Anda di halaman 1dari 9

PERCOBAAN IV

PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS DARI TEMBAGA

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Pembuatan garam rangkap tembaga (II) Ammonium Sulfat
2. Pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat
II. DASAR TEORI
Logam tembaga merupakan logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan
liat. Tembaga dapat melebur pada suhu 1038oC. Karena potensial elektrodanya positif
(+ 0,34 V) untuk pasangan Cu / Cu2+ tembaga tidak larut dalam asam klorida dan
asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut. Kebanyakan
senyawa Cu(I) sangat mudah teroksidasi menjadi Cu(II). Namun osidasi selanjutnya
menjadi Cu(II) adalah sulit. Terdapat kimiawi larutan Cu2+ yang dikenal baik dan
sejumlah besar garam berbagai anion didapatkan banyak diantaranya larut dalam air,
menambah perbendaharaan kompleks sulfat biru, CuSO4.5H2O yang paling dikenal.
Senyawa ini dapat terhidrasi membentuk anhidrat yang benar–benar putih.
Penambahan ligan terhadap larutan akan menyebabkan pembentukan ion kompleks
dengan pertukaran molekul air secara berurutan (Sukadjo,1997).
Proses pembentukan dari garam rangkap terjadi apabila dua garam mengkristal
bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-garam itu memiliki
struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya.
Kompleks ialah suatu satuan baru yang terbentuk dari satuan-satuan yang dapat
berdiri sendiri, tetapi membentuk ikatan baru dalam kompleks itu. Dalam hal ini,
kompleks yang terbentuk masing-masing berisi sebuah komponen, tetapi ada pula
yang terjadi dari lebih banyak komponen seperti kompleks [Pt(NH3)2Cl4] dan
[Pt(NH3)Cl3]. Contoh dari garam rangkap adalah garam alumia, KAI(SO4)2.12H2O
dan feroammonium sulfat, Fe(NH3)2(SO4).6H2O (Harjadi,1993).
Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya.
Garam kompleks berbeda dengan garam rangkap. Salah satu tipe reaksi kimia yang
dapat merupakan dasar penetapan titrimetri, mencakup pembentukan kompleks atau
ion kompleks yang larut namun sedikit sekali terdisosiasi. Satu contoh adalah reaksi
ion perak dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks Ag(CN)2– yang sangat
stabil (Day dan Underwood,1999).
Senyawa kompleks dari ion logam transisi berperan penting dalam transpor kation dalam
tubuh, hal ini sangat diperlukan dalam kehidupan organisme terutama untuk kepentingan gizi.
Belakangan ini senyawa kompleks logam transisi dengan asam amino makin berkembang pesat
dalam bidang kimia bioanorganik. Kompleks logam transisi dengan asam amino telah dipelajari
secara luas sebagai model logam pusat dalam sistem biologi sehingga berguna untuk mengetahui
peranan logam dalam sistem biokimia (Sudjana dkk.,2002).
Logam Cu merupakan salah satu logam berat yang bersifat toksik terhadap organism air
dan manusia pada batas konsentrasi tertentu. Logam ini berbahaya karena cenderung untuk
berakumulasi dalam jaringan tubuh manusia dan menimbulkan bermacam-macam keracunan
(Bath dkk.,2012).
Tembaga adalah bahan yang sangat terkenal dengan sifat bagus untuk melakukan panas
dan listrik. Ini juga menunjukkan sifat mekanik dan tahan korosi yang sangat baik yang
menyebabkan penggunaan logam ini secara luas dalam industri listrik dan elektronik, penukar
panas, pendinginan, pipa ledeng, dll. Namun, kenaikan harga tembaga sekitar 20-25% di pasar
global telah memaksa pelaku industri untuk mencari bahan alternatif untuk mengganti tembaga.
Aluminium adalah salah satu bahan yang disorot karena bobotnya yang ringan dengan harga
pasar yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan tembaga. Sebuah produk baru dari tabung
bi-metal yang terdiri dari tembaga dan aluminium dengan ikatan metalurgi telah memberikan
alternatif untuk industri ini karena penggunaan tembaga dalam tabung bi-logam hanya 30% yang
disebabkan massa rendah dan bahan yang tersisa digantikan oleh aluminium yang harganya
relatif rendah dan bahan yang tersisa digantikan oleh aluminium yang harganya relatif rendah
(Baghdadi dkk.,2014).

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Neraca Analitik
2. Gelas beker
3. Pengaduk kaca
4. Kaca arloji
5. Kompor listrik
6. Lumping porselin
7. Penggerus porselin
8. Spektrofotometri UV-Vis
9. Gelas ukur
B. Bahan
1. CuSO4.5H2O
2. NH3 15 M
3. (NH4)2SO4
4. Akuades
5. Etanol
6. Kertas saring
7. Air dingin
C. Gambar alat

Gelas Beker Gelas Ukur Pengaduk kaca

Hot Plate Neraca analitik Pektrofotometri UV-Vis


IV. CARA KERJA
Pembuatan garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat heksahidrat
CuSO4(NH4)2.6H2O
19,98 gram CuSO4.5H2O dan 10,56 gram (NH4)2SO4 dilarutkan dalam 60 ml air. Lalu
dipanaskan hingga pekat. Larutan dibiarkan hingga menjadi dingin pada suhu kamar
sampai terbentuk Kristal. Campuran didinginkan dalam wadah berisi air dingin, larutan
didekantasi dan diambil Kristal yang terbentuk. Dilakukan rekristalisasi sekali lagi dengan
jalan dilarutkan dalam air panas kemudian dibiarkan menjadi dingin. Kristal yang
terbentuk disaring dan dikeringkan diatas kertas saring. Kristal yang terbentuk ditimbang
dan dihitung rendemennya. Kurva absorbansi dibuat.
Pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat, Cu(NH3)4SO4.H2O
22,5 ml ammonia pekat NH3 15M dan 15 ml akuades dimasukkan kedalam gelas beker.
15 gram CuSO4.5H2O ditimbang dan digerus dengan lumping sampai halus, kemudian
dimasukkan kedalam larutan ammonia sampai semua tembaga (II) sulfat monohidrat
larut. 22,5 ml etanol ditambahkan dengan hati-hati. Gelas beker ditutup dengen kaca arloji
dan dibiarkan semalam. Setelah semalam, campuran diaduk, Kristal dibiarkan mengendap
kemudian didekantasi. Kristal disaring dan gelas beker dibilas dengan campuran 2,5 ml
NH3(aq) 15 M dan 15 ml etanol. Kristal dicuci denagn 5 ml etanol. Kristal dikeringkan
pada suhu kamar. Kemudian Kristal kering ditimbang dan dihitung rendemennya. Kurva
absorbansinya dibuat .Serapan panjang gelombang diukur pada daerah tampak kedua
senyawa.
V. HASIL PENGAMATAN
1. CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
 Berat CuSO4.5H2O : 19,98 gram
 Berat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O : 17,09 gram
Kristal rekristalisasi : 9,51 gram
Bentuk : serbuk
Warna : biru tua
 Secara teoritis berat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O : 31,96 gram
 Perhitungan rendemen : 29,76 %
2. Cu(NH3)4SO4.H2O
 Berat CuSO4.5H2O : 15,10 gram
 Berat Cu(NH3).5H2O : 10,19 gram
Bentuk Kristal : serbuk
Warna : hijau toska
 Secara teoristis berat Cu(NH3)4SO4.H2O : 14,75 gram
 Perhitungan rendemen : 69,08 %
VI. PEMBAHASAN
Tembaga mudah larut dalam asam nitrat dan dalam asam sulfat dengan adanya
oksigen. Ia juga larut dalam larutan KSCN atau ammonia dengan adanya oksigen
seperti dicirikan dengan potensialnya.
Cu + 2NH3 [Cu(NH3)2]2+ [Cu(NH3)4]2+
Pembuatan garam rangkap diawali dengan mereaksikan CuSO4.H2O dengan
ammonium sulfat serta akuades, yang kemudian dilakuka pemanasan dan didinginkan
pada suhu kamar sampai terbentuk kristal, dan disaring untuk memisahkan kristal dari
cairannya. Larutan ammonium sulfat berfungsi untuk melarutkan CuSO4.5H2O dan
digunakannya pelarut air karena kedua garam yang bereaksi dapat larut dalam air dan
tetap berupa satu spesies ion. Reaksi yang terjadi :
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air murni dari pada
dalam pelarut organik. Pemanasan bertujuan untuk melarutkan semua garam
(CuSO4.5H2O) dengan sempurna. Garam rangkap yang diperoleh berbentuk monoklin
dan berwarna hijau toska. Massa garam kompleks yang terbentuk secara teoritis
adalah14,75 gram. Massa garam kompleks yang terbentuk secara praktik adalah 10,19
gram, dan didapatkan rendemen 69%.
Selanjutnya dilakukan analisis kemurnian kristal yang didapat dengan
menggunakan spektrofotometri UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara energy
yng berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa
molekul. Besar energi yang diserap tertentu dan menyebabkan electron tereksitasi dari
keadaan dasar ke keadaan tereksitasi yang memiliki energi lebih tinggi. Serapan tidak
terjadi seketika pada daerah UV-Vis untuk semua struktur elektronik, tetapi hanya
pada sistem-sistem terkonjugasi, srtuktur elektronik dengan adanya ikatan phi dan non
bonding electron. Pada analisis garam kompleks pada percobaan ini didapatkan satu
puncak dengan absorbansi/panjang gelombang puncaknya 1,806/809 nm. Sehingga
dapat disimpulkan garam yang didapat telah murni karena absorbansi dan panjang
gelombang puncaknya sesuai.
Percobaan selanjutnya yaitu pembuatan garam kompleks. Pembuatan garam
kompleks yang merupakan suatu garam yang terbentuk karena ion atom pusat dan
ligan saling mengkomplekskan sehingga membentuk senyawa kompleks yang
merupakan senyawa berwarna.pada percobaan ini didapatkan garam kompleks yang
berwarna biru tua. Reaksi yang terjadi adalah :
CuSO4.5H2O + 4NH3 + H2O Cu(NH3)4SO4.H2O + 5H2O
Massa garam kompleks yang terbentuk secara teoritis adalah 31,96 gram.
Massa garam kompleks yang terbentuk secara praktik adalah 9,51 gram, dan
didapatkan rendemen 29,76 %.
Selanjutnya dilakukan analisis kemurnian kristal yang didapat dengan
menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Pada analisis garam kompleks pada
percobaan ini didapatkan satu puncak dengan absorbansi / panjang gelombang
puncaknya 0,924/642 nm . sehingga dapat disimpulkan garam telah murni karena
hanya terdapat satu puncak.

VII. KESIMPULAN
1. Garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat heksahidrat
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O dibuat dari gabungan CuSO4.5H2O , (NH4)2SO4 dan
H2O, sesuai reaksi :
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
2. Garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat, Cu(NH3)4SO4.H2O
dibuat dari gabunganCuSO4.5H2O, NH3 dan H2O sesuai reaksi :
CuSO4.5H2O + 4NH3 + H2O Cu(NH3)SO4.H2O + 5H2O
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Baghdadi,A.H.,Misran,L.S.,Sajuri,Z.,Syarif,J. 2014 .Tensile Properties and Strain
Response of Cu-Al Bi-Metal Tube. Jurnal Kejuruteraan. 26(1):41-44.
Bath ,D.S.,Siregar,J.M.,Lubis,M.T. 2012 .Pengguanaan Tanah Bentonit Sebagai
Adsorbe Logam Cu. Jurnal Teknik Kimia USU.1(1):1
Day dan Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.
Jakarta:Erlangga.
Harjadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta:Gramedia
Sudjana,E.,Abdurrahman,M.,Yuliasari,Y. 2002 . Karakterisasi Senyawa Kompleks
Logam Transisi Cr,Mn, dan Ag Dengan Glisin Melalui Spektrofotometri
Ultraungu dan Sinar Tampak. Jurnal Bonatura.4(2):69-86.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

IX. LAMPIRAN
1. Laporan kelompok
2. Gambar praktikum
3. Gambar hasil UV-Vis
4. Jurnal
5. Inhal pretes

Surakarta, 17 November 2017


Asisten Praktikum Praktikan

(Yudha Pratama Putra) (Muhammad Sarifudin)


Gambar Praktikum
Garam Kompleks

Garam Rangkap

Anda mungkin juga menyukai