PENGANTAR TEKNOLOGI

PENCELUPAN SERAT SINTETIK

OLEH :
MUHAMMAD ICHWAN,A.T.,M.S.ENG.,PH.D

1
 OUTLINE MATERI

1. PENGERTIAN DASAR PROSES PENCELUPAN

2. METODE PROSES PENCELUPAN
3. MEKANISME PROSES PENCELUPAN
4. FAKTOR YANG PERLU DIKONTROL PADA PROSES PENCELUPAN
5. PENCELUPAN ZAT WARNA DISPERSI
6. PENCELUPAN ZAT WARNA ASAM
7. PENCELUPAN ZAT WARNA REAKTIF
8. PENCELUPAN BENANG DENGAN MESIN CELUP CONE DAN WINCH

2
 MATERI 1

PENGERTIAN DASAR PROSES PENCELUPAN

3
 DEFENISI PENCELUPAN
Pemberian warna pada bahan tekstil (serat, benang, kain)
secara merata dan permanen
Pencelupan/Dyeing Pencapan/Printing
Material Serat, Benang, Kain Hanya kain
Efek pewarnaan Merata ke seluruh permukaan Tidak merata/Bermotif, 2
kain, 2 permukaan sama pemukaan kain tidak sama

4
EMPAT ASPEK PENCELUPAN (DYEING)

Bahan

Permanen Dyeing Warna

Merata
5
EMPAT ASPEK PENCELUPAN :
Bahan
- Jenis serat Warna
- Bentuk - Corak warna
- Jenis zat warna
- Kondisi bahan
(RFD)?

Permanen
Merata - Fastness to
- Metoda washing
- Teknologi Mesin - Fastness to
- Zat pembantu rubbing
- Fastness to light
6
 ASPEK 1. ZAT WARNA
• SENYAWA KIMIA DENGAN STRUKTUR • KOMPONEN ZAT WARNA
MOLEKUL TERTENTU YANG DAPAT - GUGUS KROMOFOR : -N=N- (AZO)
MENYERAP DAN MEMANTULKAN SINAR
TAMPAK (Λ 400 – 700 nm ) PADA PANJANG - GUGUS AUSOKROM : OH, NH2 ; CO, NO2
GELOMBANG TERNTENTU SEHINGGA - GUGUS PELARUT (ZW YG LARUT): -SO3Na
TERLIHAT SEBAGAI WARNA OLEH MATA
- SISTEM REAKTIF (ZW REAKTIF)
PENGAMAT

7
PENGGOLONGAN ZAT WARNA
• STRUKTUR MOLEKUL (18 JENIS) • PEMAKAIAN/APLIKASINYA PADA BAHAN TEKSTIL

DIANTARANYA : • DIREK
• REAKTIF
• AZO
• BEJANA/VAT
• ANTRAKUINON • SULFUR

• INDIGO • DISPERSI
• ASAM
• ARYL METHAN
• BASA
• COLOR INDEX ZAT WARNA: BUKU YG MEMUAT NAMA
DAGANG,STRUKTUR MOLEKUL, SIFAT ZW DAN CARA PAKAINYA,
TAHAN LUNTUR ZW
• EX: CI REACTIVE BLUE 1 , CI DISPERSE YELLOW 5
8
KESESUAIAN JENIS SERAT DAN ZAT WARNA
Zat Warna Kapas/Rayon Poliester Nylon Akrilik Sutera/Wol

Direk  
Reaktif  
Bejana/Vat 
Sulfur 
Pigmen     
Asam    
Basa    
Dispersi    9
 ZAT WARNA
• SUBTANTIFITAS :
KEMAMPUAN ZAT WARNA UNTUK TERSERAP KE
• KETAHANAN LUNTUR WARNA (COLOR
DALAM SERAT
FASTNESS)
DIPENGARUHI OLEH STRUKTUR ZAT WARNA
• COLOR FASTNESS TO : WASHING (CUCI),
(PLANAR, RAMPING, TIDAK BERCABANG : DAYA
RUBBING (GOSOKAN), LIGHT (SINAR),
SERAP ZW TINGGI)
SWEAT (KERINGAT), OKSIDATOR, REDUKTOR,
MUATAN/IONIC ZAT WARNA DI DALAM LARUTAN DLL.
DAN MUATAN SERAT
• DITENTUKAN OLEH KEKUATAN IKATAN
• ANIONIK (-), ZW ANIONIK – SERAT KATIONIK
ANTARA ZAT WARNA DENGAN SERAT
• KATIONIK (+), ZW KATIONIK – SERAT
ANIONIK
• NONIONIK (TIDAK BERMUATAN), SERAT
10
NONIONIC (POLYESTER)
 ASPEK 2. BAHAN YANG AKAN DICELUP

• SERAT/LOOSE FIBRE • KESIAPAN BAHAN (READY FOR DYEING)

• BENANG/YARN - BEBAS KANJI
- CONE - DAYA SERAP BAGUS (CEPAT DAN RATA)
- CHEESE - STABILITAS DIMENSI/LEBAR KAIN SESUAI
- BEAM
• KAIN
- WOVEN (TENUN)
- KNITTED (RAJUT) 11
 ASPEK 3. MERATA (KUALITAS HASIL CELUPAN)
• BERKAITAN DENGAN TEKNIK
PENCELUPANNYA
• WARNA RATA/TIDAK BELANG
• CORAK WARNA SESUAI TARGET SAMPLE,
NILAI ΔE < 0.8
• FAKTOR YG BERPERAN :
• PROSES PERSIAPAN KAIN (SINGEING-DESIZING-
SCOURING-BLEACHING), MERSERISASI, WEIGHT
REDUCE, HEAT SETTING
• KONDISI LARUTAN CELUP (ZW, AUXILIARIES, VLOT/LR,
AIR PROSES KESADAHAN MAX 3°DH, PH 7)
• SKEMA PROSES (KONTROL SUHU VS WAKTU)
• TAHAPAN PROSES (EX: URUTAN PELARUTAN ZW,
PEMASUKAN ALKALI & GARAM, PENCUCIAN)
• KONDISI MESIN (KEBERSIHAN, RPM/SPEED. TEKANAN/
BAR.SUHU)
12
 KONDISI LARUTAN PENCELUPAN
• TAHAPAN PELARUTAN/PENDISPERSIAN ZW SUDAH BENAR • WPU : WEIGHT PICK UP
• LIQUOR RATIO (LR) ATAU VLOT SESUAI • BANYAKNYA LARUTAN CELUP YG TERBAWA KAIN
PERBANDINGAN JUMLAH LARUTAN DENGAN BAHAN, TERGANTUNG SETELAH KELUAR DARI PADDER
JENIS MESIN DAN MEKANISME SIRKULASI LARUTAN DAN KAIN DI MESIN
CELUP 1: 6 - 8 (JET DYEING) • WPU DIGUNAKAN PADA PROSES
KONTINYU/MENGGUNAKAN MESIN PADDER
SISTIM VLOT HANYA UNTUK PENCELUPAN EXHAUST/PERENDAMAN
PRINSIP: KAIN YG MENYERAP AIR MAKA LR TINGGI, ~1: 30 • (RAYON : 100%)
VLOT KURANG : WARNA BELANG, WARNA LEBIH TUA • KAPAS : 80%
VLOT BERLEBIH : MUDAH RATA, COST MAHAL, WARNA LEBIH MUDA • POLIESTER : 50%
• T/C 65/35 : 65 %
MESIN JIGGER VLOT 1: 4-5
WPU 80% : 1 KG KAIN MEYERAP 0.8 KG LARUTAN PADDER
MESIN WINCH VLOT 1 : 8-10
WPU> : LARUTAN MIGRASI = RESIKO BELANG, COST >
MESIN CONE/CHEESE (BENANG) : 1:8-10
WPU< : WARNA TIDAK RATA
MESIN JET DYEING VLOT 1:6-8
MESIN BEAM DYEING VLOT 1:4-6 13
 ZAT PEMBANTU PENCELUPAN (DYEING AUXILIARIES)
Jenis Dyeing
Auxiliaries

Surfaktan/zat aktif
permukaan Elektrolit

Wetting agent Dispersing Ph control Leveling/

Fixing agent Higroscopic
agent agent retarding agent control agent

14
 ASPEK 4. WARNA PERMANEN/TAHAN LUNTUR
(COLOR FASTNESS)
• WARNA HASIL PENCELUPAN HARUSLAH
BERSIFAT PERMANEN/TIDAK LUNTUR SELAMA
PEMAKAIANNYA
• FASTNESS TO WASHING (PENCUCIAN)
• FASTNESS TO RUBBING (GOSOKAN)
• FASTNESS TO PESPIRATION (KERINGAT)
• FASTNESS TO LIGHT (SINAR MATAHARI)
• KETAHAN LUNTUR WARNA DITENTUKAN OLEH KEKUATAN
IKATAN ZAT WARNA DENGAN SERAT DAN PROSES
SOAPING - WASHING
• IKATAN KIMIA
- IKATAN KOVALEN (ZW REAKTIF – KAPAS/RAYON)
- IKATAN IONIC (ZW ASAM/BASA – NYLON, AKRILIK)
- IKATAN HYDROGEN (ZW DIREK – KAPAS/RAYON)
• IKATAN FISIKA
• - ZW DISPERSE – POLYESTER
- ZW INDIGO/SULFUR – KAPAS/RAYON
• IKATAN KOVALEN>ION>HYDROGEN>FISIKA
15
 CONTOH RESEP PENCELUPAN EXHAUST
• RESEP LARUTAN CELUP Persiapan
larutan & kain
• ZAT WARNA REAKTIF RED : 0.5% (OWF)
• ZAT WARNA REAKTIF YELLOW : 0.2%
• ZAT WARNA REAKTIF BLUE : 1% Pencelupan
• ZAT PEMBASAH : 1 g/L
• Na2SO4 (GLAUBER SALT) : 60 g/L Pecucain air
dingin 2x
• Na2CO3 (SODA ASH) : 10 g/L
• SUHU : 80°C
Pencucian
• WAKTU : 60 MENIT sabun
• VLOT : 1 : 10

Pembilasan
panas
• RESEP PENCUCIAN SABUN
• SABUN X : 2 g/L
Pembilasan
• SODA ASH : 1 g/L dingin
• SUHU : 80°C
16
• WAKTU : 15 MENIT
Pengeringan
• VLOT : 1: 10
 LATIHAN SOAL

• DARI RESEP CELUP DIATAS, HITUNGLAH KEBUTUHAN ZAT-ZAT LARUTAN CELUP DAN LARUTAN
CUCI SABUN UNTUK PROSES BENANG SEBANYAK 300 KG. JIKA KAPASITAS MESIN UNTUK 1X
CELUP 150 KG, BERAPA LAMA WAKTU YANG DIPERLUKAN UNTUK MENYELESAIKAN PROSES
TERSEBUT?

17
MATERI 2. METODE PROSES PENCELUPAN

18
SKEMA PROSES PENCELUPAN ZW REAKTIF METODA
EXHAUST

19
 CONTOH RESEP PENCELUPAN KONTINYU

• ZAT WARNA 50 g/L • DETERJEN 2 ml/L

• ZAT ANTI MIGRASI 5 ml / LITER
• SODA ASH 3 g/L
• ZAT HIGROSKOPIS (UREA) 40 g/L
• SUHU 100 OC
• ELEKTROLIT (GLAUBER) 100 g/L
• KECEPATAN MESIN 40 METER / MENIT
• ALKALI 30 g/L
• DIBILAS BERSIH, COUNTER FLOW
• WPU/ SUHU 80 %, DINGIN
• PRE DYRING 100 OC SELAMA 3 MENIT
• BAKING 150 OC SELAMA 5 MENIT

20
 PENCELUPAN KONTINYU (PAD-BAKING)

• UNTUK MENCELUP KAIN DALAM BENTUK OPEN WIDTH, JUMLAH BESAR, WARNA LEBIH
SERAGAM, WAKTU LEBIH CEPAT, RELATIF MAHAL,

URUTAN PROSESNYA
PADDING - DRYING - FIXING - WASHING - DRYING

21
MATERI 3. MEKANISME PENCELUPAN

22
1. Adsorpsi 2. Migrasi
Mekanisme
Pencelupan
3. Difusi 4. Fiksasi

23
 1. ADSORPSI

• PERISTIWA BERPINDAHNYA ZAT WARNA DAN ZAT PEMBANTU DARI

LARUTAN CELUP MENUJU KE PERMUKAAN BAHAN DAN SEKALIGUS
MENEMPEL DIPERMUKAAN

• PERISTIWA INI BERLANGSUNG KARENA ADANYA SUBSTANTIVITAS

DAN DENGAN BANTUAN PENGADUKAN (SIRKULASI), PANAS DAN
24
PENAMBAHAN ZAT PEMBANTU
• ADSORPSI TERJADI BILA KONSENTRASI ZAT WARNA DALAM LARUTAN CELUP MASIH
LEBIH BESAR DARIPADA KONSENTRASI ZAT WARNA DALAM BAHAN CSOLUTION > CFIBER

• UNTUK SISTEM DISKONTINYU (LONG LIQUOR RATIO) BERPINDAHNYA LARUTAN KE

PERMUKAAN BAHAN TERJADI DENGAN PERANTARAAN PENGADUKAN YANG DAPAT
DILAKUKAN DENGAN 3 (TIGA) CARA :

• 1. SIRKULASI LARUTAN, BAHAN DIAM : MESIN BEAM DYEING, CONE/CHEESE DYEING

• 2. SIRKULASI BAHAN, LARUTAN DIAM : MESIN WINCH, JIGGER
• 3. SIRKULASI LARUTAN + BAHAN : MESIN JET DYEING

25
UNTUK SISTEM SEMI KONTINYU/ KONTINYU
PERISTIWA INI BERLANGSUNG DENGAN BANTUAN
PADDING DAN DENGAN PENAMBAHAN ZAT ANTI
MIGRASI

AGAR TERJADI ADSPORSI YANG BAIK DAN MERATA”

• PENGATURAN WPU HARUS SESUAI DENGAN
JENIS SERATNYA
• PENGGUNAAN ZAT ANTI MIGRASI

26
 2. MIGRASI

• PERPINDAHAN LARUTAN CELUP DI PERMUKAAN SERAT DARI KONSENTRASI TINGGI-RENDAH

SEHINGGA DIDAPATKAN KESETIMBANGAN
• MIGRASI MENINGKAT DENGAN KENAIKAN SUHU PROSES, MOLEKUL ZAT WARNA BERGERAK
MAKIN CEPAT
• MIGRASI ZAT WARNA JUGA DAPAT MENINGKAT DENGAN BANTUAN ZAT PERATA/LEVELLING
AGENT
• MIGRASI ZAT WARNA JUGA DAPAT DIHAMBAT/DIPERLAMBAT DENGAN BANTUAN ZAT
PEMBANTU SEPERTI ZAT RETARDER
27
 3. DIFUSI
• PERISTIWA BERPINDAHNYA ZAT WARNA DI LARUTAN
DARI KONSENTRASI TINGGI KE BAGIAN KONSENTRASI
RENDAH (FASA LARUTAN)
• PERISTIWA BERPINDAHNYA ZAT WARNA DARI
PERMUKAAN SERAT KE DALAM (SUMBU) SERAT (FASA
SERAT)
• PERISTIWA INI BERLANGSUNG KARENA ADANYA
PERBEDAAN KONSENTRASI, SAMPAI TERJADI SUATU
KESEIMBANGAN CELUP DLM WAKTU TER TENTU
SEHINGGA KONSENTRASI ZAT WARNA DALAM
LARUTAN ATAU DALAM BAHAN SAMA DENGAN
KONSENTRASI ZAT WARNA DALAM LARUTAN (Cf = Cs)
• LAJU DIFUSI ZAT WARNA MENINGKAT BILA ADSORPSI
ZW TINGGI (KONSENTRASI ZW DI PERMUKAAN SERAT
TINGGI) 28
 4.FIKSASI
• PERISTIWA TERIKATNYA ZAT WARNA YANG SUDAH BERADA DI DALAM SERAT
OLEH SERAT DENGAN SISTEM IKATAN FISIKA (V.D.WALLS) ATAU IKATAN
HIDROGEN, ELEKTROVALEN, KOVALEN (IKATAN KIMIA)
• PADA KONDISI INI DIHARAPKAN SEMUA ZAT WARNA TERIKAT DI
DALAM BAHAN SEHINGGA KONSENTRASI ZAT WARNA PADA
BAHAN JAUH LEBIH BESAR DARIPADA KONSENTRASI ZAT WARNA
DALAM LARUTAN C f > Cs BAHAN TERCELUP

SEBAGIAN ZAT WARNA TIDAK TERIKAT SEMPURNA, AKAN

TETAPI PENCELUPAN DAPAT DIKATAKAN SELESAI
ZAT WARNA YANG TIDAK TERFIKSASI HARUS DIHILANGKAN DENGAN
PROSES PENCUCIAN, AGAR MEMILIKI KETAHANAN LUNTUR WARNA
YANG BAIK 29
 ADSORPSI ZAT WARNA PADA PROSES PENCELUPAN
PERILAKU ZAT WARNA DALAM LARUTAN BERPINDAH DARI ANTARMUKA KE DALAM
BAGIAN DALAM SERAT TEKSTIL TERUTAMA BERGANTUNG PADA DUA PROSES, YAITU,
PROSES 'TERMODINAMIKA' DAN 'KINETIKA'.
DARI PROSES TERMODINAMIKA KITA DAPAT MENGAMATI SIFAT KESETIMBANGAN SISTEM PEWARNAAN
SECARA KUANTITATIF PADA ISOTERM ADSORPSI, AFINITAS ZAT WARNA, PANAS PENCELUPAN DAN
PERUBAHAN ENTROPI.
KINETIKA PENCELUPAN BERHUBUNGAN DENGAN LAJU PENCELUPAN, KOOFISIEN DIFUSI, ENERGI
AKTIVASI

30
 ISOTERM ADSORPSI

• ISOTERM ADSORPSI MENJELASKAN DISTRIBUSI ZAT WARNA YANG ADA DI LARUTAN DAN
YANG TERADSORPSI PADA SERAT PADA SAAT TERJADI KESETIMBANGAN PENCELUPAN
• TERDAPAT 3 JENIS ISOTERM ADSORPSI (TERGANTUNG DARI INTERAKSI ANTARA ZAT WARNA
DAN SERAT)
• ISOTERM ADSORSPI NERST
• ISOTERM ADSORSPI FREUNDLICH
• ISOTERM ADSORSPI LANGMUIR

31
ISOTERM ADSORPSI NERST, FREUNDLICH, LANGMUIR

ISOTERM NERST BERLAKU UNTUK PENCELUPAN SERAT

HIDROFOB DENGAN ZAT WARNA DISPERSI
(POLYESTERDISPERSI)

ISOTERM FREUNDLICH BERLAKU UNTUK SISTIM

PENCELUPAN SERAT SELULOSA

ISOTERM LANGMUIR BERLAKU PADA SISTIM

PENCELUPAN SERAT PROTEIN DENGAN ZW IONIK,
SERAT SINTETIK IONIK DENGA ZW IONIK

32
 AFINITAS ZAT WARNA
• ADALAH SUTAU UKURAN KUANTITATIF DARI SUATU ZAT WARNA DAPAT TERADSOPRSI KE DALAM
SERAT HINGGA TERCAPAI KESETIMBANGAN PENCELUPAN
• SEBELUM KESEIMBANGAN CELUP TERCAPAI, SEMAKIN BESAR GRADIEN KONSTRASI ZAT WARNA
DALAM LARUTAN DENGAN ZW PADA SERAT AKAN MEMPERBESAR ADSORSPI ZAT WARNA
• AFINITAS ZW PADA PENCELUPAN WARNA TUA (> 3% OWF) AKAN LEBIH BESAR DIBANDING
PENCELUPAN WARNA MUDA/MEDIUM
• AFINITAS ZW AKAN MENURUN SEIRING DENGAN MAKIN SEIMBANGNYA KONSENTRASI ZAT
WARNA DI DALAM SERAT DAN DALAM LARUTAN
• UNTUK SITIM PENCELUPAN IONIK, MAKA AFINITAS ZW DIPENGARUHI BANYAKNYA MUATAN IONIK
DI LARUTAN DAN DI DALAM SERAT (EX: KAPAS DAN ZW REAKTIF, DIREK, AFINITAS ZW DIPENGARUHI
OLEH BANYAK/SEDIKITNYA ELEKTROLIT/GARAM PADA LARUTAN CELUP

33
 HEAT OF DYEING

• KENAIKAN SUHU DAPAT MENGAKIBATKAN ZAT WARNA AKTIF BERGERAK, SERAT TERBUKA,
SWELLING, MENDEKATI TITIK TRANSISI GELASNYA, SEHINGGA MENINGATKAN MIGRASI,
ADSORPSI, DIFUSI, DAN FIKSASI ZAT WARNA KE DALAM SERAT
• KENAIKAN SUHU AKAN MENINGKATKAN KOOFISIEN DIFUSI ZAT WARNA SEHINNGGA
SEMAKIN BANYAK ZW YANG TERSERAP BAHAN
• PADA SAAT KESETIMBANGAN PENCELUPAN TERCAPAI, KENAIKAN SUHU MALAH MENURUNKAN
AFINITAS ZAT WARNA
• OLEH KARENA ITU PADA KESETIMBANGAN CELUP TERCAPAI, SUHU CELUP DITURUNKAN
KEMBALI SEHINGGA AFINITAS ZAT WARNA KEMBALI MENINGKAT (COOLING TEMP)

34
4. FAKTOR YANG HARUS
DIKONTROL PADA PROSES
PENCELUPAN

35
4 TAHAPAN PENTING DALAM PENCELUPAN

1. Persiapan bahan :
Proses pretreatment : daya sera pa kain
baik dan merata

2. Persiapan larutan :
Melarutkan/mendispersikan zat warna
• zat warna larut : buat pasta kemudian
diencerkan air hangat, kemudian air dingin,
aduk rata
• zat warna tidak larut (zw dispersi) : air +
zat pendispersi + asam + zat warna + air ,
aduk rata
• Zat warna larut sementara (indigo,sulfur)
air hangat + zw + alkali + reduktor +
panas/suhu 70°C, aduk rata
36
3. Pencelupan
• Pilih zat warna yang sesuai dengan kualitas warna dan ketahan
luntur yang diinginkan.
• Gunakan Metoda Pencelupan yang sesuai (exhaust/semi
kontinyu/kontinyu) disesuaikan dengan ketersediaan mesin, waktu,
dan qty order, kualitas hasil celup

• Setting skema proses yang sesuai (atur laju kenaikan suhu

C/menit,suhu celup, lama pencelupan, penambahan zat pembantu,
suhu dan waktu fiksasi dan metoda fiksasi (ex: batchng, alkali
shock, baking, steaming,thermosol)

4. Pencucian, proses menghilangkan zat warna yang tidak berikatan

dengan serat, menentukan kualitas ketahanan luntur warna kain yang
dihasilkan.
Bilas panas  Cuci Sabun panas  Bilas panas  Bilas dingin

37
 DYEING STYLES
SEMUA KOMPONEN BERWARNA SAMA,
JENIS MAUPUN KETUAAN, BISA SINGLE
COLOR ATAU MIX COLOR
Solid
Color

SALAH SATU KOMPONEN

MASING - MASING
KOMPONEN WARNANYA Contrast Dyeing Tone in BERWARNA LEBIH TUA DARI
BERBEDA, JENIS ZW
MAUPUN KETUAANNYA
shadow
Styles Tone KOMPONEN LAINNYA, JENIS
WARNA SAMA

SALAH SATU KOMPONEN TIDAK Reserve 38

DIWARNAI
 EVALUASI HASIL PENCELUPAN

Kecocokan Tahan
Kerataan Ketuaan warna luntur
warna warna dengan warna
target

39
 KERATAAAN WARNA
• WARNA HASIL PENCELUPAN HARUS RATA/TIDAK BELANG
• JENIS BELANG PADA BENANG CELUP :
• BELANG SPOT/BINTIK : ZAT WARNA BELUM LARUT SEMPURNA/ TIDAK TERDISPERSI BAIK  ZAT
PENDISPERSI KURANG, PELARUTAN ZAT WARNA KURANG BAIK
• BELANG TUA/MUDA : PENYERAPAN ZW TIDAK RATA, DAYA SERAP BENANG BEDA AKAIBAT ADANYA
KOTORAN ALAMI ATAU KOTORAN LUAR YG MASIH MENEMPEL PADA BANANG  SCOURING JELEK
• KENAIKAN TEMPERATURE TERELALAU CEPAT, SIRKULASI LARUTAN IN-OUT KURANG, GULUNGAN
CONES TERLALU PADAT, ZAT PEMBANTU BELUM OPTIMAL, PH CELUP TIDAK OPTIMAL DLL
• BELANG BISA TERLIHAT SECARA VISUAL/MATA TELANJANG ATAU DENGAN BANTUAN ALAT
SPEKTROFOTOMETER (NILAI STANDAR DEVIASI DARI NILAI K/S PADA 5 TEMPAT BERBEDA
• SEMAKIN KECIL NILAI STANDAR DEVIASI MAKA WARNA SEMAKIN RATA
40
 KETUAAN WARNA
• KETUAAN WARNA HARUS SESUAI DENGAN TARGET WARNA YANG DIINGINKAN
• KETUAAN WARNA DAPAT DINILAI SECARA VISUAL DIBAWAH KONDISI STANDAR (LIGHT BOX
DENGAN SINAR LAMPU MISALNYA D65)
• KETUAAN WARNA JUGA DAPAT DINILAI OEH INSTRUMENT SPEKTROFOTOMETER, DENGAN
MEMBANDINGKAN NILAI K/S ZW SAMPEL DENGAN K/S ZW KAIN TARGET
• K/S ZW SAMPEL < K/S ZW TARGET : PERLU PENAMBAHAN KONSENTRASI ZW/TOPPING
• K/S ZW SAMPEL > K/S ZW TARGET : PERLU STRIPPING (PELUNTURAN SEBAGIAN)

41
 BEDA WARNA (DELTA E)

• BEDA WARNA ADALAH NILAI YANG MENYATAKAN SEBERAPA BESAR PERBEDAAN ANTARA
SAMPEL DENGAN TARGET
• NILAI MAKSIMAL BEDA WARNA DITENTUKAN OLEH BUYER, MISAL 0,8 ATAU 1
• L, A , B

42
 TAHAN LUNTUR WARNA

• NILAI TAHAN LUNTUR WARNA DITENTUKAN OLEH

IKATAN /FIKASASI ZAT WARNA DENGAN SERAT
BERSIHNYA PENCUCIAN SETELAH PROSES CELUP
TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP :
PENCUCIAN
GOSOKAN
SINAR
KERINGAT
NILAI TAHAN LUNTUR WARNA DIUJI DENGAN SKALA PERUBAHAN WARNA (GREY SCALE)
DAN PENODAAN WARNA (STAINING SCALE), DENGAN NILAI 1 (PALING JELEK) DAN 5 (PALING BAIK)

43
5.PENCELUPAN POLYESTER DENGAN
ZAT WARNA DISPERSI

44
 SIFAT SERAT POLIESTER

Struktur kimia Polyester

Serat Polyester merupakan serat sinteik

yang bersifat hidrofobik (tidak suka
air), sehingga dalam pencelupannya
harus menggunakan zat warna yang
bersifat hidrofobik (Zat Warna Dispersi)

45
 JENIS BENANG POLYESTER
• BENANG FILAMENT : TERDIRI DARI SERAT FILAMEN (SERAT YANG SANGAT PANJANG/KONTINYU)
• BENANG STAPLE : SERAT PENDEK DIPINTAL MENJADI BENANG (DIBUAT DARI FILAMENT YANG
DIPOTONG-2)
• BENANG SINGLE/RANGKAP
• BENANG HIGH/LOW TWIST : BANYAK/SEDIKITNYA PUNTIRAN PADA SEHELAI BENANG (TPI)
• BENANG TEXTURE : BENANG YANG MEMILIKI EFEK GELOMBANG/KERITING PADA PERMUKAANNYA,
LEBIH RUA
• NOMOR BENANG FILAMENT POLYESTER MENGGUNAAN UNIT DENIER (TD) = GRAM/9000 M
• SEMAKAIN BESAR NOMOR DENIER MAKA BENANG SEMAKIN KASAR: TD 100 LEBIH KASAR
DIBANDING TD 90

46
 PERSIAPAN BENANG POLYESTER SEBELUM DICELUP

• PADA SAAT DIPINTAL, BENANG POLYESTER DIOLESI SPINNING OIL DAN CONING OIL (PELUMAS
SAAT PEMINTALAN DAN PENGULUNGAN, SELAIN ITU JUGA MENGANDUNG ZAT ANTI STATIC
• JIKA TIDAK DIHILANGKAN AKAN MERINTANGI MASUKNYA ZAT WARNA, HASIL CELUPAN
BELANG
• UNTUK ITU PERLU DILAKUKAN PROSES SCOURING/PEMASAKAN DENGAN BANTUAN
SURFAKTAN DAN ALKALI (SODIUM KARBONAT)
• SETELAH ITU DICUCI BERSIH DAN DINETRALISIR DENGAN ASAM CUKA AGAR PH BENANG
NETRAL SEBELUM DICELUP (JIKA PH ALKALI DAPAT MERUSAK ZAT WARNA DISPERSE)
47
 ZAT WARNA DISPERSI
• Zat warna dispersi adalah hasil sintesa senyawa yang bersifat hidrofob sehingga
kelarutannya dalam air kecil sekali.
• Oleh karena itu zat warna ini dalam pemakaiannya harus didispersikan dalam
larutan.
• Pada pemakaiannya memerlukan bantuan zat pengemban (carrier) atau adanya
suhu yang tinggi.
• Zat warna dispersi digunakan dalam bentuk bubuk ( powder dan micro powder)
dan dalam bentuk cairan.
• Sifat tahan cucinya baik tetapi tahan sinarnya jelek. Ukuran molekulnya berbeda-
beda dan perbedaan tersebut sangat erat hubungannya dengan sifat kerataan
dalam pencelupan dan sifat sublimasinya
TIPE ZW SERAT METODA SUHU CELUP/SUBLIMASI MW KERATAAN TAHAN LUNTUR
(°C)
A E R ASETAT, AKRILIK CARRIER 100 KECIL MUDAH KURANG
B E POLYESTER HT/HP 130/190 KECIL CUKUP CUKUP
C SE POLYESTER HT/HP 130/200 SEDANG CUKUP BAIK
48
D S POLYESTER HT/HP, 130; 210 BESAR SUKAR SANGAT BAIK
THRMOSOL
 MEKANISME PENCELUPAN ZW DISPERSI
• Pada gambar 2.1 di bawah ini menunjukkan rantai polimer
serat poliester. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa
rantai molekul tersusun dengan pola zig-zag yang rapi dan
celah-celah yang tersedia untuk masuknya zat warna sangat
sempit
• Untuk mengatasi hal ini, poliester harus dicelup pada suhu dan
tekanan tinggi, melewati suhu transisi gelasnya (Tg) sekitar 80°
C, saat itu rantai molekul bebas bergerak, sehingga terbentuk
ruang yang dapat dimasuki oleh molekul zat warna yang
terdispersi monomolekuler (ukuran 0,5 – 5 micron) dengan waktu
yang relatif singkat

• Zat warna Dispersi (solid ) seakan-akan terlarut dalam padatan

serat polyester pada suhu tinggi, kemudian terperangkap saat
suhu di bawah suhu transisi gelas serat polyester 49

• Mekanisme ini disebut sebagai “Solid Solution”

 IKATAN ZW DISPERSE DAN SERAT POLYESTER
• Jenis ikatan yang terjadi antara gugus fungsional zat warna dispersi dengan serat poliester ada dua
macam, yaitu

• 1.Ikatan hidrogen

Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol yang melibatkan atom hidrogen dengan atom lain yang
bersifat elektronegatif. Pada umumnya zat warna dispersi tidak mengadakan ikatan hidrogen dengan
serat poliester karena zat warna dispersi dengan serat poliester bersifat non polar, hanya sebagian zat
warna dispersi yang mengadakan ikatan hidrogen dengan serat poliester yaitu zat warna dispersi
yang mempunyai donor proton seperti –OH atau NH2.

• 2.Ikatan hidrofobik

Zat warna dispersi dan serat poliester merupakan senyawa hidrofob dan cenderung bersifat non polar.
Ikatan yang terjadi pada senyawa hidrofob dan bersifat non polar ini disebut dengan ikatan
hidrofobik. Gaya yang berperan dalam terbentuknya ikatan hidrofobik antara serat poliester dan zat
warna dispersi adalah gaya dispersi london yang termasuk ke dalam gaya van der waals (gaya fisika)
yang terjadi berdasarkan interaksi antara kedua molekul yang berbeda. Ikatan van der waals terdiri
dari dua komponen yaitu ikatan dipol (dwi kutub) dan dispersi london. Akan tetapi sifat zat warna
dispersi cenderung non polar, sehingga gaya yang lebih berperan dalam terbentuknya ikatan antara
zat warna dispersi dan serat poliester adalah gaya dispersi london. 50
 ZAT PEMBANTU PENCELUPAN ZW DISPERSI
1.Zat pengatur ph
Pencelupan poliester dengan zat warna dispersi umumnya berlangsung dalam suasana asam ph
4.0-5.5. Kondisi ph ini dimaksudkan agar tidak terjadi hidrolisis pada serat poliester dan
sebagian besar zat warna dispersi akibat ph alkali. Untuk mendapatkan ph larutan celup tersebut
perlu ditambahkan asam asetat (CH3COOH 30%) kurang lebih 0,5 ml/L.
2.Zat pendispersi
Zat warna dispersi bersifat hidrofob dan kelarutannya di dalam air sangat kecil sekali. Oleh
karena itu partikel zat warna dispersi yang tidak larut tersebut harus didispersikan secara
homogen di dalam larutan. Untuk menjamin kestabilan pendispersian dan mencegah agregasi zat
warna pada suhu tinggi perlu dibantu dengan zat pendispersi yang digunakan harus yang tahan
panas yaitu jenis pendispersi anionik atau pendispersi anionik yang dimodifikasi
51
 ZAT PEMBANTU PENCELUPAN ZW DISPERSI
3. Zat perata (levelling agent)
Zat perata yang digunakan adalah jenis leveller yang bekerja memperbesar migrasi zat warna di
dalam serat serta memperbaiki pendispersian zat warna. Zat perata yang digunakan dapat berupa
campuran pendispersi anionik dan nonionik serta zat perata yang mengandung carrier (campuran
pendispersi anionik + pendispersi nonionik + carrier). Leveller yang tidak mengandung carier
ditujukan untuk mengatasi belang spot akibat pendispersian yang kurang sempurna, sedangkan
leveler yang mengandung carier digunakan untuk mengatasi belang akibat efek barrier.
4. Zat anticreasemark (khusus untuk kain)
Zat ini digunakan untuk pencelupan kain dalam bentuk rope pada mesin jet dyeing dimana bisa
terjadi belang pada lipatan kain dan timbul bulu pada kain akibat adanya gesekan kain dengan
nozzle. Zat anticreasemark ini mengandung koloid pelindung untuk meminumkan gesekan antara kain
dengan nozzle serta mengandung zat penetrasi sehingga zat warna bisa masuk dengan baik ke
52
bagaian lipatan kain yang lebih rapat.
 ZAT PEMBANTU PENCELUPAN ZW DISPERSI
5. Zat anti sadah
• Air proses yang mengandung logam Ca2+, Mg2+, Fe2+, Mn2+, Cu2+ dapat mengganggu kerja
pendispersi anionik sehingga pendispersian zat warna tidak sempurna (tidak terdispersi secara
monomolekuler) maka zat warna menjadi terdispersi dalam bentuk agregat sehingga molekulnya menjadi
besar. Hal tersebut akan mengganggu proses difusi zat warna ke dalam serat sehingga akan terbentuk ring
dyeing (pencelupan cincin) yang tahan lunturnya jadi lebih rendah dan warnanya menjadi lebih suram.

• Logam-logam fe & mn dapat menyebabkan dekomposisi zat warna sehingga shading warna berubah

• Zat anti sadah yang sering digunakan adalah jenis edta (ethylene diamine tetra acetic acid) yang relative
stabil pada kondisi proses pencelupan metoda ht/hp.

53
Pencelupan Metoda HT/HP

 Suhu Celup 130oC, Pressure > 1 atm

 Penyerapan dan difusi ZW sangat baik
 Tahan Luntur hasil celup baik
 Proses sederhana
 Pemakaian ZPT lebih sedikit
Resep pencelupan:
Zat warna dispersi : x% owf
Zat pendispersi : 0,5-1 ml/L
Asam asetat 30% : 0,5 ml/L (pH 5)
Zat perata : 0,5-1 ml/L
Zat anti sadah : 0,5-1 ml/L
Zat anticrease : 0,5-2 ml/L
Vlot : 1:20
Suhu /Waktu : 130ºC/30-45 menit

Resep Cuci Reduksi :

Detergent : 1-2 ml/L
Na2S2O4 : 2-4 g/L
NaOH padat : 1-2 g/L
Suhu : 80oC
Waktu : 10 menit
Waktu : 10 menit
Volt : 1:20
Pencelupan Metoda HT/HP-Skema Proses
KIAT-KIAT AGAR HASIL CELUP RATA
1. Kondisi benang
 Telah dilakukan pretreatment sehingga rata secara
fisika dan kimia
 Benang kering merata/ kelembaban seragam

 harus dingin dan bersih (lebih bersih dari bahan

untuk pencelupan cara perendaman)
KIAT-KIAT AGAR HASIL CELUP RATA

2. Pemilihan jenis zat warna tepat

 Good dispersibility
 Good stability to oxidative decomposition
 Good fastness properties
 Minimal color change by resin finishing
KIAT-KIAT AGAR HASIL CELUP RATA

 Pendispersian zat warna dilakukan secara benar (air hangat +

asam cuka+ zat pendispersi + zw  filter)
 Kontrol kenaikan suhu (di bawah 80C cepat, diatas 80C
lambat)
 Pemilihan jenis dan konsentrasi zat pembantu (pendispersi, zat
anti migrasi dan asam) harus tepat.
 Kondisi dan setting peralatan mesin harus baik.
 Unit padding
 Volume bak padding sekecil mungkin
 Kekerasan rol pad rata dan tidak ada cacat
 Setting tekanan rol padding tepat dan rata
 Sistem penyuapan larutan zat warna ke bak harus baik
6.PENCELUPAN NYLON DENGAN ZAT WARNA ASAM

60
 Serat Poliamida (Nylon)
• Poliamida yang banyak diproduksi adalah nylon
6 dan nylon 66.
• Nylon 6 banyak digunakan untuk benang ban,
tali pancing, tali temali, kaos kaki, karpet, kain
penyaring dan kain untuk pakaian.
• Kelebihan yang dimiliki oleh nylon 6
dibandingkan dengan nylon 66 adalah
pembuatan nylon 6 lebih sederhana, tahan sinar,
memiliki affinitas yang tinggi terhadap zat
warna, daya celup serta elastisitas dan stabilitas
terhadap panas yang lebih baik.
• Nylon 66 memiliki kekuatan yang lebih besar
(high tenacity) dibandingkan nylon 6 sehingga
banyak digunakan untuk industri non sandang
64
Zat Warna Asam/Acid dye
Sifat zat warna asam :
• Larut dalam air (-SO3Na) : mono-di-tri sulphonate dalam kromofor zat
warna
• pH Celup cenderung asam (pH 3-7)
• Dapat mencelup poliamida, sutera, wol
• Membentuk ikatan ion dan ikatan fisika dengan serat
• Banyaknya ikatan ion za-serat bergantung pH celup dan jumlah muatan
positif (-NH2+) yang ada pada serat

Levelling Milling Super Milling

Ukuran Molekul Kecil Sedang Besar
Afinitas Rendah Sedang Tinggi
Laju celup Rendah Sedang Tinggi
Hasil celup Mudah rata Agak sukar rata Sukar rata
Kecerahan warna Tinggi Sedang Rendah
Color Fastness Rendah Sedang Tinggi
pH Celup 3-4 4-5 5-7
 Mekanisme pencelupan zat warna asam
• Mekanisme pencelupan zat warna asam pada poliamida berdasakan ikatan ionik antara molekul zat
warna dengan gugus amina dan gugus amida dari serat poliamida. Pada pH yang tidak terlalu
rendah akan terjadi penyerapan ion H+ oleh gugus amina sehingga menjadi bermuatan positif yang
selanjutnya dapat berikatan ionik dengan anion zat warna asam. Karena jumlah gugus amida pada
serat poliamida terbatas, pada kondisi tersebut hanya cocok untuk pencelupan warna muda. Untuk
pencelupan warna sedang dan tua pH larutan pencelupan harus diturunkan lebih lanjut sehingga akan
terjadi penyerapan ion H+ pada gugus amida yang jumlahnya sangat banyak. Oleh karena itu makin
rendah pH larutan pencelupan penyerapan zat warna akan semakin besar.

• Ikatan antara zat warna dengan serat berupa ikatan ionik yang merupakan gaya antar aksi jangka
panjang maka migrasi zat warna asam relatif kurang baik. Oleh karena itu untuk mendapatkan
kerataan hasil pencelupan penyerapan zat warna diawal proses pencelupan harus diperlambat
dengan cara memperlambat kenaikan suhu dan menambahkan perata jenis retarder ke dalam larutan
celupnya.
 Cara pencelupan zat warna asam
Resep pencelupan :
Zat warna asam x%
Asam asetat 30% 1-3 ml/L
Retarder Anionik 1-2 ml/L
Vlot 1: 20
Suhu 1000 C
Waktu 45 menit

Resep Pencucian
Sabun 1 ml/L
Vlot 1:20
Suhu 800 C
Waktu 10 menit
KIAT AGAR HASIL CELUP ZAT WARNA ASAM RATA
• ATUR PH AWAL TIDAK TERLALU ASAM DAN GRADUALLY PH TURUN
( MENGGUNAKAN GARAM ASAM)
• GUNAKAN BUFFER PH
• PERLAMBAT KENAIKAN TEMPERATUR PADA SAAT MENDEKATI SUHU
TG POLIAMIDA
• GUNAKAN RETARDER ANIONIK MASUK SEBELU ZAT WARNA MASUK
• GUNAKAN RETARDER KATIONIK MASUK BERSAMAAN DENGAN ZAT
WARNA ASAM
KIAT-KIAT AGAR HASIL CELUP RATA
7.PENCELUPAN DENGAN ZAT WARNA REAKTIF

70
 PENCELUPAN SELULOSA DENGAN ZAT WARNA REAKTIF

Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan
serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat. Zat
warna reaktif yang pertama diperdagangkan dikenal dengan nama Procion.

Zat warna ini terutama dipakai untuk mencelup serat selulosa, serat protein seperti
wol dan sutera dapat juga dicelup dengan zat warna ini. Selain itu serat poliamida
(nilon) sering juga dicelup dengan zat warna reaktif untuk mendapatkan warna muda
dengan kerataan yang baik.

Nama dagang zat warna reaktif adalah :

Procion (I.C.I)
Cibacron (Ciba Geigy)
Remazol (Hoechst)
Drimarine (Sandoz)
Primazine (BASF)
1. Sifat –sifat
Zat warna reaktif termasuk golongan zat warna yang larut dalam air.
Karena mengadakan reaksi dengan serat selulosa, maka hasil pencelupan zat
warna reaktif mempunyai ketahanan luntur yang sangat baik. Demikian pula
karena berat molekul kecil maka kilapnya baik. Berdasarkan cara
pemakaiannya, zat warna reaktif digolongkan menjadi dua golongan, yaitu :

Zat warna reaktif dingin

Yaitu zat warna reaktif yang mempunyai kereaktifan tinggi, dicelup pada suhu
rendah. Misalnya procion M, dengan sistem reaktif dikloro triazin.
 B. ZAT WARNA REAKTIF PANAS

Yaitu zat warna reaktif yang Hidrolisa tersebut menurut reaksi sebagai
mempunyai kereaktifan rendah, berikut :
dicelup pada suhu tinggi.
Misalnya Procion H, Cibacron D – Cl + H2O D – OH + HCl
dengan sistem reaktif mono kloro
triazin, Remazol dengan sistem
reaktif vinil sulfon. Di dalam air,
zat warna reaktif dapat
terhidrolisa, sehingga sifat
reaktifnya hilang dan hal ini
menyebabkan penurunan tahan
cucinya.
• Lebih tahan hidroisis sehingga Efisiensi Fiksasi lebih baik bisa mencapai 80-90%,
monofungsional hanya 60-70%
• Molekul zat warna lebih besar, Tahan luntur warna lebih baik, warna kurang cerah
• Suhu celup dan rentang pH lebih fleksibel
 2. Mekanisme Pencelupan

Dalam proses pencelupan reaksi fiksasi zat warna reaktif dengan serat terjadi
simultan dengan reaksi hidrolisis antara zat warna dengan air. Kereaktifan zat
warna reaktif meningkat dengan meningkatnya pH larutan celup.

a. Reaksi substitusi
Membentuk ikatan pseudo ester (ester
palsu) misalnya pada pencelupan serat
selulosa dengan zat warna reaktif
Procion, Cibacron dan Levafix
b. Reaksi adisi
Membentuk ikatan eter, misalnya pada pencelupan serat selulosa dengan zat
warna reaktif Remazol.
Faktor-faktor yang Berpengaruh

Pada pencelupan dengan zat warna reaktif, 4 faktor utama perlu mendapatkan
perhatian agar dapat diperolah hasil yang memuaskan. Keempat factor tersebut
dijelaskan sebagai berikut.

1. Pengaruh pH Larutan
Fiksasi zat warna reaktif pada serat selulosa terjadi pada pH 10,5 – 12,0. Pada pH
tersebut zat warna reaktif yang sudah terserap di dalam serat akan bereaksi dengan
serat. Seperti telah diterangkan diatas bahwa reaksi zat warna reaktif dengan serat
selulosa terjadi pada pH tinggi oleh adanya penambahan alkali. Walaupun reaksi
hidrolisis zat warna reaktif dengan air terjadi pada pH yang tinggi, namun reaksi
hidrolisis tersebut sangat sedikit kemungkinan terjadinya karena zat warna telah terserap
kedalam serat.

Oleh karena itu, penambahan alkali setelah zat warna terserap oleh serat. Apabila
penambahan alkali tersebut dilakukan pada awal proses, maka kemungkinan besar akan
terjadi hidrolisa, kecuali untuk zat warna jenis vinil sulfon penambahan alklai dilakukan di
awal proses untuk merubah sulfatoetil sulfon menjadi vinil sulfon
2. Pengaruh Perbandingan Larutan Celup

Perbandingan larutan celup artinya perbandingan antara besarnya larutan

terhadap berat bahan tekstil yang diproses, penggunaan perbandingan larutan
yang kecil akan menaikan konsentrasi zat warna dalam larutan. Kenaikan
konsentrasi zat warna dalam larutan tersebut akan menambah besarnya
penyerapan. Maka untuk mencelup warna-warna tua diusahakan untuk
memakai perbandingan larutan yang kecil.

3. Pengaruh Suhu
Pada pencelupan dengan zat warna reaktif maka penambahan suhu akan
menyebabkan zat warna mudah sekali bereaksi dengan air, sehingga dapat menyebabkan
berkurangnya afinitas zat warna dan kemungkinan terjadi penurunan daya serap
(substantivitas) juga lebih besar sehingga dapat menurunkan efisiensii fiksasi. Kerugian
karena penurunan efisiensi fiksasi ini dapat diatasi dengan pemakaian pH yang terlalu
tinggi, oleh karena itu faktor suhu pencelupan dan pH larutan celup memegang peranan
penting di dalam proses pencelupan dengan zat warna reaktif.

Zat warna reaktif yang mempunyai kereaktifan tinggi, dicelup pada suhu kamar. akan
tetapi zat warna reaktif yang mempunyai kereaktifan rendah memerlukan suhu pencelupan
minimal 700C.
4. Pengaruh Elektrolit

Pengaruh elektrolit pada pencelupan dengan zat warna reaktif seperti halnya
pada zat warna direk. Makin tinggi pemakaian elektrolit, maka makin besar
penyerapannya. Jumlah pemakaian elektrolit hampir mencapai sepuluh kali lipat
dari pada pemakaian pada zat warna direk.

5. Pengaruh Pencucian & Fixing agent

Agar tahan luntur warna baik, maka pencucian sabun dilakukan pada suhu
minimal 80oC ( menghilangkan zat warna yang terhidrolisi di permukaan kain).

Proses Iring menggunakan fixing agent kationik memperbesar molekul zat warna
dengan terbentuknya ikatan zat warna – fixing agent, dapat meningkatkan tahan
luntur warna dan mempersingkat waktu proses soaping zat warna reaktif
 TUGAS

• BAGAIMANA SKEMA PROSES PENCELUPAN ZAT WARNA REAKTIF YANG PALING BAIK
SEHINGGA DAPAT MEMINIMALISIR TERJADINYA HIDROLISIS ZAT WARNA REAKTIF?

84
8.PENCELUPAN BENANG DENGAN MESIN CONES
DAN HANK DYEING

85
CONE/PACKAGE DYEING MACHINE

86
87
88
89
90
91
92
93
Contac : Muhammad Ichwan
Email : ichwan_93@yahoo.com
HP : 082115607569