Anda di halaman 1dari 11

PERCOBAAN VI

SINTESIS SENYAWA KOMPLEKS TEMBAGA (II) ASETAT


MONOHIDRAT

I. Tujuan
1. Mensintesa tembaga (II) asetat monohidrat
2. Mempelajari momen magnet ikatan logam-logam senyawa tembaga (II)
asetat monohidrat

II. Landasan Teori

Senyawa kompleks dari logam-logam tanah cenderung bersifat tidak stabil


dan ligan-ligan yang ada cenderung disubstitusi oleh molekul-molekul air dar
udara. Sintesis senyawa kompleks biasanya dilakukan dalam tabung schlenk
dibawah lindungan gas argon. Isolasi uap air yang tidak sempurna cenderung
memberikan senyawa kompleks yang terkoordinasi oleh molekul-molekul air.
Senyawa kompleks dari logam alkal tanah dengan ligan-ligan yang merupakan
basa nitrogen menghasilkan kompleks dengan bilangan koordinasi 4 sampai 10
dengan berbagai bentuk struktur

(Effendy, 1996).

Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-


reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion (atau molekul)
kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat
dengan atom (ion) pusat itu. Pembentukan kompleks dalam analisis anorganik
kualitatif sering terlihat dan dipakai untuk pemisahan dan identifikasi. Salah satu
fenomena yang paling umum yang muncul bila ion kompleks terbentuk adalah
perubahan warna dalam larutan. Suatu fenomena lain yang penting yang sering
terlihat bila kompleks terbentuk adalah kenaikan kelarutan, banyak endapan bisa
melarut karena pembentukan senyawa kompleks

(Vogel, 1979).
Dalam artian luas senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk
karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana yang masing-masingnya
dapat berdiri sendiri. Menurut warner senyawa kompleks merupakan gabungan
beberapa ion logam yang cenderung berikatan koordinasi dengan zat-zat tertentu
membentuk senyawa kompleks yang mantap. Zat-zat tertentu itu disebut ligan.
Ligan merupakan zat yang memiliki satu atau lebih pasangan elektron bebas. Ion-
ion logam ini cenderung jenuh baik valensi utamanya maupun valensi
tambahannya. Valensi koordinasi mengarah kedalam ruangan mengelilingi ion
logam pusat. Jadi proses pembentukan senyawa kompleks koordinasi adalah
perpindahan saatu atau lebih pasangan elektron dari ligan ke ion logam

(Rivai, 1995).

Tembaga (II) asetat atau kupri asetat adalah senyawa kimia dengan rumus
Cu2(CH3COO)4, atau disingkat Cu2(OAC)4 dimana ACO- adalah ion asetat
(CH3CO2-). Secara komersial senyawa ini biasanya tersedia dalam bentuk
hidratnya, yang mengandung dua molekul air. Cu2(OAC)4 berwujud padatan
kristal berwarna hijau gelap, sedangkan hidratnya Cu2(OAC)4. 2H2O berwarna
hijau kebiruan. Sejak dahulu kala, beberapa senyawa tembaga asetat digunakan
sebagai fungisida dan zat warna hijau. Sekarang Cu2(OAC)4 digunakan dalam
sintesis anorganik dan sebagai katalis maupun agen oksidator pada sintesis
organik.

Tembaga (II) asetat dengan kemurnian tinggi dapat disintesis


dilaboratorium melalui serangkaian reaksi (3 tahap). Reaksi yang terbentuk
adalah:

CuSO4 + 4NH3 + 4CH3COOH Cu2(OAC)4 (H2O)2 + (NH4)2SO4

Reaksi ini menghasilkan tembaga (II) asetat dalam bentuk hidrat. Untuk
menghidrasinya, hasil reaksi dipanaskan pada suhu 100ºC divakum. Reaksi yang
terbentuk adalah :

Cu2(OAC)4. 2H2O Cu2(OAC)4 + 2H2O

(Jakson, 2010).
Salah satu sifat unsur transisi adalah mempunyai kecenderungan untuk
membentuk ion kompleks atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam
transisi memiliki orbital-orbital kosaong yang dapat menerima pasangan elektron
pada pembentukan ikatan dengan molekul atau anion tertentu membentuk ion
kompleks.

Ion kompleks terdiri dari ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau
molekul-molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat
atau atom pusat. Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut ligan.
Banyaknya ikatan koordinasi antara ion pusat dan ligan disebut bilangan
koordinasi. Ion pusat merupakan ion unsur transisi, dapat menerima pasangan
elektron bebas dari ligan. Pasangan elektron bebas dari ligan menempati orbital-
orbital kosong dalam sub kulit 3d, 4s, 4p, dan 4d pada ion pusat.

Ligan adalah molekul atau ion yang dapat menyumbangkan pasangan


elektron bebas kepada ion pusat. Ligan yang netral dan bermuatan negatif dan
positif. Pemberian nama ligan disesuaikan dengan jenis ligannya. Bila ada dua
macam ligan atau lebih maka diurutkan menurut abjad

(Cotton and Wilkinson, 1989).

Secara umum garam tembaga (I) tidak larut dalam air dan tidak berwarna.
Sedangkan garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru baik dalam bentuk
hidrat padat maupun dalam larutan air yang berbentuk ion tetrakuo kuprat (II)
[Cu(H2O)4]2+. Batas terlihatnya warna ion kompleks tersebut adalah 500 mikro
gram. Dalam batas konsentrasi 1 dalam 104.

Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk


hidrat, padat maupun dalam larutan air, warna ini benar-benar khas

(Shevla, 1990).
III. Prosedur Percobaan
3.1. Alat dan Bahan

a. Alat
1. Hot plate magnetic stirrer
2. Magnetic stirrer
3. Beaker glass
4. Pengaduk
5. Pipet takar
6. Corong
7. Sand bath (water bath)

b. Bahan
1. CuSO4. 5H2O
2. NaOH
3. Asam Asetat
4. NH3 50%
3.2. Skema Kerja

0,5 gram CuSO4. 5H2O

Dilarutkan dalam 5 mL air dalam gelas beaker

Dikocok campuran dan dipanaskan pada suhu 40-


50ºC

Ditambahkan NH3 50%

Dikocok larutan biru terang sampai biru kuat

Ditambahkan 0,16 gram NaOH

Dikocok selama 15-20 menit pada suhu 55-65ºC

Dibiarkan campuran mendingin

Dikumpulkan endapan dengan penyaring vakum

Dicuci pada biru dengan tiga bagian 2 mL air panas

Dipindahkan cu(OH)2 kedalam beaker gelas

Ditambahkan asam asetat 98%

Dipanaskan pada pasir bath dengan pengocokan

Dikumpulkan kristal biru dengan penyaringan

Dikeringkan dan dihitung ramdemen nya

Hasil pengamatan
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1. Data Pengamatan

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


 0,5 gram CuSO4. 5H2O + 5 mL  CuSO4 larut dan terdapat koloid
air dipanaskan dalam larutan
 Ditambahkan 1 mL NH3 + 0,16  Terbentuk endapan warna biru
gram NaOH
 Disaring menggunakan kertas  Endapan biru
saring dan dicuci dengan 2 mL
air panas
 Ditambahkan asam asetat 98%  Didapatkan endapan berwarna
sebanyak 1 mL, dipanaskan dan biru tosca
disaring menggunakan kertas
saring
 Endapan dikeringkan lalu  Berat endapan + kertas saring =
ditimbang 1,55 gram
 Berat endapan = 0,55 gram
 Berat kertas saring = 1 gram

 Perhitungan

Dik : massa CuSO4.5H2O = 0,5 gram

Mr CuSO4.5H2O = 249,68 g/mol

Massa NaOH = 0,16 gram

Mr NaOH = 40 g/mol

Massa Cu(CH3COO)2H2O = 0,55 gram

Mr Cu(CH3COO)2H2O = 199,5 g/mol

Dit : % rendemen = ..?


 Reaksi pembentukan Cu(CH3COO)2H2O

CuSO4.5H2O + 4NH3 + 2NaOH + 2 CH3COOH Cu(CH3COOH) +


4NH3 + Na2SO4 + 6H2O

Atau

Cu2+ + 4NH3 + 2OH- + 2 CH3COOH Cu(CH3COO)2H2O + 4NH3 + H2O

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 Cu2+ 05 𝑔𝑟𝑎𝑚


Mol Cu2+ = = 249,68 𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 0,002 mol
𝑀𝑟 Cu2+

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 OH− 0,16 𝑔𝑟𝑎𝑚


Mol OH- = = = 0,004 mol
𝑀𝑟 OH− 40 𝑔/𝑚𝑜𝑙

Reaksi :

Cu2+ + 4NH3 + 2OH- + 2CH3COOH Cu(CH3COO)2H2O + 4NH3 + H2O

m : 0,002 mol 0,004 mol -

b : 0,002 ml 0,004 mol 0,002 mol -

s : - - 0,004 mol 0,002 mol

massa teori Cu(CH3COO)2H2O = mol x Mr Cu(CH3COO)2H2O

= 0,002 mol x 199,5 g/mol

= 0,399 gram

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% rendemen = x 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

0,55 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,399 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 100 %

= 137,8 %
4.2 Pembahasan

Pada percobaan ini bertujuan untuk mensintesa tembaga (II) asetat


monohidrat dan mempelajari momen magnet ikatan logam-logam senyawa
tembaga (II) asetat monohidrat.
Tembaga merupakan logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan
liat. Tembaga dapat melebur pada suhu 1038oC. Karena potensial elektrodanya
positif (+ 0,34 V) untuk pasangan Cu / Cu2+ tembaga tidak larut dalam asam
klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa
larut. Kebanyakan senyawa Cu (I) sangat mudah teroksidasi menjadi Cu (II).
Namun osidasi selanjutnya menjadi Cu (II) adalah sulit. Terdapat kimiawi larutan
Cu2+ yang dikenal baik dan sejumlah besar garam berbagai anion didapatkan
banyak diantaranya larut dalam air, menambah perbendaharaan kompleks sulfat
biru, CuSO4.5H2O yang paling dikenal. Senyawa ini dapat terhidrasi membentuk
anhidrat yang benar–benar putih. Penambahan ligan terhadap larutan akan
menyebabkan pembentukan ion kompleks dengan pertukaran molekul air secara
berurutan.
Pembentukan kompleks Cu (II) dapat dijelaskan dengan teori ikatan
valensi, teori medan kristal, dan teori orbital molekul. Pada kompleks tembaga
hanya pasangan lemah dan elektron yang tidak berpasangan pada ion Cu (II),
karena ketika keadaan dasarnya diamagnetik maka satu energi rendah yang
dibangkitkan paramagnetik.
Pada percobaan ini pertama dilarutkan CuSO4.5H2O kedalam air. Proses
pelarutan ini menghasilkan larutan berwarna biru muda da serbuk CuSO4.5H2O
hanya sebagian yang larut. Selanjutnya dilakukan pemanasan pada suhu 40-50 0C,
yang menghasilkan terbentuknya koloid – koloid dalam larutan dan serbuk CuSO4
dalam larutan menjadi larut. Pemanasan ini berfungsi untuk mempercepat reaksi
dan melarutkan endapan dengan sempurna. Kemudian kedalam larutan tersebut
ditambahkan 1 ml NH3, sehingga larutan menjadi warna biru kuat. Penambahan
NH3 ini berfungsi sebagai katalis pada saat proses reaksi berlangsung. Kemudian
ditambahkan NaOH, sehingga membentuk endapan berwarna biru. Fungsi
penmabahan NaOH ini adalah untuk menguji kestabilan kompleks, dimana akan
terbentuk endapan dari Cu(OH)2. Reaksi yang terjadi adalah :
CuSO4.5H2O (s) + H2O (l) CuSO4 (s) + 6H2O (l)
CuSO4 (s) + 4NH3 (aq) [Cu(NH3)4]2+ + SO42-
[Cu(NH3)4]2+ + NaOH Cu (OH)2 (s) + 4NH3 + Na2+
Pada saat penambahan setiap larutan, pemanasan larutan tetap berlangsung. Hal
ini bertujuan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung, sehingga mudah
membentuk Cu(OH)2. Setelah terbentuknya endapan Cu(OH)2, dilakukan
pencucian terhadap endapan tersebut menggunakan air panas. Pencucian dengan
air panas dilakukan bertujuan untuk melarutkan zat pengotor yang terdapat dalam
endapan tersebut.
Setelah itu endapan yang diperoleh dipindahkan kedalam gelas beker,
kemudian ditambahkan asam asetat 98%, lalu dipanaskan kembali dan dilakukan
pengocokan. Penambahan CH3COOH 98% ini membentuk endapan berwarna biru
tosca. Reaksi yang terjadi adalah :
Cu(OH)2 + 2CH3COOH [Cu(CH3COO)2H2O]
Endapan [Cu(CH3COO)2H2O] yang terbentuk disaring ketika masih panas. Hal ini
bertujuan agar pengendapan tidak terjadi sebelum dilakukan penyaringan. Pada
saat penyaringan terbentuk asap dan bau yang menyengat, dimana bau menyengat
tersebut adalah gas NH3 yang dibebaskan.
Pada percobaan ini tidak diperoleh filtrat, dimana endapan yang terbentuk
berwarna biru tosca dengan berat endapan sebesar 0,55 gram dan % rendemennya
sebesar 137,8%. Berdasarkan % rendemen yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa endapan yang diperoleh masih banyak zat pengotornya karena %
rendemennya melebihi 100%. Selain itu kemungkinan endapan yang ditimbang
belum kering sehingga masih mengandung air.
Tembaga (II) asetat biasanya tersedia dalam bentuk hidratya mengandung
molekul air berwujud padatan kristal berwara hijau gelap, sedangkan hidratnya
Cu(CH3COO)2H2O berwarna biru tosca. Tembaga (II) asetat banyak digunakan
sebagai fungisida dan dalam sintesis anorganik sebagai katalis maupun oksidator
pada sintesis organik.
Tembaga (II) asetat monohidrat memiliki sifat
- Berat molekul 199,65 g/mol
- Terurai pada suhu 240 oC
- Kristal semakin monokin bewarna hijau gelap
- Kelarutan dalam air pada suhu kamar 6,87 g/100 g larutan
- Dapat larut dalam dimetil eter, methanol dan aseton
- Titik leleh 115 oC
Kegunaan tembaga (II) asetat monohidrat, yaitu :
 Sebagai pewarna tekstil
 Sebagai pigmen pada keramik
 Pembasmi jamur atau fungisida
 Katalis polimerisasi dalam reaksi organik
 Sebagai precursor dalam pembuatan pasir green

V. Kesimpulan dan Saran


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa :
a. Tembaga (II) asetat monohidrat dapat dibuat melalui route tak langsung,
meliputi pembentukan intermediet komplek tetraamin.
CuSO4 (s) + 4NH3 (aq) [Cu(NH3)4]2+ + SO42-
[Cu(NH3)4]2+ + NaOH Cu (OH)2 (s) + 4NH3 + Na2+
Cu(OH)2 + 2CH3COOH [Cu(CH3COO)2H2O]
b. Massa tembaga (II) asetat yang didapat yaitu 0,55 gram dengan %
rendemen 137,8%
c. Momen magnet ikata Cu – Cu pada senyawa tembaga (II) asetat
monohidrat meningkat dengan jarak 2,64Ao

5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya agar dapat melengkapi alat dan bahan
sehingga praktikum berjalan sesuai dengan lancar dan hasil yang diperoleh sesui
dengan literatur.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai