Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
IDENTIFIKASI ZAT KIMIA

DISUSUN OLEH :

NAMA : LA’AIBA AINA MARDIYAH

NIM : L1B021026

ASISTEN : ADELIAKUSUMA WIDYASTUTI

HARI / TANGGAL : SELASA, 07 SEPTEMBER 2021

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI

LABORATORIUM KIMIA DASAR

JURUSAN AKUAKULTUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................i
JUDUL PERCOBAAN........................................................................................ 1
I TUJUAN............................................................................................ 1
II . TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 1
III. METODOLOGI PERCOBAAN .......................................................3
3.1 ALAT............................................................................................... 3
3.2 BAHAN ........................................................................................... 3
3.3 CARA KERJA ................................................................................. 3
34. SKEMA KERJA................................................................................5
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 10
4.1 DATA PENGAMATAN....................................................................10
4.2 PEMBAHASAN............................................................................ 12
V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 27
5.1 KESIMPULAN ................................................................................ 27
5.2 SARAN ............................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 28
1

1 IDENTIFIKASI ZAT KIMIA

I. TUJUAN
1. Mengidentifikasi adanya logam K, Na, dan Ca dalam 3 macam
larutan bahan dengan cara reaksi nyala api bunsen.
2. Melihat dan mengenal spektrum emisi dari K, Na, dan Ca.
3. Mengidentifikasi ion-ion logam Ag+ , Pb2+, Hg2+, Fe2+, Ba2+ ,
Na2+ dalam larutan dengan menggunakan pereaksi pembentukkan
endapan, warna, gas dan bau yang dapat diamati.
4. Mengidentifikasi anion-anion Br- , SO4 2- , Fe(CN)6 4- , Cr4 2- ,
SO3 2- dengan pereaksi atas dasar perbedaan kelarutan garam
peraknya dan Bariumnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang, setiap
zat mempunyai sifat yang berbeda. zat kimia[1] atau bahan kimia, yang juga
dikenal sebagai zat murni adalah suatu bentuk materi yang memiliki komposisi
kimia dan sifat karakteristik konstan. Ia tidak dapat dipisahkan menjadi
komponen dengan metode pemisahan fisika, yaitu tanpa memutus ikatan
kimia. Zat kimia bisa berupa unsur kimia, senyawa kimia, ion atau paduan.
Sedangkan Identifikasi adalah pemberian tanda-tanda pada golongan barang
atau sesuatu. Tugas identifikasi yaitu membedakan komponen yang satu
dengan yang lainnya, sehingga menghasilkan suatu komponen yang dikenal
dan diketahui masuk dalam golongan mana (Kaufman 1994 : 55).
Kimia analitik adalah studi pemisahan, identifikasi, dan kuantifikasi
komponen kimia dalam bahan alam maupun buatan. Analisis kualitatif
memberikan indikasi identitas spesies kimia di dalam sampel. Sedangkan
analisis kuantitatif menentukan jumlah komponen tertentu dalam suatu zat.
Dalam analisis identifikasi, senyawa-senyawa anorganik dan organik
memiliki perbedaan yang penting. Sebagian besar senyawa-senyawa
anorganik merupakan senyawa ionik yang dapat ditentukan dengan membuat
identifikasi bagan tertentu dalam secara konvensional (secara kimiawi).
Senyawa-senyawa organik pada umumnya terikat melalui ikatan kovalen,
dan belum ada suatu skema yang dapat digunakan untuk melakukan
identifikasinya secara konvensional ( Graham, 1995 ).
2

Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering


dan reaksi basah. Penggunaan reaksi kering yaitu pada zat padat sedangkan
reaksi basah digunakan pada zat dalam larutan. Biasanya reaksi kering yang
diuraikan akan digunakan untuk analisis semi mikro dengan hanya
modifikasi kecil. Dengan memperhatikan daftar kelarutan berbagai garam
dalam air dan pelarut yang lain, jenis anion yang terdapat dalam larutan bisa
ditentukan. Misalnya garam sulfida tidak dapat larut dalam asam dan garam
karbonat tidak dapat larut dalam sulfida (Yusuf, 2019).
Pereaksi atau reagent merupakan bahan kimia tertentu yang
digunakan untuk mengubah analit menjadi senyawa tertentu sehingga dapat
diamati atau diukur. Sebagai contoh asam sulfat (H2SO4) digunakan untuk 2
mereaksikan ion timbal dalam larutan untuk menghasilkan endapan timbal
sulfat yang berwarna putih. Tanpa asam sulfat kita tidak tahu bahwa dalam
larutan tersebut mengadung ion timbal. Maka dalam hal tersebut asam sulfat
dapat dikatakan sebagai pereaksi atau reagen, lebih tepatnya disebut reagen
pengendap. Dalam beberapa hal, analisis memerlukan reagen pengendap,
kadang memerlukan reagen pembentuk warna, dan bahkan kadang
memerlukan reagen pembentuk gas. Dalam beberapa analisis, reagen
pengendap diperlukan, terkadang membutuhkan reagen pembentuk warna,
dan bahkan reagen pembentuk gas (Tukangna, 2020).
Secara garis besar, kimia analisis dibagi dalam dua bidang yaitu
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas
tentang identifikasi zat-zat. Analisis ini mengidentifikasisuatu unsur atau
senyawa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada intinya tujuan
analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah atau
beberapa unsur. Sedangkan analisis kuantitatif yaitu menetapkan banyaknya
suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Untuk menguji suatu zat yang tidak
diketahui biasanya menggunakan prosedur, yang pertama membuat sampel
(contoh) yang dianalisis dalam bentuk cair atau larutan. Selanjutnya larutan
yang dihasilkan dilakukan uji ion-ion yang mungkin ada. Pada saat
mengidentifikasi berbagai konsentrasi untuk ion dalam suatu campuran
terkadang menjumpai kesulitan yang besar, biasanya pemisahan ion
diutamakan terlebih dulu melalui proses pengendapan, berikutnya
melarutkan kembali endapan tersebut. Kemudian melakukan uji spesifik ion
yang akan diidentifikasi. Uji spesifik tersebut dilakukan dengan
menambahkan reagen tertentu yang akan menghasilkan larutan atau endapan
berwarna yang merupakan karakteristik ion tertentu (Underwood, 1992)

. Kation dapat didefinisikan ion yang memiliki muatan positif. Ada pun
pengertian yang lain yaitu atom yang bermutan positif apabila kekurangan
elektron. Untuk analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan
3

atau dikelompokkan menjadi lima golongan berdasarkan sifat kation itu


terhadap beberapa pereagen. Dengan memakai pereagen golongan secara
spesifik, dapat menentukan ada tidaknya golongan kation, dan dapat juga
memisahkan golongangolongan ini dengan menganalisis lebih lanjut. Selain
cara dasar untuk menyajikan bahan, pengurutan juga dapat memudahkan
mempelajari berbagai reaksi. Golongan pereagen yang digunakan dalam
klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida,
dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation
bereaksi dengan pereagen ini dengan membentuk endapan atautidak. Jadi
dapat disimpulkan 3 bahwa klasifikasi kation, didasarkan atas perbedaan
kelarutan klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut (Vogel,1985).
III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan identifikasi zat kimia adalah
alat -alat kimia baiik yang berupa kaca, porselin, besi, logam atau karet. alat-
alat dalam percobaan kali diantaranya jarum osche, botol reagen, bunsen,
tabung reaksi, penangas air, lakmus merah / batang gelas, pipet tetes, gelas
ukur, dan gelas volumetric.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan identifikasi zat kimia logam
-logam alkali dengan cara reaksi nyala adalah larutan HCl, KCl 5%, NaCl
5%, CaCl2 5%, AgNO3 1%, NH4OH 1%, Pb(NO3)2, KI 1%, HgCl2, FeSO4
1%, NaOH 1%, BaCl2 1%, (NH4)2CO3 1%, HNO3 1%, NH4Cl 1%, NaBr
1%, AgNO4 1%, Na2SO4 1%, K2Fe(CN)6 1%, H2SO4, H3PO4 1%,
(NH3)2MoO3 1%, NHO3 1%, Na2C2O4 1%, dan Na2S2O3 1% dan kertas
lakmus. Sedangkan bahan;bahan yang digunakan untuk identifikasi anion
dalah larutan KBI,AgNO3,Na2SO4, dan lrutan BaCl.

3.3 Cara Kerja


Percobaan 1 :A. Identifikasi Logam-Logam Alkali dengan Cara Reaksi
Nyala
1. Jarum Osche yang terbuat dari platina terutama bagian ujungnya dicuci dan
dicelupkan ke dalam HCl pekat dalam botol reagen tertutup dan dalam
lemari asam.
2. Ujung jarum dimasukkan ke dalam api bunsen di daerah fusi, sampai warna
apapun dari api bunsen tidak ditimbulkan.
3. Ujung jarum Osche tersebut dicelupkan lagi ke dalam HCl tadi kemudian
dicelupkan ke dalam larutan bahan dalam tabung reaksi saudara yang
4

diduga mengandung logam K, Na, dan Ca. larutan 5% KCl, NaCl dan
CaCl2 digunakan.
4. Ujung jarum osche yang membawa larutan tersebut dibakar pada api
bunsen di daerah oksidasi. Untuk bahan-bahan yang mudah menguap
pembakaran dilakukan di daerah fusi.
Percobaan 2 :B. Identifikasi Kation dengan Cara Reaksi Basah
1. Sebanyak 1 mL pereaksi larutan 1% HCl ditambahkan 1 mL 1% AgNO3
(gol.1). pereaksi larutan 1% NH4OH ditambahkan kemudian apa yang akan
terjadi diamati.
2. Sebanyak 1 mL larutan Pb(NO3)2 (gol.1) ditambahkan 1 mL pereaksi larutan
1% KI apa yang terjadi diamati. Dalam penangas air dididihkan lalu apa yang
terjadi diamati. Kemudian didinginkan dan yang terjadi dilihat. 5
3. Sebanyak 1 mili pereaksi larutan 1% KI ditambahkan 1 mL larutan HgCl2
(gol. 3) apa yang terjadi diamati. Kemudian 4 ml pereaksi tersebut
ditambahkan.
4. Sebanyak 1 ml pereaksi larutan 1% NaOH ditambahkan 1 mL larutan 1%
FeSO4 (gol. 3) apa yang terjadi diamati kemudian dikocok.
5. Sebanyak 1 mili pereaksi larutan 1% (NH4)2CO3 ditambahkan 1 mL larutan
1% BaCl2 (gol 4) apa yang terjadi diamati. Kemudian 1% pereaksi larutan
HNO3 ditambahkan.
6. Sebanyak 1 mili pereaksi larutan 1% NH4Cl ditambahkan 1 mL larutan 1%
NaOH (gol 5) apa yang terjadi diamati pada lakmus merah dan baunya
ditentukan. Batang gelas dimasukkan ke dalam HCl pekat dan ditaruh di atas
mulut tabung reaksi jika tidak ada kertas lakmus.
Percobaan 3: Identifikasi Anion dengan Cara Reaksi Basah
1. Sebanyak 1 ml reaksi larutan 1% AgNO4 ditambahkan 1 ml larutan 1% NaBr
(gol 1) apa yang terjadi diamati.
2. Sebanyak 1 ml pereaksi larutan 1% BaCl2 ditambahkan 1 ml larutan 1%
Na2SO4 (gol. 2) apa yang terjadi diamati.
3. Sebanyak 1 ml larutan H2SO4 pekat ditambahkan 1 ml larutan 1% K2Fe(CN)6
(gol. 2) dengan hati-hati dan pipet tetes digunakan. Apa yang terjadi diamati.
4. Sebanyak 1 ml larutan 1% H3PO4 (gol. 2) ditambahkan 1 ml pereaksi larutan
1% (NH3)2MoO3 dan 1 mL 1% NHO3. kemudian sedikit dipanaskan sebentar
lalu didinginkan, apa yang terjadi diamati.
5. Sebanyak 1 ml larutan H2SO4 pekat ditambahkan 1 ml larutan 1% Na2C2O4
(gol. 3) dengan hati-hati dan pipet tetes digunakan. Apa yang timbul diamati.
6. pereaksi larutan 1% AgNO3 ditambahkan 1 ml larutan 1% Na2S2O3 (gol.4)
apa yang terbentuk dan perubahan perubahan warna yang timbul diamati.
5

3.4 Skema Kerja

Percobaan 1: Identifikasi Logam-Logam Alkali dengan Cara Reaksi Nyala

Jarum osche

Dicuci dan dicelupkan ke dalam HCl pekat.


dimasukkan ke dalam dipanaskan ujungnya di daerah
fusi, api bunsen (sampai tidak berwarna.
dicelupkan lagi Ujung kawatnya ke dalam HCl pekat
dicelupkan ke dalam larutan 5% KCl.
dibakar di daerah oksidasi.
diamati

dicatat warna yang ditimbulkan


diulangi untuk langkah 1 sampai 4 untuk larutan NaCl
5% dan CaCl2 5%.

Hasil
6

Percobaan 2: Identifikasi Kation dengan Cara Reaksi Basah

1 mL 1%
AgNO3

Dimasukkan kedalam tabung reaksi.


Ditambah 1 ml larutan HCL 1%.
Diamati yang terjadi .
Ditambah larutan NH4OH 1%.
Diamati.

Hasil

1 mL larutan
Pb(NO3)2
Dimasukkankedalamtabung reaksi.
Ditambah1 ml larutanKI 1%.
Diamati yang terjadi
.
Dididihkan
Diamati.

Hasil

1 mL larutan
HgCl2

Dimasukkan kedalam tabung reaksi.


Ditambah 1 ml larutan KI 1%.
Diamati yang terjadi.
Ditambah larutan K1 1% berlebih
Diamati.

Hasil
7

1 mL larutan
1% FeSO4

Dimasukkan kedalam tabung reaksi.


Ditambah 1 ml larutan NAOH 1%.
Diamati yang terjadi.
Dikocok
Diamati.

Hasil

1 mL larutan
1% BaCl2

Dimasukkan kedalam tabung reaksi.


Ditambah 1 ml larutan (NH4)2CO3 1%.
Diamati yang terjadi.
Ditambah larutan HNO3 1%.
Diamati.

Hasil

1 mL larutan
1% NaOH

Dimasukkan kedalam tabung reaksi.


Ditambah 1 ml larutan NH4Cl 1%.
Diberi kertas lakmus merah.
Diamati yang terjadi.
Dipanaskan
Diamati Warna dan baunya.

Hasil
8

Percobaan 3: Identifikasi Anion dengan Cara Reaksi basah

1 mL larutan
1% NaBr

Dimasukkan kedalam tabung reaksi.


Ditambah 1 ml larutan AgNO4.1%.
Diamati

Hasil

1 ml larutan
Na2SO4

Dimasukkan kedalam tabung reaksi.


Ditambah 1 ml larutan BaCl2 1%.
Diamati.

Hasil

1 mL larutan
1%)
K2Fe(CN)

Dimasukkan kedalam tabung reaksi.


Ditambah 1 ml larutan H2 SO4 1%.
Diamati.

Hasil
9

1 mL larutan
1% H3 PO4

Dimasukkan kedalam tabung reaksi.


Ditambah 1 ml larutan (NH3)2 MoO3 1% dan NHO3.
Dipanaskan sebentar lalu didinginkan
Diamati..

Hasil

1 mL larutan
1% Na2C2O4

Dimasukkan kedalam tabung reaksi.


Ditambah 1 ml larutan H2SO4 1%.
Diamati.

Hasil

1 mL larutan
1% Na2S2O3
Dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Ditambah 1 ml larutan AgNO31%.
Diamati perubahan warna yang terjadi.

Hasil
10

IV.Hasil Dan Pembahasan


1V.1 Identifikasi Reaksi Kation Dengan Reaksi Basah

No. Perlakuan Pengamatan


1 1 mL larutan AgNO3 1% - Larutan berwarna putih
ditambahkan 1 mL larutan HCl 1% - Warna larutan semakin
Lalu ditambahkan NH4OH berlebih keruh dan terdapat endapan
2 1 mL larutan Pb(NO3)2 1% - Larutan berwarna kuning
ditambahkan 1 mL larutan KI 1% - Larutan tidak berwarna
didihkan campuran dan terdapat endapan kuning
3 1 mL larutan HgCl2 1% ditambahkan - Larutan tidak berwarna
1 mL larutan KI 1% - Larutan berwarna orange
ditambah KI 1% berlebih dan terdapat endapan
4 1 mL larutan FeSO4 1% - Larutan berwarna kekuningan
ditambahkan 1 mL larutan NaOH - Terdapat endapan kuning
1%
dikocok
5 1 mL larutan BaCl2 1% ditambahkan - Larutan tidak berwarna
1 mL larutan
(NH4)2CO3 1% - Tidak terjadi perubahan
ditambahkan 1 ml larutan HNO3 1%
6 1 mL larutan NaOH 1% ditambahkan - Larutan tidak berwarna
1 mL larutanNH4Cl 1% - lakmus - Lakmus berubah menjadi biru
merah basah ditempatkan di bibir
tabung

1V.2 Identifikasi Reaksi Anion Dengan Reaksi Basah

No. Perlakuan Pengamatan


1 1 mL larutan NaBr 1% dimasukkan ke - Larutan tidak berwarna
dalam tabung reaksi - Larutan berwarna putih
1 mL larutan NaBr 1% + 1 mL larutan pekat, ada endapan serta tidak
AgNO4 1% berbau
2 1 mL larutan Na2SO4 dimasukkan ke - Larutan tidak berwarna
dalam tabung reaksi - Larutan berwarna putih
1 mL larutan Na2SO4 1% + 1 mL keruh , ada endapan serta tidak
larutan BaCl2 1% berbau
11

3 1 mL larutan K4Fe(CN)6 dimasukkan - Latutan berwarna kuning


ke dalam tabung reaksi - Larutan berwarna hijau
1 mL larutan K4Fe(CN)6 1% + 1 mL pucat, tidak ada endapan serta
Larutan H2SO4 1% tidak berbau.
4 1 mL larutan H3PO4 1% - Larutan tidak berwarna
ditambahkan 1 mL larutan - Larutan berwarna
(NH4)2MoO4 1% kuning, tidak ada endapan serta
ditambah 1mL larutan HNO3 1 % tidak berbau
5 1 mL larutan Na2C2O4 dimasukkan ke - Larutan tidak berwarna
dalam tabung reaksi - Larutan tidak berwarna, tidak
1 mL larutan Na2C2O4 1% ada endapan serta tidak berbau
ditambahkan 1 mL larutan H2SO4
pekat

6 1 mL larutan Na2S2O3 dimasukkan - Larutan tidak berwarna


ke dalam tabung reaksi - Larutan berwarna coklat keruh,
1 mL larutan Na2S2O3 1% ada endapan serta berbau
ditambahkan 1 mL larutan AgNO3
1%
12

4.2 Pembahasan
Identifikasi merupakan salah satu pekerjaan dalam analisis kualitatif.
Identifikasi dapat dilakukan dengan cara yaitu: dengan cara-cara kimia dan cara-
cara fisikokimia. Identifikasi dengan cara-cara fisikokimia sekarang sudah
berkembang sangat pesat baik dlam analisis kimia anorganik maupun organik.
Namun dalam praktikum ini bagi mahasiswa pemula, baru akan diperkenalkan
identifikasi dengan cara-cara kimia atau sering disebut dengan cara-cara klasik.
Biasanya agar suatu zat dapat diidentifikasi atau dikenali maka zat
diubah dahulu dengan bantuan zat lain menjadi senyawa baru yang sifat-sifatnya
mudah dikenali. Perubahan-perubahan ini disebut reaksi kimia dan zat yang
digunakan untuk merubah zat yang akan diidentifikasi disebut pereaksi atau
reagen. Reaksi kimia dapat dilakukan dengan dua cara yaitu reaksi basah dan
reaksi kering.

Identifikasi adalah suatu langkah atau prosedur yang dipilih dan


dicocokan dengan ciri - ciri yang akan ditemukan dan diselaraskan dengan program
yang akan dikembangkan. Proses identifikasi yang dipilih haruslah memiliki dasar
tujuan yang ingin dicapai. Prosedur identifikasi haruslah berdasarkan berbagai hal
dan tujuan program yang bisa dipertahankan (Banfatin, 2014). Pengertian
identifikasi secara umum merupakan memberikan tanda yang sesuai golongan
pada benda, barang, atau sesuatu, dengan tujuan membedakan komponen
yangsatu dengan yang lainnya (Nalole, 2014).
Reaksi kering adalah sebuah uji yang dilakukan dalam keadaan kering
yakni tanpa melarutkan. Contoh reaksi kering dapat dilakukan dengan cara
pemanasan, uji nyala bunsen, uji manik boraks. Agar reaksi - reaksi semacam
ini dapat berlangsung maka harus menggunakan nyala api yang tidak
berjelaga yaitu nyala api bunsen. Reaksi kering umumnya dipakai untuk
pengujian pendahuluan tergadap kemurnian endapan dan pengujian adanya
mineral dalam suatu bahan (Azharman, 2010). Zat yang akan diidentifikasi melalui
reaksi kering harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : dapat lebur,
mampu menghasilkan warna yang berbeda dengan nyala Bunsen, volatil (mudah
menguap), bertingkah laku redoks (Kartika dan Vaulina, 2017).
A. Reaksi Kering
Cara reaksi kering ini biasanya sering dipakai untuk pengujian
pendahuluan terhadap kemurnian endapan dan pengujian adanya mineral
dalam bahan. Zat-zat yang akan diidentifikasi melalui reaksi kering harus
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Dapat lebur
13

b. Mampu menghasilkan warna yang berbeda dengan nyala Bunsen


c. Volatil
d. Bertingkah laku oksidasi-reduksi
Agar reaksi-reaksi semacam ini dapat berlangsung maka harus
mengguanakan nyala api yang tidak berjelaga yaitu nyala api bunsen. Nyala api
dari hasil pemanasan gas etilen dapat menimbulakan jelaga yang berasal dari
karbon yang terbentuk.

C2H2  CH4 + C

Hidrokarbon-hidrokarbon lain yang tidak jenuh juga bertingkah laku


seperti etilen. Timbulnya jelaga ini dapat diatasi dengan memasukkan udara ke
dalam gas yang akan dibakar. Dengan menggunakan alat bunsen, udara dapat
dimasukkan ke dalam gas 8 dengan mengatur lubang yang terdapat pada bagian
bawah alat tersebut. Struktur nyala api Bunsen adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Bagian Nyala Api Bunsen

• Kerucut yang berwarna biru (ABD) sebagian besar mengandung gas yang tak
terbakar

• Puncak kerucut dalam (EDF) hanya dapat dilihat bila lubang udara ditutup
sedikit

• Mantel luar (ADBC), yaitu daerah terjadinya pembakaran sempurna.

Sumbangan yang sangat besar dari teori atom modern dalam


pengembangan ilmu kimia adalah dalam menginterpretasikan sifat-sifat zat ke
dalam konfigurasi elektron, salah satu interpretasi tersebut adalah adanya
hubungan langsung antara konfigurasi elektron dengan warna. Suatu radiasi
elektromagnit, akan dipancarkan atau akan diserap zat jika dalam zat tersebut ada
14

elektron-elektron yang berpindah tempat dari satu tingkat energi ke tingkat energi
lain.
Di dalam zat, tingkat energi atom atau molekul sangat berjauhan
sehingga gelombang elektromagnit yang diserap atau dipancarkan terletak di
daerah spektrum sinar sehingga zat tersebut tampak berwarna.
Dalam atom, warna yang tampak berasal dari proses emisi dengan
mekanisme sebagai berikut: energi panas yang diserap oleh zat atau atom dari
lingkungannya menyebabkan elektron-elektron pada orbital yang tidak terlalu
terikat oleh daya Tarik inti atom berpindah ke orbital yang tingkat energinya lebih
tinggi. Pada waktu elektron- 9 elektron tersebut kembali ke orbital semula yang
lebih rendah tingkat energinya maka kelebihan energinya dipancarkan sebagai
spektrum emisi.
Karena besarnya beda energi (ΔE) untuk setiap unsur tidak sama besar
maka setiap unsur akan memancarkan warna yang unik dan spesifik. Natrium
memberikan warna kuning, kalium memberikan warna violet, tembaga
memberikan warna hijau, dan kalsium memberikan warna merah kekuningan,
merah tua dengan garis-garis ungu dan biru cerah
Reaksi basah merupakan jenis reaksi yang mencakup pembentukan
endapan atau perubahan warna melalui reaksi yang mengandung media atau bahan
air, seperti reaksi pada larutan. Terjadinya endapan dapat diakibatkan oleh
berbagai macam sebab, seperti pencampuran larutan dengan kation dan anion
berbeda sehingga ada pengendapan, menambahkan konsentrasi zat dan senyawa
hingga melewati batas kelarutannya, atau menurunkan suhu larutan. Ekstraksi
untuk endapan juga dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti filtrasidan
evaporasi (Dian, 2015). Adapun keuntungan reaksi basah terutama dalam analisis
kualitatif adalah sebagian besar jalannya reaksi kimia mudah dilihat dari
perubahan warna atau timbulnya endapan. Bau gas yang timbul juga membantu
dalam mengidentifikasi beberapa substansinya (Petrucci, 1992).
B. Reaksi Basah
Cara reaksi basah mudah dilakukan dan jalannya reaksi dapat diikuti dari :
a. Pembentukan endapan
b. Pembentukan warna
c. Pengeluaran gas atau bau yang spesifik

Keuntungan reaksi basah terutama dalam analisis kualitatif adalah sebagian


besar jalannya reaksi kimia mudah dilihat dari perubahan warna atau endapan yang
15

terbentuk. Bau gas yang timbul juga dapat membantu untuk identifikasi beberapa
substansinya.

Gas-gas hidrogen sulfida (H2S), hidrogen sianida (HCN2), Brom (Br2),


karbon disulfida (CS2) dan lainnya mempunyai sifat khas sehingga mudah dikenali.
Namun demikian diantara gas-gas tersebut banyak yang beracun atau toksik yang
dapat berbahaya seperti gas hidrogen sianida dan residunya. Oleh karena itu tidak
boleh mencium gas hasil reaksi secara langsung, tetapi harus dengan cara
mengibaskan tangan ke arah hidung dengan maksud untuk mengeluarkan gas
tersebut.

Dalam analisis kimia kualitatif dengan cara reaksi basah ada dua
golongan besar identifikasi yaitu identifikasi kation dan identifikasi anion.

4.2.1 Identifikasi Kation dengan Reaksi Basah


Reaksi basah merupakan reaksi uji yang dilakukan dengan cara
zat yang akan dianalisis dilarutkan terlebih dahulu dalam suatu zat pelarut
yang tepat. Keuntungan reaksi basah dalam analisis kualitatif adalah sebagian
besar jalannya reaksi kimia mudah dilihat dan perubahan warna atau timbulnya
endapan. Bau gas yang timbul juga membantu
mengidentifikasi beberapa substansinya. Reaksi basah mudah dilakukan dan
jalannya reaksi dapat diikuti dari pembentukan endapan, perubahan warna,
pengeluaran gas atau bau spesifik ( Kartika dan Vaulina, 2017).
C. Identifikasi Kation

Untuk mengetahui adanya logam-logam dalam suatu bahan, maka bahan tersebut
harus dilarutkan lebih dahulu merubah logam-logam tersebut menjadi ion-ion
logam atau kation yang mudah diidentifikasi dengan pereaksi yang khas. Cara
melarutkan bahan yang akan dianalisis adalah :
a. Bahan dilarutkan dengan akuades dingin,bila tidak larut dipanaskan
b. Bila bahan tidak larut dalam air panas maka bahan dilarutkan dengan
HNO3 encer. Bila dengan HNO3 encer belum larut maka bahan harus
dipanaskan atau menggunakan HNO3 pekat.
c. Bila dengan HNO3 pekat bahan belum larut maka bahan dilarutkan dengan
air raja atau akua regia. Air raja dapat dibuat dari campuran HNO 3 pekat
dengan HCl pekat dengan perbandingan 1:3.

Setelah bahan tersebut larut baru dianalisis sebagai berikut:


16

Pertama : larutan direaksikan dengan larutan asam klorida (HCl). Endapan yang
terbentuk merupakan klorida dari logam-logam golongan I yaitu: Ag+,
Hg2+, Pb2+, kemudian disaring.

Kedua : larutan direaksikan dengan larutan asam sulfida, H 2S dalam 0,3 M HCl,
endapan yang terbentuk merupakan sulfida dari logam-logam
golongan II yaitu : As3+, As5+, Sb3+, Sb5+, Sn2+, Sn4+, Hg2+, Bi3+, Cu2+,
Pb2+, Cd2+ kemudian disaring.

Ketiga : Filtrat yang diperoleh direaksikan dengan larutan ammonium sulfida.


Endapan yang terbentuk merupakan sulfida dari logam-logam
golongan III yaitu : Fe2+, Fe3+, Al3+, Zn2+, Cr3+, Ni2+, Co2+, Mn2+
kemudian disaring.

Keempat : Filtrat yang diperoleh direaksikan dengan larutan (NH 4)2CO3. Endapan
yang terbentuk merupakan karbonat dari logam-logam golongan IV
yaitu : Ba2+, Ca2+, Sr2+ kemudian disaring.

Kelima : Ion-ion logam yang terdapat dalam filtrat terakhir termasuk logam
golongan V atau golongan sisa yang terlarut yaitu : Na+, K+, NH4+,
Mg2+.

Dalam praktikum ini mahasiswa pemula belum akan diberi tugas untuk
melakukan analisis kimia yang sebenarnya. Sebagai mahasiswa pemula cukup
melakukan identifikasi atau pengenalan kation dan anion dalam larutan yang
dibuat dari kemikalia murni.

Kation-kation yang akan diidentifikasi meliputi kation-kation golongan I sampai


dengan golongan V. Adapun reaksinya dapat dilihat pada buku-buku Pustaka.

Percobaan 1
Percobaan 1 dilakukan dengan cara mereaksikan sebanyak 0,1 mL
larutan AgNO3 1% ditambah dengan 0,1 mL larutan HCl 1%. Hasilnya
larutan menjadi berwarna putih dan terjadi endapan yaitu gumpalan AgCl.
Penambahan larutan HCl berfungsi untuk mempercepat terjadinya
gumpalan.
17

Gambar 4.2.1.1 Gambar 4.2.1.2


AgNO3 + HCl AgNO3 + HCl + NH4OH

AgNO3 + 2HCl AgCl + HNO4 (Svehla, 1995).

Endapan yang sementara yaitu AgCl, kemudian ditambah larutan NH 4OH


dan menghasilkan warna putih susu yang semakin keruh. Penambahan
NH4OH berfungsi untuk membentuk endapan kompleks.
AgCl + NH4OH Ag(NH3)2+ 2H2O (Svehla, 1985).
Hasil dari percobaan yang dilakukan sesuai dengan referensi yaitu larutan
menjadi bewarna putih susu dan endapan berwarna putih (Svehla, 1985).
Percobaan 2
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan sebanyak 1 mL larutan
Pb(NO3)2 1% ditambah dengan 0,1 mL larutan KI 1%. Hasilnya larutan yang
diperoleh berwarna kuning. Setelah dididihkan larutan menjadi tidak
berwarna dan terbentuk endapan kuning. Hasil dari percobaan tersebut
sesuai dengan referensi yang mana Pb2+ sebagai kation dan PbI2 sebagai
endapan, yang mula-mula larutan berwarna kuning menjadi tidak berwarna
(Svehla, 1985).
18

Gambar 4.2.1.3 Gambar 4.2.1.4


Pb(NO3)2 dan KI Pb(NO3)2 dan KI setelah didihkan
Pb(NO3)2 + 2KI PbI2 + 2KNO3 (Svehla, 1985).
Percobaan 3
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan sebanyak 1 mL larutan HgCl 2
1% ditambah dengan 0,1 mL larutan KI 1%. Hasil larutan yang diperoleh
yaitu bening atau tidak berwarna.
HgCl2 + 2KI HgI2 + KCl (Svehla, 1985).

Gambar 4.2.1.5 Gambar 4.2.1.6


HgI2 dan KI HgI2, KI dan KI berlebih
Setelah ditambah KI berlebih, menjadi tidak berwarna .Hasil percobaan
tersebut sesuai dengan referensi dimana Penambahan KI pada larutan
berfungsi untuk membentuk tetraiodo memperkuat dua persamaan reaksi
setelah penambahan KI berlebih (Svehla, 1985).

HgI2 + 2KI K2HgI4 (Svehla, 1985).


Percobaan 4
19

Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan sebanyak 1 mL larutan FeSO4


1% ditambah dengan 1 mL larutan NaOH 1%. Hasil larutan yang diperoleh
setelah dikocok menghasilkan larutan yang tidak berwarna.
percobaan ini tidak sesuai dengan referensi (Dini, 2016) yang mengatakan
larutan menjadi berwarna kecoklatan. Hal itu dikarenakan tambahan 1 mL
larutan NaOH 1% terlalu banyak.
FeSO4 + 2NaOH Fe(CH)2 + Na2SO4 (Harjadi, 1990).

Gambar 4.2.1.7
FeSO4 dan NaOH, dikocok
Percobaan 5
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan sebanyak 1 mL larutan BaCl2
1% ditambah dengan 0,1 mL larutan (NH4)2CO3 1%. Hasil larutan yang
diperoleh yaitu tidak berwarna atau bening.

BaCl2 + (NH4)2CO3 BaCO3 + 2NH4Cl (Svehla, 1985).


Setelah ditambahkan larutan HNO3 1% larutan tetap tidak berwarna. Ba2+
sebagai kation. Ba2+ menggunakan larutan BaCl2 untuk diidentifikasi
kemudian ditambah (NH4)2CO3 menghasilkan larutan yang larut dan
homogen.

BaCO3 + 2HNO3 Ba(NO3)2 + H2O + CO2 ( Svehla, 1985).


Percobaan tidak sesuai dengan referensi, seharusnya larutan menjadi
berwarna putih keruh (Svehla, 1985). Itu dikarenakan Ba 2+ sebagai kation
sangat mudah menguap pada oksidasi di udara dan tabung reaksi harus
ditutup dengan rapat agar tidak cepat menghilang.
20

Gambar 4.2.1.8 Gambar 4.2.1.9

BaCl2, (NH4)2CO3 dan HNO3 BaCl2, (NH4)2CO3 dan HNO3


Percobaan 6
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan sebanyak 1 mL larutan
NaOH 1% ditambah dengan 1 mL larutan NH4Cl 1%. Hasil larutan yang
diperoleh yaitu tidak berwarna atau bening. Saat dipanaskan kertas lakmus
merah berubah menjadi biru. Identifikasi kation NH4+ dengan larutan NH4Cl
kemudian ditambah NaOH dipanaskan menghasilkan larutan tanpa endapan.
Percobaan sesuai dengan referensi (Svehla, 1985).

NaOH+ NH4Cl NaCl + NH4OH (Svehla, 1985).

Gambar 4.2.1.10 Gambar 4.2.1.11


NaOH dan NH4Cl NaOH dan NH4Cl dipanaskan
21

Gambar 4.2.1.1.2
Lakmus menjadi kebiruan
4.2.2 Identifikasi Anion dengan Reaksi Basah

Secara umum anion dibagi menjadi 2 golongan, yaitu golongan yang jika
direaksikan dengan HCl encer, maka akan mengeluarkan gas atau uap, dan
anion yang apabila diencerkan dengan larutan tertentu maka akan terjadi
pengendapan (Harjadi, 1990). Reaksi basah dapat digunakan untuk analisis
makro, semi makro dan mikro sehingga keuntungan yang terjadi banyak
(Harjadi, 1990). Identifikasi melalui reaksi basah merupakan pengujian yang
diterapkan dengan melibatkan proses pelarutan. Teknik uji melibatkan
proses pelarutan dalam pelarut yang sesuai, oleh sebab itu teknik ini juga
disebut teknik uji kelarutan (Svehla, 1985).
. Identifikasi Anion
Identifikasi anion atau sisa asam didasarkan atas perbedaan kelarutan
dari garam-garam barium dan perak. Sisa asam atau anion dapat dilklasifikasikan
menjadi 7 golongan.
Golongan 1 adalah asam atau sisa asam yang garam peraknya tidak larut
dalam air dan asam nitrat tetapi garam bariumnya larut dalam air. Yang masuk
golongan ini adalah asam klorida, asam bromida, asam iodida, asam sianida,
ferosianida, ferisianida, tiosianida dan asam hipoklorit.
Golongan 2 adalah asam atau sisa asam yang garam peraknya larut
dalam air asam nitrat tetapi tidak larut atau sukar larut dalam air, sedangkan garam
bariumnya larut dalam air. Yang masuk golongan ini adalah: hidrosulfat, hidrogen
sulfida, hidroselenat, nitrit, asetat, sianat, hipofosfit, hidrotekirat dan asam
hidrozoat.
Golongan 3 adalah asam atau sisa asam yang garam peraknya berwarna
putih dan larut dalam asam nitrat, sedangkan garam bariumnya sukar larut atau
tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam nitrat. Yang termasuk golongan ini
adalah sulfit, selenit, karbonat, oksalat, iodat, borat, molibdat, selenat, dan telurat
tertarat, citrat dan asam meta serta pirofosfat.
Golongan 4 adalah asam atau sisa asam yang garam peraknya berwarna
dan larut dalam asam nitrat, tetapi garam bariumnya tidak larut dalam air namun
larut dalam asam nitrat. Yang termasuk golongan ini adalah fosfat, arsenat, arsenit,
vanadat, tiosulfat, kromat dan asam feriodat.
22

Golongan 5 adalah asam atau sisa asam yang garam peraknya dan
bariumnya larut dalam air. Yang termasuk golongan ini adalah nitrat, klorat,
perkiorat, persulfat asam menganat.
Golongan 6 adalah asam yang garam asamnya larut dalam air tetapi
garam bariumnya tidak larut dalam asam nitrat. Yang termasuk golongan ini adalah
asam-asam sulfat, hidroflorat dan fluosilikat.
Golongan 7 adalah asam-asam yang tidak volatil yang membentuk
garam yang dapat larut hanya dalam alkali. Yang termasuk golongan ini adalah
asam-asam silikat, tungitat, titanat, kolumbat dan tantalat.

Percobaan 1
Percobaan ini dilakukan dengan mencampurkan 1 mL larutan NaBr 1%
ditambah dengan 0,1 mL larutan AgNO3 1%. Ion Br-- direaksikan dengan
AgNO3, akan terbentuk larutan berwarna putih (Harjadi, 1990). Dari hasil
percobaan didapat larutan berwarna putih pekat, ada endapan serta tidak
berbau.
NaBr + AgNO3 AgBr + NaNO3 (Harjadi, 1990).
Data hasil pengamatan sesuai dengan referensi (Harjadi, 1990).

Gambar 4.2.2.1
NaBr dan AgNO3
Percobaan 2
Percobaan ini dilakukan dengan mencampurkan 1 mL larutan Na 2SO4 1%
ditambah dengan 0,1 mL larutan BaCl2 1%. Jika SO42- direaksikan dengan
larutan BaCl2 akan terbentuk endapan BaSO4 warna larutan putih keruh
(Harjadi, 1990). Hasil yang diperoleh yaitu larutan berwarna putih keruh.
Data hasil pengamatan sudah sesuai dengan referensi (Harjadi, 1990).
23

Na2SO4 + BaCl2 BaSO4 + 2NaCl (Harjadi, 1990).

Gambar 4.2.2.2
Na2SO4 dan BaCl2
Percobaan 3
Percobaan ini dilakukan dengan cara mereaksikan1 mL larutan K4Fe(CN)6
1% ditambah dengan 0,1 mL larutan H2SO4. Hasilnya tidak terjadi
perubahan warna dimana larutan tetap berwarna kuning seperti semula (Ena,
2009). Hasil pengamatan larutan berwarna bening kekuningan , tidak ada
endapan serta tidak berbau. Data pengamatan sesuai dengan referensi

K4Fe(CN)6 + H2SO4 H4Fe(CN)6 + 2K2SO4 (Ena, 2009).

Gambar 4.2.2.3

K4Fe(CN)6 dan H2SO4


24

Percobaan 4
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan 1 mL larutan H3PO4 1%
ditambah dengan 1 mL larutan (NH4)2MoO4 1% dan 1 mL larutan HNO3
1%. Jika PO43- direaksikan dengan larutan (NH4)2MoO4 akan menghasilkan
warna kuning jernih (Wahyuni, 2011).

H3PO4 + 3(NH4)2MoO4 2(NH4)3PO4 + 3H2MoO3.


H3PO4 + 12(NH4)2MoO4 + 21HNO3 (NH4)3PO4 + 12MoO4+ 12NH4O + 12H2O
(Svehla, 1985).
Hasil yang diperoleh yaitu larutan tidak berwarna. Data hasil pengamatan
tidak sesuai dengan referensi (Harjadi, 1990). Hal tersebut disebabkan
penambahan larutan HNO3 yang melebihi 1 mL.

Gambar 4.2.2.4 Gambar 4.2.2.5

H3PO4, (NH4)2MoO4 dan HNO3 H3PO4, (NH4)2MoO4 dan HNO3 dipanaskan


Percobaan 5
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan 1 mL larutan Na 2C2O4 1%
ditambah dengan 1 mL larutan H2SO4 pekat. Jika C2SO42- direaksikan
dengan larutan H2SO4 pekat, akan maka menghasilkan warna yang keruh
(Svehla, 1985).

Na2C2O4 + H2SO4 Na2SO4 + H2C2O4 (Svehla, 1985).


Data hasil pengamatan didapatkan larutan keruh. Data hasil pengamatan
sesuai dengan referensi karena larutan Na2SO4 dengan H2SO4 pekat
berbeda kepolaran (Svehla, 1985).
25

Gambar 4.2.2.6

Na2C2O4 dan H2SO4


Percobaan 6
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan 0,1 mL larutan Na 2S2O3
ditambah dengan 1 mL larutan AgNO3 1%. Hasil larutan yang diperoleh
yaitu tidak berwarna. Data hasil pengamatan sesuai dengan referensi
(Svehla, 1985).

Na2S2O3 + 2 AgNO3 2NaNO3 + Ag2S2O3 (Svehla, 1985).

Gambar 4.2.2.7
Na2SO4 dan AgNO3
26

Kelebihan dan kekurangan reaksi kering dan basah


Kelebihan menggunakan Reaksi kering adalah lebih mudah dilakukan,
dilakukan tanpa proses melarutkan. sedangkan kekurangan menggunakan
reaksi kering adalah resiko kebakaran saat mengunakan bunsen. Kelebihan
menggunakan reaksi basah adalah hasilnya jalannya reaksi mudah terlihat
dari timbulnya gas warna, sedangkan kekurangan menggunakan reaksi basah
adalah membutuhkan ketelitian yang tinggi.
27

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari identifikasi zat kimia ini adalah :
1. Identifikasi kation dengan reaksi basah dapat menghasilkam beberapa
warna dan endapan pada tiap-tiap larutan yang tercampur atau direaksikan.
2. Identifikasi anion dengan reaksi basah dapat menghasilkan beberapa
warna, endapan, dan ada yang mengeluarkan bau sebagai cara untuk
mengetahui ada tidaknya anion dalam larutan yang diuji.
5.2 Saran
Pada percobaan identifikasi zat kimia perlu diperhatikan kemurnian
bahan, kebersihan alat, serta kepekaan indra praktikan dan juga kecocokan
data senyawa pada video materi. Penglihatan dan penciuman untuk mengenali
perubahan reaksi zat tertentu juga perlu diperhatikan
28

DAFTAR PUSTAKA
Azharman. 2010. Kimia Dasar I. Jakarta : Erlangga.
Banfatin, Febryanto Franky. 2014. dentifikasi peningkatan
keberfungsian sosial. dan penurunan Risiko bunuh diri bagi penderita
gangguan kesehatan mental Bipolar disorder Di Kota Medan melalui
terapi pendampingan. Medan : USU Repository.
Ena. 2009. Kimia Dasar I. Yogyakarta : UNY.
Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.
Kartika, Dwi dan Eva Vaulina. 2017. Modul Praktikum Kimia Dasar I Unsoed.
Purwokerto.
Kaufman, Gershen. 1994. Dinamika Kuasa. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.

Nalole, Martianty. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif


TipeGroupInvestigationdalam Meningkatkan Kemampuan
Menyelesaikan Pengurangan Bilangan Bulat Melalui pada Siswa Kelas
IV SDN 2 TelagaBiru Kabupaten Gorontalo. Gorontalo : AksaraJurnal
Ilmu Pendidikan Nonformal.
Patrick, Graham. 1995. An Introduction To Medicinal Chemistry. New York:
Oxford University Press.
Petrucci. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta : Erlangga.
Svehla. 1985.Buku Teks Analisis Anorganik. Jakarta : PT. Kalman.
Tukangna. 2020. BAB 1 Ruang Lingkup Analisis. Pakuan : UNPAK-Repository.
Underwood, A.L. 1992. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. Hal 66-69.
Utami, Dias. 2015. Aplikasi Pohon Keputusan dalam Penentuan Kation dengan
Analisis Kualitatif Inorganik. Bandung : STEI-ITB.
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta : Kalman Media Pusaka

Anda mungkin juga menyukai