Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM 1
PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA ANORGANIK

Dosen Pengampu :
Davit Nugraha., M. Farm.

Disusun oleh :
Ine Seri Irmanda (2104277021)
Saviera Calista Nabila Vasthiazura (2104277038)
Sindi Oktaviani (2104277041)

PROGRAM STUDI D-3 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
TAHUN AKADEMIK
2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Umumnya unsur-unsur yang terdapat di alam bereaksi dengan unsur lain.


Unsur-unsur tersebut membentuk suatu kesatuan disebut senyawa. Senyawa-
senyawa tersebut senyawa kompleks dan biasa. Senyawa-senyawa inilah yang
menyebabkan terjadinya reaksi di bumi. Misalkan 1 mol oksigen bila direaksikan
dengan 2 mol hidrogen akan membentuk 1 mol air.

Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan


oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga
dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis
dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian besar karbon berubah
menjadi gas karbon dioksida (CO2), hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen
menjadi uap nitrogen (N2). Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk
abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi
penggabungan antarindividu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam
anorganik. Berdasarkan uraian di atas, maka untuk membedakan antara senyawa
organik dan anorganik perlu dilakukan percobaan ini.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah yang dijawab dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana mengetahui tes-tes yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur
penyusun senyawa tersebut ?
2. Bagaimana mengamati beberapa perbedaan sifat dasar antara senyawa
organik dan anorganik?
C. Tujuan

Tujuan yang akan dicapai dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.

1. Mempelajari tes-tes yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur penyusun

senyawa tersebut.

2. Mengamati beberapa perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan

anorganik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan ilmu kimia sekitar tahun 1850, kimia organik didefenisikan

sebagai kimia yang datang dari benda hidup. Pada saat ini, kimia organik dengan

definisi semacam itu dianggap orang sejak sekitar tahun 1900. Ahli kimia

mensintesa senyawa kimia baru dan tidak mempunyai hubungan dengan benda

hidup. Sekarang ini, kimia organik adalah kimia senyawa karbon. Definisi ini pun

tak terlalu tepat, karena beberapa senyawa karbon seperti karbon dioksida,

natrium karbonat dan kalium sianida dianggap sebagai senyawa anorganik.

Namun demikian, definisi ini dapat diterima sebab semua senyawa organik

mengandung karbon (Fessenden, 1926)

Fraksi terhumifikasi akan memberikan peluang pemanfaatan bahan organik

yang tidak bersifat in situ untuk formulasi pembenah tanah. Selain itu,

pengaruhnya dalam memperbaiki sifat-sifat tanah juga diharapkan akan lebih

cepat. Senyawa humat juga diharapkan dapat memperkaya pembenah tanah

mineral alami, yang telah terbukti dapat berperan dalam memperbaiki sifat-sifat

tanah misalnya zeolite dan biocharatau arang aktif (Dariah dan Nurida, 2011).

Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi, tetapi

tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineral

esensial dan nonesensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan

dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau

pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua
golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan

untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh. Mineral mikro yaitu mineral

yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam

jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral nonesensial adalah logam yang

perannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam

jaringan sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh

makhluk hidup yang bersangkutan. Disamping mengakibatkan keracunan, logam

juga dapat menyebabkan penyakit defisiensi (Arifin, 2008)

Senyawa organik hanya menyebabkan terlibatnya senyawa yang

diturunkan dari makhluk hidup. Makhluk hidup dianggap mempunyai “tenaga

gaib” yang dalam sintesis senyawa-senyawa tersebut. Pada tahun 1978 seorang

kimiawan Jerman Frederich Wohler memanaskan amonium sianat, berasal dari

senyawa anorganik dan diperolehnya senyawa urea. Saat limbah organik masuk

ke badan air , peran bakteri autotrof dalam perombakan bahan organik menjadi

amoniak kemudian menjadi nitrit serta nitrat membutuhkan pasokan oksigen

yang cukup. Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut di daerah penelitian diduga

karena digunakan oleh mikroorganisme dalam proses nitrifikasi yang hasil

ahirnya berupa nitrat ( Mustiawan dan Indrayanti, 2014).

Dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik dapat

mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai anaerob. Dalam hal ini

kandungan bahan organik total yang rendah maka nilai DO di stasiun ini tinggi.

Untuk nilai BOD pada stasiun ini memiliki nilai yang rendah hal ini mendapat
pengaruh dari nilai konsentrasi bahan organik total yang rendah. BOD adalah

jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan

untuk mendegradasi bahan buangan organik yang ada di dalam lingkungan air

(Putri dkk., 2014).


BAB III

METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat

Praktikum Kimia Organik bab 1 percobaan perbedaan senyawa organik dan

anorganik dilaksanakan pada hari Selasa, 22 Maret 2022 pukul 10.00 WIB dan

bertempat di Laboratorium Kimia , Stikes Muhammadiyah Ciamis.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Batang pengaduk

b. Konduktometer

c. Bunsen

d. Gelas ukur

e. Cawan krus

f. Gelas kimia

g Pipet tetes

h. Pipet ukur

2. Bahan

a. Etanol

b. Es batu

c. Ca(OH)2

d. Larutan KI

e. Kertas lakmus biru dan merah


f. Aquadest

g. CHCI

h. Glukosa

i. NaOH 3M

J. HCI 3M

k. NaCl

l. Benzena

m. Larutan sukrosa

n. Larutan AgNO, 1%

C. Prosedur Kerja

1. Tes unsur-unsur dengan pembakaran senyawa organik

a. Deteksi unsur-unsur dengan pembakaran senyawa organik

1) Tempatkan 2 ml etanol dalam cawan krus kemudian bakar. Siapkan

gelas kimia kering (bebas air) 250 ml. Isi dengan air dingin (air es). Simpan

diatas pembakaran etanol. Amati perubahan yang terjadi !.

2) Tempatkan larutan Ca(OH)2 dalam ujung batang pengaduk Siapkan

etanol dalam cawan crus, kemudian dibakar. Tempatkan larutan Ca(OH);

tersebut di atas pembakaran sejauh kira-kira 5 cm dari lidah api. Amati

perubahan yang terjadi .

3) lirkan udara hasil pernapasan anda ke dalam larutan Ca(OH)2 dalam

gelas kimia selama 1-2 menit menggunakan selang, Amati perubahan

yang terjadi !
b.Deteksi unsur-unsur dengan basa kuat dan pemanasan senyawa organik

Tempatkan kira-kira I gram urea dalam gelas kimia kecil, tambahkan 10 ml

NaOH 3M kocok pelan-pelan dan panaskan tidak sampai mendidih.

Pindahkan gelas kimia dari pemanasan, amati bau gas yang terbentuk.

Tempatkan lakmus biru dan merah pada dinding gelas kimia (panaskan lagi,

bila gas yang terbentuk habis). Amati perubahan pada kertas lakmus!

c. Test Beilstein

Panaskan ujung kawat tembaga dalam pemanas Bunsen sampai warnanya

berubah. Masukkan kawat panas ke dalam larutan HCI 3M, CHCI, KI dan air

ludah. Amati perubahan warna yang terjadi !

2. Perbedaan senyawa organik dan anorganik

a. Perbedaan sifat karena pemanasan

Siapkan 2 cawan krus, masing-masing diisi NaC1 dan glukosa secukupnya.

Panaskan keduanya lalu amati perubahan yang terjadi !

b. Perbedaan konduktivitas

Siapkan alat konduktometer. Ukurlah konduktivitas senyawa-senyawa pada

tabe

3. Perbedaan dalam Ionisasi

Siapkan dua buah tabung reaksi kosong. Tabung reaksi pertama diisi dengan 2

mL larutan NaCl 0,1 M, dan tabung reaksi kedua diisi dengan 2 ml. kloroform

(CHCI). Pada kedua tabung reaksi tersebut, tambahkan masing-masing 3 tetes


larutan AgNO; 1%. Amati perubahan yang terjadi pada kedua tabung reaksi

tersebut!
BAB IV

HASIL

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN

Etanol dalam cawan krus


1 Tidak terjadi perubahan pada air dingin
,dibakar diatas air dingin

Kawat menjadi warna putih agak orange,


2 HCL 3M
tetapi ada gelembung

3 CHCL3 (kloroform ) ada gelembung

4 Padatan NaCl di panaskan Tidak mudah terbakar

5 Glukosa yang di panaskan Menjadi cair, berwarna emas

NaCL 0,1 M + 3 tetes AgNO3


6 Endapan putih
1%

7 Kloroform + 3 tetes AgNO3 1% Terbantuk 2 lapisan


BAB V

PEMBAHASAN

Secara umumnya, golongan senyawa organik dan senyawa anorganik


mempunyai karakteristik yang menandakan perbedaan pada kedua golongan
senyawa tersebut. Ada beberapa sifat fisika maupun kimia yang memberikan
deskripsi dalam suatu senyawa termasuk dalam senyawa organik ataupun
senyawa anorganik, seperti keadaan saat pemanasan, konduktivitas, ionisasi
serta kelarutan masing-masing.
Percobaan ini mengidentifikasi unsur-unsur yang menyusun senyawa
organik dan senyawa anorganik tersebut. Unsur-unsur penyusun senyawa
tersebut diidentifikasi dengan melakukan beberapa metode pelepasan. Hal ini
dilakukan karena unsur-unsur dalam senyawa organik umumnya tergolong dalam
struktur yang kompleks. Uji-uji yang dilakukan untuk mengidentifikasi unsur-
unsur penyusun senyawa organik dan anorganik ini yaitu dengan metode
pembakaran senyawa organik, deteksi dengan basa kuat dan pemanasan, serta
tes Beilstein.
Pada percobaan pertama yaitu untuk membandingkan senyawa organik
dan anorganik dari pembakaran. Sampel senyawa organik yang digunakan yaitu
etanol 2ml dan senyawa anorganiknya yaitu aquadest, dari perlakuan diperoleh
hasil bahwa etanol yang memiliki titik didih yang lebih rendah lebih cepat
mendidih dan menguap dibandingkan dengan akuades. Hal ini menunjukkan
bahwa senyawa organik ketika dikenakan pembakaran ataupun pemanasan akan
lebih mudah terurai dibandingkan senyawa anorganik yang sukar terurai ketika
dilakukan pembakaran atau pemanasan.

Percobaan selanjutnya adalah perbedaan antara senyawa organik dan


anorganik yaitu dengan cara ionisasi. NaCl yang direaksikan dengan AgNO3 maka
larutan akan keruh dan terdapat endapan putih, hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan energi ionisasi. NaCl yang memiliki ikatan ion mudah
melepaskan dan membentuk ionion positif sehingga lebih reaktif karena energi
ionisasi yang dimilikinya kecil bila dibandingkan dengan Ag yang energi
ionisasinya besar dan membentuk ionpositif. Sedangkan CHCl3(Kloroform) yang
direaksikan dengan AgNO3, larutan tersebut terdiri dari dua lapisan, yang
menunjukkan tidak terjadinya reaksi antara dua senyawa tersebut. Hal ini
disebabkan karena CHCl3 (Kloroform) memiliki energi ionisasi yang sangat kuat
karena kloroform mempunyai ikatan kovalen yang menyebabkan ia tidak dapat
bereaksi dengan AgNO3 sehingga sukar untuk membentuk ion positif, sama
dengan Ag yang sukar membentuk ion positif, sehingga keduanya sukar larut.
Dari hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa senyawa organik
CHCl3 (Kloroform) akan lebih sukar untuk membentuk ion positif dibandingkan
dengan senyawa anorganik (NaCl) yang lebih mudah membentuk ion positif.

Untuk test beilstein, yaitu tes yang digunakan untuk mendeteksi adanya
unsur C dan H dalam suatu senyawa organik. Proses dasar dari tes ini adalah
mencelupkan kawat ose yang kemudian akan bakar lalu dicelupkan kedalam
larutan senyawa yang akan diuji. Dengan membakar kawat ose tersebut lalu
dicelup kedalam larutan kloroform, maka tidak ada perubahan warna yang
terjadi, dan terbentuk gelembung. Kemudian kawat tersebut dibakar lagi
kemudian dicelupkan kedalam larutan HCl, maka kawat akan berubah menjadi
putih agak orange tetapi tidak terbentuk gelembung namun muncul asap.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa HCl merupakan senyawa anorganik
sedangkan CHCl3dan air ludah merupakan senyawa organik.

Pada pengamatan untuk membedakan senyawa organik dan organik


melalui perbedaan sifat karena pemanasan, dimana gulkosa dan garam dapur
dipanaskan, pada gulkosa mengalami perubahan warna yang tadinya warna
putih menjadi warna coklat itu bertanda bahwa gulkosa dapat terbakar
sedangkan pada NaCl tidak dapat terbakar, karena tidak ada perubahan yang
terjadi.
Kemudian membedakan senyawa organic dan anorganik melalui ionisasi,
NaCl 0,1 M yang direaksikan dengan tetesan AgNO3 maka larutan akan berwarna
putih dan larut, hal ini terjadi karena NaCl mudah melepaskan ion dan
membentuk ion-ion positif sehingga reaktif karena energi ionisasi yang
dimilikinya kecil bila dibandingkan dengan Ag yang energi ionisasinya besar dan
membentuk ion positif. Sedangkan CHCl3 yang direaksikan dengan
AgNO3 larutan terdiri dari dua fase, hal ini terjadi karena CHCl3 memiliki energi
ionisasi yang sangat kuat sehingga sukar untuk membentuk ion positif, sama
dengan Ag yang sukar membentuk ion positif, sehingga keduanya sukar larut.
Dari pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa NaCl merupakan senyawa
anorganik sedangkan kloroform merupakan senyawa organik.
BAB VI

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Unsur-unsur suatu senyawa dapat diidentifikasi dengan beberapa cara

diantaranya dengan pembakaran, pemanasan, direaksikan dengan basa kuat

serta tes Beilstein.

2. Beberapa perbedaan sifat dasar dari senyawa organic dan senyawa

anorganik adalah dapat dilihat dari bentuk ikatannya dan keadaan zat saat

dipanaskan,ionisasi.
BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

Dariah A. I. dan N. L Nurida, 2011, Formula Pembelah Tanah Diperkaya Senyawa


Humat untuk Meningkatkan Produktivitas Tanah Ultisol Taman Bogo,
Lampung, Jurnal Tanah dan Iklim, ISSN 1410-7244

Fessenden dan Fessenden, 1982, Kimia Organi, Erlangga, Jakarta

Mustiawan K. dan S. Y. W. E. Indrayanti, 2014, Distribusi Konsentrasi Nitrogen


Anorganik Terlarut Pada Saat Pasang Dan Surut Di Muara Sungai Perancak
Dan Industri Pelabuhan Perikanan Pengambengan Bali, Jurnal
Oseanografi, 3(3)

Petrucci, Ralph, 1987, Kimia Dasar. Erlangga, Jakarta

Putri D. H., Muh. Yusuf dan L. Maslukah, 2014, Sebaran Kandungan Bahan
Organik Total di Perairan Muara Sungai Porong Kabupaten Sidoarjo,
Jurnal Oseanografi, 3(4)
LAMPIRAN

Etanol di bakar oleh api


Etanol

Uji kawat dengan HCL Uji kawat kloroform

Glukosa NaCL
NaCL + AgNO3 Kloroform + AgNO3

Anda mungkin juga menyukai