Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR SENYAWA ANORGANIK

GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP

OLEH

KELOMPOK 10

YONDRIADI

OKI MARLINA PETRI

YUNI PURNAMA SARI

DEBBY FIRMANTIA PUTRI

DOSEN : 1. DRA. BAYHARTI, M.Sc

2. DRA ANDROMEDA, M.Si

3. EKA YUSMAITA, M.Pd

ASISTEN : 1. JONI DARMANTO

2. UTARI NOVITRIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2016

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami mengucapkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Garam Kompleks
dan Garam Rangkap dengan sebaik mungkin.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir
kata kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Padang, Desember 2016

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Garam dapat terdiri atas garam kompleks dan garam rangkap. Garam kompleks
dapat diartikan sebagai garam yang mengandung ion-ion kompleks ,misalnya heksamin
kobalt (III) klorida Co (NH3)6Cl3 dan tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat
Cu(NH3)4SO4. H2O. Garam kompleks memiliki perbedaaan dengan garam rangkap. Garam
rangkap dapat diartikan sebagai garam yang dibentuk dari dua garam yang mengkristal
secara bersama-sama, contoh garam rangkap misalnya ammonium tembaga (II) sulfat
heksahidrat Cu(SO4)2 (NH4)2. 6H2O.

Garam rangkap merupakan suatu garam yang terbentuk dari kristalisasi larutan
campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu, misalnya
FeSO4(NH4)SO4.6H2O dan K2SO4Al2(SO4)3.24H2O. Garam rangkap terbentuk
apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu.
Garam-garam itu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur
garam komponennya.

Garam kompleks merupakan suatu garam yang terbentuk dari suatu anion atau
kation kompleks, misalnya [Co(NH3)6]3+ dan [Fe(CN)6]3-, atau dikenal sebagai senyawa
koordinasi, misalnya heksaminkobalt(III) klorida atau [Co(NH3)6]Cl3 dan kalium
heksasianoferat(III) atau K3[Fe(CN)6].

Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya,


misal FeSO4(NH4)SO4.6H2O akan terion menjadi Fe 2+, SO42- dan NH4+. Namun bila
suatu garam kompleks dilarutkan, maka akan terion menjadi ion penyusun dan ion
kompleksnya, misal K3[Fe(CN)6] akan terion menjadi K+ dan [Fe(CN)6]3-.

Tembaga merupakan logam berwarna merah dan mudah dibengkokkan. Atom


tembaga membentuk senyawa sebagai kation dengan bilangan oksidasi +1 dan +2. Salah
satu senyawaan Cu dengan bilangan oksidasi 2 adalah kompleks ion khelat
tetramintembaga(II) sulfat hidrat yang dapat dibuat dengan mereaksikan CuSO4 dengan
amonia berlebih. Atom nitrogen dari amina terikat kuat pada Cu hingga pada tekanan 1
atm dan pada suhu 90oC tidak terjadi disosiasi NH3.

Beberapa garam dapat mengkristal dari larutannya dengan mengikat sejumlah


molekul air sebagai hidrat. Sebagai contoh adalah tembaga sulfat pentahidrat, besi sulfat
heptahidrat dan aluminium sulfat nonhidrat. Bentuk struktur dalam kristal terdiri atas
kation terhidrat dan anion terhidrat, seperti Cu(H2O)4 2+ dan SO4(H2O)2-dalam tembaga
sulfat pentahidrat.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka perlu dilakukan praktikum percobaan


pembuatan garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat Cu(NH 3)4SO4. H2O
dan garam rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat Cu(SO 4)2 (NH4)2. 6H2O
agar diketahui proses kristalisasai dan reklistalisasi yang menyertai pembuatan kristal
kedua garam tersebut.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah praktikum percobaan ini adalah bagaimana proses pembuatan


garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat Cu(NH 3)4SO4. xH2O dan garam
rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat Cu(SO4)2 (NH4)2. xH2O ?

C. Tujuan

Tujuan praktikum percobaan ini adalah mempelajari reaksi pembuatan garam


rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat Cu(SO 4)2 (NH4)2. xH2O dan garam
kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat Cu(NH3)4SO4. xH2O.

D. Manfaat

Manfaat praktikum percobaan ini adalah agar mengetahui gambaran mengenai


proses pembentukan garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat
Cu(NH3)4SO4. xH2O dan garam rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat
Cu(SO4)2 (NH4)2. xH2O.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pembentukan senyawa kompleks koordinasi ialah perpindahan satu atau lebih


pasangan elektron dari ligan ke ion logam, maka ligan bertindak sebagai pemberi elektron
dan ion logam sebagai penerima elektron. Akibat dari perpindahan kerapatan elektron ini,
pasangan elektron jadi milik bersama antara ion logam dan ligan, sehingga terbentuk ikatan
pemberi-penerima elektron. Keadaan-keadaan antara elektron ini mungkin saja terjadi,
namun jika pasangan elektron iti terikat kuat, maka ikatan kovalen sejati dapat terbentuk.
Proses pembentukan ikatan antara pemberi-penerima elektron tersebut dapat dituliskan
dengan persamaan :
M + :L M:L

Dimana M = ion logam, dan L = ligan yang memiliki pasangan elektron (Rivai, 1995).

Senyawa koordinasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kompleks netral dan
ion yang dalam hal ini paling sedikit satu dari ion tersebut harus merupakan ion kompleks.
Salah satu karakteristik karakteristik senyawa kompleks ialah bahwa ion kompleks atau
kompleks netral yang menyusun senyawa tersebut masih seringkali mempertahankan
identitasnya dalam larutan. Meskipun dapat terjadi disosiasi parsial. Misalnya senyawa
yang semula ditulis 2 KBr.HgBr 2 sebetulnya mengandung ion tetrahedral [HgBr4]2- dalam
padatan Kristal dan ion ini tetap mempertahankan keutuhannya jika dimasukkan dalam
larutan dan harga disosiasi menjadi kecil (Day dan Selbin, 1993).

Garam adalah suatu zat yang dihasilkan jika logam (atau kumpulan atom yang
bertindak sebagai logam) menggantikan satu atau lebih atom hidrogen pada asam. Contoh:
Natrium sulfat Na2SO4, adalah garam yang berasal dari asam sulfat, H 2SO4, dengan
menggantikan 2 atom hidrogen dengan 2 atom Na. Yang disebut garam dalam istiah sehari-
hari adalah natrium klorida, NaCl.
Garam rangkap, Garam yang mengandung lebih dari satu ion logam atau ion sisa
asam dalam rumusnya. Contoh: KMgCl 3 (Kalium Magnesium Klorida) mengandung dua
+ 2+
ion logam, yaitu K dan Mg . KMgSO4Cl (Kalium Magnesium Sufatklorida)
+ 2+ 2- -
mengandung dua ion logam, yaitu K dan Mg dan dua ion sisa asam, yaitu SO 4 dan Cl .
Garam kompleks. Garam yang mengandung ion-ion kompleks. Contoh: K 3Fe(CN)6, tri
kalsium heksa siano ferat atau kalium feri sianida. Garam ini, jika dilarutkan dalam air,
+ -
akan terurai menjadi ion K dan ion kompeks Fe(CN)6 (Hadiat.2004).

Garam kompleks merupakan garam-garam yang memiliki ikatan koordinasi (garam


yang dapat membentuk ion-ion dan salah satunya ion kompleks). Contoh dari garam
kompleks ialah Cu(SO4)2(NH4)2. Garam rangkap akan terionisasi menjadi ion-ion
komponennya ketika dilarutkan. Contoh lain dari garam kompleks yakni [Co(NH3)6]Cl3
atau CoCl3.6NH3 yang berfungsi sebagai ligan ialah NH3 sedangkan Cl ialah diluar daerah
koordinasi (sukardjo, 1985).

Garam rangkap adalah garam yang terdiri dari dua kation yang berbeda dengan
sebuah anion yang sama dalam satu kisi kristalnya. Garam rangkap biasanya lebih mudah
membentuk kristal besar dibandingkan dengan garam tunggal penyusunnya. Kation garam
rangkap umumnya terdiri kation logam transisi yang bergabung kation logam alkali atau
ion ammonium Ciri-ciri khas ligan. Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diketahui
sebagai mempengaruhi kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah (i)
kekuatan basa dari ligan itu, (ii) sifat-sifat penyepitan itu (jika ada), dan (iii) efek-efek
sterik ruang.

(Basset. 1994).

Beberapa garam dapat mengkristal dari larutannya dengan mengikat sejumlah


molekul air sebagai hidrat. Sebagai contoh adalah tembaga sulfat pentahidrat, besi sulfat
heptahidrat dan aluminium sulfat nonhidrat. Bentuk struktur dalam kristal terdiri atas
kation terhidrat dan anion terhidrat, seperti Cu(H2O)4 2+ dan SO4(H2O)2-dalam tembaga
sulfat pentahidrat. Ciri logam transisi adalah memiliki memiliki subkulit d yang tidak
terisi penuh atau mudah menghasilkan ion-ion dengan subkulit d yang tidak terisi penuh.
Ciri ini menyebabkan beberapa ciri khas, meliputi warna yang unik, pembentukan
senyawa paramagnetik, aktivitas katalitik, dan terutama kecenderungan besar untuk
membentuk ion kompleks.

(Chang. 1994).
Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak dan dapat ditempa. Ia melebur pada
2+
1038C. Karena potensial elektrodanya positif, (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu ), ia tak
larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa
larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga:

2+ -
3Cu + 8HNO3 3Cu + 6NO3 + 2NO +
4H2O Asam sulfat pekat panas juga melarutkan tembaga:

2+ 2-
Cu + 2H2SO4 Cu + SO4 + SO2 + 2H2O

Kebanyakan garam tembaga (I) tak larut dalam air, perilakunya mirip perilaku senyawa
perak (I). Mereka mudah dioksidasi menjadi senyawa tembaga (II), yang dapat diturunksn
dari tembaga (II) oksida CuO hitam. Namun, oksidasi selanjutnya menjadi Cu (II) adalah
sulit. Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk dalam bentuk
hidrat, padat, maupun dalam bentuk larutan air. Warna ini benar-benar khas hanya untuk
ion tetraakuokuprat (II) [Cu(H2O)4]2+ saja. Garam-garam tembaga (II) anhidrat, seperti
tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam larutan air
selalu terdapat ion kompleks tetraakuo atau lebih mudah disebut dengan ion tembaga (II)
Cu2+ saja.

(Svehla, 1985).
BAB III
METEDOLOGI PERCOBAAN

A. Waktu Pelaksanaan

Hari / Tanggal : Rabu / 30 November 2016

Pukul : 07.00 09.40 WIB

Tempat : Laboratorium Kimia Anorganik, FMIPA, UNP

A. Alat dan Bahan


1. Alat
Gelas kimia 50 mL

Corong gelas

Gelas ukur 50 mL

Gelas arloji

Pengaduk gelas

Kertas saring

Aluminium foil

Botol semprot

Pipet tetes

Timbangan Mettler

Pemanas listrik

Melting point apparatus

2. Bahan
CuSO4.5H2O
(NH4)2SO4
KSCN 0,5M
Amonia pekat
Etanol
Akuades

B. Prosedur kerja
1. Pembuatan Garam Kompleks
Larutkan sebanyak x g tembaga(II) sulfat pentahidrat dengan 5,0 mL
akuades dalam gelas kimia 50 mL (nilai x akan diberikan oleh asisten).
Tambahkan amonia pekat tetes demi tetes (sambil diaduk) sampai endapan
yang terbentuk larut kembali (amonia berlebih).
Diamkan larutan tersebut pada suhu kamar.
Tambahkan 20mL etanol dengan pipet tetes secara perlahan melalui dinding
gelas sampai terbentuk dua lapisan (bawah = biru gelap; atas = bening).
Tutup rapat dengan alumunium foil dan biarkan pada suhu ruang, amati
pertumbuhan kristal yang terbentuk pada hari berikutnya.
Saring dan letakkan dalam gelas arloji lalu keringkan kristal dalam oven
pada 60C selama 2 jam, kemudian kristal ditimbang.

2. Pembuatan Garam Rangkap


Timbang x g tembaga(II) sulfat pentahidrat dan larutkan ke dalam 20 mL air
mendidih (sebagai larutan 1), nilai x akan diberikan oleh asisten.
Timbang x g amonium sulfat dan larutkan dalam 20 mL air (sebagai larutan
2), nilai x akan diberikan oleh asisten.
Campurkan larutan 1 dan 2 kemudian aduk hingga homogen.
Uapkan larutan tsb sampai jenuh dan kemudian biarkan dingin, proses
kristalisasi bisa dibantu dengan menambahkan air dingin di luar wadah
gelas.
Saring kristal yang terbentuk dan cuci dengan etanol secukupnya.
Keringkan pada suhu kamar dan timbang massanya.

3. Uji Kualitatif
Timbang sejumlah massa yang sama dari garam rangkap dan garam
kompleks yang diperoleh kemudian masing masing larutkan dengan 5 mL
akuades.
Reaksikan kedua larutan tersebut dengan 2mL KSCN 0,5M. Amati
perubahan yang terjadi.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan
1. Pembuatan Garam Kompleks

Perlakuan Pengamatan

1. 2 gram CuSO4.5H2O + 5 ml Larutan berwarna biru


aquades + 2 tetes ammonia pekat
2. Aduk hingga homogen
Larutan berwarna biru muda
3. Ditambahkan 20 ml etanol, tutup
Larutan berwarna biru tua dan
dengan aluminium foil dan
diamkan beberapa hari terbentuk dua lapisan (biru gelap
4. Kristal yang terbentuk disaring, dibagian bawah dan bening
kemudian dikeringkan dalam oven, dibagian bawah)
setelah itu di timbang Berat kristal = 1,2 gram

2. Pembuatan Garam Rangkap

Perlakuan Pengamatan

1. 2 gram CuSO4.5H2O + 20 ml Larutan berwarna biru muda


aquades mendidih, campurkan
dengan 2 gram ammonium sulfat +
20 ml aquades, aduk hingga
homogen
2. Diuapkan atau dipanaskan
3. Diamkan dan dinginkan dalam bak Larutan berubah menjadi warna

es biru tua
4. Kristal yang terbentuk disaring, Kristal mulai terbentuk
kemudian dicuci dengan etanol
secukupnya, setelah itu di timbang Berat kristal = 3,7 gram

B. Perhitungan
1. Pembuatan Garam Kompleks

Massa CuSO4.5H2O = 2 gram Mr = 249,5 gram / mol

Volume ammonia pekat = 0,2 ml Mr = 17 gram / mol

Massa Kristal = 1,2 gram Mr = 245,5 gram / mol

gram

mol CuSO4.5H2O Mr

2 gram

249,5 gram/mol

0,00801 mol

37 . . 1000 g /kg

M NH3 Mr

0,37 . 0,91 kg /L . 1000 g /kg



17 gram/mol

19,8 mol/ L

mol NH3 M .V

19,8 mol/ L .2 x 104 L

0,00396 mol

Reaksi :
CuSO4.5H2O + 4 NH3 Cu (NH3)4SO4.H2O + 4H2O

Awal 0,00801 mol 0,00396 mol - -

Reaksi 0,00801 mol 0,032 mol 0,008 mol

Akhir -0,029 0,008 mol

Maka,
Massa Cu(NH3)4SO4.H2O = mol . Mr

= 0,008 x 245,5 gram/mol

Massa = 1,964 gram

Jadi, berat teoritis dari kristal Cu(NH3)4SO4.H2O adalah 1,964 gram.

Dari hasil percobaan didapatkan bahwa berat kristal adalah = 1,2 gram

Sehingga % rendemen hasilnya = berat sampel / berat teoritis x 100

= 1,2 gram / 1,964 gram x 100 %

= 61 %

2. Pembuatan Garam Rangkap


Massa CuSO4.5H2O = 2 gram Mr = 249,5 gram / mol
Massa (NH4)2SO4 = 2 gram Mr = 132 gram / mol
Massa Kristal = 3,7 gram Mr = 399,5 gram / mol

gram

mol CuSO4.5H2O Mr

2 gram

249,5 gram/mol

0,00801 mol

gram

mol (NH4)2SO4 Mr

2 gram

132 gram/mol

0,015 mol

Reaksi :
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

Awal 0,00801 mol 0,01 mol -


Reaksi 0,01 mol 0,01 mol 0,01 mol

Akhir -0,002 mol - 0,01 mol

Maka,

Massa Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O = mol . Mr

= 0,01 x 399,5 gram/mol

Massa = 3,995 gram

Jadi, berat teoritis dari kristal Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O adalah 3,995 gram.

Dari hasil percobaan didapatkan bahwa berat kristal adalah = 1,2 gram

Sehingga % rendemen hasilnya = berat sampel / berat teoritis x 100

= 3,7 gram / 399,5 gram x 100 %

= 92,61 %
C. Pembahasan

Garam yang mengandung ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa


koordinasi atau garam kompleks. Garam kompleks ini berbeda dengan garam
rangkap. Garam rangkap terbentuk dari dua garam yang mengkristal secara
bersama-sama dalaam perbandingan molekul tertentu. Garam-garam ini memiliki
struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya.
Garam rangkap memiliki struktur yang lebih panjang dibandingkan sengan struktur
garam kompleks. Garam rangkap dalam larutannya merupakan campuran berupa
ion sederhana yang akan mengion bila dilarutkan lagi, berbeda dengan garam
kompleks yang menghasilkan ion kompleks apabila dalam larutan.
Garam kompleks dan garam rangkap dapat dibuat kristalnya melalui
serangkaian proses kristalisasi dan rekristalisasi. Kristalisasi adalah proses dimana
kristal garam kompleks dan garam rangkap terbentuk melalui beberapa proses
diantaranya : pemanasan, penguapan, pendinginan, penyaringan. Kristal yang
terbentuk dari proses kristalisasi selanjutnya dapat dimurnikan atau direkristalisasi
menggunakan beberapa pelarut yang cocok atau sesuai dengan kristal yang
terbentuk. Rekristalisasi bertujuan untuk mendapatkan kristal dengan kemurnian
tertinggi yang bebas dari pengotor pengotor kristal.
Percobaan pertama yaitu pembuatan garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O
dimana terusi dilarutkan dengan aquades dan ammonia pekat yang selanjutnya
ditambahkan dengan etanol. Penambahan etanol pada saat pembuatan garam
kompleks berfungsi untuk mencegah penguapan yang dapat terjadi pada saat
pembuatan garam kompleks. Penguapan tersebut harus dicegah agar tidak banyak
komponen kristal garam kompleks yang terbuang ke udara. Setelah dilarutkan,
Larutan tersebut ditutup dengan aluminium foil dan diamkan selama beberapa hari.
Kristal yang sudah terbentuk disaring menggunakan kertas saring, kemudian kristal
dikeringkan didalam oven. Setelah pengeringan selesai, selanjutnya kristal tersebut
ditimbang. Berat kristal yang diperoleh adalah sebanyak 1,2 gram, sedangkan
secara teoritis berat kristal adalah 1,964 gram. Maka rendemen kristal yang
diperoleh adalah sebesar 61 % dan sisanya adalah pengotor-pengotor.
Percobaan kedua adalah proses pembuatan garam rangkap
Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O dimana terusi dilarutkan dengan aquades mendidih dan
dicampurkan dengan ammonium sulfat yang sudah dilarutkan dengan aquades.
Kemudian campuran ini diuapkan dengan cara pemanasan, prosese pemanasan ini
dilakukan agar zat-zat yang terdapat dalam larutan semakin cepat atau mudah
bereaksi. Setelah itu, larutan didinginkan dalam bak es agar proses pembentukan
kristal berlangsung dengan cepat. Setelah krista sudah terbentuk, selanjutnya kristal
disaring dan dicuci dengan etanol secukupnya, kemudian kristal dikeringkan pada
suhu kamar. Setelah proses pengeringan kristal selesai, kristal selanjutnya
ditimbang dan berat kristal yang diperoleh adalah 3,7 gram, sedangkan secara
teoritis berat kristal adalah 3,995 gram. Maka rendemen kristal yang diperoleh
adalah sebesar 92,61 % dan sisanya adalah pengotor-pengotor.
Untuk uji kualitatif praktikan tidak melakukannya, hal tersebut disebabkan
karena tidak adanya ketersediaan bahan yang dibutuhkan dalam pengujian kualitatif
pada kristal garam kompleks dan garam rangkap.
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Sifat dari garam kompleks yakni jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi
kompleks dan ionnya, sedangkan sifat garam rangkap jika dilarutkan dalam air akan
terionisasi menjadi ion-ion pembentuknya.
2. Kristal garam rangkap kupri ammonium sulfat hidrat CuSO 4(NH4)2SO4.xH2O yang
terbentuk sebanyak 3,7 gram dengan rendemen 92,61 %
3. Kristal garam rangkap kupri ammonium sulfat hidrat Cu(NH3)4SO4.xH2O yang
terbentuk sebanyak 1,2 gram dengan rendemen 61 %
DAFTAR PUSTAKA

Bassett, J.1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Buku

Kedokteran EGC.

Chang, Raymond. 1994. Kimia Dasar Jiid Satu Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Day, M.C dan J. Selbin, 1993, Kimia Anorganik Teori. Yogyakarta : UGM Press

Hadiat, dkk. 2004. Kamus Sains. Jakarta : Balai Pustaka Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan
Kimia Edisi Pertama, UI, Jakarta.

Sukardjo. 1985. Kimia Koordinasi, Rineka Cipta, Jakarta.

Svehla, G.1985. Analisi Anorganik Kuntitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT


Kalman Media Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai