Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR I

IDENTIFIKASI ZAT KIMIA

OLEH :

NAMA : ALI SODIQIN


NIM : B1B020008

HARI / TANGGAL : KAMIS, 03 DESEMBER 2020


ASISTEN : AYU OKTALINA ANGGRAINI

SHIFT :D

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI INTERNASIONAL

LABORATORIUM KIMIA DASAR


PURWOKERTO
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i


JUDUL PERCOBAAN ........................................................................................ 1
I. TUJUAN ............................................................................................ 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 1
III. METODOLOGI PERCOBAAN ......................................................... 4
3.1 ALAT ................................................................................................. 4
3.2 BAHAN ............................................................................................. 4
3.3 CARA KERJA ................................................................................... 4
3.4 SKEMA KERJA................................................................................. 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 9
4.1 DATA PENGAMATAN..................................................................... 9
4.2 PEMBAHASAN ............................................................................... 11
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 20
5.1 KESIMPULAN ................................................................................ 20
5.2 SARAN ............................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 21

i
IDENTIFIKASI ZAT KIMIA

I. TUJUAN
1. Mengidentifikasi adanya logam K, Na, dan Ca dalam 3 macam
larutan bahan dengan cara reaksi nyala api bunsen.
2. Melihat dan mengenal spektrum emisi dari K, Na, dan Ca.
3. Mengidentifikasi ion-ion logam Ag+, Pb2+, Hg2+, Fe2+, Ba2+,
Na2+ dalam larutan dengan menggunakan pereaksi pembentukkan
endapan, warna, gas dan bau yang dapat diamati.
4. Mengidentifikasi anion-anion Br-, SO42-, Fe(CN)64-, Cr42-, SO32-
dengan pereaksi atas dasar perbedaan kelarutan garam peraknya dan
Bariumnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Identifikasi adalah pemberian tanda-tanda pada golongan barang
atau sesuatu. Tugas identifikasi yaitu membedakan komponen yang satu
dengan yang lainnya, sehingga menghasilkan suatu komponen yang dikenal
dan diketahui masuk dalam golongan mana (Kaufman 1994 : 55). Dalam
analisis identifikasi, senyawa-senyawa anorganik dan organik memiliki
perbedaan yang penting. Sebagian besar senyawa-senyawa anorganik
merupakan senyawa ionik yang dapat ditentukan dengan membuat identifikasi
bagan tertentu dalam secara konvensional (secara kimiawi). Senyawa-senyawa
organik pada umumnya terikat melalui ikatan kovalen, dan belum ada suatu
skema yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasinya secara
konvensional ( Graham, 1995 ).
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering
dan reaksi basah. Penggunaan reaksi kering yaitu pada zat padat sedangkan
reaksi basah digunakan pada zat dalam larutan. Biasanya reaksi kering yang
diuraikan akan digunakan untuk analisis semi mikro dengan hanya
modifikasi kecil. Dengan memperhatikan daftar kelarutan berbagai garam
dalam air dan pelarut yang lain, jenis anion yang terdapat dalam larutan
bisa ditentukan. Misalnya garam sulfida tidak dapat larut dalam asam dan
garam karbonat tidak dapat larut dalam sulfida (Yusuf, 2019).

Pereaksi atau reagent merupakan bahan kimia tertentu yang digunakan


untuk mengubah analit menjadi senyawa tertentu sehingga dapat diamati
atau diukur. Sebagai contoh asam sulfat (H2SO4) digunakan untuk

1
2

mereaksikan ion timbal dalam larutan untuk menghasilkan endapan timbal


sulfat yang berwarna putih. Tanpa asam sulfat kita tidak tahu bahwa dalam
larutan tersebut mengadung ion timbal. Maka dalam hal tersebut asam
sulfat dapat dikatakan sebagai pereaksi atau reagen, lebih tepatnya disebut
reagen pengendap. Dalam beberapa hal, analisis memerlukan reagen
pengendap, kadang memerlukan reagen pembentuk warna, dan bahkan
kadang memerlukan reagen pembentuk gas. Dalam beberapa analisis, reagen
pengendap diperlukan, terkadang membutuhkan reagen pembentuk warna, dan
bahkan reagen pembentuk gas (Tukangna, 2020).

Secara garis besar, kimia analisis dibagi dalam dua bidang yaitu analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang
identifikasi zat-zat. Analisis ini mengidentifikasi suatu unsur atau senyawa yang
terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada intinya tujuan analisis kualitatif
adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah atau beberapa unsur.
Sedangkan analisis kuantitatif yaitu menetapkan banyaknya suatu zat tertentu
yang ada dalam sampel. Untuk menguji suatu zat yang tidak diketahui biasanya
menggunakan prosedur, yang pertama membuat sampel (contoh) yang
dianalisis dalam bentuk cair atau larutan. Selanjutnya larutan yang dihasilkan
dilakukan uji ion-ion yang mungkin ada. Pada saat mengidentifikasi berbagai
konsentrasi untuk ion dalam suatu campuran terkadang menjumpai kesulitan
yang besar, biasanya pemisahan ion diutamakan terlebih dulu melalui proses
pengendapan, berikutnya melarutkan kembali endapan tersebut. Kemudian
melakukan uji spesifik ion yang akan diidentifikasi. Uji spesifik tersebut
dilakukan dengan menambahkan reagen tertentu yang akan menghasilkan
larutan atau endapan berwarna yang merupakan karakteristik ion tertentu
(Underwood, 1992).
Kation dapat didefinisikan ion yang memiliki muatan positif. Ada pun
pengertian yang lain yaitu atom yang bermutan positif apabila kekurangan
elektron. Untuk analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan atau
dikelompokkan menjadi lima golongan berdasarkan sifat kation itu terhadap
beberapa pereagen. Dengan memakai pereagen golongan secara spesifik, dapat
menentukan ada tidaknya golongan kation, dan dapat juga memisahkan
golongan-golongan ini dengan menganalisis lebih lanjut. Selain cara dasar
untuk menyajikan bahan, pengurutan juga dapat memudahkan mempelajari
berbagai reaksi. Golongan pereagen yang digunakan dalam klasifikasi kation
yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, dan amonium
karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan
pereagen ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi dapat disimpulkan
3

bahwa klasifikasi kation, didasarkan atas perbedaan kelarutan klorida, sulfida,


dan karbonat dari kation tersebut (Vogel,1985).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan identifikasi zat kimia adalah jarum
osche, botol reagen, bunsen, tabung reaksi, penangas air, lakmus merah / batang
gelas, pipet tetes.
3.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan identifikasi zat kimia adalah


larutan HCl, KCl 5%, NaCl 5%, CaCl2 5%, AgNO3 1%, NH4OH 1%, Pb(NO3)2,
KI 1%, HgCl2, FeSO4 1%, NaOH 1%, BaCl2 1%, (NH4)2CO3 1%, HNO3 1%,
NH4Cl 1%, NaBr 1%, AgNO4 1%, Na2SO4 1%, K2Fe(CN)6 1%, H2SO4, H3PO4
1%, (NH3)2MoO3 1%, NHO3 1%, Na2C2O4 1%, dan Na2S2O3 1%.
3.3 Cara Kerja

A. Identifikasi Logam-Logam Alkali dengan Cara Reaksi Nyala


1. Jarum Osche yang terbuat dari platina terutama bagian ujungnya
dicuci dan dicelupkan ke dalam HCl pekat dalam botol
reagen tertutup dan dalam lemari asam.
2. Ujung jarum dimasukkan ke dalam api bunsen di daerah
fusi, sampai warna apapun dari api bunsen tidak ditimbulkan.
3. Ujung jarum Osche tersebut dicelupkan lagi ke dalam HCl tadi
kemudian dicelupkan ke dalam larutan bahan dalam tabung
reaksi saudara yang diduga mengandung logam K, Na, dan Ca.
larutan 5% KCl, NaCl dan CaCl2 digunakan.
4. Ujung jarum osche yang membawa larutan tersebut dibakar pada
api bunsen di daerah oksidasi. Untuk bahan-bahan yang mudah
menguap pembakaran dilakukan di daerah fusi.

B. Identifikasi Kation dengan Cara Reaksi Basah


1. Sebanyak 1 mL pereaksi larutan 1% HCl ditambahkan 1 mL 1%
AgNO3 (gol.1). pereaksi larutan 1% NH4OH ditambahkan
kemudian apa yang akan terjadi diamati.
2. Sebanyak 1 mL larutan Pb(NO3)2 (gol.1) ditambahkan 1 mL
pereaksi larutan 1% KI apa yang terjadi diamati. Dalam
penangas air dididihkan lalu apa yang terjadi diamati. Kemudian
didinginkan dan yang terjadi dilihat.

4
5

3. Sebanyak 1 mili pereaksi larutan 1% KI ditambahkan 1 mL


larutan HgCl2 (gol. 3) apa yang terjadi diamati. Kemudian 4 ml
pereaksi tersebut ditambahkan.
4. Sebanyak 1 ml pereaksi larutan 1% NaOH ditambahkan 1 mL
larutan 1% FeSO4 (gol. 3) apa yang terjadi diamati kemudian
dikocok.
5. Sebanyak 1 mili pereaksi larutan 1% (NH4)2CO3 ditambahkan 1
mL larutan 1% BaCl2 (gol 4) apa yang terjadi diamati. Kemudian
1% pereaksi larutan HNO3 ditambahkan.
6. Sebanyak 1 mili pereaksi larutan 1% NH4Cl ditambahkan 1 mL
larutan 1% NaOH (gol 5) apa yang terjadi diamati pada lakmus
merah dan baunya ditentukan. Batang gelas dimasukkan ke
dalam HCl pekat dan ditaruh di atas mulut tabung reaksi jika
tidak ada kertas lakmus.

C. Identifikasi Anion dengan Cara Reaksi Basah


1. Sebanyak 1 ml reaksi larutan 1% AgNO4 ditambahkan 1 ml
larutan 1% NaBr (gol 1) apa yang terjadi diamati.
2. Sebanyak 1 ml pereaksi larutan 1% BaCl2 ditambahkan 1 ml
larutan 1% Na2SO4 (gol. 2) apa yang terjadi diamati.
3. Sebanyak 1 ml larutan H2SO4 pekat ditambahkan 1 ml larutan
1% K2Fe(CN)6 (gol. 2) dengan hati-hati dan pipet tetes
digunakan. Apa yang terjadi diamati.
4. Sebanyak 1 ml larutan 1% H3PO4 (gol. 2) ditambahkan 1 ml
pereaksi larutan 1% (NH3)2MoO3 dan 1 mL 1% NHO3.
kemudian sedikit dipanaskan sebentar lalu didinginkan, apa
yang terjadi diamati.
5. Sebanyak 1 ml larutan H2SO4 pekat ditambahkan 1 ml larutan
1% Na2C2O4 (gol. 3) dengan hati-hati dan pipet tetes digunakan.
Apa yang timbul diamati.
6. pereaksi larutan 1% AgNO3 ditambahkan 1 ml larutan 1%
Na2S2O3 (gol.4) apa yang terbentuk dan perubahan perubahan
warna yang timbul diamati.
6

3.4 Skema Kerja

A. Identifikasi Logam-Logam Alkali dengan Cara Reaksi Nyala


7

B. Identifikasi Kation dengan Cara Reaksi Basah


8

C. Identifikasi Anion dengan Cara Reaksi Basah


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan

A. Identifikasi Kation dengan Reaksi basah


No. Perlakuan Pengamatan
1 - 1 mL AgNO3 1% + 1 mL HCl 1% - Larutan berwarna putih susu
- ditambah NH4OH berlebih - Warna larutan semakin keruh dan terdapat
endapan
2 - 1 mL Pb(NO3)2 1% + 1 mL KI 1% - Larutan berwarna kuning
- didihkan campuran - Larutan tidak berwarna dan terdapat
endapan kuning
3 - 1 mL HgCl2 1% + 1 mL KI 1% - Larutan tidak berwarna
- ditambah KI 1% berlebih - Larutan berwarna orange dan terdapat
endapan
4 - 1 mL FeSO4 1% + 1 mL NaOH 1% - Larutan berwarna kekuningan
- dikocok - Terdapat endapan kuning
5 - 1 mL BaCl2 1% + 1 mL - Larutan tidak berwarna
(NH4)2CO3 1%
- ditambah 1 ml HNO3 1% - Tidak terjadi perubahan
6 - 1 mL NaOH 1% + 1 mL NH4Cl 1% - Larutan tidak berwarna
- lakmus merah basah ditempatkan - Lakmus berubah menjadi biru
di bibir tabung

B. Identifikasi Anion dengan Reaksi basah


No. Perlakuan Pengamatan
1 - 1 mL larutan NaBr 1% dimasukkan - Larutan tidak berwarna
ke dalam tabung reaksi - Larutan berwarna putih pekat, ada
- 1 mL NaBr 1% + 1 mL AgNO3 1% endapan serta tidak berbau
2 - 1 mL larutan Na2SO4 dimasukkan - Larutan tidak berwarna
ke dalam tabung reaksi - Larutan berwarna putih keruh , ada
- 1 mL Na2SO4 1% + 1 mL BaCl2 endapan serta tidak berbau
1%
3 - 1 mL larutan K4Fe(CN)6 - Latutan berwarna kuning
dimasukkan ke dalam tabung reaksi - Larutan berwarna hijau pucat, tidak ada
- 1 mL K4Fe(CN)6 1% + 1 mL endapan serta tidak berbau.
H2SO4 1%
4 - 1 mL H3PO4 1% + 1 mL - Larutan tidak berwarna
(NH4)2MoO4 1% - Larutan berwarna kuning, tidak ada
- ditambah 1mL HNO3 1 % endapan serta tidak berbau
5 - 1 mL larutan Na2C2O4 dimasukkan - Larutan tidak berwarna
ke dalam tabung reaksi - Larutan tidak berwarna, tidak ada endapan
- 1 mL Na2C2O4 1% + 1 mL H2SO4 serta tidak berbau
pekat

9
10

6 - 1 mL larutan Na2S2O3 dimasukkan - Larutan tidak berwarna


ke dalam tabung reaksi - Larutan berwarna coklat keruh, ada
- 1 mL Na2S2O3 1% + 1 mL AgNO3 endapan serta berbau
1%
11

4.2 Pembahasan
Identifikasi adalah suatu langkah atau prosedur yang dipilih dan
dicocokan dengan ciri - ciri yang akan ditemukan dan diselaraskan dengan
program yang akan dikembangkan. Proses identifikasi yang dipilih haruslah
memiliki dasar tujuan yang ingin dicapai. Prosedur identifikasi haruslah
berdasarkan berbagai hal dan tujuan program yang bisa dipertahankan
(Banfatin, 2014). Pengertian identifikasi secara umum merupakan
memberikan tanda yang sesuai golongan pada benda, barang, atau
sesuatu, dengan tujuan membedakan komponen yangsatu dengan yang
lainnya (Nalole, 2014).
Reaksi kering adalah sebuah uji yang dilakukan dalam keadaan kering
yakni tanpa melarutkan. Contoh reaksi kering dapat dilakukan dengan cara
pemanasan, uji nyala bunsen, uji manik boraks. Agar reaksi - reaksi
semacam ini dapat berlangsung maka harus menggunakan nyala
api yang tidak berjelaga yaitu nyala api bunsen. Reaksi kering umumnya
dipakai untuk pengujian pendahuluan tergadap kemurnian endapan dan
pengujian adanya mineral dalam suatu bahan (Azharman, 2010). Zat yang
akan diidentifikasi melalui reaksi kering harus mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut : dapat lebur, mampu menghasilkan warna yang berbeda
dengan nyala Bunsen, volatil (mudah menguap), bertingkah laku redoks
(Kartika dan Vaulina, 2017).
Reaksi basah merupakan jenis reaksi yang mencakup pembentukan
endapan atau perubahan warna melalui reaksi yang mengandung media atau
bahan air, seperti reaksi pada larutan. Terjadinya endapan dapat diakibatkan
oleh berbagai macam sebab, seperti pencampuran larutan dengan kation dan
anion berbeda sehingga ada pengendapan, menambahkan konsentrasi zat dan
senyawa hingga melewati batas kelarutannya, atau menurunkan suhu larutan.
Ekstraksi untuk endapan juga dapat dilakukan dengan berbagai cara,
seperti filtrasidan evaporasi (Dian, 2015). Adapun keuntungan reaksi basah
terutama dalam analisis kualitatif adalah sebagian besar jalannya reaksi
kimia mudah dilihat dari perubahan warna atau timbulnya endapan. Bau
gas yang timbul juga membantu dalam mengidentifikasi beberapa
substansinya (Petrucci, 1992).
12

4.2.1 Identifikasi Kation dengan Reaksi Basah


Reaksi basah merupakan reaksi uji yang dilakukan dengan cara
zat yang akan dianalisis dilarutkan terlebih dahulu dalam suatu zat
pelarut yang tepat. Keuntungan reaksi basah dalam analisis kualitatif adalah
sebagian besar jalannya reaksi kimia mudah dilihat dan perubahan warna
atau timbulnya endapan. Bau gas yang timbul juga membantu
mengidentifikasi beberapa substansinya. Reaksi basah mudah dilakukan
dan jalannya reaksi dapat diikuti dari pembentukan endapan, perubahan
warna, pengeluaran gas atau bau spesifik ( Kartika dan Vaulina, 2017).
Percobaan 1
Percobaan 1 dilakukan dengan cara mereaksikan sebanyak 0,1 mL
larutan AgNO3 1% ditambah dengan 0,1 mL larutan HCl 1%. Hasilnya
larutan menjadi berwarna putih susu dan terjadi endapan yaitu gumpalan
AgCl. Penambahan larutan HCl berfungsi untuk mempercepat terjadinya
gumpalan.

Gambar 4.2.1.1 Gambar 4.2.1.2


AgNO3 + HCl AgNO3 + HCl + NH4OH
AgNO3 + 2HCl → AgCl + HNO4 (Svehla, 1995).
Endapan yang sementara yaitu AgCl, kemudian ditambah larutan NH4OH
dan menghasilkan warna putih yang semakin keruh. Penambahan NH4OH
berfungsi untuk membentuk endapan kompleks.
AgCl + NH4OH → Ag(NH3)2+ 2H2O (Svehla, 1985).
Hasil dari percobaan yang dilakukan sesuai dengan referensi yaitu larutan
menjadi bewarna putih susu dan endapan berwarna putih (Svehla, 1985).
Percobaan 2
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan sebanyak 1 mL larutan
Pb(NO3)2 1% ditambah dengan 0,1 mL larutan KI 1%. Hasilnya larutan yang
13

diperoleh berwarna kuning. Setelah dididihkan larutan menjadi tidak


berwarna dan terbentuk endapan kuning. Hasil dari percobaan tersebut tidak
sesuai dengan referensi yang mana Pb2+ sebagai kation dan PbI2 sebagai
endapan, yang mula-mula larutan berwarna kuning menjadi tidak berwarna
(Svehla, 1985).

Gambar 4.2.1.3 Gambar 4.2.1.4


Pb(NO3)2 dan KI Pb(NO3)2 dan KI setelah didihkan
Pb(NO3)2 + 2KI → PbI2 + 2KNO3 (Svehla, 1985).
Percobaan 3
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan sebanyak 1 mL larutan
HgCl2 1% ditambah dengan 0,1 mL larutan KI 1%. Hasil larutan yang
diperoleh yaitu bening atau tidak berwarna.
HgCl2 + 2KI → HgI2 + KCl (Svehla, 1985).

Gambar 4.2.1.5 Gambar 4.2.1.6


HgI2 dan KI HgI2, KI dan KI berlebih
Setelah ditambah KI berlebih, warnanya berwarna orange dan terdapat
endapan. Hasil percobaan tersebut tidak sesuai dengan referensi yang
seharusnya tidak berwarna atau bening. Penambahan KI pada larutan
berfungsi untuk membentuk tetraiodo memperkuat dua persamaan reaksi
setelah penambahan KI berlebih (Svehla, 1985).
HgI2 + 2KI → K2HgI4 (Svehla, 1985).
14

Percobaan 4
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan sebanyak 1 mL larutan
FeSO4 1% ditambah dengan 1 mL larutan NaOH 1%. Hasil larutan yang
diperoleh setelah dikocok yaitu berwarna kekuningan dan terbentuk endapan
kuning. Percobaan ini tidak sesuai dengan referensi (Dini, 2016) yang
mengatakan larutan menjadi berwarna kecoklatan. Hal itu dikarenakan
senyawa NaOH yang terlalu banyak dan Na adalah yang dapat menghasilkan
warna kuning.
FeSO4 + 2NaOH → Fe(CH)2 + Na2SO4 (Harjadi, 1990).

Gambar 4.2.1.7
FeSO4 dan NaOH, dikocok
Percobaan 5
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan sebanyak 1 mL larutan BaCl2
1% ditambah dengan 0,1 mL larutan (NH4)2CO3 1%. Hasil larutan yang
diperoleh yaitu tidak berwarna atau bening.
BaCl2 + (NH4)2CO3 → BaCO3 + 2NH4Cl (Svehla, 1985).
Setelah ditambahkan larutan HNO3 1% larutan tetap tidak berwarna. Ba2+
sebagai kation. Ba2+ menggunakan larutan BaCl2 untuk diidentifikasi
kemudian ditambah (NH4)2CO3 menghasilkan larutan yang larut dan
homogen.
BaCO3 + 2HNO3 → Ba(NO3)2 + H2O + CO2 ( Svehla, 1985).
Percobaan tidak sesuai dengan referensi, seharusnya larutan menjadi
berwarna putih keruh (Svehla, 1985). Itu dikarenakan Ba2+ sebagai kation
sangat mudah menguap pada oksidasi di udara dan tabung reaksi harus
ditutup dengan rapat agar tidak cepat menghilang.
15

Gambar 4.2.1.8 Gambar 4.2.1.9


BaCl2, (NH4)2CO3 dan HNO3 BaCl2, (NH4)2CO3 dan HNO3
Percobaan 6
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan sebanyak 1 mL larutan
NaOH 1% ditambah dengan 1 mL larutan NH4Cl 1%. Hasil larutan yang
diperoleh yaitu tidak berwarna atau bening. Saat dipanaskan kertas lakmus
merah berubah menjadi biru. Identifikasi kation NH4+ dengan larutan NH4Cl
kemudian ditambah NaOH dipanaskan menghasilkan larutan tanpa endapan.
Percobaan sesuai dengan referensi (Svehla, 1985).
NaOH+ NH4Cl →NaCl + NH4OH (Svehla, 1985).

Gambar 4.2.1.10 Gambar 4.2.1.11


NaOH dan NH4Cl NaOH dan NH4Cl dipanaskan

Gambar 4.2.1.12
Lakmus menjadi kebiruan
16

4.2.2 Identifikasi Anion dengan Reaksi Basah

Secara umum anion dibagi menjadi 2 golongan, yaitu golongan yang


jika direaksikan dengan HCl encer, maka akan mengeluarkan gas atau uap,
dan anion yang apabila diencerkan dengan larutan tertentu maka akan terjadi
pengendapan (Harjadi, 1990). Reaksi basah dapat digunakan untuk analisis
makro, semi makro dan mikro sehingga keuntungan yang terjadi banyak
(Harjadi, 1990). Identifikasi melalui reaksi basah merupakan pengujian yang
diterapkan dengan melibatkan proses pelarutan. Teknik uji melibatkan proses
pelarutan dalam pelarut yang sesuai, oleh sebab itu teknik ini juga disebut
teknik uji kelarutan (Svehla, 1985).
Percobaan 1
Percobaan ini dilakukan dengan mencampurkan 1 mL larutan NaBr 1%
ditambah dengan 0,1 mL larutan AgNO3 1%. Ion Br-- direaksikan dengan
AgNO3, akan terbentuk larutan tidak berwarna (Harjadi, 1990). Dari hasil
percobaan didapat larutan berwarna putih pekat, ada endapan serta tidak
berbau.
NaBr + AgNO3 → AgBr + NaNO3 (Harjadi, 1990).
Data hasil pengamatan sesuai dengan referensi (Harjadi, 1990).

Gambar 4.2.2.1
NaBr dan AgNO3
17

Percobaan 2
Percobaan ini dilakukan dengan mencampurkan 1 mL larutan Na2SO4
1% ditambah dengan 0,1 mL larutan BaCl2 1%. Jika SO42- direaksikan
dengan larutan BaCl2 akan terbentuk endapan BaSO4 warna larutan putih
keruh (Harjadi, 1990). Hasil yang diperoleh yaitu larutan berwarna putih
keruh. Data hasil pengamatan sudah sesuai dengan referensi (Harjadi, 1990).
Na2SO4 + BaCl2 → BaSO4 + 2NaCl (Harjadi, 1990).

Gambar 4.2.2.2
Na2SO4 dan BaCl2
Percobaan 3
Percobaan ini dilakukan dengan cara mereaksikan1 mL larutan
K4 Fe(CN)6 1% ditambah dengan 0,1 mL larutan H2SO4. Hasilnya tidak
terjadi perubahan warna dimana larutan tetap berwarna kuning seperti
semula (Ena, 2009). Hasil pengamatan larutan berwarna hijau pucat, tidak
ada endapan serta tidak berbau. Data pengamatan tidak sesuai dengan
referensi. Hal itu disebabkan oleh ion Fe(CN)6- pada K4Fe(CN)6 merupakan
anion aktif pada logam sehingga saat berikatan dengan hidrogen ion tersebut
tetap ada dan menghasilkan warna hijau.
K4Fe(CN)6 + H2SO4 → H4Fe(CN)6 + 2K2SO4 (Ena, 2009).

Gambar 4.2.2.3
K4Fe(CN)6 dan H2SO4
18

Percobaan 4
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan 1 mL larutan H3PO4 1%
ditambah dengan 1 mL larutan (NH4)2MoO4 1% dan 1 mL larutan HNO3
1%. Jika PO43- direaksikan dengan larutan (NH4)2MoO4 akan menghasilkan
warna kuning jernih (Wahyuni, 2011).
H3PO4 + 3(NH4)2MoO4→ 2(NH4)3PO4 + 3H2MoO3.
H3PO4 + 12(NH4)2MoO4 + 21HNO3 → (NH4)3PO4 + 12MoO4+ 12NH4O + 12H2O
(Svehla, 1985).
Hasil yang diperoleh yaitu larutan tidak berwarna. Data hasil pengamatan
tidak sesuai dengan referensi (Harjadi, 1990). Hal tersebut disebabkan
penambahan larutan HNO3 yang melebihi 1 mL.

Gambar 4.2.2.4 Gambar 4.2.2.5


H3PO4, (NH4)2MoO4 dan HNO3 H3PO4, (NH4)2MoO4 dan HNO3 dipanaskan
Percobaan 5
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan 1 mL larutan Na2C2O4
1% ditambah dengan 1 mL larutan H2SO4 pekat. Jika C2SO42- direaksikan
dengan larutan H2SO4 pekat, akan maka menghasilkan warna yang keruh
(Svehla, 1985).
Na2C2O4 + H2SO4 → Na2SO4 + H2C2O4 (Svehla, 1985).
Data hasil pengamatan didapatkan larutan tidak berwarna, tidak ada
endapan, dan tidak berbau. Data hasil pengamatan tidak sesuai dengan
referensi karena larutan Na2SO4 dengan H2SO4 pekat berbeda kepolaran
(Svehla, 1985).
19

Gambar 4.2.2.6
Na2C2O4 dan H2SO4
Percobaan 6
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan 0,1 mL larutan Na2S2O3
ditambah dengan 1 mL larutan AgNO3 1%. Hasil larutan yang diperoleh
yaitu tidak berwarna. Data hasil pengamatan sesuai dengan referensi
(Svehla, 1985).
Na2S2O3 + 2 AgNO3 → 2NaNO3 + Ag2S2O3 (Svehla, 1985).
Data hasil pengamatan tidak sesuai dengan referensi yaitu berwarna coklat
keruh, ada endapan dan berbau. Itu karena AgNO3 dan 2NaNO3 berbeda
kepolaran.

Gambar 4.2.2.7
Na2SO4 dan AgNO3
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari identifikasi zat kimia
ini adalah :
1. Identifikasi kation dengan reaksi basah dapat menghasilkam
beberapa warna dan endapan pada tiap-tiap larutan yang tercampur
atau direaksikan.
2. Identifikasi anion dengan reaksi basah dapat menghasilkan beberapa
warna, endapan, dan ada yang mengeluarkan bau sebagai cara untuk
mengetahui ada tidaknya anion dalam larutan yang diuji.
5.2 Saran
Pada percobaan identifikasi zat kimia perlu diperhatikan
kemurnian bahan, kebersihan alat, serta kepekaan indra praktikan dan
juga kecocokan data senyawa pada video materi. Penglihatan dan
penciuman untuk mengenali perubahan reaksi zat tertentu juga perlu
diperhatikan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Azharman. 2010. Kimia Dasar I. Jakarta : Erlangga.


Banfatin, Febryanto Franky. 2014. dentifikasi peningkatan keberfungsian sosial.
dan penurunan Risiko bunuh diri bagi penderita gangguan kesehatan
mental Bipolar disorder Di Kota Medan melalui terapi pendampingan.
Medan : USU Repository.
Ena. 2009. Kimia Dasar I. Yogyakarta : UNY.
Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.
Kartika, Dwi dan Eva Vaulina. 2017. Modul Praktikum Kimia Dasar I Unsoed.
Purwokerto.
Kaufman, Gershen. 1994. Dinamika Kuasa. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.
Nalole, Martianty. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
TipeGroupInvestigationdalam Meningkatkan Kemampuan
Menyelesaikan Pengurangan Bilangan Bulat Melalui pada Siswa
Kelas IV SDN 2 TelagaBiru Kabupaten Gorontalo. Gorontalo :
AksaraJurnal Ilmu Pendidikan Nonformal.
Patrick, Graham. 1995. An Introduction To Medicinal Chemistry. New
York: Oxford University Press.
Petrucci. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta : Erlangga.
Svehla. 1985.Buku Teks Analisis Anorganik. Jakarta : PT. Kalman.
Tukangna. 2020. BAB 1 Ruang Lingkup Analisis. Pakuan : UNPAK-Repository.
Underwood, A.L. 1992. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. Hal 66-69.
Utami, Dias. 2015. Aplikasi Pohon Keputusan dalam Penentuan Kationdengan
Analisis Kualitatif Inorganik. Bandung : STEI-ITB.
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta : Kalman Media Pusaka.
Wahyuni. 2011. Kimia Analisis Instrumental. Jakarta : Erlangga.
Yusuf, Yusnidar. 2019. Belajar Mudah Kimia Analisis. Jakarta : EduCenter
Indonesia.

21

Anda mungkin juga menyukai