Anda di halaman 1dari 5

2019_ KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KOORDINASI

Sintesis Senyawa Koordinasi Akuapentaamin-Cobalt(III) Nitrat,


[Co(NH3)5(H2O)](NO3)3

Disusun Oleh:
1. Susan Oktavia Mentaruk Mangada / 652018042

LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2019
2019_ KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

SINTESIS SENYAWA KOORDINASI AKUAPENTAAMIN-COBALT(III) NITRAT, [Co(NH 3)5(H2O)](NO3)3

Susan Oktavia Mentaruk Mangada1,


1
Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa
Tengah 50711

*652018042@student.uksw.edu

ABSTRAK

Percobaan sintesis senyawa koordinasi akuapentaamin-cobalt (III) nitrat, [Co(NH3)5(H2O)](NO3)


bertujuan untuk menentukan hasil sintesis senyawa kompleks akuapentaamin-cobalt(III) nitrat,
[Co(NH3)5(H2O)](NO3)3. serta menentukan % yield dari senyawa kompleks tersebut. Namun pada
percobaan ini tidak diperoleh senyawa yang di inginkan sehingga % yield dari senyawa kompleks
akuapentaamin-cobalt (III) nitrat, [Co(NH3)5(H2O)](NO3) tidak dapat di hitung.

Kata Kunci: yield; senyawa koordinasi;sintesis

PENDAHULUAN/INTRODUCTION

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam yang berikatan dengan
ligan secara kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi merupakan ikatan kovalen dimana ligan memberikan
sepasang elektronnya pada ion logam untuk berikatan. Atom pusat yang digunakan dalam peercobaan
ini adalah kobalt. Ligan yang digunakan adalah nitrat,amina, karbonil, dan aqua. Kestabilan senyawa
kompleks dipengaruhi oleh faktor ligan dan atom pusat. Faktor yang mempengaruhi kestabilan kompleks
berdasarkan pengaruh atom pusat antara lain besar dan muatandari ion, nilai CFSE, dan faktor distribusi
muatan.(Haryadi, 1990)
Pembentukan senyawa kompleks sering disertai dengan terjadinya (perubahan) warna yang
mencolok. Dalam senyawa kompleks ligan menyediakan atom donor (pemberi atau penyumbang) dan
atom pusat bertindak sebagai akseptor (penerima). Dengan kata lain, ligan bersifat basa Lewis (donor
pasangan elektron) dan atom pusat bersifat asam Lewis (penerima pasangan elektron). Banyaknya ikatan
koordinat antara atom pusat dengan atom donor (dari ligan) dalam suatu senyawa kompleks, dinyatakan
sebagai bilangan koordinasi. Bilangan koordinasi yang paling banyak dijumpai adalah 2, 4, 5, dan 6.
Semakin tinggi muatan ion pusat akan semakin mampu mengakomodasi lebih banyak pasangan elektron
atom donor (Chang, 2005).
Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruang yang tersedia sekitar atom atau ion pusat biasa
disebut dengan bulatan koordinasi yang masing-masing dapat dihuni satu ligan (monodentat). Susunan
logam-logam sekitar ion pusat adalah simetris. Menurut Lewis teori tentang ikatan-ikatan kimia
didasarkan atas pembentukan pasangan elektron, menerangkan pembentukan kompleks terjadi karena
penyumbangan suatu pasangan elektron seluruhnya oleh atom ligan kepada atom pusat. Ikatan datif
kadang dinyatakan dengan sebuah anak panah yang menunjukan arah penyumbangan elektron. Teori
medan ligan menjelaskan pembentukan kompleks atas dasar medan elektrostastik yangn diciptakan oleh
ligan-ligan yang terkoordinasi sekeliling bulatan sebelah dalam dari atom pusat. Medan ligan
2019_ KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

menyebabkan penguraian tingkatan energi bilangan orbital d atom pusat, yang kemudian menghasilakan
energi untuk menstabilkan kompleks tersebut (energy stabilisasi medan ligan).
Ion kompleks dalam larutan terbentuk secara bertahap. Pembentukan kompleks oktahedral satu
ion logam dalam pelarut air dengan suatu ligan berlangsung melalui mekanisme reaksi substitusi. Reaksi
substitusi ion logam dengan masing-masing ligan monodentat, bidentat atau tridentat berturut-turut
terdiri dari enam, tiga dan dua tahap. Sebagai contoh, ion logam dalam pelarut air membentuk
kompleks [M(H2O)6]n+. Pada saat ke dalam larutan ditambahkan ligan monodentat tidak bermuatan
maka terjadi reaksi:
[M(H2O)6]n+ + L  [M(H2O)5L]n+ + H2O

Reaksi tersebut terus berlangsung hingga keenam H 2O tersubstitusi dan dihasilkan kompleks
[ML6]n+. Apabila ligan yang ditambahkan merupakan ligan bidentat maka reaksi terdiri dari tiga tahap.
Pada setiap tahap dua molekul H2O disubstitusi oleh satu ligan bidentat hingga pada akhir reaksi
diperoleh kompleks [ML3]n+ (Sugiyarto, 2012).
Kobalt adalah logam berwarna abu-abu seperti baja, dan bersifatsedikit magnetis. Ia melebur
pada 14900C. Logam ini mudah melarut dalamasam-asam mineral encer. Dalam larutan air dari
senyawa-senyawakobalt(II), terdapat ion Co2+ yang merah. Senyawa-senyawa kobalt(II) yangtak
berhidrat atau tak berdisosiasi, berwarna biru. Jika disosiasi darisenyawa-senyawa kobalt ditekan, warna
larutan berangsur-angsur berwarna biru. Kompleks kompleks kobalt (II) dapat dioksidasikan dengan
mudah menjadi kompleks-kompleks kobalt(III). Reaksi-reaksi ion kobalt(II) dapat dipelajari dengan
larutan kobalt(II) klorida, CoCl2.6H2O, 0,5M ataukobalt(II) nitrat, Co(NO3)2.6H2O, 0,5M (Svehla, 1985).
Kobalt yang relatif stabil berada sebagai Co(II) atau Co(III). Namun dalam senyawa sederhana Co,
Co(II) lebih stabil dari Co(III). Ion – ion Co2+ dan ion terhidrasi [Co(H2O)6]2+ stabil di air. Kompleks kobalt
dimungkinkan dapat terbentuk dengan berbagai macam ligan, diantaranya sulfadiazin dan sulfamerazin.
Ion pusat dalam kompleks kobalt(II) adalah Co 2+. Kobalt adalah logam transisi golongan VIII B dan terletak
pada periode ke empat dalam sistem periodik unsur. Kobalt memiliki bilangan oksidasi tertinggi IV,
sedangkan kobalt(II) paling stabil di antara bilangan oksidasi lainnya. Senyawa kompleks terbentuk akibat
terjadinya ikatan kovalen koordinasiantara suatu atom atau ion logam dengan suatu ligan (ion atau
molekulnetral). Logam yang dapat membentuk kompleks biasanya merupakan logam transisi, alkali, atau
alkali tanah. Studi pembentukan kompleks menjadi hal yang menarik untuk dipelajari karena kompleks
yang terbentuk dimungkinkan memberi banyak manfaat, misalnya untuk ekstraksi dan penanganan
keracunan logam berat (Cotton,1966).
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan hasil sintesis senyawa kompleks akuapentaamin
cobalt(III) nitrat, [Co(NH3)5(H2O)](NO3)3. Serta menentukan % yield dari senyawa kompleks
akuapentaamin cobalt(III) nitrat, [Co(NH 3)5(H2O)](NO3)3.
2019_ KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

EKSPERIMEN/EXPERIMENTAL SECTION

Alat dan Bahan/Materials

Alat yang digunkan dalam praktikum ini adalah gelas beaker 250 mL, termometrer, neraca analitik,
batang pengaduk kaca, kaca arloji, pipet ukur, pillius, waterbath, ice bath, corong , kertas saring, , pinset,
serbet, labu takar 250 ml, oven, desikator, pipet tetes,kertas Ph.

Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah air panas, ammonium klorida, koblat (II) klorida
heksahidrat, ammonia 6M, ammonia 1M ,H2O2 3%, HCl 12M,etanol (alcohol teknis).

Prosedur Kerja/Procedure

Sintesis
1. Ditimbang 1.8 gram Co(Cl)2·6H2O dan 1.25 gram NH4Cl. Dicampurkan pada gelas beaker 250 mL.
2. Dipanaskan air dalam water bath.
3. Ditambahkan 5 mL air panas pada campuran padatan yang telah ditimbang, dan diaduk sampai
semua padatan larut.
4. Diletakkan gelas beaker pada stir plate, dan ditambahkan 20 ml ammonia 6 M. Setelah 30 menit,
tambahkan 12.5 mL H2O2 3% sedikit demi sedikit dengan menggunakan pipet.)
5. Setelah larutan tidak menguap, ditambahkan 15 mL HCl 16 M secara perlahan-lahan dan hati-
hati, dan biarkan larutan dingin dalam 10 menit. Selama menunggu, diambil etanol dengan
jumlah kira-kira sama dengan volume larutan (larutan langkah No.4).
6. Ditambahkan etanol pada campuran dan diamati endapan yang terbentuk. Catatan: Jika
pengendapan tidak ada, tanyakan pada pembimbing dan catat hasilmu sampai tahap ini.
7. Saat sintesis dan rekristalisasi kompleks koordinasi cobalt selesai, dikumpulkan produk dengan
vacuum filtration. Di saring endapan dengan menggunakan corong buchner.

Rekristalisasi
1. Setelah endapan yang diperoleh ditimbang, dilarutkan dengan 5 ml ammonia 1 M dalam gelas
beaker. Diletakkan pada water bath, dan diaduk dengan pengaduk kaca sampai larut sempurna.
2. Didinginkan gelas beaker pada ice. Diamati suhu larutan, dan dinginkan sampai suhu 5ºC.
Setelah mencapai suhu 5 ˚C, tambahkan asam nitrat 16 M tetes demi tetes untuk menetralkan
ammonia. Tambahkan 25 % asam berlebih, dan uji dengan kertas pH untuk melihat keasaman
larutan.
3. Disaring dengan kertas saring dan corong
4. Dipindahkan padatan pada kaca arloji, dikeringkan dan timbang.

HASIL DAN DISKUSI/RESULTS AND DISCUSSION

Tabel 1. Sintesis senyawa aquapentamin cobalt (III) nitrat


2019_ KM221_Laporan_Kimia_Koordinasi

Perlakuan Pengamatan
Aquapentamin cobalt (III)
Larutan merah bata
+ nitrat Ammonia nitrat
Ammonia 6 M Larutan merah keunguan
Hodrogen peroksida 3 % Larutan coklat pekat
Asam nitrat 16 M Larutan coklat kehitaman
Larutan merah muda,
Etanol
endapan hijau hablur

Pada percobaan ini dilakukan sintesis senyawa koordinasi akuapentaamin-cobalt (III) nitrat
dengan mencampurkan 1.8 gram Co(NO3)2·6H2O dengan 1.25 gram NH4NO3 dalam gelas
bekermenghasilkan larutan berwarna merah bata. Lalu ditambahkan dengan 5 ml air panas dan
diaduk, agar Kristal mudah larut. Kemudian di stir plate selama 15 menit untuk menghomogenkan
larutan hingga sempurna dan ditambahkan ammonia 6 M sebagai reagen sebanyak 20 ml paa
penambahan larutan berubah menjadi agak keunguan. Setelah itu ditambahkan 12.25 ml H 2O2 3%
untuk mengubah cobalt dari Co 2+ menjadi Co3+. Pada saat penambahan hydrogen peroksida akan
muncul gelembung-gelembung gas yang menandakan reaksi masih berjalan. Kobalt (III) merupakan
ion kompleks yang stabil dan mengandung ligan NH 3. Untuk senyawa kompleks dari senyawa kobalt,
yang divalent lebih stabil dalam air, dan yang trivalent akan menjadi dominan jika ligannya amonia
atau ion nitrit. Setelah larutan tidak menguap, ditambahkan 15 mL HCl 16 M secara perlahan-lahan
dan hati-hati, dan biarkan larutan dingin dalam 10 menit. Kemudian, ditambahkan etanol pada
campuran sebanyak 32.5 ml dan diamati endapan yang terbentuk, dikeringkan dalam oven,
didinginkan dalam eksikator, dan ditimbang. Dalam percobaan ini tidak di peroleh endapan/Kristal
yang diinginkan sehingga tahap kristalisasi tidak di lanjutkan.

KESIMPULAN/CONCLUSION

Berdasarkan dari percobaan, tidak di peroleh hasil sintesis senyawa kompleks akuapentaamin
cobalt(III) nitrat, [Co(NH3)5(H2O)](NO3)3 hingga dapat disimpulkan nilai % yield dari senyawa kompleks
tersebut sebesar 0 %.

DAFTAR PUSTAKA/REFERENCES

Nama Chang, Raymond.2005.Kimia Dasar : Konsep – Konsep Inti Edisi 3, Jilid 1.Jakarta : Erlangga
Cotton, A., dan Wilkinson, G., 1966, Advanced Inorganic Chemistry A Conperhensive Text, Interscience
Plubiser, London.
Haryadi, W.1990.Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta : Gamedia
Sugiyarto, Kristian H.2012.Dasar-dasar Kimia Anorganik Transisi.Yogyakarta: Graha Ilmu
Svehla, G. 1985.Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.Jakarta: PT.Kalman Media Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai