KIMIA ANORGANIK
LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JENDERAL AHMAD YANI
CIMAHI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Prinsip Percobanan
Berdasarkan teknik difusi uap dengan 2 jenis larutan yang berbeda
1.2.Tujuan Percobaan
Mensintesis garam rangkap tembaga (II) amonium sulfat heksahidrat
menggunakan teknik kristalisasi difusi uap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Teori Dasar
Garam rangkap merupakan garam yang mengandung lebih dari satu kation
atau anion, dihasilkan dari gabungan dua garam berbeda yang terkristalkan
secara bersamaan dalam satu kisi kristal. Berdasarkan rumus umumnya,
garam rangkap terbagi kedalam dua jenis yaitu garam alum dan garam
Tutton. Rumus umum garam alum adalah MˡMˡˡˡ(SO4).6H2O sedangkan
rumus umum garam Tutton adalah (MI)2(MII)(SO4)2.H2O. Contoh garam alum
diantaranya KAI(SO4)2.6H2O dan KCr(SO4)2.6H2O , sedangkan contoh
garam rangkap adalah Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O (garam mohr) dan
Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O.
Garam rangkap ketika dilarutkan dalam air akan treurai menjadi ion-ion
pembentuknya. Hal inilah yang membedakan antara garam rangkap dengan
garam kompleks. Contoh persamaan reaksi pelarutan garam rangkap sebagai
berikut :
H O
Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O(S) 2 [Cu(H2O)6]2+(aq) + 2NH4+(aq) +
2SO42-(aq)
Gambar 1
Larutan garam dalam tabung kecil (i); tabung kecil dalam tabung besar yang
berisi pelarut B (ii); dan pembentukkan kristal dalam tabung kecil (iii).
2.2.Teori Tambahan
Garam-garam semua asam telah diketahui,biasanya tidak berwarna,berbentuk
kristal, padatan ionik. Wara timbul dari anion-anion yang berwarna,kecuali
bilamana kerusakkan diinduksi dalam kisi, misalnya radiasi, juga menyebabkan
pusat warna, melalui penjebakkan elektron dalam lubang. Garam-garam logam
alkali umumnya dicirikan oleh titik leleh yang tinggi, olehhantaran listrik
lelehannya, dan kemudahannya larut dalam air. Unsur-unsur padagolongan ini
biasanya terhidrasi bilamana anion-anionnya kecil, seperti dalam halida,karena
energi hidrasi ion-ion tersebut tidak cukup mengimbangi energi yangdiperlukan
untuk memperluas kisi
(Cotton dan Wilkinson,
1989).
Menurut Day dan Undewood (2002), garam merupakan salah satu contoh
zat padat kristal, garam adalah produk lain di luar air yang terbentuk ketika
sebuah asam bereaksi dengan sebuah basa.Sebagai contoh, ketika asam klorida da
n natrium dannatrium hidroksida beraksi, produknya adalah garam (natrium
klorida) dan air. Ditulis secara molekuler sebagai berikut:
HCl + NaOH NaCl + H2O
Ketika jumlah setara garam tertentu dicampur dalam larutan berair danlarutan
tersebut diuapkan, garam memiliki dua anion kation yang berbeda ataumungkin
terbentuk, misalnya FeSO4.(NH4) 2SO4
.6H2O di larutan garam berperilakusebagai campuran dari dua individu. Garam-
garam ini adalah disebut garam ganda atau garam rangkap, untuk
membedakannya dari garam kompleks, yang menghasilkan kompleks ion dalam
larutan (Daintith, 2004).
Perbedaan antara garam kompleks dan garam rangkap. Dalam beberapa
kejadian, kita dimungkinkan dapat memisahkan garam kompleks dari larutan.
Dari fero sulfat dan KCN, kalium ferosianida yang terbentuk dapat dipisahkan.
Dalam beberapa kejadian suatu percobaan pemisahan tidak
memberi hasil yang baik dan senyawa kompleks didapatkan hanya stabil dalm
keadaan larutan. Suatu garam kompleks harus dibedakan dari garam rangkap.
Sebagai contoh sederhana dari suatugaram rangkap adalah pembentukan
feroamonium sulfat dan seluruh deretan-deretanformula tawas. Jika fero-sulfat
dan amonium sulfat dibiarkan mengkristal bersama-sama dalam perbandingan
yang sesuai, kristal dari keduannya tidak tampak terpisah. Hasil yang dibentuk
adalah satu kristal tunggal. Hal itu menandakan dua molekulterpisah telah
bergabung membentuk satu molekul tunggal. Dalam peristiwa ini garam
kompleks serupa dengan garam rangkap. Senyawa kompleks seperti
kaliumferosianida, molekul ferosianida dan kalium sianida tergabung membentuk
satumolekul tunggal. Akan tetapi, sebenarnya dua peristiwa ini adalah berbeda.
Larutan pada fero amonium sulfat mengandung ion fero
sebanyak ion sulfat, dankeberadaannya di dalam larutan mudah untuk diuji dalam
suatu reaksi (Sjahrul, 2010).
Pembentukkan ion kompleks memberikan suatu sifat fisika dan kimia
yang
baru terhadap zat. Pada kejadian garam rangkap, peruraian menjadi ion mula-
mulahampir sempurna terjadi, karena itulah sifat kimia tidak mengalami
perubahan (Sjahrul, 2010).
Kita ketahui bahwa zat padat mempunyai volume dan bentuk yang tetap,
ini disebabkan karena molekul- molekul dalam zat padat menempati tempat yang
tetap atau tidak berubah di dalam kristal. Selain itu, molekul-molekul zat padat
juga mengalami pergerakan. Namun, pergerakannya sangat terbatas. Zat padat
dapat di bedakan antara
zat padat kristal dan amorf. Di dalam kristal, atom atau molekul penyusun kristal
mempunyai struktur yang tetap tetapi dalam zat amorf tidak. Zat padat amorf dapa
t dianggap sebagai cairan yang membeku dengan membutuhkanwaktu yang lama
denganviskositas yang sangat besar. Zat padat kristal dan amorfdapat dibedakan
dengan berbagai cara misalnya dari titik leburnya. Kristal memilkititik lebur yang
pasti, sedangkan zat amorf titik leburnya tidak pasti, tetapi tetap berada dalam
suatu interval temperatur (Sukardjo, 1985).
Tembaga adalah merah muda, yang lunak, dapat di tempa, dan liat.
Tembaga melebur pada 1038oC. Karena potensial elektrodanya positif (+ 0,34 V)
untuk pasangan Cu atau Cu2+ tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam
sulfatencer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut. Kebanyakan
garamt embaga(I) tak larut dalam air, perilakunya mirip perilaku senyawa
perak(I). Merekamudah dioksidasi menjadi senyawa tembaga(II), yang dapat
diturunkan daritembaga(II) oksida CuO hitam. Namun oksidasi selanjutnya
menjadi Cu(II) adalahsulit. Garam-garam tembaga dua umumnya berwarna biru,
baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam bentuk larutan air. Warna ini
benar-benar khas hanya untuk iontetraakuokuprat(II) [Cu(H2O)4]2+ saja. Garam-
garam tembaga(II) anhidrat, sepertitembaga(II) sulfat anhidrat CuSO4,
berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalamlarutan air selalu terdapat ion
kompleks tetraakuo atau lebih mudah disebut denganion tembaga(II) Cu2+ saja
(Svehla, 1990).
Pemanfaatan dari CuSO4.5H2O ini sangat luas. Diantaranya yaitu
sebagaifungisida yang merupakan pestisida yang secara spesifik membunuh
ataumenghambat cendawan akibat penyakit, reagen analisa kimia, sintesis
senyawa organik, pelapisan anti fokling pada kapal, sebagai kabel tembaga,
electromagnet, papan sirkuit,solder bebas timbal, dan magneton dalam oven
microwave. KristalCuSO4.5H2O berupa padatan kristal biru ini dapat dibuat
dengan mereaksikantembaga dengan asam sulfat dan asam nitrat yang kemudian
dipanaskan dan hinggaterbentuk kristal. Selain dengan bahan baku logam
tembaga, kristal CuSO4.5H2O juga bisa dibuat dari tembaga bekas ataupun
tembaga dalam Bentuk sponge yang diperoleh dari larutan CuCl2 (Fitrony, dkk.,
2013).
Tembaga banyak digunakan pada berbagai barang elektronik,
misalnyakabel, kumparan, dan lain-lain. Logam tembaga pada barang-barang
tersebutmengandung kadar tembaga yang cukup tinggi. Sehingga, biasanya bekas
tembagadari barang-barang tersebut diolah kembali menjadi logam tembaga baru
untukdigunakan pada barang elektronik lagi. Hal itu memunculkan ide
pengolahan limbahtembaga untuk diolah menjadi bentuk yang lain dalam rangka
peningkatan nilaiguna. Salah satunya sebagai bahan baku pembuatan kristal
CuSO4.5H2O (Fitrony, dkk., 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Singh, dkk., (2013), sejumlah
nanocomposites telah disintesis biomimetically dengan menanamkan berbagai
garamlogam transisi dalam polivinil alkohol (PVA) sebagai matriks preorganised.
Garamlogam dikurangi menjadi bentuk logam menggunakan larutan natrium
borohidrida berair. Komposit garam/logam transisi menunjukkan peningkatan
stabilitas termalyang ditunjukkan dengan pergeseran suhu dekomposisi murni
PVA. Stabilitas termaldijelaskan dalam hal penurunan mobilitas segmental rantai
polimer karena ikatangaram logam / logam yang membentuk kompleks dengan
gugus hidroksil dari rantai polimer dan dengan demikian
mengurangi proses perpindahan panas untuk dekomposisi komposit polimer.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.2.MSDS
1. (NH(NH4)2SO4
Berat molekul : 132,14
Densitas : 1,769 g/cm3
Titik leleh : 235-280 oC
2. Etanol
Titik leleh : -114,14
Titik didih : 78,29
Densitas : 0,7893 g/cm
3. CuSO4
Bentuk : kristal
Titik didih : 150 deg C
Berat molekul : 249,68
3.3.Diagram Alir
filtrat Residu
3.4.Cara Kerja
1. Ditimbang 3,067 g CuSO4.5H2O dan larutkan ke dalam 20mL air mendidih.
2. Tambahkan 7 tetes H2SO4 pekat kedalam larutan tersebut.
3. Ditimbang 1,701g (NH4)2SO4 dan larutkan kedalam 20mL air di dalam gelas
kimia yang berbeda.
4. Dicampurkan kedua larutan sambil diaduk hingga homogen.
5. Diuapkan larutan tersebut sampai jenuh dan kemudian dibiarkan dingin.
6. Dipindahkan larutan tersebut beserta wadahnya kedalam gelas kimia yang
berukuran lebih besar yang telah diisi dengan etanol.
7. Ditutup gelas kimia besar tersebut dengan alumunium foil.
8. Disaring kristal yang terbentuk dan dicuci menggunakan etanol secukupnya.
9. Dikeringkan pada suhu kamar, kemudian ditimbang massanya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Percobaan
Perlakuan Hasil
Cotton, F.A. dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar , diterjemahkan
olehSahati Suharto,
1989, UI-Press, Jakarta.
Daintith, J., 2004, The Facts On File Dictionary of Inorganic Chemistry,
MarketHouse Books Ltd,
New York.
Fitrony, Fauzi, R., Qadariyah, L., dan Mahfud, 2013, Pembuatan Kristal
TembagaSulfat Pentahidrat
(CuSO4.H2O) dari Tembaga Bekas Kumparan, JurnalTeknik
POMITS,1(2): 2337-3539.
Singh, R., Kulkarni, S.G., dan Naik, N.H., 2013, Effect of Nano Sized
TransitionMetal Salts and
Metals on Thermal Decomposition Behavior of
PolyvinylAlcohol, Journal of Chemistry
(online),4 (1): 82-88.
Sjahrul, M., 2010, Dasar-Dasar Kimia Anorganik , PT Umitoha Ukhuwa
Grafika,Makassar.
Svehla,G.,1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro E
disi Kelima,diterjemahkan oleh L. Setiono dan Hadyana Pudjaatmaka,
PT.Kalman Media Pustaka, Jakarta
LAMPIRAN
A. Perhitungan
1. Mol CuSO4.6H2O
3,067
mol = 249,5 = 0,012 𝑚𝑜𝑙
2. Mol (NH4)2SO4
1,701
mol = = 0,013 𝑚𝑜𝑙
132
3. Berat teoritis
= Mol Cu(NH4)2SO4 × Cu(NH4)2SO4.5H2O
= 0,012 × 399,83 g/mol
= 4,798 g
4. % Rendemen
massa percoban
= × 100%
massa teoritis
3,22g
= 3,798 g × 100%
= 84,78 %
B. Reaksi
= 84,78 %
Hasil yang di dapat adalah kurang dari 100%
D. Dokumentasi
Gambar 1.
Berat kertas saring
Gambar 2
Penimbangan (NH4)2SO4
Gambar 3.
Penimbangan CuSO4.
Gambar 4
Pelarutan CuSO4dengan air mendidih dan ditambah H2SO4
Gambar 5
Larutan a dan b dijenuhkan
Gambar 6
Larutan jenuh
Gambar 7
Terbentuk kristal
Gambar 8
Kristal yang di dapat