Anda di halaman 1dari 7

“Sintesis Senyawa Kompleks Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4.

5H2O)
dari Limbah Kabel Tembaga”

Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Laboratorium Sintesis
Organik dan Anorganik yang diampu oleh Ibu Lidya Elizabeth, S.T, M.T.

Disusun oleh :
Kelompok 5, Kelas 1D TKPB
Mumtaz Raja Priyatna (201424012)
Muhammad Syahrul Ramadhan (201424013)
Nataya Shafira (201424014)
Nita Nur Azizah (201424015)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERISH

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2021
I. Tujuan Praktikum
Setelah mempelajari dan melakukan percobaan mahasiswa diharapkan mampu:
1. Membuat kristal tembaga (II) sulfat pentahidrat dari limbah tembaga
2. Mengenal sifat-sifat kristal tembaga(II) sulfat pentahidrat
3. Menganalisis produk dengan menghitung rendemen dan jumlah air kristal (hidrat)
secara stokiometri.

II. Dasar Teori


Dalam suatu Sistem Periodik Unsur (SPU), tembaga (Cu) termasuk ke dalam
golongan transisi. Tembaga, perak dan emas disebut logam koin karena dipakai sejak
lama sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal ini disebabkan oleh logam ini
tidak reaktif, sehingga tidak berubah dalam waktu yang lama. Tembaga adalah logam
berdaya hantar listrik tinggi, maka dipakai sebagai kabel listrik. Tembaga tidak larut
dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO3 sehingga
tembaga larut dalam HNO3. Bentuk pentahidrat yang lazim terhidratnya, yaitu
kehilangan empat molekul airnya pada 110 °C dan kelima-lima molekul air pada
150°C. Pada 650°C, tembaga (II) sulfat mengurai menjadi tembaga (II) oksida(CuO),
sulfur dioksida (SO2) dan oksigen (O2).
Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Cu+
mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan
berarti larutan senyawa Cu(I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai pada keadaan
bagaimana mereka ditemukan, yaitu jika kita mencoba membuat (Cu+) cukup banyak
pada larutan air, Cu2+ akan berada pada jumlah banyak (sebab konsentrasinya harus
sekitar dua juta dikalikan pangkat dua dari Cu+. Disproporsionasi akan menajdi
sempurna. Di lain pihak jika Cu+ dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit
larut atau ion kompleks mantap), Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap.
Tembaga (II) sulfat mempunyai banyak kegunaan di bidang industri diantaranya
untuk membuat campuran Bordeaux (sejenis fungisida) dan senyawa tembaga lainnya.
Senyawa ini juga digunakan dalam penyepuhan dan pewarnaan tekstil serta sebagai
bahan pengawet kayu.Bentuk anhidratnya digunakan untuk mendeteksi air dalam
jumlah kelumit. Tembaga sulfat juga dikenal sebagai vitriol biru.
Tembaga (II) sulfat merupakan padatan kristal biru, CuSO4.5H2O triklini.
Pentahidratnya kehilangan 4 molekul air pada 1100 C dan yang ke lima pada 1500C
membentuk senyawa anhidrat berwarna putih. Pentahidrat ini dibuat dengan
mereaksikan tembaga (II) oksida atau tembaga (II) karbonat dengan H2SO4 encer,
larutannya dipanaskan hingga jenuh dan pentahidrat yang biru mengkristal jika
didinginkan. Pada skala industri, senyawa ini dibuat dengan memompa udara melalui
campuran tembaga panas dengan H2SO4 encer. Dalam bentuk pentahidrat, setiap ion
tembaga (II) dikelilingi oleh empat molekul air pada setiap sudut segi empat,
kedudukan kelima dan keenam dari oktahedral ditempati oleh atom oksigen dari anion
sulfat, sedangkan molekul air kelima terikat oleh ikatan hidrogen [4] salah satu sifat
dari logam tembaga yaitu tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi
tetapi tembagateroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga larut dalam HNO3.
3Cu(s) + 8H+(aq) + 2NO3-(aq) → 3Cu2+(aq) + 2NO(g) + 4H2O
Logam tembaga dibuat dari tembaga sulfida (Cu2S) yang dioksidasi dengan oksigen.
Cu2S + 2O2 → 2CuO + SO2
2CuO + Cu2S → SO2 + 4Cu
Garam tembaga dalam larutan berwarna biru pucat, karena membentuk ion
Cu(H2O)42+.Jika larutan ini ditambah amonia akan menghasilkan ion Cu(NH3)42+ yang
berwarna biru pekat.Senyawa CuCl2, Cu2Br2, Cu2I2 sukar larut dalam air dengan Ksp
masing-masing 1,9.10-7, 5.10-9,dan 1.10-12. Senyawa Cu2O dan Cu2S dapat dibuat
langsung dari unsurnya pada suhu tinggi.Kedua senyawa ini cenderung
nonstoikiometrik karena dapat pula sebagian membentuk CuO danCuS.
Senyawa-senyawa Cu (I) berwarna putih kecuali oksidasinya merah. Sedangkan
senyawa Cu (II) hidratnya biru dan anhidratnya abu-abu. Senyawa-senyawa Cu (II)
lebih stabil dalam larutan. Mereka beracun dan mengion yang berwarna gelap (biru
gelap) yang terbentuk dengan larutan amonia berlebihan. Cu digunakan buat
kabel/kawat/peralatan listrik; dalam logam-logam paduan; monel, perunggu kuningan,
perak jerman, perak nikel untuk ketel dan lain-lain.
Secara umum garam tembaga (I) tidak larut dalam air dan tidak berwarna,
perilakunya mirip perilaku senyawa perak (I). Mereka mudah dioksidasi menjadi
senyawa tembaga (II), yang dapat diturunkan dari tembaga(II) oksida, CuO, hitam.
Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat,
maupun dalam larutan air; warna ini benar-benar khas hanya untuk ion tetraakuokuprat
(II) [Cu(H2O)4]2+ saja. Batas terlihatnya warna ion kompleks tetraakuokuprat(II) (yaitu,
warna ion tembaga (II) dalam larutan air), adalah 500 μg dalam batas konsentrasi 1
dalam 104. Garam-garam tembaga (II) anhidrat, seperti tembaga (II) sulfat anhidrat
CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning).
Larutan amonia bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit terbentuk
endapan biru suatu garam basa (tembaga sulfat basa). Bila dalam keadaan basah
dibiarkan terkena udara,tembaga (II) sulfida cenderung teroksidasi menjadi tembaga
(II) sulfat, dan karenanya menjadi dapat larut dalam air. Banyak sekali panas yang
dilepaskan pada proses ini.
Persamaan reaksi kristalisasi secara keseluruhan adalah:
Cu + 3H2O + H2SO4 + 2HNO3 → CuSO4.5H2O + 2NO2 ↑ (berwarna kuning coklat)
Kristal CuSO4.xH2O yang terbentuk dari proses kristalisasi dapat dilihat pada
Gambar 1.
Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan larutan atau
kristalisasi merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadi
perpindahan massa dari suat zat terlarut dari cairan larutan ke fase kristal padat.
Karakter proses kristalisasi ditentukan oleh termodinamika dan faktor kinetik, yang
bisa membuat proses ini sangat bervariasi dan sulit dikontrol. Seperti tingkat
ketidakmurnian, metoda penyamburan, desain wadah dan profil pendinginan bisa
berpengaruh besar terhadap ukuran, jumlah dan bentuk kristal yang dihasilkan.
Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya
dalam sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat
terlarutnya. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat
penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian produk hingga 100%.
Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi lewat jenuh
kondisi tersebut terjadinya karena pelarut sudah tidak mampu melarutkan zat
terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi kapasitas pelarut. Sehingga kita
dapat memaksa agar kristal dapat terbentuk dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya,
sehingga kondisi lewat jenuh dapat dicapai.

III. Data Percobaan


• Berat kristal CuSO4.xH2O yang terbentuk = 12,5 gram
• Berat kristal CuSO4.xH2O setelah dikeringkan = 8 gram

IV. Pengolahan Data


1. Menghitung H2O dalam kristal CuSO4.xH2O
• Berat CuSO4.xH2O = 12,5 gram
• Berat setelah dikeringkan = 8 gram
• Berat 𝐻2 𝑂 = 4,5 g

• CuSO4 + xH2O CuSO4.xH2O


8
• Mol CuSO4 = 159,609 = 0,05012
4,5
• Mol 𝐻2 𝑂 = 18.015 = 0,2497

• CuSO4.xH2O ≈ CuSO4
• Nilai perbandingan mol = 4.98
• Nilai molekul atau x (hidrat) = 5
2. Menghitung rendemen CuSO4.5H2O
Diketahui
Massa Cu = 7 g BA Cu = 63,55 g/mol
Massa kristal = BM CuSO4.5H2O = 249,55 g/mol
Ditanya : Rendemen = ….. %
Jawab :
Reaksi : Cu2+ + SO42- + 5H2O → CuSO4.5H2O
7
mol CuSO4.5H2O = mol Cu = mol = 0,11 mol
63,55

Massa CuSO4.5H2O
= mol CuSO4.5H2O x BM CuSO4.5H2O
= 0,11 mol x 249,55 gram/mol
= 27,48 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢𝑆𝑂4 𝑥𝐻2 𝑂
Persentase hasil = x 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢𝑆𝑂4 5𝐻2 𝑂 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
12,5
= x 100% = 45,5%
27,4754

V. Pembahasan
• Mengapa jumlah kristal yang terbentuk tidak sesuai teori?
• Jelaskan tentang apa saja pemahaman yang didapat selama praktikum?
1) Mumtaz Raja Priyatna (201424012)
Mengapa jumlah kristal yang terbentuk tidak sesuai teori?Kemungkinan disebabkan
adanya kristal yang tersangkut dikertas saring,atau bisa juga ada pengotor yang berada dalam
tembaganya.

2) Muhammad Syahrul Ramadhan (201424013)


Pada praktikum ini saya akan membahas tentang ”Sintesis Senyawa Kompleks Tembaga
Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari Limbah Kabel Tembaga” disini dilakukan
pembuatan/sintesis CuSO4.5H2O dari limbah tembaga (Cu) dan H2SO4 dengan bantuan
HNO3 sebagai pelarut tembaga,mengapa dengan HNO3?karena HNO3 lah yang dapat
mengoksidasi tembaga sehingga tembaga akan larut dalam HNO3 dengan persamaan reaksi
sebagai berikut:
Cu + H2SO4 + 3H2O + HNO3 → CuSO4.5H2O + 2NO2
Massa CuSO4.5H2O yang dihasilkan dari percobaan lebih sedikit daripada massa
CuSO4.5H2O secara teoritis. Hal ini disebabkan banyak faktor diantaranya yaitu:
1. Kelarutan dari CuSO4 di dalam air. Semakin banyak CuSO4 yang larut di dalam air,
semakin besar kelarutannya, sehingga semakin besar juga jumlah kristal yang
terbentuk. Kelarutan ini dapat dipengaruhi oleh suhunya.
2. Semakin tinggi suhu yang digunakan untuk memanaskan larutan, maka akan diperoleh
persen rendemen yang lebih tinggi.
3. Adanya faktor zat pengotor, semakin banyak zat pengotor, maka semakin sedikit kristal
yang tebentuk. Misal, jumlah limbah tembaga dari kabel yang digunakan adalah 10
gram, jika zat pengotornya semakin sangat banyak, maka jumlah tembaga murninya
semakin sangat sedikit, yang membuat kristal yang terbentuk semakin sedikit pula,
menyebabkan persen rendemennya semakin rendah.
4. Ketika pelarut mengandung zat terlarut melebihi kemampuan pelarut tersebut untuk
melarutkan zat terlarut. Ini berkemungkinan menyebabkan larutan tersebut tidak lewat
jenuh secara maksimal, sehingga tidak menghasilkan kristal dengan jumlah maksimal.
Semakin tinggi suhu reaksi maka kelarutan CuSO4 dalam air semakin besar sehingga
semakin banyak yield kristal yang dihasilkan; kecepatan pengadukan cenderung tidak
mempengaruhi yield kristal yang dihasilkan, namun berpengaruh terhadap ukuran kristal;
pengadukan akan membuat ukuran kristal lebih kecil daripada tanpa pengadukan.

3) Nataya Shafira (201424014)


Sintesis senyawa kompleks tembaga (II) sulfat dalam percobaan ini menggunakan
tembaga dari limbah kabel. Tembaga kemudian direaksikan dengan HNO3, H2SO4, dan H2O
Reaksi pembentukannya dapat dilihat dari persamaan reaksi kimia berikut:
Cu + 3H2O + H2SO4 + 2HNO3→CuSO4.5H2O + 2NO2
HNO3 dipilih karena dapat mengoksidasi tembaga sehingga tembaga akan larut dalam
HNO3, sedangkan H2SO4 berguna sebagai penyumbang sulfat untuk membentuk garam
CuSO4. Garam tersebut kemudian direaksikan dengan air agar membentuk hidrat tembaga (II)
sulfat.
Kristal tembaga (II) sulfat kemudian diuji secara kuantitatif dan kualitatif. Pengujian
secara kualitatif dilakukan dengan cara memanaskan kristal sehingga hidratnya dapat
menguap. Menguapnya hidrat ditandai dengan perubahan warna dari biru menjadi putih.
Pemanasan kristal tembaga (II) sulfat dengan suhu 63C akan menyisakan 2 molekul hidrat,
110C akan menyisakan 1 hidrat, dan 150C tidak akan menyisakan hidrat. Hal ini menunjukkan
sifat kristal tembaga (II) sulfat yang dapat terhidrasi.
Secara kuantitatif, hal yang diuji dari kristal tembaga (II) sulfat adalah yield kristal
tembaga (II) sulfat yang terbentuk dengan teoritisnya. Melalui hasil perhitungan, didapatkan
yield kristal tembaga (II) sulfat adalah 45,5%. Hasil ini masih jauh dari angka teoritisnya.
Adapun kemungkinan terjadinya hal tersebut disebabkan adanya kristal yang terbuang bersama
pengotor atau reaksi masih tidak efisien dan terdapat Cu dan H2SO4 yang masih belum
bereaksi. Hal ini dapat diperbaiki dengan meningkatkan efisiensi dengan menggunakan
senyawa yang lebih murni dan memperbaiki sistem filtrasi agar tidak ada kristal tembaga (II)
sulfat yang terbuang.
4) Nita Nur Azizah (201424015)
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk membuat kristal tembaga (II) sulfat pentahidrat
dari limbah tembaga. Dibutuhkan beberapa bahan pada praktikum kali ini yaitu air, H2SO4
pekat, tembaga (cu), dan HNO3 pekat. Karena pada praktikum kali ini kita menggunakan bahan
limbah tembaga, maka diperlukan HNO3 untuk melarutkan tembaga tersebut. Tembaga itu
tidak terlarut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO3 dan
larut. Adanya pelarutan atau perubahan yang terjadi reaksi logam cu , H2SO4 dibantu dengan
HNO3 ini bereaksi menjadi CuSo4.
3Cu(s) + 8H+ (aq) + 2NO3 - (aq) → 3Cu2+(aq) + 2NO(g) + 4H2O
Pada percobaan ini terjadi perubahan warna menjadi warna cokelat dan menguap
menjadi fasa uap itu adalah gas NO2 dari HNO3. Dan kemudian berubah menjadi warna
kehijauan dari cu2+ didalam H2SO4. Pada saat proses pendinginan dan pemanasan (100°)
berubah menjadi biru tua yang menandakan bahwa cu yang digunakan itu banyak dan tidak
mengandung nitrat. Ditunjukan juga dengan hasil dari rendemen % yang didapat adalah 45,5%,
masih jauh dari 100%. Hal ini disebabkan karena adanya pengotor dari kawat tembaga saat
proses kristalisasi atau HNO3 yang digunakan sudah rusak dan tidak bisa terlarut dengan
sempurna dalam senyawa kompleksnya.
Untuk mengetahui molekul H2O atau air dalam kristal yang terbentuk, dilakukan
penggerusan dari kristal yang didappat, lalu dipanaskan hingga kristal nya berwarna putih.
Hilang nya air yang ada dalam kristal ditandai dengan terjadi nya perubahan warna menjadi
putih dari kristal tersebut. Kristal yang dihasilkan pada percobaan kali ini beratnya 12,5 gram,
dan setelah dikeringkan menjadi 8 gram. Berat H2O yang ada didalam kristal berati 4,5 gram,
yang mana dapat diambil hasil bahwa molekuk atau hidrat yang ada dalam percobaan ini 5.
Sesuai dengan teoritis atau suhu kamar bahwa pada suhu 100° ini mengandung hidrat H2O
sebanyak 5 molekul.

VI. Kesimpulan
• Jumlah H2O terikat yang ada didalam Tembaga (II) Sulfat Pentahidrat berjumlah
5 molekul
• Jumlah persen rendemen yang didapat sebesar 45,5 %

VII. DAFTAR PUSTAKA


Polytechic Education Development Project (2017). Petunjuk Praktikum Lab Sintesis
Organik dan Anorganik. Jurusan Teknik Kimia. Politeknik Negeri Bandung.
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Bandung.
Fitrony dkk. (2013). Pembuatan Kristal Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari
Tembaga Bekas Kumparan. Surabaya: Fakultas Tenik Industri Institut Teknologi
Sepuluh November

Anda mungkin juga menyukai