Anda di halaman 1dari 14

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Sintesis Kimia Anorganik dengan judul


percobaan “ Senyawa Koordinasi Pentaamina Kobalt (III)” yang disusun oleh :

Nama : Ilham
Nim : 1513142005
Kelas/klpok : Sains/III

Telah diperiksa dan dikoreksi oleh asisten dan koordinator asisten maka
dinyatakan diterima.

Makassar, Mei 2018


Koordinator Asisten Asisten

Satria Putra Jaya Negara S. Si Satria Putra Jaya Negara S.


Si

Mengetahui,
Dosen Penanggungjawab

Diana Eka Pratiwi S.Si M.Si


A. JUDUL PERCOBAAN
Judul percobaan ini adalah Senyawaan Koordinasi Pentaamina Kobalt
(III).

B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk mengetahui cara mensintesis senyawaan koordinasi pentaamina kobalt
(III).
2. Untuk mengetahui bentuk, ukuran dan warna dari kristal senyawaan
koordinasi pentaamina kobalt (III).

C. LANDASAN TEORI
1. TINJAUAN UMUM
Senyawa koordinasi pentaamina kobalt ( III ) dapat disintesis dari kobalt
klorida. Pada senyawa koordinasi pentaamina kobalt ( III ) bilangan oksidasi Co
adalah tiga sedangkan pada senyawa kobalt klorida bilangan oksodasi Co adalah
dua ( Tim Dosen, 2018: 7 ).
Senyawa koordinasi adalah senyawa yang terbentuk dari ion sederhana
(kation maupun anion)serta ion kompleks. Unsur transisi periode keempat dapat
membentuk berbagai jenis ion kompleks. Ion kompleks terdiri dari kation logam
transisi dan ligan . Ligan adalah molekul yang terikat pada kation logam transisi.
Interaksi antara kation logam transisi dengan ligan merupakan reaksi asam basa
lewis. Menurut Lewis, Ligan merupakan basa Lewis yang berperan sebagai spesi
pendonor (donatur) elektron. Sementara itu, kation logam transisi merupakan
asam Lewis yang berperan sebagai spesi penerima (akseptor) (Andy, 2009).
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam
yang berikatan dengan ligan secara kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi
merupakan ikatan kovalen dimana ligan memberikan sepasang elektronnya pada
ion logam untuk berikatan. Atom pusat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tembaga dan kobalt. Kestabilan senyawa kompleks dipengaruhi oleh faktor
ligan dan atom pusat. Faktor yang mempengaruhi kestabilan kompleks
berdasarkan pengaruh atom pusat antara lain besar dan muatan dari ion, nilai
CFSE, dan faktor distribusi muatan. Penelitian tentang senyawa kompleks Cu dan
Co banyak dilakukan dengan ligan 8-hidroksikuinolin yang dikombinasikan
dengan ligan lain. Penelitian tentang kompleks Cu (II) dan Co (III) dengan ligan
diphenic acid dan 8-hidroksikuinolin menghasilkan kompleks [Cu(DA)(8-HQ)]
dan [Co(DA)(8-HQ)], DA=diphenic acid, 8-HQ=8-hydroxyquinoline berfungsi
antijamur (Agustina dkk, 2013: 150).
Senyawa kompleks dapat menunjukkan sifat feromagnetik. Sifat ini timbul
akibat adanya interaksi antar elektron tidak berpasangan pada ion-ion logam.
Interaksi feromagnetik pada senyawa kompleks umumnya ditunjukkan pada
temperatur rendah. Oleh karena itu, yang menjadi masalah dalam penelitian ini
adalah upaya apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan temperatur terjadinya
interaksi feromagnetik. Salah satu upaya yang dilakukan adalah merancang
kompleks polimer yang dapat terjadi interaksi coulomb dan ikatan hidrogen
sehingga menaikkan nilai Temperatur Curie Weiss (TCW) senyawa. TCW adalah
temperatur dimana mulai terjadi perubahan sifat bahan dari paramagnetik menjadi
feromagnetik. Temperatur Curie Weiss pada bahan merupakan indikasi bahwa
senyawa memiliki interaksi feromagnetik. Interaksi feromagnetik dapat
diidentifikasi melalui pengukuran nilai suseptibilitas magnetik dengan variasi
temperatur (Illiyah dan Fahimah. 2011)
Senyawa koordinasi umumnya terdiri atas ion kompleks dan ion lawan
( counter ion ). Pemhaman kita mengenai sifat senyawa koordinasi bermula dari
hanya klasik kimiawan Swiss bernama Alfred Werner, yang melakukan reaksi dan
menemukan karakteristik dari banyak senyawa koordinasi. Pada tahun 1893,
werner mengajukan apa yang sekarang biasa disebut sebagai teori koordinasi
Werner ( Chang, 2004 : 238 ).
Jika satu ligan amonia diganti dengan ion klorida, kompleks yang dihasilkan
mempunyai rumus [Co(NH3)5Cl]2+ dengan satu puncak oktahedron dihuni oleh Cl -
dan lima sisanya oleh NH3. Hanya satu struktur dari jenis ini yang mungkin, sebab
keenam puncak suatu oktahedron teratur adalah setara dan beragam kompleks
tersubstitusi satu persatu [MA2B]. (dengan A = NH3, B = Cl-, M = Co3+) dapat
disuperimpos satu sama lain (Oxtoby, 2003 : 144).
Kobalt adalah logam berwarna abu-abu seperti baja dan bersifat sedikit
magnetis. Ia melebur pada 1490 C. Logam ini mudah melarut dalam asam-asam
mineral encer :
Co + 2H+ Co2+ + H2
Dalam larutan air kobalt secara normal terdapat sebagai ion cabalt II Co2+, kadang-
kadang khususnya dalam kompleks-kompleks, dijmpai ion cobalt III Co3+ kedua
ion ini masing-masing diturunkan dari oksida CoO dan Co 2O3 Oksidasi kobalt II
dan kobalt III. Co3O4 juga diketahui ( Svehla, 1985:277 ).
Fakta bahwa mereaksikan senyawa-senyawa ini dengan asam klorida
berair tidak mengusir ammonia, menyatakan bahwa ammonia agaknya terikat erat
dengan ion kobalt. Sebaliknya, reaksi dengan perak nitrat berair pada suhu 0 oC,
memberikan hasil yang menarik. Dengan senyawa 1, semua klorida yang ada
mengendap sebagai padatan AgCl. Dengan senyawa 2, hanya dua pertiga klorida
yang mengendap, dan dengan senyawa 3, hanya sepertiga. Senyawa 4 tidak
bereaksi sama sekali dengan perak nitrat. Warner menjelaskan kenyataan ini
dengan mengusulkan keberadaan kompleks koordinasi denggan enam ligan (baik
ion klorida maupun molekul ammonia) yang melekat pada setiap ion Co 3+. Secara
spesifik, ia menuliskan rumus senyawa 1 sampai 4 sebagai :
Senyawa 1 : [Co(NH3)6] 3+(Cl-)3
Senyawa 2 : [Co(NH3)5] 2+(Cl-)2
Senyawa 3 : [Co(NH3)4]+(Cl-)
Senyawa 4 : [Co(NH3)3]
Ion klorida yang bukan ligan melekat langsung pada kobalt akan diendapkan
sewaktu penambahan perak nitrat berair yang dingin.
Ion kobalt (III), Co3+, tidak stabil, tetapi kompleks-kompleksnya stabil,
baik dalam larutan maupun dalam bentuk kering. Kompleks-kompleks kobalt (III)
dapat dioksidasikan mudah menjadi kompleks-kompleks kobalt (III) (Svehla,
1985:277).
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki keelektronegatifan
yang lebih besar daripada unsur Alkali maupun Alkali tanah, sehingga kereaktifan
unsur transisi tersebut lebih rendah bila dibandingkan Alkali maupun Alkali
tanah. Dibandingkan unsur Alkali dan Alkali tanah , unsur-unsur periode keempat
memiliki susunan atom yang lebih rapat (closing packing). Akibatnya unsur
transisi tersebut memiliki kerapatan (densitas) yang jauh lebih besar dibandingkan
Alkali maupun Alkali tanah. Dengan demikian, ikatan logam (metalic bonds)
yang terjadi pada unsur transisi lebih kuat (Andy, 2009).
2. TINJAUN HASIL
Menurut Oxtoby dkk. (2003:143), kimiawan Jerman-Swiss Alfred Warner
melopor bidang koordinasi pada akhir abad ke-19. Pada waktu itu, sejumlah
senyawa kobalt (III) klorida dengan ammonia sudah diketahui. Senyawa-senyawa
tersebut memiliki rumus kimia dan warna berikut ini:
Senyawa 1 : CoCl3.6NH3 jingga-ungu
Senyawa 2 : CoCl3.5NH3 ungu
Senyawa 3 : CoCl3.4NH3 hijau
Senyawa 4 : CoCl3.3NH3 hijau

Dalam larutan air dari senyawa-senyawa kobalt II terdapat ion Co2+ yang merah.
Senyawa senyawa kobalt II yang tak terhidrat atau tak terdisosiasi berwarna biru.
Jika disosiasi dari senyawa-senyawa kobalt ditekan berwarna larutan berangsur-
angsur berubah mnjadi biru ( Svehla, 1985:277).
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada
subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur seng pada gol II B). Hal ini
menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang
tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna
ion,aktivitas katalitik, serta membentuk senyawa kompleks (Andy. 2009).
Menurut G.Svehla (1979:97), pembentukan kompleks dalam analisis
kimia anorganik kualitatif sering terlihat dan dipakai untuk pemisahan ataupun
identifikasi. Salah satu fenomena yang paling umum yang muncul bila ion
kompleks terbentuk adalah perubahan warna dalam larutan. Beberapa contoh
adalah :
Cu2+ + 4NH3  [Cu(NH3)4]3+
Biru biru tua gelap
Fe2+ + 6CN-  [Fe(CN)4]4-
Hijau muda kuning
Ni2+ + 6NH3  [Ni(NH3)6]2+
hijau biru
Fe3+ + 6F-  [FeF6]3-
kuning tak berwarna

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Magnetis stirrer 1 buah
b. Hot plate 1 buah
c. Labu erlenmeyer 250 ml 1 buah
d. Labu isap 1 buah
e. Pompa vakum 1 buah
f. Gelas kimia 250 ml 1 buah
g. Gelas kimia 1000 ml 1 buah
h. Gelas ukur 10 ml 1 buah
i. Kaca arloji 1 buah
j. Spatula 1 buah
k. Neraca analitik 1 buah
l. Corong Buchner 1 buah
m. Kertas saring whattmann 1 buah
n. Pipet tetes 3 buah
o. Botol semprot 1 buah
p. Batang pengaduk 1 buah
q. Termometer 110oC 1 buah
r. Stopwatch 1 buah
s. Lap kasar 1 buah
t. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Amonium klorida (NH4Cl) 1 gram
b. Amonium hidroksida pekat (NH4OH) 6 ml
c. Kobalt (II) klorida 6-hidrat (CoCl2.6H2O) 4 gram
d. Hidrogen peroksida (H2O2) 30% 1,6 ml
e. Hidrogen klorida (HCl) 6 M 6 ml
f. Es batu (H2O)(s)
g. Aquades (H2O)(l)

E. PROSEDUR KERJA
Preparasi [Co(NH3)5Cl]Cl2 metode B
1. Sebanyak 1,0 gram NH4Cl dilarutkan dalam 6 ml larutan NH4OH.
2. Sambil tetap diaduk dengan magnetik stirrer, ke dalam larutan
ditambahkan sebanyak 2 gram CoCl2.6H2O kemudian ditambahkan
setetes demi setetes 1,6 ml H2O2 30%.
3. Setelah tidak terbentuk gelembung udara, sebanyak 6 ml HCl pekat
ditambahkan ke dalam larutan.
4. Sambil tetap diaduk, hot plate dinyalakan pada suhu 85 oC selama 20
menit.
5. Larutan didinginkan pada suhu kamar.
6. Kristal [Co(NH3)5Cl]Cl2 disaring dengan menggunakan corong Buchner.
7. Kristal dicuci 3 kali dengan 4 ml air es, lalu 4 ml HCl 6 M dingin.
8. Kristal dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC.

F. HASIL PENGAMANATAN
No. Aktivitas Hasil

1. 1 gram NH4Cl (putih) + 6 ml Larutan bening


NH4OH (bening)
2. Larutan bening + 2 gram Larutan berwarna merah
CoCl2.6H2O (ungu) kecokelatan

3. Larutan berwarna merah Larutan berwarna merah


kecokelatan + 1,6 ml larutan kecokelatan dan ada gelembung
H2O2 (bening)

4. Setelah gelembung hilang + 6 Larutan berwarna ungu


ml HCl pekat (bening) dan
dipanaskan pada suhu 85oC
selama 20 menit

5. Larutan berwarna ungu Larutan berwarna ungu


didiamkan pada suhu kamar

6. Larutan berwarna ungu Larutan berwarna ungu


didinginkan menggunakan air
es

7. Larutan disaring dan ditimbang Tidak terbentuk kristal

G. ANALISIS DATA
Preparasi [Co(NH3)5Cl]Cl2 (metode B)
Diketahui : Massa NH4Cl = 1 gram
Mr NH4Cl = 53,5 g/mol
massa Mr CoCl2.6H2O = 2 gram
Mr CoCl2.6H2O = 238 g/mol
Massa [Co(NH3)5Cl]Cl2 = 0 gram
Mr [Co(NH3)5Cl]Cl2 = 250,5 g/mol
Ditanyakan : % rendemen....?
Penyelesaian :
gr 1 gram
Mol NH4Cl = = = 0,0187 mol
Mr 53,5 g/mol
gr 2 gram
Mol CoCl2.6H2O = = = 0,0084 mol
Mr 238 g/mol

Reaksi yang terjadi :

NH4Cl + 5NH4OH → 6NH3 + HCl + 5H2O

CoCl2.6H2O + 6NH3 → [Co(NH3)6]Cl2 + 6H2O

[Co(NH3)6]Cl2 + 6H2O + H2O2 + HCl → [Co(NH3)5Cl]Cl2 + NH3 + 7H2O + OH-

Mol CoCl2.6H2O ≈ mol [Co(NH3)5Cl]Cl2


mol [Co(NH3)5Cl]Cl2 = 0,0084 mol
massa [Co(NH3)5Cl]Cl2 = mol × Mr
= 0,0084 mol × 250,5 g/mol
/= 2,1042 gram
massa praktikum
Rendemen = × 100%
massa teori
0 gram
Rendemen = × 100%
2,1042gram
Rendemen = 0 %

H. PEMBAHASAN
Senyawaan koordinasi pentaamin kobalt (III) dapat dipreparasi dari
amonium hidroksida, amonium klorida, serta kobalt sulfat heksahidrat.
Langkah pertama yang dilakukan adalah preparasi dari senyawa
pentaamin klorokobalt (III) Sulfida. Senyawa ini disintesis dengan metode B.
Alasan mengapa dipilih metode B, karena proses sintesis dari metode B sangat
mudah dan cepat. Mula-mula amonium hidroksida (NH 4OH) yang menghasilkan
larutan putih.
Persamaan reaksinya adalah:
NH4Cl + 5NH3 → 6 NH3 + HCl
Setelah pencampuran keduanya dilanjutkan dengan proses pengadukan dengan
menggunakan magnetic stirrer. Pengadukan ini dilakukan agar reagen bercampur
sempurna sehingga pengadukan dilakukan secara terus menerus dengan magnetic
stirrer. Reagen NH4Cl dan NH4OH bertindak sebagai penyedia ligan NH3 (amina).
Selanjutnya ditambahkan kobalt sulfat heksahidrat (CoSO4.6H2O) yang berwarna
merah bata sehingga menghasilkan larutan berwarna cokelat kehitaman.
Penambahan ini dilakukan secara sedikit demi sedikit sambil terus diaduk pada
magnetic stirrer. Senyawa CoSO4.6H2O ini bertindak sebagai sumber atom pusat
berupa Co. Penambahan dilakukan secara sedikit demi sedikit ataupun secara
perlahan-lahan agar reaksi berjalan sempurna dan cepat. Atom pusat yaitu Co dari
CoSO4.6H2O memiliki bilangan oksidasi +2, sementara senyawa yang akan
dibuat beratom pusat Co yang memiliki bilangan oksida atau muatan +3. Oleh
karena itu perlu adanya zat pengoksidasi. Penambahan H 2O2 dilakukan sebagai zat
pengoksidasi yang mengoksidasi Co+2 menjadi Co+3.
Persamaan reaksinya yaitu:
Co (NH3)6 +2 → Co (NH3)6 +3 + e-
Ion Co+2 dioksidasi menjadi Co+3 karena ion Co+3 lebih stabil dan
kecenderungan terbentuknya banyak karena kelimpahannya di alam sangat
banyak. Kemudian ditambahkan HCl pekat. HCl berfungsi sebagai penyedia ligan
Cl yang akan bergabung membentuk senyawa pentaamina klorokobalt (III)
sulfida. Penambahan H2O2 dan HCl dilakukan secara perlahan-lahan agar reaksi
berjalan sempurna. Selanjutnya larutan tersebut dipanaskan pada suhu 850C.
Karena,jika melewati suhu tersebut, kemungkinan besar ligan amin yang ada bisa
lepas sehingga ligan amin yang nantinya terbentuk akan berkurang.
Selanjutnya larutan tersebut didinginkan pada suhu kamar agar kristal
yang terbentuk sempurna. Tetapi kristalnyabtak terbentuk. Adapun bentuk
geometri dari [Co (NH3)5Cl]So4 yaitu oktahedral.
Persamaan Reaksinya adalah:
NH4Cl + 5NH3 → 6NH3 + HCl
CoSO4.6H2O → [Co (H2O)6]2+ + SO42-
CoSO4.6H2O + 6NH3 → [Co(NH3)6SO4] + 6 H2O
[Co(NH3)6SO4] + H2O2 + HCl → [Co(NH3)5Cl]SO4 + NH3 + H2O2 + OH-

oktahedral
I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Senyawaan koordinasi pentaamin kobalt (III) dapat disintesis dengan
mereaksikan amonium hidroksida, amonium klorida, dan kobalt sulfat
heksahidrat.
2. Rendemen yang diperoleh dari masing-masing kristal, yaitu: 0%
3. Bentuk geometri dari senyawaan pentaamina kobalt (III) yaitu oktahedral.

J. SARAN
Diharapkan kepada praktikan selanjuttnya agar memperhatikan suhu
dengan baik selama proses pengerjaan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina Laelatri, Suhartana, Sriatun. 2013. Sintesis Dan Karakterisasi Senyawa


Kompleks Cu(Ii)-8- Hidroksikuinolin Dan Co(Ii)-8-Hidroksikuinolin.
Chem Info. Vol 1, No 1.

Chang,R. 2004. Kimia Dasar Jilid II. Jakarta: Erlangga

Illiya Wihda, Dr. Fahimah Martak, M. Si. 2011. Sintesis Dan Karakterisasi
Senyawa Kompleks Logam Kobalt(Ii) Dengan 2-Feniletilamin. Jurna
Prosiding.

Oxtoby, D.W, Gillis, H.P, Nachtrieb, N.H. 2003. Prinsip-Prinsip Kimia Modern.
Ed. 4. Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Sugiyarto, K.H. 2001. Kimia Anorganik II.Yogyakarta : Jurusan Kimia


Universitas Negeri Yogyakarta

Svehla,G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan


Semimikro.Edisi Kelima Bagian I. Jakarta : PT Kalman Media Pusaka.

Tim Dosen Kimia Anorganik. 2018. Penuntun Praktikum Sintesis Kimia


Anorganik. Laboratorium Kimia UNM Makassar
JAWABAN PERTANYAAN

1. Persamaan reaksi:
NH4Cl + 5NH3 → 6NH3 + HCl
CoSO4.6H2O + 6NH3 → [Co(NH3)6SO4] + 6 H2O
[Co(NH3)6SO4] + H2O2 + HCl [Co(NH3)5Cl]SO4 + NH3 + H2O2 + OH-

[Co(NH3)6]SO4 + NH3 → [Co(NH3)6SO4] + Cl-

[Co(NH3)6SO4] + NaNO2 + HCl [Co(NH3)5ONO]SO4 + NaCl + NH4+

2. Nama kompleks
a. Pentaamina kloro kobalt (III) klorida
b. Pentaamina – O - nitrito kobalt (III) klorida
c. Pentaamina - N - nitrito kobalt (III) klorid
3. Untuk membedakan kristal yang dihasilkan dapat dilihat dengan membedakan
warna, yaitu kristal [Co(NH3)5Cl]SO4 berwarna ungu, kristal
[Co(NH3)5ONO]SO4 berwarna orange, dan kristal [Co(NH3)5NO]SO4.

Anda mungkin juga menyukai