Gravimetri dalam ilmu kimia merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau
komponen yang telah diketahui dengan cara pengukuran berat komponen dalam keadaan murni
setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat
suatu unsur atau senyawa tertentu. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya
pengotor pada konstiven dapat diuju dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan
(Wikipedia, 2011).
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa
tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur
atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat
ditimbang dengan teliti. Berat unsur dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-
unsur yang menyusunnya. Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan
dengan beberapa cara, seperti: metode penguapan, metode elektroanalisis, atau berbagai macam
metode lainnya (Khopkar, 2008: 27).
Gravimetri dapat digunakan untuk menentukan hampir semua anion dan kation anorganik serta
zat-zat netral seperti air, belerang dioksida, karbon dioksida dan isodium. Selain itu, berbagai
jenis senyawa organik pula ditentukan dengan mudah secara grvimetri. Contoh-contohnya antara
lain: penentuan kadar laktosa dalam susu, salisilat dalam sediaan obat, fenolftalein dalam obat
pencahar, nikotina dalam pestisida, kolesterol dalam biji-bijian dan benzaldehida dalam buah-
buahan tertentu. Jadi, sebenarnya cara gravimetri merupakan salah satu cara yang paling banyak
digunakan dalam pemeriksaan kimia. (Rivai, 1995: 309).
Metode Gravimetri untuk analisis kuantitatif didasarkan pada stoikiometri reaksi pengendapan,
yang secara umum dinyatakan dengan persamaan:
aA+pP→AaPp
“a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah koefisien reaksi setara dari
reaktan pengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat kimia hasil reaksi yang
tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat ditentukan beratnya dengan tepat setelah proses
pencucian dan pengeringan. Penambahan reaktan pengandap P umumnya dilakukan secara
berlebih agar dicapai pengendapan yang sempurna (Ibnu, 2004: 135).
Graviometri merupakan penetapan kuantitas atau jumlah sampel melalui prhitungan berat zat.
Sehingga dalam gravimetri produk harus selalu dalam bentuk padatan (solid). Alat utama dalam
gravimetri adalah timbangan dengan tingkat ketelitian yang baik. Dalam reaksi pembentukan
endapan, dimana endapan merupakan sampel yang akan dianalisis, maka dengan cermat kita
dapat memisahkan endapan dari zat-zat lain yang juga turut mengendap. Pencucian endapan
merupakan tahap selanjutnya, proses pencucian umumnya dilakukan dengan menyaring endapan,
dilakukan dengan membilasnya dengan air. Tahap akhir dari proses ini adalah memurnikan
endapan, dengan cara menguapkan zat pelarut atau air yang masih ada di dalam sampel,
pemanasan atau pengeringan dalam oven lazim dilakukan. Akhirnya penimbangan sampel dapat
dilakukan dan hasil penimbangan adalah kualitas sampel yang dianalisis (Zulfikar, 2010).
Dalam gravimetri, endapan biasanya dikumpulkan dengan penyaringan cairan induknya melalui
kertas saring atau alat penyaring kaca masir. Kertas saring yang digunakan dalam gravimetri
terbuat dari selulosa yang sangat murni sehingga jika dibakar hanya meninggalkan sisa abu
sangat sedikit. Selain dengan penyaringan, endapan dapat pula dipisahkan dengan cara
pengenap-tuangan. Dengan cara ini, endapan yang berada dalam cairan induknya diendapkan
beberapa saat, kemudian cairan bagian atasnya dituangkan kedalam wadah lain. Pekerjaan ini
dilakukan berulang-ulang sampai semua cairan terpisah dari endapan (Rivai, 1995: 305).
Pengendapan ion Ca2+ dengan menggunakan reaktan pengendap ion oksalat C2O42- dapat
dinyatakan dengan persamaan reaksi berikut:
Agar pengendapan kuantitas analit dalam metode gravimetri mencapai hasil yang mendeteksi
nilai yang sebenarnya, harus dipenuhi dua kriteria berikut: 1) proses pemisahan atau
pengendapan analit dari komponen lainnya berlangsung sempurna; 2) endapan analit yang
dihasilkan diketahui dengan tepat komposisinya dan memiliki tingkat kemurnian yang tinggi,
tidak bercampur dengan zat pengotor (Ibnu, 2004: 135).
Untuk menghilangkan sisa-sisa cairan induk dan kotoran yang terjerap, maka endapan harus
dicuci setelah disaring. Pencucian akan berhasil jika pencucian dilakukan berulang-ulang dengan
pemakaian sebagian demi sebagian cairan pencuci. Pencucian dilanjutkan terus sampai ion
pengotor telah hilang sama sekali. Hilangnya ion pengotor ditandai dari hasil negatif pada
pengujian cairan pencuci dengan pereaksi yang cocok (Rivai, 1995: 305).
Pada penentuan air kristal terusi (CuSO4.xH2O), kristal terusi yang mengikat air kristal berwarna
biru, sedangkan yang tanpa air kristal berwana putih. Pada penentuan kadar besi sebagai besi
(III) oksida, Besi (III) diendapkan dengan amonia sebagai besi (III) hidroksida. Endapan ini telah
dipisahkan dan dibersihkan serta dipijarkan, kemudian ditimbang sebagai besi (III) oksida (Tim
Dosen, 2011: 9).
1. Bahan
1. Kristal terusi (CuSO4.5H2O) 0,5 gram
2. (NH4) Fe (SO4)2 (Besi (III) Amonium Sulfat ) 0,4 gram
3. Aquades (H2O)
4. Asam Klorida (HCl) 1:1
5. Asam Nitrat (HNO3) pekat
6. Kertas saring whatman
7. NH4NO3 1% (Amonia)
8. NH31:1 (Amonia)
9. Aluminium Foil
10. Korek Api
0,5 gram kristal CuSO4∙5H2O (biru) kristal biru muda kristal biru muda, W1 = 0,3683 g
kristal biru muda kristal biru keputihan, W2 = 0,0072 g kristal putih kristal putih, W3 =
0,0288 g.
0,4 gram FeSO4(NH4)2 (putih) + 125 H2O larutan kuning jernih + 5mL HCl (bening) larutan
kuning + 2 mL HNO3 pekat (bening) larutan kuning terang (jernih) + 100 mL H2O larutan
kuning larutan kuning terang (jernih) + NH3 1:1 larutan merah bata (jernih) dan endapan
cokelat endapan cokelat endapan cokelat endapan cokelat endapan cokelat endapan
cokelat endapan merah cokelat, W= 19,0059 gram.
BM H2O = 18 g/mol
W0 CuSO4∙5H2O = 0,5000 g
W1 + krus = 22,3433 g
W2 + krus = 22,3361 g
W3 + krus = 22,3073 g
W1 = 0,3683 g
W2 = 0,0072 g
W3 = 0,0288 g
Peny:
= 22,3361 g – 21,9751 g
= 0,361 g
= 3,83
Menurut teori:
Mol CuSO4∙5H2O =
= 0,44 g
= 0,243 g
x =
=
Dit: % Fe = ….?
Peny:
% Fe =
= 14,1925 %
Menurut Teori
% Fe =
= 35 %
Sehingga:
% rendemen =
= 40,55 %
VIII. PEMBAHASAN
1. Penentuan Kandungan Air Kristal Terusi (CuSO4 . XH2O)
Gravimetri merupakan metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui
dengan cara pengukuran berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses
pemisahan. Dalam percobaan ini, digunakan gravimetri untuk menentukan kandungan air kristal
terusi.dimana kristal terusi yang mengikat air, kristalnya berwarna biru sedangkan yang tanpa air
kristal berwarna putih. Jadi, kristal terusi merupakan kristal berwarna biru yang mengikat uap
air, dimana dalam percobaan ini terusinya adalah tembaga sulfat penta hidrat (CuSO4.5H2O) yang
akan dimurnikan melalui proses pemisahan antara kristal dengan uap air yang masih terkandang
didalamnya.
Banyaknya air yang terkandung dalam air kristal terusi dapat ditentukan dengan cara
memanaskan kristal terusi yang masih berwarna biru dalam krus porselin yang telah diketahui
beratnya. Warna biru menandakan bahwa kristal masih mengandung air (beberapa molekul H-
2O). Pemanasan dilakukan sampai kristal berubah menjadi berwarna putih. Fungsi dari
pemanasan yaitu untuk menghilangkan kandungan air pada kristal tersebut. Hilangnya
kandungan air ditandai dengan berubahnya warna kristal dari biru menjadi putih. Setelah
pemanasan, kristal dimasukkan ke dalam eksikator yang fungsinya untuk mempercepat proses
pendinginan dan agar kristal tidak menyerap lagi uap air yang terdapat di udara bebas karena di
dalam eksikator, pada bagian bawahnya ditempatkan kristal silika yang dapat menyerap panas.
Setelah melakukan pemanasan dan pendinginan selama tiga kali, didapatkan bobot kristal
konstan 0,361 gram. Adapun pemanasan dan pendinginan dilakukan berkali-kali agar diperoleh
berat konstan dari kristal tersebut, dimana bobot dikatakan konstan jika selisih antara dua
penimbanagan hanya 0,0002 gram saja. Selain itu, perlakuan berkali-kali tersebut juga bertujuan
untuk melepas semua air kristal yang terdapat dalam CuSO2.5H2O sehingga diperoleh berat
kristal yang sebenarnya.
Berdasarkan analisis data, diperoleh kandungan air hanya 3,5, artinya koefisien H2O dalam
kristal terusi adalah 3,5. Jadi, rumus kristal terusi yang digunakan adalah CuSO4. 3,5 H2O. Hal ini
tidak sesuai dengan teori yang seharusnya rumus kristal terusi yang digunakan adalah CuSO-
2.5H2O. Hal ini disebabkan karena ketidaktelitian dalam penimbanagn dan pemanasan yang
dilakukan tidak maksimal dimana hanya dilakukan sebanyak 3x dalam penentuan berat konstan
dari kristal tersebut, yang seharusnya pemanasan dihentikan hingga diperoleh selisih antara dua
penimbangan hanya 0,0002 g saja. Selama pemanasan berlangsung air menguap sesuai
persamaan reaksi:
Gravimetri adalah suatu cara atau proses perhitungan dalam menentukan kadar besi (Fe), dimana
senyawa yang akan ditentukan dilarutkan terlebih dahulu kemudian diendapkan menjadi endapan
yang sukar larut. Dalam praktikum ini bertujuan agar dapat menentukan kadar besi (Fe) sebagai
ferri trioksida, dimana Fe2O3 hanya bisa didapatkan dengan cara pembahasab atau pemijaran.
Langkah pertama dalam praktikum ini adalah melarutkan feri amoniumsulfat dengan air yang
kemudian ditambahkan dengan HCl 1:1 untuk memberikan suasana asam yang mendukung
terjadinya proses oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ . setelah itu ditambahkan HNO3 yang bertujuan untuk
mengoksidasi Fe2+ yang terkandung dalam larutan menjadi Fe3+, dimana HNO3 sebagai
penyumbang ion NO3 yang akan berikatan dengan Fe3+. Adapun penambahan amonia 1:1
dilakukan agar terbentuk endapan Fe(OH)3 dan penambahan dihentikan setelah penetesan tidak
terbentuk endapan lagi. Endapan yang diperoleh adalah endapan Fe3+ yang terjadi sebagai hasil
dari reaksi antara larutan dengan amonia sesuai dengan reaksi:
Dari larutan tercium bau yang menyengat yang berasal dari larutan NH3 itu sendiri dan endapan
yang diperoleh berwarna cokelat yang kemudian didinginkan dan disaring dengan menggunakan
kertas saring yang yang bebas abu. Pada saat penyaringan larutan didiamkan beberapa saat agar
Fe(OH)3 dapat mengendap dengan sempurna. Setelah endapan didapatkan pada kertas saring,
selanjutnya endapan tersebut di dicuci dengan aminium nitrat dan air yang telah dididihkan.
Fungsi dari pencucian tersebut agar endapan terbebas dari ion-ion pengganggu seperti: klorida
dari HCl, NH4OH, dan NH4NO3, sehingga pada akhir percobaan akan diperolah Fe3+ dalam
keadaan murni. Adapun reaksi yang terjadi:
Kemudian endapan Fe2O3.xH2O tersebut dipanaskan dengan pemanasan suhu tinggi yaitu pada
800ºC-900ºC selama 3-4 jam. Untuk mendapatkan Fe2O3, pemanasn dilakukan dengan
menggunakan tanur dan melepas air yang masih terkandung dalam endapan dan juga Fe2O3 akan
stabil pada suhu tersebut, sesuai reaksi:
Endapan Fe2O3 yang terbentuk selanjutnya digunakan untuk menentukan kadar Fe dalam sampel.
Berdasarkan perhitunga pada analisa data diperole kadar Fe dalan sampel sebesar 14,1925%
dengan rendemen 40,55 %. Kadar Fe dalam sampel 14,1925% artinya hanya terdapat 14,1925%
dari hasil berat endapan Fe2O3 yang terbentuk yaitu 0,0811 gram. Hasil yang diperoleh berbeda
dengan perhitungan secara teoritas, dimana hasil yang diperoleh adalah 35% dari barat endapan.
Perbedaan hasil yang diperoleh disebabkan beberapa faktor yaitu pada saat pencucian endapan
kemungkinan dilakukan tidak merata, atau terdapat ion lain yang ikut mengendap karena
teradsobsi pada gel Fe(OH)3. Selain itu dapat pula disebabkan oleh kurang telitinya dan kurang
maksimalnya pemijaran dan pendinginan yang dilakukan praktikum, serta kurang bersihnya alat-
alat yang digunakan sehingga pada saat percobaan bisa saja zat yang direaksikan sedikit
terganggu oleh zat lain.
1. Kesimpulan
1. Kandungan air kristal terusi (CuSO4.xH2O) adalah 3,85, yang berarti dalam kristal
terdapat 3,85 molekul air yang terikat pada kompleks Cu2+
2. Kadar besi dalam Fe2O3 yang diperoleh adalah 14,1925% dengan rendemen
40,55%
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu, M. Sodiq dkk. 2004. Kimia Analitik. Malang: Universitas Negeri Malang.
26 November 2011).
26 November 2011).
LANDASAN TEORI
Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen
yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah
melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu
unsure atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penetuan secara analisis gravimetri meliputi
transformasi unsur atau radikal kesenyawaan murni stabil yang dapat segera diubah menjadi
bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetrik memakan waktu yang cukup
lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat
pengukuran pada cara gravimetri adalah pengukuran berat, analit secara fisik dipisakan dari
semua komponen lainnya maupun dari solvennya. Pengendapan merupakan teknik yang secara
Metoda gravimetri adalah suatu metoda analisis secara kuantitatif yang berdasarkan pada
prinsip penimbangan. Analisis gravimetri digunakan pada beberapa bidang diantaranya untuk
mengetahui suatu spesies senyawa dan kandungan-kandungan unsur tertentu/molekul dari suatu
senyawa murni yang diketahui berdasarkan pada perubahan berat. Analisis kandungan air
didalam uranium oksida dengan metoda gravimetri (ASTM C-696) menggunakan alat
microprocessor oven. Air terserap secara fisika oleh suatu bahan padat danbukan membentuk
ikatan kimia dalam suatu bahan dapat dilepaskan lagi dengan cara membentuk uap. Pelepasan air
Sulfat di dalam senyawa organik terdapat sebagai thiophenols dan thiophenes. Batubara
dengan kandungan sulfur tinggi ketika dibakar akan terbentuk sulfur dioksida yang dapat
menyebabkan polusi di dalam udara. Ada beberapa metoda analisis sulfat, yaitu pertama metoda
gravimetri, sangat tergantung pada konsentrasi Sulfat yang ada dalam larutan, untuk konsentrasi
yang kecil akan terbentuk endapan koloid (sangat halus) sehingga endapan yang terbentuk susah
dipisahkan (sulit penyaringannya) selain hal di atas waktu pengerjaan dengan gravimetri cukup
lama. Kedua, metoda titrimetri, perlakuannya (preparasi dan analisisnya) dilakukan secara
konvensional butuh waktu yang lama dan dibutuhkan indikator untuk penentuan end point nya.
Dan ketiga, metoda potensiometri, waktu lebih cepat dibandingkan dengan kedua metoda di atas
dan tanpa indikator, caranya sama dengan titrimetri bedanya penentuan titik akhirnya (end point)
kadar suatu zat berdasarkan persenyawaan murni yang hilang dan yang terbentuk. Thorium yang
ditetapkan secara gravimetri melalui penimbangan yang menggunakan neraca yang terkalibrasi
(traceable), pelarutan yang digunakan adalah campuran asam nitrat dengan asam fluorida (2500
ml : 1 ml), penambahan fluorida dalam jumlah kecil yang dapat membantu mempercepat
pembentukan endapan atau pengkristalan pada sampel yang mengandung logam Thorium.
Penambahan asam oksalat jenuh dapat membantu dalam pembentukan endapan menjadi Thorium
oksalat dan gas NO2 menghilang dengan adanya proses pemanasan (Fatimah, et al., 2009).
permukaan dengan metode analisis gravimetri, titrasi asam basa, dan spektrofotometri
adsorpsi metilen biru. Pemanfaatannya sebagai biosorben Cd2+ dipelajari dari waktu setimbang,
isoterm adsorpsi, kapasitas adsorpsi, dan pengaruh pH terhadap kapasitas adsorpsi (Widihati, et
al., 2010).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 04 Desember 2012 di Laboratorium
1. Alat
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
X =
X = 1,67 mol
X ∞2
Reaksi :
% Fe = × 100%
= × 100%
= 61,9 %
3. Penentuan Kadar Asam Sulfat Sebagai Barium Sulfat
Ditambahakan BaCl2 2%
% sulfat = × 100%
× 100%
= 18,2 %
B. Pembahasan
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa
tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi transformasi unsur atau
radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang
dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur –
unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan berbagai cara, seperti : metode
pengendapan; metode penguapan; metode elektroanalisis; atau berbagai macam cara lainya. Pada
prakteknya dua metode pertama adalah yang terpenting, metode gravimetri memakan waktu
yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor
Telah kita ketahui bahwa analisis gravimetri adalah salah satu cara analisis kuantitatif
dalam ilmu analitik yaitu untuk menentukan kadar zat atau bahan dalam suatu sample. Sebagian
besar penetapan pada analisis gravimetri menyangkut pengubahan unsur atau radikal yang akan
ditetapkan menjadi senyawaan yang murni dan stabil,yang dapat diubah dengan mudah menjadi
satu bentuk yang sesuai untuk ditimbang. Lalu bobot atau radikal itu dengan mudah dapat
dihitung dari pengetahuan kita tentang rumus senyawaannya serta bobot atom unsur-unsur
penyusunnya (konstituennya). Jadi, pengetahuan tentang metode pemisahan penting dan hal
Prinsip dari percobaan ini adalah untuk mengetahui berapa molekul air dari BaCl2 yang
terhidrat. Pada hasil penimbangan didapatkan massa sampel yaitu BaCl2.XH2O sebesar 1,5 gram.
Sampel ini kemudian dipijarkan, yang kemudian setelah didinginkan dan ditimbang didapatkan
berat sampel berkurang yaitu menjadi 1,25 gram. Hal ini disebabkan karena terjadi pemisahan
molekul air dan BaCl2 pada saat dipanaskan dan dipijarkan. Reaksi yang terjadi yaitu :
Jadi, berat sampel yang berkurang itu disebabkan karena BaCl2 sudah tidak terhidrat oleh
molekul air dan molekul H2O memisah dalam bentuk uap/gas. Setelah didapatkan berat BaCl2
yang tidak terhidrat kemudian kita mengukur jumlah zatnya (mol) dan kita hubungkan dengan
jumlah zat (mol) BaCl2 yang terhidrat oleh molekul air. Dari hasil perhitungan didapatkan
Pada percobaan kedua, sampel yang digunakan adalah garam besi (II) sulfat yang
dipanaskan dalam gelas kimia dengan campuran HCl . Percobaan ini dilakukan proses
pemanasan dan pemijaran. Setelah pemanasan dan pemijaran, Fe(OH)3 akan membentuk oksida
besi yang apabila garam besi tersebut masih dalam bentuk ferro, maka perlu terlebih dahulu
diubah menjadi bentuk ferri seluruhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan bantuan zat
pengoksid, misalnya dipanaskan dengan asam nitrat kemudian diendapan sebagai hidroksidanya
dengan penambahan larutan ammonium sulfat. Dari hasil perlakuan yang dilakukan diperoleh
Selanjutnya penentuan kadar sulfat sebagai barium sulfat, pada percobaan ini dilakukan
pencampuran antara garam sulfat yang ditambahkan dengan HCl pekat dan kemudian diencerkan
hingga volume tertentu. Larutan garam yang menjadi sampel diasamkan dengan HCl, lalu
dipanaskan dan kemudian secara perlahan-lahan ditambahkan BaCl2 2% hingga barium sulfat
mengendap. Endapan berwarna putih. Lalu endapan tersebut disaring dan dipanaskan lalu
dipijarkan. Berat endapan yang diperoleh dari percobaan ini adalah 44,445 gram sehingga
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
9000C maka molekul air yang terikat akan dilepaskan. Dari percobaan ini diperoleh rumus
2. Penentuan kadar besi sebagai besi oksida, dilakukan proses pemanasan dan pemijaran. Apabila
garam besi tersebut masih dalam bentuk ferro, maka terlebih dahulu diubah menjadi bentuk ferri
3. Penentuan kadar sulfat sebagai barium sulfat, larutan garam diasamkan dengan HCl, lalu
dipanaskan, selanjutnya dengan perlahan-lahan ditambahkan BaCl2 (5%) hingga barium sulfat
mengendap. Endapan BaSO4 disaring dan dibilas dengan air, kertas saring dihilangkan dengan
DAFTAR PUSTAKA
Okdayani, Yoskasih. 2010. “Penentuan Kadar Air Dalam Serbuk UO 2 Dengan Metoda
Gravimetri”. Hasil-hasil Penelitian EBN. Vol. 12. No. 7.
Underwood, A.L, dan Day, R.A., 1981, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
Widihati, I. A. G., Ratnayani, Oka., Angelina, Yunita. 2010. “Karakterisasi Keasaman dan
Luas Permukaan Tempurung KelapaHijau (Cocos nucifera) dan Pemanfaatannya Sebagai
Biosorben Ion Cd2+”. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana.
Yudhi, Noor. 2009. “Penentuan Konsentrasi Sulfat Secara Potensiometri”. Vol. 2. No.3.
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan yang paling
sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Analisis gravimetri adalah cara
analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstannya). Dalam analisis ini, unsur atau
senyawa yang dianalisis dipisahkan dari sejumlah bahan yang dianalisis. Bagian terbesar analisis
gravimetri menyangkut perubahan unsur atau gugus senyawa yang dianalisis menjadi senyawa
lain yang murni dan mantap (stabil), sehingga dapat diketahui berat tetapnya. Berat unsur atau
gugus yang dianalisis selanjutnya dihitung dari rumus senyawa serta berat atom penyusunnya
(Gandjar, 2007).
Dengan metode gravimetri melalui membran filter dan kemudian ditentukan berat
padatan yang terdapat pada filtrat secaragravimetri. Berat padatan pada filtrat (mg) dibagi
dengan volumesampel yang melewati filter (liter) menghasilkan konsentrasi total padatan terlarut
(Linggawati, 2001).
Proses metode gravimetri dimulai dengan membersihkan cawan penguap dan dipanaskan
dalam oven pada suhu tertentu selama 1 jam, kemudian cawan didinginkan di dalam desikator
dan ditimbang. sampel dituang ke dalam cawan. Cawan berisi sampel dipanaskan kembali di
dalam oven pada suhu tertentu, sampai semua air menguap. Cawan didinginkan kembali dalam
Sejak proyek GG dimulai pada juli tahu 1997, ada banyak jurnal yang menjelaskan
tentang estimasi metode gravimetri sebagai parameter graviti yang menggunakan percobaan SG
yang telah banyak dipublikasikan. Sudah lebih dari 8 tahun data SG dari pusat, telah
menunjukkan efek pada atmosfer. Yang menyebutkan bahwa nilai data tersebut telah mencapai
ambang kritis dari parameter tersebut. Dalam pembelajaran ini efek pada atmosfer masih
dihitung dengan model 2 dimensi. Instrumen yang digunakan menujukkan aksponensial dari
Telah dipelajari korosi dan bagaimana korosi dapat terjadi pada besi dan perbedaan
korosi pada linkungan dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu elekrokimia dan teknik
gravimetri, selama percobaan digunakan berbagai alat seperti SEM, RDX, FT-IR, XPS, AES,
UV- Visible dan spektroskopi. Saat ini hasilnya telah dilaporkan dalam kasus korosi dan korosi
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
- Cawan porselin
- Oven
- Gegep
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
- CoCl2.XH2O
D. URAIAN BAHAN
- ditimbang
kali
Rata-rata = 27,80 gr
2.
CoCl2
Penetapan sampel
- ditimbang 2,5 gram
- ditimbang
Rata-rata = 30,14 gr
F. HASIL PENGAMATAN
Rumus : =
Keterangan :
= = 27,80 gr
= = 30,14 gr
= 237,45 – 108,12
= 129,83
Dit : X.H2O...?
Peny :
= (129,83 + X.H2O)
X.H2O = 8,877
X = 0,5
G. PEMBAHASAN
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan yang paling
sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Analisis gravimetri adalah cara
analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstannya). Bagian terbesar analisis
gravimetri menyangkut perubahan unsur atau gugus senyawa yang dianalisis menjadi senyawa
lain yang murni dan mantap (stabil), sehingga dapat diketahui berat tetapnya. Berat unsur atau
gugus yang dianalisis selanjutnya dihitung dari rumus senyawa serta berat atom penyusunnya.
Pada percobaan ini yang digunakan sebagai sampel adalah kobalt klorida sebenarnya
jumlah mol air dalam kobalt klorida telah diketahui yaitu sebanyak 6 mol. Akan tetapi perlu
dilakukan pengujian ulang pada sampel tersebut apakah berkurang atau berlebih dikarenakan
faktor lingkungan yang mungkin saja mempengaruhi jumlah mol air dalam sampel tersebut.
Cawan porselin yang akan digunakan sebagai wadah sampel pertama dipanaskan terlebih dahulu
di dalam oven pada suhu 125oC selama 10 menit. Hal ini dilakukan untuk menguapkan molekul
air yang terdapat pada cawan tersebut. Setelah pemanasan, cawan porselin tersebut kemudian
didinginkan.
merupakan sebuah tempat yang didalamnya terdapat silika gel yang dapat menyerap molekul air
sehingga sampel dapat terbebas dari udara. Silika gel bersifat sebagai higroskopis, sehingga
fungsinya adalah untuk menyerap molekul-molekul air yang ada pada ruang tersebut. Jadi
molekul air yang dari sampel akan diambil oleh silika gel tersebut. Percobaan ini dilakukan
sebanyak 3 kali yang bertujuan untuk mengetahui berat konstan dari cawan tersebut.
Setelah didinginkan kemudian sampel dimasukkan kedalam cawan lalu dipanaskan pada
suhu dan waktu yang sama saat cawan porselin dipanaskan. Setelah itu sampel yang sudah
dipanaskan didinginkan kembali. Ternyata berat dari sampel tersebut berkurang. Hal ini
dikarenakan berkurangnya berat sampel setelah pemanasan setara dengan jumlah molekul air
yang menguap. Kemudian hal diatas diulangi sebanyak 3 kali untuk mendapatkan berat sampel
Setelah didapatkan berat sampel dan cawan porselin maka dapat ditentukan berapa
jumlah mol air yang terikat pada senyawa kobalt klorida tersebut. Dari hasil perhitungan yang
telah dilakukan, diketahui jumlah mol air yang terikat pada sampel sebanyak 0,5 mol. Hasil ini
berbeda dengan hasil yang semestinya yaitu sebanyak 6 mol. Hal ini mungkin dikarenakan
semestinya saat pemanasan harus menggunakan tanur dengan suhu 700 sampai 900oC tetapi yang
digunakan hanya suhu 125oC, dan yang seharusnya menggunakan eksikator tetapi dalam
percobaan ini tidak digunakan, sehingga dapat disimpulkan bahwa masih ada sisa molekul air
pada cawan yang tidak bias diuapkan oleh oven pada suhu tersebut dan juga karena sampel yang
sifatnya higroskopis sehingga mudah menyerap air yang ada pada udara bebas.
Setelah dipanaskan masih ada air yang bersisa, karena air dalam sampel merupakan air
yang terikat. Kutub positif dan negatif air dan sampel saling berinteraksi, dimana kutub positif
dalam sampel berinteraksi dengan kutub negative dalam air dan kutub negative dalam sampel
berinteraksi dengan kutub positif air. Sehingga disebut sebagai air yang terikat karena susah
untuk dipisahkan makanya harus diuapkan pada suhu 700 sampai 900oC dan didinginkan pada
eksikator.
H. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa jumlah mol air kristal
yang terikat dalam senyawa sampel (CoCl2) adalah sebanyak 0,5 mol.
DAFTAR PUSTAKA
Chen, X., Corinna K., Heping S., Maiko A., Jiangcun Z., Haoming Y. dan Hartmut W. , 2009, Determination of
Gravimetric Parameters of The Gravity Pole Tide Using Observations Recorded With
Superconducting Gravimeters, Journal Geodynamics, Vol. 48, No. 1, Germany
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Gandjar, Ibnu G. dan Abdul Rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta. (Hal. 91)
Linggawati, A., Muhdarina dan Harapan S., 2001, Efektifitas Pati Fosfat dan Aluminium Sulfat Sebagai
Flokulan dan Koagulan, Jurnal Natur Indonesia, Vol. 4, No. 1, ISSN : 1410 – 9379, Riau.
Refnita, G., Zamzibar Zuki dan Yulizar Yusuf, Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap
Tekanan Kuat Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Sebagai
Perendaman, Jurnal Kimia Unand, Vol. 1, No. 1, Andalas.
Sherif, E. M., 2012, Electrochemical and Gravimetric Study on the Corrosion and Corrosion Inhibition
of Pure Copper in Sodium Chloride Solutions by Two Azole Derivatives, International Journal
Electrochemical Science, Vol. 7, No. 1, Saudi Arabia.
Adapun tujuan dari percobaan ini yang hendak dicapai adalah untuk menentukan kadar Nikel ( Ni+2 )
yang diperoleh dari penimbangan endapan kering dalam bentuk Ni(C4H7O2N2)2.