar yang mengandung ultraviolet seperti lampu neon. Sinar
matahari maupun lampu neon menyebabkan larutan peka cahaya sulit
dibangkitkan.

2.5 Penyinaran (Exposure)


Hasil gambar pada ketas tembus cahaya atau film (diapositif) dilekatkan
dengan permukaannya menghadap screen bagian luar serapat mungkin
dan dimatikan dengan menggunakan plaster tembus cahaya (collotape).
Selanjutnya screen tersebut siap disinari. Untuk mendapatkan gambar
pada screen yang jelas dipakai alat-alat sebagai berikut :
• Kaca tebal 3 mm atau lebih, luasnya paling sedikit sama dengan
luas screen.
• Karet busa yang dibungkus dengan kain hitam atau merah dengan
luas sama dengan luas bagian dalam screen.
• Lampu pijar 4 x 500 watt atau 4 x 250 watt atau lampu neon 4 x
40 watt yang telah dilengkapi dengan reflektor
• Meja sebagai landasan untuk afdruk Selain dengan lampu dapat
juga dipakai sinar matahari dengan waktu penyinaran antara 1-2
menit pada jam 11.00 sampai jam 15.00.

2.6 Perbaikan Gambar pada Kasa / Screen (Refusir)


Setelah gambar dibangkitkan, screen dikeringkan dalam posisi
mendatar. Pengeringan screen dengan posisi berdiri bila pencucian kasa
kurang bersih kotoran akan mengalir ke bawah menyebabkan screen
mampat. Screen diperiksa pada ruang yang terang, bila terdapat motif
yang rusak atau berlubang diperbaiki menggunakan sisa larutan peka
cahaya kemudian dikeringkan.

2.7 Penguatan Motif (Hardening)


Yang dimaksud penguatan kasa adalah memperkuat dan melindungi
motif pada kasa agar tidak cepat rusak karena gesekan rakel pada waktu
pencapan. Telah diketahui bahwa motif yang dibentuk oleh zat peka
cahaya keadaanya masih lemah karena lapisannya tipis sehingga mudah
gugus sehingga tidak lagi motif. Untuk itu perlu dilakukan hardening.
Salah satu usaha tersebut adalah memberikan lapisan penguat kasa
bagian dalam berupa lak, tetapi pada waktu pelapisan, seluruh
permukaan kasa bagian dalam tertutup lak untuk membuka kembali
motif yang tertutp dapat menggunakan zat pelarut dari lapisan atau lak
yang digosokan pada bagian motif terbuka.

2.8.Penghapusan Gambar (motif) pada Kasa Lama


Penghapusan gambar pada kasa dimaksudkan agar kasa lama yang
masih baik kasa dan rangkanya dapat digunakan kembali, sehingga
dapat menghemat biaya produksi. Selain itu dapat mengurangi
penumpukan kasa yang sudah tidak digunakan lagi. Kasa yang
dihapus biasanya kasa yang motifnya sudah tidak dipakai lagi.
III. Persiapan Pencapan (Afdurk)
• Alat dan Bahan
1. Alat
• Kertas HVS - Hair dryer
• Printer - Busa pengulas
• Steples - Alat eksposur
• Frame bekas - Busa hitam
• Kain kasa - Pemberat busa
• Gelas kimia - Screen yang bermotif
• Sendok - Kuas
• Screen - Gelas plastik
• Meja
2. Bahan
• Emulsi
• Zat senitizer
• Air
• Diazol
• K2Cr2O7

• Langkah Kerja

.1 Pembuatan Motif Tunggal

1. Siapkan Kerats HVS.


2. Dibuat gambar tunggal sesuai keinginan.
3. Diberi warna pada gambar tersebut sesuai keinginan (maksimal 2 warna)

.2 Proses Tracing

1. Siapkan HVS yang sudah sesuai sketsa yang terdiri dari dua warna.
2. Pasang HVS yang sudah bermotif pada meha datar dan selotip pada sisiatau
ujungnya agar tidak bergeser.
3. Lapisi kertas HVS menggunakan minyak makan menggunakan bantuan kapas.
3.3 Penghapusan screen bekas
1. Alat dan screen lama yang akan dihapus disiapkan.
2. Screen bekas dibersihkan terlebih dahulu dengan melepas lakban
danstramples yang ada pada screen.
3. Kasa dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan larutan kostik
dankaporit secara merata.
4. Biarkan selama ± 30 menit agar memudahkan dalam pelepasan zat
pekacahaya yang telah digunakan lalu disemprotkan dengan air.
5. Dinetralkan dengan asam lemah, setelah itu disabunkan dengan
teepol.
6. Keringkan screen yang telah bersih di oven
3.4 Pasang kasa
1. Rangka direndam selama 20 menit.
2. Pasang kasa pada dua rangka sisi yang bersambung kemudian di
hekterdua sisinya.
3. Letakkan dan hekter pada sisi papan penari yang
disambung menggunakan kain sambung.
4. Gerakan/ tekan ke bawah rangka kasa, sehingga terjadi penarikan.
5. Periksa tegangan kasa, kemudian lanjutkan tekanannya sampai rata
dengan papan.
6. Hekter sisi kasa yang sudah ditarik.
7. Lakukan pekerjaan yang sama untuk sisi yang satu lagi.
3.5 Proses afdruk
1. Lapisi layar oleh cairan emulsi hingga membentuk lapisan tipis,
lakukan dengan bantuan alat sejenis rakel dilakukan pada ruangan
yang minimal cahaya.
2. Keringkan lapisan emulsi yang sudah melapisi screen dengan
menggunakan hair dryer.
3. Setelah lapisan emulsi kering, letakkan desain yang telah di print ke
atas screen dan ratakan kertas pada daerah screen.
4. Tekan screen dengan kaca lalu sinari screen dan sedain tersebut
dengan menggunakan akat eksposur.
5. Setelah melalui proses eksposur, gambar desain akan terbentuk pada
screen. Kemudian pembuatan klise yang dilakukan pada screen yang
sudah terdapat motif.
6. Proses pengeringan screen dengan menggunakan sinar matahari.
3.6 Proses retusir
1. Koreksi screen dengan diterawang sehingga terlihat lubang motif
maupan yang bukan motif.
2. Untuk lubang yang bukan motif, tutup dengan selotip atau zat peka
cahaya, keringkan.

• Skema Proses Afdruk

Pencampuran emulsi & sensitizer Coating dengan Pengeringan hasil coating


Zat peka cahaya
Peletakkan film di atas screen penyinaran screen dengan lampu neon selama 15
Secara terbalik menit

Menggembangkan gambar dari hasil penyinaran


IV. Data Perhitungan
Resep penghapusan kassa
30
- NaOH : 1000 × 100 = 3 𝑔/𝑙
30
- Kaporit : 1000 × 100 = 3 𝑔/𝑙
- Air :100 𝑚𝑙

V. Pembahasan
Pada saat melakukan praktikum persiapan pencapan ini ada
beberapa langkah yang harus dilakukan, antara lain pemilihan desain atau
gambar motif. Motif yang digunakan yaitu berupa gambar tunggal, setelah
memilih gambar, warna yang ada pada gambar tersebut harus dipisahkan
kembali dan disederhanakan menjadi dua warna. Gambar yang telah
disederhanakan menjadi dua warna kemudian di print menggunakan kertas
kalkir, yang merupakan kertas film tipis. Tinta yang digunakan diharapkan
tidak belobor dari motif pada kertas kalkir karena bila belobor dapat
mengganggu motif yang akan dipindahkan pada kasa screen pencapan.
Setelah melakukan persiapan gambar motif, dilakukan penghapusan dan
pemasangan kasa pada screen. Ini dilakukan untuk mengganti dan memberi
motif pada kasa sesuai gambar yang diinginkan.
Pada proses penghapusan screen, dipilih terlebih dahulu screen yang
masih baik dan bagus, biasanya bila kasa dipukul akan bersuara, selain itu
dipastikan tidak ada cacat pada kasa tersebut dan kondisi screen yang masih
datar sehingga masih layak digunkaan. Proses penghapusan kasa dilakukan
dengan merendam screen pada larutan NaOH dan kaporit, zat tersebut dapat
menghilangkan motif dan zat peka cahaya yang masih ada didalam kasa.
Setelah direndam, kasa dibilas menggunakan air yang mengalir dan motif
zat peka cahayanya akan luntur sehingga terlihat kasa yang kosong.
Untuk pemasangan kasa baru dilakukan dengan cara membongkar
kasa lama yang masih tertempel pada screen, kemudian digantikan oleh kasa
baru dengan cara dipasang pada rangka screen dengan bantuan stapler
tembak, pemasangan dilakukan terlebih dahulu pada satu sisi dan ditarik ke
semua arah hingga kasa tegang. Setelah screen siap, maka dilakukanlah
proses coating atau pelapisan larutan peka cahaya pada kasa, proses ini
dilakukan pada tempat yang tidak terpapar cahaya langsung (lampu/cahaya
matahari) atau tempat gelap. Zat yang digunakan pada proses coating yaitu
zat peka cahaya yang telah dicampurkan dengan kalium dikromat
membentuk suatu lapisan yang apabila nantiya diberikan motif bagian hitam
dari gambar motif tidak akan tersinari oleh cahaya dan akan menjadi bolong
(zat peka cahaya akan luntur) dan bagian inilah yang nantinya akan
dijadikan motif untuk proses pencapan. Penyinaran oleh cahaya ini dapat
dilakukan dengan sumber cahaya matahari atau menggunakan box lampu,
dan yang dilakukan yaitu dengan cara paparan sinar lampu selama 10 menit,
kemudian scren diseprot oleh air bertekanan tinggi, bagian yang terhalangi
oleh motif akan melunturkan zat peka cahaya proses ini disebut dengan
pembukaan motif.
Pada saat pembukaan motif, motif yang terbuka tidak begitu
sempurna atau sedikit terjadi kecacatan dari gambar motif yang diinginkan,
oleh sebab itu dilakukanlan proses retusir, proses ini dilakukan dengan cara
menambahkan lagi larutan peka cahaya pada bagian bagian motif yang cacat,
samakan dengan motif yang diinginkan. Pada saat pembukaan screen hasil
yang didapatkan banyak sekali terjadi kecacatan, sehingga dilakukanlah
proses retusir ini, hal tersebut terjadi karen pada kertas film atau kalkir tinta
hitam dari motif kurang tebal sehingga saat penyinaran masih ada cahaya
yang masuk kedalam motif sehingga hasil kurang baik. Setelah semua
bagian motif sesuai dengan yang diinginkan, maka dilakukan proses
penguatan motif dengan cara menambahkan zat hardener yang dapat
menguatkan motif.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pertama kali yang dilakukan pada praktikum ini adalah pemilihan desain
baru,memisahkan desain menjadi 2 bagian yang sama,penghapusan motif
pada kasa lama, pemasangan screen yang baru kemudian dilanjutkan proses
afdruk dengan zat peka cahaya
.
PENCAPAN ZAT WARNA PIGMEN

I. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud
Melakukan pencapan kain kapas menggunakan zat warna pigmen dengan
variasi waktu curing
Tujuan
• Untuk mendapatkan hasil pencapan yang baik dengan zat warna
pigmen pada kain kapas.
• Untuk memberikan efek warna pada desain dengan menggunakan
zat warna pigmen secara merata dan permanen.
• Untuk mengetahui cara pencapan yang meliputi langkah-langkah
pengerjaan pencapan dan menempatkan motif satu dengan motif
lainnya pada kain.
• Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam pencapan.

II. DASAR TEORI


2.1 Pencapan
Pencapan adalah suatu proses untuk mewarnai bahan tekstil dengan
melekatkan zat warna pada kain secara tidak merata sesuai dengan
motif yang diinginkan. Motif yang akan diperoleh pada kain cap
nantinya harusnya dibuat dulu gambar pada kertas. Kemudian dari
gambar ini masing-masing warna dalam komponen gambar yang akan
dijadikan motif dipisahkan dalam kertas film. Dari kertas film inilah
motif dipindahkan ke screen, dimana dalam screen ini bagian-bagian
yang tidak ada gambarnya akan tertutup oleh zat peka cahaya
sedangkan untuk bagian-bagian yang merupakan gambar akan
berlubang dan dapat meneruskan pasta cap ke bahan yang akan dicap.
Pencapan dengan zat warna pigmen banyak dilakukan karena
mempunyai beberapa keuntungan antara lain pembuatan pasta capnya
sederhana, tidak perlu pengerjaan iring setelah pencapan, zat warna
dapat dicapkan bersama-sama dengan zat warna lain tanpa mengubah
warna yang lainnya. Namun terdapat pula kekurangnnya, antara lain
hasil pencapan tidak tahan gosok dan kaku. Pasta cap terdiri dari zat
warna pigmen. Binder, pengental dan katalis. Zat pengikat pada
umumnya merupakan zat yang larul/terdispersi dalam air dan pada suhu
tinggi akan berpolimer. Pengental yang digunakan dalam pencapan ini
menggunakan pengental emulsi, pengental emulsi adalah dispersi dari
zat cair didalam zat cair lai dan tidak saling melarutkan. Pencapan
menggunakan pengental emulsi menghasilkan pegangan yang lemas,
sedangkan katalisnya adalah senyawa yang pada pemanasan tinggi
dapat memberikan reaksi asam

2.2 Pencapan Zat Warna Pigmen


Pencapan dengan zat warna pigmen dapat digunakan pada semua jenis
serat. Zat warna pigmen tidak memiliki afinitas terhadap serat maka
fiksasinya ke dalam serat diperlukan bantuan zat pengikat yaitu binder.
Kekuatan ikatan antara zat warna pigmen dengan serat tergantung pada
daya ikat dari binder yang digunakan. Oleh karena sifat fiksasi zat
warna pigmen yang demikian, maka zat warna pigmen dapat
diaplikasikan pada semua jenis serat. Pada proses pencapan dengan zat
warna pigmen perlu dilakukan pemilihan pengental dan zat pembantu
tekstil yang sesuai dengan bahan yang akan dicap, penentuan urutan
proses dan resep yang tepat, perhitungan kebutuhan zat yang tepat dan
pelaksanaan proses pencapan yang baik sehingga diproleh hasil
pencapan yang sesuai persyaratan.

2.3 Zat Warna Pigmen


Zat Warna Pigmen merupakan pewarna yang bermolekul besar yang
tidak larut dalam air dan medium yang diwarnai, baik pada saat proses
maupun selama bahan tersebut dipakai. Pigmen tidak mempunyai
gugus- gugus yang dapat bereaksi dengan serat sehingga pada dasarnya
pigmen berbeda dari zat warna yang larut yang digunakan untuk tekstil.
Pigmen merupakan suatu zat atau senyawa yang dapat mewarnai suatu
zat atau bahan lain. Pigmen dapat digunakan sendiri atau dicampur
dengan pigmen putih sebagai pengatur tua atau mudanya warna.
Pigmen juga dikenal sebagai pewarna cairan polimer serat.
Pigmen umumnya dipasarkan dalam bentuk terdispersi (emulsi pigmen)
terutama dibuat dari bahan baku sintetis dan tersedia cukup banyak
warna. Untuk pigmen putih digunakan bahan dasar titaniumdioksida,
untuk warna metalik digunakan campuran tembaga dan alumunium,
serta untuk warna kecoklatan dibuat dari besi oksida. Pada saat akan
memeilih pigmen sintetis tersebut, harus memperhatikan harga,
ketahanan luntur warna, kecerahannya dan daya pewarnaan dari sekian
produk yang ada. Pigmen merupakan suatu zat atau senyawa yang inert,
stabil dan dapat mewarnai suatu zat atau bahan lain. Bahan yang
diwarnai oleh pigmen antara lain logam, kayu, batu, plastik, tembok,
kulit, dan tekstil. Sebelum dikenal pigmen buatan, telah banyak dipakai
zat-zat organik sebagai pewarna antara lain oksida besi, krom, timbal,
tembaga, dan oksida logam lainnya yang daya pewarnaannya terbatas.
Pigmen dapat digunakan sendiri atau dicampur dengan pigmen putih
sebagai pengatur tua dan muda warna.

2.4 Pengental Emulsi


Pengental emulsi banyak dipakai untuk pencapan zat warna pigmen.
Karena suksesnya sebagai pengental pada zat warna pigmen, kemudian
pengental emulsi digunakan juga untuk pencapan zat warna lain.
Berhubung zat warna emulsi memiliki aliran pasta yang pendek maka
memberikan hasil cap yang kurang memuaskan sehingga
penggunaannya dengan zat warna selain pigmen, dicampur dengan
pengental alam dari jenis alginate atau guar. Pengental semi emulsi ini
memberikan keuntungan yaitu lebih tingginya tingkat pewarnaan yang
dicapai dan waktu pengeringan yang lebih cepat dibandingkan
pengental alam 100%.
Pengental emulsi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
• Emulsi air dalam minyak (w/o), yaitu air merupakan fasa
terdispersi dan minyak merupakan fasa pendispersi.
• Emulsi minyak dalam air (o/w) yaitu minyak merupakan fasa
terdispersi dan air merupakan fasa pendispersi
Terlepas dari apakah menggunakan sistem emulsi w/o atau o/w
kesuksesan sistem pencapan pigmen didasarkan pada tiga komponen
yang sama penting, yaitu:
• Dispersi pigmen
• Binder dan zat pengikat silang
• Pengental dan zat pembantu untuk mendapatkan sifat-sifat yang
disyaratkan.
Sekarang banyak digunakan pengental semi emulsi yaitu pengental
campuran antara pengental emulsi dan pengental sintetik atau pengental
alam. Adanya pencampuran pengental tersebut karena masing-masing
pengental mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing
sehingga untuk mendapat hasil yang diinginkan maka digunakan
pengental setengah emulsi.

2.5 Jaringan Pengikat (Binder)


Binder merupakan zat kimia yang memegang peranan penting dalam
proses pencapan dengan zat warna pigmen untuk meningkatkan daya
ketahanan luntur warna. Film binder pada pencapan pigmen adalah
struktur tiga dimensi. Binder adalah suatu zat yang akan membentuk
lapisan tipis yang terbuat dari makromolekul rantai panjang yang pada
saat diaplikasikan pada tekstil bersama pigmen meghasilkan jaringan
berikatan tiga dimensi. Jaringan tiga dimensi terbentuk selama proses
fiksasi (curing) pada suhu tinggi dan pada saat ini terjadi perubahan pH
sehingga terjadi salah satu self-cross-linking atau reaksi dengan zat
pengikat silang. Binder memiliki gugus reaktif dalam kopolimer yang
akan membentuk ikatan silang antar molekul-molekul kopolimer atau
dengan hidroksi, amino dan gugus lainnya dari serat pada saat proses
curing. Reaksi ikatan silang membutuhkan suhu tinggi dan katalis yang
bersifat asam. Katalis yang banyak digunakan pada pencapan dengan
zat warna pigmen adalah diamonium posfat. Binder harus memiliki
beberapa persyaratan, antara lain:
• Binder tidak boleh terkoagulasi pada saat proses printing. Jika
terjadi koagulasi akan menyebabkan kasa pencapan menjadi
mampet.
• Film yang terbentuk dari binder harus bening, ketebalan yang
rata, smooth, dan tidak terlalu keras atau terlalu lemas.
• Sifat dari film yang terbentuk harus mempunyai adhesi yang
baik dengan serat.
• Film harus tahan terhadap gaya-gaya mekanis dan kimia.
Hasil pencapan zat warna pigmen yang baik ditandai dengan tingkat
kecerahan yang tinggi, sifat pegangan yang tidak kaku, dan sifat daya
tahan yang cukup tinggi terhadap gosokan dan pencucian.

2.6 Serat Kapas


Serat kapas merupakan salah satu serat yang berasal dari tanaman
dengan kandungan utama selulosa. Tanaman ini tumbuh dengan baik
didaerah lembab dan banyak disinari oleh matahari. Sifat dan kualitas
kapas tergantung pada tempat tumbuh dan berkembang. Walaupun saat
ini telah banyak serat regenerasi selulosa maupun serat buatan yang
memiliki sifat mirip dengan selulosa telah banyak diproduksi, kapas
tetap memegang peranan penting dalam perindustrian tekstil +51%.
Komposisi % pada Serat % pada Dinding Primer
Selulosa 88 - 96 52
Pektin 0,7-1,2 12
Lilin 0,4-1,0 7
Protein 1,1-1,9 12
Abu 0,7-1,6 3
Senyawa Organik 0,5-1,0 14
2.6.1 Sifat Kimia Serat Kapas
• Terhidrolisis dalam asam kuat
• Oksidator berlebih menyebabkan oksiselulosa
• Menggembung dalam larutan alkali (dimanfaatkan
merserisasi)
2.6.2 Sifat Fisika Serat Kapas
• Warna kapas tidak benar-benar putih, agak sedikit cream
• Kekuatan 3 gram/denier, akan meningkat 10% ketika basah
• Mulur berkisar antara 4-13% bergantung pada jenisnya
dengan mulur rata-rata 7%
• MR 7-8.5%
• Mudah kusut, untuk mengatasi kekusutan biasanya dicampur
dengan serat poliester
III. Zat Warna Pigmen
• Alat dan Bahan
1. Alat
• Gelas plastik - Screen
• Ember plastik - Rakel
• Gelas piala - Meja cetak
• Batang pengaduk - Mixer
• Timbangan
2. Bahan
• Kain kapas - Urea
• Zat warna pigmen - Katalis DAP
• Binder - Emulsifier
• Minyak tanah - Air

• Fungsi Zat
1. Zat warna pigmen untuk mewarnai serat atau bahan.
2. Air sebagai penyeimbang kekentalan pasta cap.
3. DAP sebagai katalis untuk mempercepat proses polimerisasi binder.
4. Binder sebagai zat pengikat yang membentuk lapisan film/jaringan
yang sangat tipis diatas bahan dan membentuk ikatan dengan serat
sehingga hasil pencapan memiliki ketahanan gosok yang lebih baik.
• Langkah Kerja
.1 Pembuatan Pengental Induk
1. Dimasukkan emulsi yang akan digunakan pada ember plastik.
2. Air dan minyak dimasukkan sedikit-sedikit.
3. Dikocok secara merata menggunakan mixer.
4. Dikocok hingga terbentuk emulsi yang kental.
.2 Pembuatan Pasta Cap
1. Diambil pengental emulsi sesuai kebutuhan ke dalam gelas
plastik.
2. Binder, urea, katalis DAP, dan air dimasukkan ke dalam gelas
plastik.
3. Zat warna pigmen dimasukkan ke dalam gelas plastik lalu
diaduk hingga semua bagian merata.
.3 Proses Pencapan
1. Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi
terbuka sempurna dan konstan pada meja cap serta dengan
tegangan yang rata.
2. Screen diletakkan diatas bahan yang akan dicap.
3. Pasta cap dituangkan pada pinggir screen.
4. Frame ditahan agar dan dilakukan proses pencapan, dengan cara
screen dipoles menggunakan pasta cap dengan bantuan rakel.
5. Pada proses pencapan rakel harus ditarik dengan kuat dan
menekan ke bawah dan ke atas.
6. Screen dilepaskan secara perlahan.
7. Untuk screen berikutnya (warna berbeda), dipasang screen
dengan memposisikan motif, agar kedua motif dapat berimpit
dengan tepat.
8. Melakukan proses pencapan seperti poin di atas.
9. Setelah selesai, dilakukan proses drying selama 2 menit.
10. Setelah kering, dilakukan proses curing pada suhu 160-180℃
selama 2-4 menit.
11. Lakukan proses evaluasi ketuaan, kerataan, dan kekakuan

• Skema Proses Pencapan dengan Zat Warna Pigmen


• Resep Pencapan dengan Zat Warna Pigmen
A. Resep Pengental Induk
Dibutuhkan 600 gr untuk 1 kelas
600
Minyak tanah : 1000 x 600 = 360 gr
150
Emulsifier : 1000 x 600 = 90 gram
250
Air : 1000 x 600 = 150 gr

B. Resep Pasta Cap


Zat warna pigmen : 30 gr
Binder : 200 gr
Urea : 100 gr
DAP : 10 gr
Pengental : 66 gr

Kebutuhan untuk membuat pasta cap untuk 2 warna yang akan digunakan
masing-masing 75 gr.
Kebutuhan bahan-bahan untuk membuat pasta cap 75 gr.

• Zat warna pigmen = 30 𝑔/𝑙


• Binder = 200 𝑔/𝑙
• DAP = 10 𝑔/𝑙
• Urea = 100 𝑔/𝑙
• Emulsi/pengental =49,5 𝑔/𝑙
IV. Data Pengamatan
- Kain 1
- Kain 2
- Kain 3
- Kain 4
- Kain 5
V. Data Perhitungan
• Data perhitungan Pengental Induk
Dibutuhkan 600 gr untuk 1 kelas
600
Minyak tanah : 1000 x 600 = 360 gr
150
Emulsifier : 1000 x 600 = 90 gram
250
Air : 1000 x 600 = 150 gr

• Data Perhitungan Pasta Cap zat warna pigmen


30
- Zat warna pigmen 30 g/l = 1000 x 75 = 2,25 g
200
- Binder 200 g/l = 1000 x 75 = 15 g
10
- DAP 10 g/l = 1000 x 75 = 0,75 g
100
- Urea 100 g/l = 1000 x 75 = 7,5 g
66
- Emulsi/pengental 66 % = x 75 = 49,5 g
100

VI. Pembahasan
Pada pencapan kapas dengan pigmen didapat hasil ketuaan warna
pada kain yang paling muda didapat pada kain dengan suhu curring 150oC
berurutan hingga warna paling tua pada kain dengan suhu curring 180oC hal
ini dapat terjadi karena pada suhu tinggi zat pengental berupa minyak dan
air yang terdapat pada pasta menguap dan membuat warna lebih terlihat
karena tidak ada zat yang menghalangi zat warna, dan pada warna muda
minyak dan air dari zat pengental belum menguap seluruhnya sehingga
warna masih terhalangi oleh zat tersebut.
Untuk kerataan warna dan ketajaman motif dilihat dari konstruksi
screennya itu sendiri, bagaimana proses pencapannya dan juga bagaimana
viskositas pasta cap yang dibuat karena jika pasta terlalu encer maka hasil
kerataan dan ketajaman motif pun akan rendah, pada ketajaman motif bisa
disebut hasil tidak terlalu jauh hanya terdapat perbedaan 6-7% dan untuk
kerataan hasil cukup berbeda karena pada setiap kain, ada yang melewati
motif hal ini dapat terjadi karena screen telah dipakai untuk kain
sebelumnya dan terdapat sebagian pasta yang menempel pada motif dan
ketika di cap warna tersebut terdorong dan warna pun melenceng ke bagian
kain yang tidak masuk pada motif screen tersebut.
Sedangkan untuk hasil handling setelah proses curing minyak dan
air pada pengental diuapkan, untuk kain awal pegangan kain terasa lembut
tidak ada lengket pada gambar, seiring variasi suhu curring semakin naik
gambar pada kain terasa semakin lengket dan pegangan menjadi tidak stabil
pada gambar, hal ini dapat terjadi karena pada suhu curring minyak dan
pengental yang menguap masih tersisa sedikit disekitar permukaan gambar
sehingga gambar terasa lengket.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pencapan kain kapas dengan zat warna
pigmen yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kekentalan atau viskositas pasta cap sangat penting dalam proses
pencapan. Viskositas yang terlalu tinggi menyebabkan pasta cap
hanya mewarnai permukaan kain saja, sedangkan jika terlalu rendah
berakibat hasil pencapan pastanya akan menyebar keluar motif
sehingga motif tidak tajam.
2. Proses perakelan sebaiknya dilakukan dalam kondisi permukaan
kain rata (tidak kusut), dengan posisi screen yang tegang dan posisi
rakel yang tegak lurus. Pemberian tekanan pada rakel juga sebaiknya
tidak terlalu kuat maupun terlalu lemah. Penekanan yang sesuai
dapat menghasilkan ketuaan dan kerataan warna serta ketajaman
motif yang optimum.

DAFTAR PUSTAKA

Hasanah. Nural (2019).”Laporan Persiapan Pencapan” [Online]. Tersedia


https://www.scribd.com/document/400920633/LAPORAN-PERSIAPAN-
PENCAPAN. [2023, April 08]

Hasanah. Nural (2019).”Laporan Pencapan Kapas-Pigmen” [Online]. Tersedia


https://www.scribd.com/document/400920652/Laporan-Pencapan-Kapas-pigmen.
[2023, April 08]

Anur. Torii. “Pencapan pigmeen kelompok” [Online]. Tersedia


https://www.academia.edu/24925180/Pencapan_pigmeen_kelompok. [2023, April
08]

Febiantika. Miranti ‘mink’. (2012). “Laporan Cap AFDRUK” [Online]. Tersedia


https://www.scribd.com/doc/91935924/Laporan-Cap-AFDRUK. [2023, April 08]

Anda mungkin juga menyukai