Lia Puspitasari,
S.Farm.,M.Si.,Apt.
KIMIA FARMASI ANALISIS
METODE KIMIA UNTUK ANALISIS SENYAWA
ORGANIK
I. PENDAHULUAN
I.1 Klasifikasi
Senyawa Organik :
Elektrolit lemah, terdiri dari asam dan basa organik serta garam-garamnya.
Karena merupakan elektronik lemah dan dapat terionisasi, kelompok ini dapat
dianalisis berdasarkan reaksi ionik (asam basa, pengendapan, kompleksometri dan
redoks).
Non Elektrolit, tidak dapat terionisasi maka reaksi molekular yang digunakan
untuk analisis. Umumnya reaksi berlangsung lambat, namun dapat ditingkatkan
dengan penggunaan katalis, penggunaan pelarut bukan air dan kenaikan suhu
dengan refluks. Reaksi kimia yang dipakai adalah :
- Hidrolisis - Pembentukan senyawa kondensasi
- Esterifikasi dan asilasi - Oksidasi - Reduksi
- Adisi - Subsitusi
Senyawa Organik
Gugus Fungsi : kumpulan atom-atom dua atau lebih yang memberikan kontribusi pada
sifat fisika dan kimia molekul senyawa:
SENYAWA OBAT
ISOLASI SEMI SINTESIS
(TANAMAN, SINTESIS KIMIA
HEWAN,
MIKROBA) Senyawa / Obat Baru
KCKT, TLC
Volumetri Metode lainya
IDENTIFIKASI Kromatografi Gas TAB, TBA, Elektrokimia
UJI KEMURNIAN TP, TK, TR Elektroforesis
KADAR POTENSI
ANALISIS
FARMASI
Bertujuan untuk :
• KONTEKS PADA
• KONTEKS PADA KEGUNAAN LEBIH
PERSYARATAN JAUH DARI HASIL
HASIL
A.Analisis Kualitatif
A.I. Unsur Karbon
A.2. Unsur Hidrogen
Prinsip : Senyawa Oganik Uap Air
Cu O
H H2O + Cu
Uap air Uap air
NaCN dideteksi dengan cara yang sama untuk unsur nitrogen, NaX
dideteksi dengan AgNO3
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KUALITATIF
A. CARA KIMIA
Cara kimia merupakan cara yang paling kuno, walaupun demikian masih digunakan sampai sekarang. Cara
ini melibatkan penggunaan suatu pereaksi yang dapat bereaksi dengan senyawa aktif menimbulkan
gejala yang dapat diamati.
A + R
Gejala yang dapat diamati
(pewarnan, pengendapan,
Analit pereaksi pembentukan gas dan bau)
Cara kimia merupakan cara sederhana, mudah diinterpretasikan serta tidak memerlukan instrumen dan
beban yang mahal.
Identifikasi dengan reaksi warna mempunyai keunggulan dalam hal : kesederhanaan, cepat, mudah
terinterprestasi, tidak memerlukan alat yang mahal dan keahlian yang tinggi. Kepekaannya yang
cukup tinggi bahkan dapat menjangkau kadar mikrogram. Kelemahannya adalah reaksi kurang
spesifik dan warna yang erbentuk dapat ditutupi oleh adanya cemaran akan bahan lain.
Reaksi yang terjadi dalam beberapa kasus, nyata-nyata empirik, tidak dapat
diterangkan atau dikaitkan dengan hasil reaksi atau struktur kimia. Walaupun
banyak reaksi kimia yang ada kaitannya dengan struktur kimia, gugus atau
ion penyusun.
3.Pada pelat tetes, sedikit senyawa atau setetes larutannya ditambah 1 atau
2 tetes pereaksi; warna diamati segera atau beberapa saat
Contoh :
1.Senyawa-senyawa turunan piridin akan
membebaskan piridin yang berbau khas jika
dipanaskan / dilebur bersama Na2CO3
2.Senyawa-senyawa Amida membebaskan NH3
yang berbau khas kalau direaksikan dan
dipanaskan dengan NaOH pekat.
Cara melakukan identifikasi seerti pada identifikasi dengan reaksi warna,
menggunakan reaksi warna dengan tabung reaksi atau cawan penguap. Jika perlu reaksi
dapat dipercepat dengan pemanasan.
Kibasan tangan
Perlu diperhatikan : agar tidak
menghirup langsung hasil reaksi pada
saat membaui, kadap mukosa hidung.
Cukup dengan kibasan tangan diatas
taung reaksi atau cawan penguap
tempat reaksi dilakukan.
A.3. Reaksi Pembentukan Endapan
endapan yang terbentuk dapat berupa endapan yang berwarna atau
tidak berwarna, dapat juga berupa endapan amorf atau hablur (kristal).
Pengamatan dilakukan pada warna, bentuk dan sifat fisika (titik lebur)
endapan yang terjadi.
Cara melakukannya : satu atau 2 tetes larutan zat ditetesi 1 tetes HCL 0,5
N lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi mikrokristal. Jika perlu dipanaskan
diatas api kecil (kaca objek tersebut perlu ditutup dengan kaca penutup).
Lalu diamati dibawah mikroskop. Catat dan gambar bentuk kristal dan
bandingkan dengan zat pembanding baku yang diperlakukan sama.
Bentuk yang biasa : jarum, pipih, papan roset, kubus, persegi dan lain lain.
b. Penetapan Suhu lebur endapan / kristal. Endapan yang terbentuk
ditetapkan suhu leburnya. Biasanya merupakan senyawa derivatnya.
Beberapa senyawa yang mempunyai karakteristik yang sama (reaksi gugus
fungsi dan titik leburnya) dapat dibedakan dengan reaksi dari vatisari dan
penetapan suhu leburnya (lihat tabel).
Perlu diperhatikan :
b.1 Suhu lebur (TL) sangat dipngaruhi oleh kemurnian senyawa derivat tsb.
Oleh karena itu endapan perlu dimurnikan dengan cara kristalisasi dan
dikeringkan sebelum ditentukan suhu leburnya.
b.2 dari derivatisasi adalah pembentukan senyawa derivat dari suatu
senyawa dengan suatu pereaksi yang khusus:
II ANALISIS GUGUS FUNGSI
II.1 Gugus Alkohol (R-OH)
Alkohol adalah senyawa hidroksi (OH) yang berikatan dengan ikatan alifatik (R) yang
bersifat netral dan larut dalam air atau dioxan.
Terdapat beberapa jenis alkohol yaitu alkohol primer, sekunder dan tersier. Berdasarkan
jumlah gugus OH nya dikenal alkohol monovalen dan polivalen (poli ol)
a. Reaksi dengan Logam Natrium
warna merah akan diperoleh jika terdapat alkohol, sedangkan fenol memberikan warna
merah coklat.
c. Reaksi Esterifikasi
d. Uji Xantat
Untuk meyakinkan adanya alkohol tersier, dapat digunakan HCl pekat langsung.
Alkohol primer dan sekunder tidak akan bereaksi dengan HCl ini.
g.2 Oksidasi
Alkohol primer dapat teroksidasi menjadi aldehid dan selanjutnya menjadi asam
karboksilat.
Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton, dan alkohol tersier hanya dapat dioksidasi
dengan penguraian gugus karbonilnya.
Aldehida dan keton,hasil oksidasi dari alkohol primer dan sekunder selanjutnya diuji
dengan pereaksi Schift (untuk aldehida) dan pereaksi Logam-Rothena (keton)
h. Pembentukan Senyawa Derivatif (Turunan)
Senyawa derivatif merupakan hasil reaksi dengan suatu pereaksi yang khusus agar
membentuk suatu yang lebih baik dalam pengujian, misalnya mempunyai titik leleh yang
khas, tingkat penguapan atau vetilisasi yang tinggi ( untuk kromatografi gas),
penambahan gugus kromafor (untuk spektrofotometri dan kromatografi cair) dan
membentuk senyawa yang berwarna (untuk kolorimetri)
h-1. pereaksi 3,5 dinitro benzoil klorida akan membentuk ester yang
kuat dan mempunyai titik leleh yang khas dan cukup tajam:
Fenol adalah senyawa OH yang berikatan dengan radikal aril (aromatik), umumnya tidak berwarna tetapi dapat berwarna akibat oksidasi alil oksigen dari udara.
Bersifat asam dan dapat larut dalam NaOH 5%. Uji yang digunakan untuk mendeteksi gugus fenol berdasarkan reaksi terhadap gugus hidroksi juga
pereaksi FeCl3 ditambahkan kepada 1 ml larutan fenol dalam air, terbentuk bermacam-macam warna, tergantung senyawa fenol yang dianalisis.
Reaksi lain yang mungkin terjadi adalah reduksi Fe3+ Fe 2+ oleh senyawa fenol poliven
- Salisilaldehida :violet
- Bromofenol : violet
-naftol : pink
Aldehida (alifatik dan aromatik) memberikan reaksi positif, keton tidak bereaksi.
(b). Uji Schiff
Pereaksi schiff mengandung larutan air Fudisine (p-rosanidin HCl) yang dihilangkan warnanya dengan
melarutkan gas SO 2 atau penambahan NaSO 3
Reaksi benedict positif hanya untuk aldehida alifatik, dengan demikian dapat dipakai
untukmembedakan aldehida alifatik dan aromatik. Keton memberikan reaksi negatif dengan pereaksi
ini, jadi dapat dibedakan dari aldehid.
III.3.2 Reaksi untuk Gugus Keton
(a). Uji Legal – Rothera
Senyawa keton memberikan reaksi positif (warna merah ungu) dengan pereaksi Legal –
Rothera (Na- nitroprusida – NaOH
Reaksi positif diberikan oleh senyawa yang mengandung gugus CH3OH. Dengan demikian
keton alifatik (aseton, metil etilketon, 2 heptanol) dan keton aromatik (asetofenon) akan
bereaksi dengan pereaksi ini. Beberapa alkohol (etanol, isopropanol, butanol) akan bereaksi
dengan pereaksi ini.
II.5 Ester
II.5.1 Uji Fenoftalein
Sampel dalam etanol dan 2 tetes NaOH 5% lalu ditambahkan 2 tetes fenoftalein dan
dipanaskan. Larutan merah muda memudar lalu jernih tak berwarna)
Selain ester, arilklorida, amida dan anhidrida memberikan reaksi warna pada pereaksi ini
II.6 Karbohidrat
Mono dan Disakarida larut dalam air, tetapi tidaklarut dalam pelarut organik. Karbohidrat
tidak mempunyai titik lebur tetapi mengalami dekomposisi pada pemanasan.
II.6.1 Uji Molisch
Merupakan reaksi umum golongan karbohidrat. Mono dan sakarida memberikan reaksi positif (memberi
warna violet atau merah) dengan pereaksi Molisch (larutan -naftol dalam H2SO4 pekat)
II.6.2 Uji Benedict
Aldosa memberikan reaksi positif dengan uji Benedict ini sedangkan Ketosa tidak bereaksi.
II.6.3 Uji Pembentukan Osazon
Reaksi pembentukan asam sangat berarti pada identifikasi karbohidrat, karena memberikan hablur yang
bentuknya spesifik dan derivat titik leleh yang khas.
Keterangan
1. Uji osazon digunakan untuk identifikasi gula-gula
2. Uji Benedict dapat diganti dengan Fehling atau Uji Benfoed
II.7 Gugus Nitro
II.7.1 Uji Reduksi Hidroksilamin
3.
Reaksi ini dipengaruhi oleh gugus Nitril yang memberikan warna merah juga
II.12 Sulfonamida
Sulfonamida merupakan turunan dari asam sulfonat dengan amin, amida asam sulfonat.
Reaksi kualitatif dapat dilakukan dengan cara :
a). Hidrolisis Asam
c). Pada sulfonamida yang digunakan sebagai antibakteri, reaksi identifikasi dilakukan pada
gugus AMIN PRIMER AROMATIKNYA :
II.13 Reaksi Identifikasi Untuk Golongan Senyawa Obat
reaksi identifikasi digunakan untukpenggolongan senyawa obat berdasarkan struktur
molekul umum.
a). Alkaloida
senyawa basa nitrogen (pada umumnya heterosiklik N) yang sering ditemukan pada
tanaman.
Pereaksi yang digunakan dalam Farmakope adalah kalium iodo bismutat yang dikenal
sebagai pereaksi DRAGENDORFF. Dengan pereaksi ini alkaloida akan bereaksi
memberikan endapan berwarna (garam Bikompleks) yang tidak larut dalam air.
Beberapa mg sampel alkaloida ditambahkan 1 tetes HCl 0,5 dan 5 ml air. Teteskan
pereaksi Dragendorff : segera terbentuk endapan berwarna
Dalam suasana basa, barbiturat bereaksi dengan ion Co membentuk senyawa kompleks
larut yang dengan uap NH3 membentuk warna ungu.
Reaksi ini tidak spesifik, pereaksiini akan bereaksi memberikan warna yang sama dengan
senyawa yang mirip barbiturat yaitu :
Hidentoin
Piperin dindion
Piridin
Piperidin
Xantin dan purin
Sulfonamida
d). Xantin (Teofillin, Teobromin, Kafein)
cincin purin pada xantin akan diuraikan secara oksidatif, sedangkan cincin pirimidina
tidak berubah. Melalui kondensasi kedua pirimidina dengan gugus amino akan terjadi
asam purpurat yangg dengan penambahan NH3 berubah menjadi garam yang berwarna
violet.
Pereaksi yang
dikenal adalah
e). Fenotiazin, diidentifikasi berdasarkan pembentukan tionol yang berwarna merah setelah
FPN (FeCl3,
oksidasi :
HClO4, HNO3)
f). Golongan Penisilin
6 jenis penisilin diidentifikasi melalui pemanasan dengan asam kromotiopat dan H 2SO4
pekat. Reaksi yang terjadi belum diketahui, warna yang terbentuk diuji selama 30 detik
dibandingkan dengan warna yang dinyatakan tabel : warna yang terbentuk adalahh hasil
reaksi asam kromotiopat dengan formaldehida (Hasil urai penisilin).
Penisilin Asam Fenoksi asetat Fenol = Asam glikolat Formaldehid CO2 + H2O
g). Reaksi Vitali – Morin
beberapa senyawa memberikan warna yang khas bila dilakukan reaksi Vitali-Morin
terhadapnya. Sejumlah 5 mg zat ditambahkan 1 ml HNO3 berasap diuapkan diatas
penangas air sampai kering. Sesudah dingin, residu berwarna kuning, dilarutkan
dalam 5 ml aseton dan larutan KOH-etanolat : warna.
h). Steroida
h.1 Reaksi Salkowski, zat dalam 2 ml CHCl3 + H2SO4 pekat lapisan CHCl3 merah
h.2 Reaksi Liobermann-Buchart, zat dalam CHCl3 + asam asetat anhidrida + H2SO4 pekat
biru-hijau
(Masih ada reaksi warna golongan obat : Lihat Clarke Avalyzin of Drugs and Poison)
Contoh :
JPS, Vol.45, No.5, Mei 1975, 841-843.
SPOT TEST:
Identifikasi Obat yang Disalahgunakan (Abuse drugs)
1. Pereaksi
a. Mayer : HgCl2 0,55 g
KI 2,5 g
Air ad 100 ml
b. Dragendorff:
- Larutan A : Bismuth sub nitrat 0,85 g
Asam asetat glasial 10 ml
Air 40 ml
- Larutan B : KI 8,0 g
Air 20 ml
Campurkan 5 bagian volume larutan A dengan 2 volume larutan B. Buat 10 ml pereaksi
pekat, tambahkan 20 ml asam asetat dan encerkan dengan air hingga 100 ml.
c. Wagner : I2 1,27 g
KI 2 g
Air ad 100 ml
f. Zwikker (Parri)
- Larutan A : Co Asetat 1% dalam metanol
- Larutan B : Isopropanol 5% dalam metanol