KIMIA DASAR 1
OLEH :
NIM : K1A020058
KELOMPOK :6
SHIFT :B
ASISTEN : PITRIYANI
COVER ........................................................................................................... i
I. TUJUAN ................................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 1
III. METODOLOGI ......................................................................................... 3
3.1. Alat dan Bahan ................................................................................... 3
3.2. Prosedur Kerja .................................................................................... 3
3.3. Skema Kerja ....................................................................................... 5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 10
4.1.Data Pengamatan ................................................................................. 10
4.1.1. Struktur Nyala Bunsen ............................................................. 10
4.1.2. Identifikasi Logam Alkali dengan Reaksi kering .................... 11
4.1.3. Identifikasi Kation dengan Reaksi Basah ................................ 12
4.1.4. Identifikasi Anion dengan Reaksi Basah ................................. 13
4.2. Pembahasan ........................................................................................ 13
4.2.1. Struktur Nyala Bunsen ............................................................. 14
4.2.2. Identifikasi Logam Alkali dengan Reaksi kering ..................... 15
4.2.3. Identifikasi Kation dengan Reaksi Basah ................................ 18
4.2.4. Identifikasi Anion dengan Reaksi Basah ................................. 27
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 31
ii
IDENTIFIKASI KATION DAN ANION
I. TUJUAN
1. Mengidentifikasi logam dengan reaksi nyala.
2. Mengidentifikasi kation dengan reaksi basah.
3. Mengidentifikasi anion dengan reaksi basah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kimia analisis dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi
zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam
suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan
banyaknya zat tertentu yang ada dalam sampel (Underwood, 1993). Kimia
analisis kuantitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion (kation/anion)
tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik. Pereaksi
selektif adalah pereaksi yang memberikan reaksi tertentu untuk suatu jenis
kation atau anion tertentu. Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi ini
maka akan terlihat adanya perubahan-perubahan kimia yang terjadi,
misalnya terbentuk endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan
timbulnya gas (Svehla, 1985).
Analisis kualitatif adlah metode analisis yang digunakan untuk
mendeteksi keberadaan kandungan suatu unsur kimia pada suatu zat yang
tidak diketahui komposisinya (Harvey, 2000). Analisis kualitatif
merupakan metode efektif yang dapat digunakan untuk mempelajari
kandungan suatu larutan. Metode analisis kualitatif menggunakan pereaksi
golongan/selektif dan pereaksi spesifik. Penggunaan pereaksi ini bertujuan
untuk mengetahui kation dan anion yang terdapat dalam suatu larutan
(Patnaik, 2004).
Pada analisa kualitaitf cara memisahkan ion logam tertentu harus
mengikuti prosedur kerja yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapkan
atau diubah dalam bentu suatu larutan. Untuk zat padat harus memilih
pelarut yang cocok. Ion-ion pada golongan-golongan diendapkan satu per
1
2
satu, endapan dipisahkan dari larutan dengan cara disaring atau diputar
dengan sentrifuga. Endapan dicuci untuk membebaskan dari larutan pokok
atau filtrate dan tiap-tiap logam yang mungkin akan dipisahkan
(Cokrosarjiwanto, 1977).
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan
reaksi basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi
basah untuk zat dalam larutan. Reaksi kering ialah sejumlah uji yang
berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan
contoh. Petunjuk untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup,
uji nyala, uji spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang
dibuat dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung
dengan terbentuknya endapan, dengan pembebasan gas dengan perubahan
warna. Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan secara basah
(Harjadi, 1993).
Cara identifikasi ion dibagi menjadi 2 macam, yaitu kation dan
identifikasi anion. Namun, pada analisa anion tidak begitu sistematik
seperti pada identifikasi kation. Salah satu cara penggolongan anion adalah
pemisahan anion berdasarkan kelarutan garam-garam perak, garam-garam
kalsium, barium dan seng. Selain itu ada car penggolongan anion menurut
Bunsen, Glireath dan Vogel. Bunsen menggolongkan anion dari sifat
kelarutan garam perak dan garam bariumnya, warna, kelarutan garam
alkali dan kemudian menguapnya (Sahirman, 2013)
III. METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum, yaitu pembakar Bunsen,
kawat platina, tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, gelas piala, penangas,
dan pipet volumetri.
Bahan yang digunakan pada praktikum adalah larutan KBr 1%,
Na2SO4 1%, BaCl2 1%, K4Fe(CN)6 1%, H2SO4 pekat, H3PO4 1%,
(NH4)MoO4 1%, Na2C2O4 1%, HNO3 1%, Na2S2O3 1%, AgNO3 1%, HCl
1%, NH4OH 1%, Pb(NO3)2 1%, KI 1%, HgCl2 1%, FeSO4 1%, NaOH
1%, BaCl2 1%, (NH4)2CO3 1%, HNO3 1%, NH4Cl 1%, HCl pekat, KCl
5%, NaCl 5% dan CaCl2 5%, dan kertas lakmus.
3.2. Prosedur Kerja
3.2.1. Struktur Nyala Bunsen
1. Sementara kran gas ditutup, pengatur aliran gas dibuka
dengan diputar ke kiri (berlawanan arah jarum jam)
2. Keping udara ditutup rapat
3. Korek api dinyalakan
4. Kran gas dibuka dan batang api didekatkan ke mulut
cerobong
5. Keping udara diatur sampai warna nyala tidak kuning.
Nyala api Bunsen diamati dan digambar strukturnya
3.2.2. Identifikasi Logam Alkali dengan Reaksi Kering
1. Kawat platina dicuci terutama bagian ujungnya dengan
cara dicelupkan ke dalam HCl pekat
2. Ujung kawat di daerah fusi apu Bunsen dipanaskan sampai
tidak menimbulkan warna apapun
3. Ujung kawat dicelupkan lagi ke dalam HCl pekat
kemudian ke dalam larutan KCl 5%
4. Ujung kawat dibakar pada api Bunsen di daerah oksidasi
dan kemudian warna yang ditimbulkan diamati dan dicatat
3
4
Hasil
6
Kawat platina
Hasil
2.
1 mL larutan Pb(NO3)2 1%
Hasil
7
3. 1 mL larutan HgCl2 1%
1 mL larutan HgCl 1%
Ditambah 0,1 larutan KI 1%
Diamati
Ditambahkan larutan KI 1% berlebih
Diamati
Hasil
4. 1 mL larutan FeSO4
1%
Ditambah 1 mL larutan NaOH 1%
Diamati
Dikocok
Diamati
Hasil
5.
1 mL larutan BaCl2 1%
6.
1 mL larutan NaOH
1%
Ditambah 1 mL larutan NH4Cl 1%
Diamati jika lakmus merah bawah ditempatkan pada
bibir tabung
dipanaskan tabung
diamati yang terjadi dan baunya
Hasil
8
Diamati
Hasil
2.
1 mL larutan Na2SO4
1%
Ditambah 1 mL larutan BaCl2 1%
Diamati
Hasil
3. 1 mL lartuan K4Fe(CN)6
1%
Ditambah 0,1 mL larutan H2SO4 pekat
Diamati
Hasil
4. 1 mL larutan H3PO4
1%
Ditambah 1 mL larutan (NH4)2MoO4 1%
Dipanaskan sebentar
Didinginkan
Diamati
Hasil
9
5. 1 mL larutan Na2C2O4 1%
Ditambahkan 1 mL larutan H2SO4 pekat
Diamati
Hasil
6.
0,1 mL larutan Na2S2O3
Hasil
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Pengamatan
4.1.1. Struktur Nyala Bunsen
Perlakuan Pengamatan
1. Kran gas ditutup dan
pengatur aliran dibuka
2. Keping udara ditutup
3. Korek api dinyalakan
4. Kran gas dibuka dan
didekatkan batang api ke
mulut cerobong
5. Keping udara diatur
sampai warna tidak
kuning
6. Gambar struktur nyala api
Bunsen
10
11
4.2.Pembahasan
Identifikasi merupakan salah satu analisis kualitatif yang dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu secara kimia dan fisikokimia. Agar
suatu zat dapat direaksikan atau dapat diidentifikasi maka zat tersebut
harus direaksikan dengan zat lain menjadi zat-zat atau senyawa baru
yang sifatnya mudah dikenali. Reaksi kering biasanya dipakai untuk
pengujian pendahuluan terhadap kemurnian endapan dan pengujian
adanya mineral dalam suatu bahan. Reaksi basah merupakan reaksi
yang melibatkan proses pelarutan. Reaksi basah mudah dilakukan dan
jalannya reaksi dapat diikuti dari pembentukan endapan, perubahan
warna, pengeluaran gas atau bau yang spesifik (Petrucci, 1992).
14
manik fosfat, dan uji manik natrium karbonat (Svehla, 1985). Zat
yang akan diidentifikasi melalui reaksi kering harus mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut (Kartika, 2017):
1. Dapat melebur
2. Mampu menghasilkan warna yang berbeda dengan nyala
Bunsen
3. Mudah menguap
4. Bertingkah laku redoks
Gambar 4.1
AgNO3 + HCl
21
Gambar 4.2
AgCl + 2NH4OH
4.2.3.2. Percobaan 2 (Pb2+)
Langkah pertama yang dilakukan adalah sebanyak
1 mL larutan Pb(NO3)2 1% ditambah 0,1 mL larutan KI 1%
dan diamati yang terjadi. Hasil dari penambahan larutan KI
pada larutan Pb(NO3)2 didapatkan larutan berwarna kuning
pekat. Hasil ini sesuai dengan referensi Svehla (1985) yang
menyatakan bahwa pada saat larutan PbI2 dingin atau suhu
awal akan berwarna kuning pekat yang merupakan hasil
dari endapan (Svehla, 1985).
22
Gambar 4.3
Pb(NO3)2 + 2KI
Langkah selanjutnya adalah larutan PbI2 dididihkan.
Hasil yang didapatkan setelah dididihkan adalah larutan
yang berubah warna menjadi kuning transparent dan
terdapat endapan berwarna kuning. Hasil ini menunjukan
bahwa percobaan sesuai dengan referensi Svehla (1985)
yang menyatakan bahwa pada saat larutan dididihkan akan
menghasilkan larutan yang memudar dan endapan berwarna
kuning (Svehla, 1985). Reaksi yang terjadi antara
penambahan larutan KI pada Pb(NO3)2 adalah
Pb(NO3)2 + 2KI → PbI2 + 2KNO3 (Svehla, 1985)
Gambar 4.4
Pb(NO3)2 + 2KI setelah dididihkan
23
Gambar 4.5
HgCl2 + 2KI
24
Gambar 4.6
FeSO4 + 2NaOH
Data pengamatan yang didapatkan dari percobaan
ini adalah larutan yang berwarna kuning. Hasil ini sedikit
berbeda dari referensi Svehla (1985) yang menyatakan
bahwa larutan dari besi(II) hidroksida berwarna coklat
kemerahan. Reaksi yang dihasilkan adalah sebagai berikut
FeSO4 + 2NaOH→ Fe(OH)2 + Na2SO4 (Harjadi, 1990)
25
Gambar 4.7
BaCl2 + (NH4)2CO3
Hasil dari penambahan HNO3 pada BaCO3
menghasilkan larutan tidak berwarna yang didapatkan
bahwa hal ini berbeda dengan referensi Svehla (1985) yang
menyatakan bahwa seharusnya larutan berwarna putih
keruh dan untuk reaksi yang didapatkan adalah:
BaCO3 + HNO3 → Ba(NO3)2 + H2O + CO2 (Svehla, 1985)
Gambar 4.8
26
Gambar 4.9
NaOH + NH4Cl
Data yang didapatkan pada percobaan adalah
larutan yang tidak berwarna dan ketika dipanaskan dengan
kertas lakmus merah dibibir tabung didapatkan bahwa
kertas lakmus merah tidak berubah warna. Hal ini berbeda
dengan referensi Svehla (1985) yang menyatakan bahwa
ketika larutan dipanaskan akan mengubah kertas lakmus
merah menjadi biru. Reaksi yang didapatkan
NaOH + NH4Cl → NaCl + NH4OH (Svehla, 1985)
Gambar 4.10
Kertas lakmus setelah dipanaskan
27
Gambar 4.11
KBr + AgNO3
4.2.4.2. Percobaan 2 (SO42-)
Percobaan kedua dilakukan dengan cara sebanyak 1
mL larutan Na2SO4 1% ditambah 1 mL larutan BaCl2 1%,
diamati yang terjadi. Hasil yang didapatkan adalah larutan
29
Gambar 4.12
NaSO4 + BaCl2
4-
4.2.4.3. Percobaan 3 (Fe(CN)6 )
Percobaan ketiga dilakukan dengan cara sebanyak 1 mL
larutan K4Fe(CN)6 1% ditambah 0,1 mL larutan H2SO4 pekat
(dengan hati-hati),di amati yang terjadi. Hasil yang
didapatkan adalah larutan berwarna kuning. Hasil ini berbeda
dengan referensi Harjadi (1990) yang menyatakan bahwa jika
Fe(CN)64- direaksikan dengan larutan H2SO4 pekat akan
terbentuk endapan berwarna hijau tua. Reaksi yang
dihasilkan menurut Svehla (1985):
K4Fe(CN)6 + 6H2SO4 + 6H2O→ 2K2SO4+3(NH4)2SO4+6CO
Gambar 4.13
K4Fe(CN)6 + 6H2SO4
30
Gambar 4.14
H3PO4 + 12(NH4)2MoO4 + 21HNO3
4.2.4.5.Percobaan 5
Percobaan kelima dilakukan dengan cara sebanyak 1 mL
larutan Na2C2O4 1% ditambah 1 mL larutan H2SO4 pekat
(dengan hati-hati), diamati yang terjadi. Hasil yang
didapatkan dari percobaan kelima ini adalah larutan yang
tidak berwarna
31
.
Gambar 4.15
Na2C2O4 + H2SO4
Hal ini tentu saja berbeda dengan referensi Svehla (1985)
yang menyatakan jika kedua larutan bercampur akan
menghasukan warna yang keruh. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut (Svehla, 1985):
Na2C2O4 + H2SO4 → Na2SO4 + H2 + 2CO2
4.2.4.6. Percobaan 6
Percobaan terakhir dilakukan dengan Sebanyak 0,1 mL
larutan Na2S2O3 ditambah 1 mL larutan AgNO3 1%, diamati
yang terjadi. Hasil yang didapatkan adalah larutan tidak
berwarna. Hasil ini berbeda dengan referensi Svehla (1985)
yang menyatakan bahwa reaksi tersebut akan menghasilkan
endapan gelap ketika didiamkan dan perbahan warna menjadi
kecoklatan. Reaksi yang terjadi adalah (Svehla, 1985):
Na2S2O3 + 2AgNO3 → Ag2S2O3 + 2NaNO3
Gambar 4.16
Na2S2O3 + 2AgNO3
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
1. Identifikasi logam alkali dengan reaksi kering menghasilkan
warnya nala yang berbeda pada setiap larutan. KCl menghasilkan
warna ungu, NaCl menghasilkan warnya nyala berwarna kuning
dan CaCl2 menghasilkan warna nyala berwarna jingga (orange).
2. Identifikasi kation dengan reaksi basah menghasilkan beberapa
warna larutan pada tiap reaksi yang dicampur.
3. Identifikasi anion dengan reaksi basah menghasilkan beberapa
warna larutandan endapan sebagaimana merupakan salah satu cara
untuk mengetahui ada atau tidaknya anion.
5.2. Saran
Percobaan identifikasi anion dan kation diharapkan dapat lebih
diperhatikan untuk kemurnian baha, kebersihan alat agar hasil dari
percobaan sesuai dengan referensi.
31
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, Ralph H.1985.Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi ke Empat
Jilid 3. Jakarta: Erlangga
33
34