Anda di halaman 1dari 20

IX.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


1. Percobaan I: Reaksi Beberapa Ion Logam Transisi
Percobaan pertama bertujuan untuk mengetahui reaksi yang berlangsung pada
beberapa ion logam transisi dan untuk mengetahui reaksi-reaksi logam transisi dalam
bentuk garam dengan menggunakan NaOH, NH4OH, dan NH4CNS. Larutan logam yang
digunakan dalam percobaan ini adalah larutan CrCl3 larutan berwarna biru (+) jernih,
MnSO4 larutan tidak berwarna, Fe(NH3)4SO4 larutan berwarna kuning, FeCl3 larutan
berwarna kuning (+), CoCl2 larutan berwarna merah muda, NiCl2 larutan berwarna hijau
toska jernih, CuSO4 larutan berwarna biru muda jernih, dan ZnCl2 larutan tidak berwarna
dengan konsentrasi masing-masing larutan 0.1 M.
a. Reaksi dengan NaOH
Percobaan pertama yang dilakukan adalah mereaksikan ion logam transisi dengan
larutan NaOH 1M, reaksi ini merupakan jenis reaksi hidroksokompleks (hidroksida
amfoter). Hidroksida amfoter yang terbentuk berupa endapan dari hidroksida logam,
sedangkan pembentukan hidroksokompleks ditandai dengan larutnya kembali
endapan dari penambahan basa berlebih (NaOH berlebih pada percobaan ini).
 Garam CrCl3
1 mL larutan CrCl3 berwarna biru (+) jernih dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dan ditambahkan dengan 2 tetes larutan NaOH 2M tidak berwarna, setelah
ditambahkan NaOH terbentuk endapan berwarna hijau keruh. Seharusnya
endapan yang terbentuk berwarna hijau kebiruan, ketidaksesuaian ini
dikarenakan adanya kontak dengan udara (teroksidasi). Endapan yang terbentuk
merupakan suatu hidroksida amfoter dan endapan ini merupakan kompleks
[Cr(H2O)3(OH)3].
Reaksi yang terjadi:
[Cr(H2O)6]3+ (aq) + OH-  [Cr(H2O)5(OH)]2+ (aq)
[Cr(H2O)5(OH)]2+ (aq) + OH-  [Cr(H2O)4(OH)2]+ (aq)
[Cr(H2O)4(OH)]+ (aq) + OH-  [Cr(H2O)3(OH)3] (s)
Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan dengan 25 tetes NaOH berlebih,
sehingga endapan yang terbentuk larut kembali dan warna larutan berubah
menjadi hijau jernih. Endapan yang larut dari penambahan NaOH berlebih ini
menandai bahwa telah terjadi pembentukan hidroksokompleks [Cr(H2O)(OH)5]2-.
Reaksi yang terjadi:
[Cr(H2O)3(OH)3] (s) + OH-  [Cr(H2O)2(OH)4]- (aq)
[Cr(H2O)2(OH)4]- (aq) + OH-  [Cr(H2O)(OH)5]2- (aq)
 Garam Mn(SO)4
1 mL larutan Mn(SO)4 yang tidak berwarna dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dan ditambahkan dengan 2 tetes larutan NaOH 1M yang tidak berwarna,
terbentuk endapan dengan larutan berwarna kuning keruh. Endapan yang
terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter dan endapan ini merupakan
kompleks [Mn(H2O)4(OH)2].
Reaksi yang terjadi:
[Mn(H2O)6]2+ (aq) + OH-  [Mn(H2O)5(OH)]+ (aq)
[Mn(H2O)5(OH)]+ (aq) + OH-  [Mn(H2O)4(OH)2] (s)
Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan dengan 25 tetes NaOH berlebih,
sehingga endapan yang terbentuk menjadi bertambah (tidak larut) dan berwarna
coklat tua. Hal ini menunjukkan bahwa logam Mn jika direaksikan dalam reagen
alkali berlebih endapan tidak larut sehingga terbentuk kompleks
[Mn(H2O)3(OH)3]-. Jika endapan dapat larut sempurna, maka akan terbentuk
kompleks [Mn(H2O)2(OH)4]2-.
Reaksi yang terjadi:
[Mn(H2O)4(OH)2] (s) OH- [Mn(H2O)3(OH)3]- (s)
 Garam Fe(NH3)4SO4
1 mL larutan Fe(NH3)4SO4 yang berwarna kuning bening dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan ditambahkan dengan 2 tetes larutan NaOH 1M yang tidak
berwarna, terbentuk endapan berwarna hijau tua. Endapan yang terbentuk
merupakan suatu hidroksida amfoter dan endapan ini merupakan kompleks
[Fe(H2O)3(OH)3].
Reaksi yang terjadi:
[Fe(H2O)6]2+ (aq) + OH-  [Fe(H2O)5(OH)]+ (aq)
[Fe(H2O)5(OH)]+ (aq) + OH-  [Fe(H2O)4(OH)2] (s)
Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan dengan 25 tetes NaOH berlebih,
sehingga endapan yang terbentuk menjadi bertambah (tidak larut) dan berwarna
hijau kehitaman. Seharusnya endapan dapat larut sempurna, maka akan terbentuk
kompleks [Fe(H2O)(OH)5]2-.
Reaksi yang terjadi:
[Fe(H2O)4(OH)2] (s) OH- [Fe(H2O)(OH)5]2- (s)

 Garam FeCl3
1 mL larutan FeCl3 yang berwarna kuning (+) dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan dengan 2 tetes larutan NaOH 1M tidak berwarna,
terbentuk endapan berwarna jingga. Endapan yang terbentuk merupakan suatu
hidroksida amfoter dan endapan ini merupakan kompleks [Fe(H2O)3(OH)3].
Reaksi yang terjadi:
[Fe(H2O)6]3+ (aq) + OH-  [Fe(H2O)5(OH)]2+ (aq)
[Fe(H2O)5(OH)]2+ (aq) + OH-  [Fe(H2O)4(OH)2]+ (aq)
[Fe(H2O)4(OH)2]+ (aq) + OH-  [Fe(H2O)3(OH)3] (s)
Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan dengan 25 tetes NaOH berlebih,
sehingga endapan yang terbentuk menjadi bertambah (tidak larut) berwarna
jingga dan larutan tak berarna. Hal ini menunjukkan bahwa logam Fe jika
direaksikan dalam reagen alkali berlebih endapan tidak larut sehingga terbentuk
kompleks [Fe(H2O)2(OH)4]-. Jika endapan dapat larut sempurna, maka akan
terbentuk kompleks [Fe(H2O)(OH)5]2-.
Reaksi yang terjadi:
[Fe(H2O)3(OH)3] (s) + OH-  [Fe(H2O)2(OH)4]- (s)
 Garam CoCl3
1 mL larutan CoCl3 berwarna merah muda dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dan ditambahkan dengan 2 tetes larutan NaOH 1M tidak berwarna, terbentuk
larutan berwarna biru kehijauan dengan endapan. Endapan yang terbentuk
merupakan suatu hidroksida amfoter dan endapan ini merupakan kompleks
[Co(H2O)3(OH)3].
Reaksi yang terjadi:
[Co(H2O)6]2+ (aq) + OH-  [Co (H2O)5(OH)]2+ (aq)
[Co (H2O)5(OH)]2+ (aq) + OH-  [Co(H2O)4(OH)2]+ (aq)
[Co(H2O)4(OH)2]+ (aq) + OH-  [Co(H2O)3(OH)3] (s)
Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan dengan 25 tetes NaOH berlebih,
sehingga endapan yang terbentuk menjadi bertambah (tidak larut) dan berwarna
biru kehijauan. Seharusnya endapan dapat larut sempurna, maka akan terbentuk
kompleks [Co(H2O)(OH)5]2-.
Reaksi yang terjadi:
[Co(H2O)3(OH)3] (s) + OH-  [Co(H2O)2(OH)4]- (s)
 Garam NiCl2
1 mL larutan NiCl2 berwarna hijau toska jernih dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan dengan 2 tetes larutan NaOH 1M tidak berwarna,
terbentuk endapan berwarna hijau muda. Endapan yang terbentuk merupakan
suatu hidroksida amfoter dan endapan ini merupakan kompleks [Ni(H2O)4(OH)2].
Reaksi yang terjadi:
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + OH-  [Ni(H2O)5(OH)]+ (aq)
[Ni(H2O)5(OH)]+ (aq) + OH-  [Ni(H2O)4(OH)2] (s)
Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan dengan 25 tetes NaOH lagi, sehingga
endapan yang terbentuk menjadi bertambah (tidak larut) dan berwarna hijau
muda. Seharusnya endapan dapat larut sempurna, maka akan terbentuk kompleks
[Ni(H2O)2(OH)4]2-.
Reaksi yang terjadi:
[Ni(H2O)4(OH)2] (s) OH- [Ni(H2O)3(OH)3]- (s)
 Garam CuSO4
1 mL larutan CuSO4 berwarna biru muda jernih dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan dengan 2 tetes larutan NaOH 1M tidak berwarna,
terbentuk endapan berwarna biru muda. Endapan yang terbentuk merupakan
suatu hidroksida amfoter dan endapan ini merupakan kompleks
[Cu(H2O)4(OH)2].
Reaksi yang terjadi:
[Cu(H2O)6]2+ (aq) + OH-  [Cu(H2O)5(OH)]+ (aq)
[Cu(H2O)5(OH)]+ (aq) + OH-  [Cu(H2O)4(OH)2] (s)
Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan dengan 25 tetes NaOH berlebih,
sehingga endapan yang terbentuk menjadi bertambah (tidak larut) dan berwarna
hijau dengan larutan berwarna abu-abu. Hal ini menunjukkan bahwa logam Cu
jika direaksikan dalam reagen alkali berlebih endapan tidak larut sehingga
terbentuk kompleks [Cu(H2O)3(OH)3]-.
Reaksi yang terjadi:
[Cu(H2O)4(OH)2] (s) OH- [Cu(H2O)3(OH)3]- (s)
 Garam ZnCl2
1 mL larutan ZnCl2 tidak berwarna dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan dengan 2 tetes larutan NaOH 1M tidak berwarna, terbentuk endapan
berwarna putih larutan keruh. Endapan yang terbentuk merupakan suatu
hidroksida amfoter dan endapan ini merupakan kompleks [Zn(H2O)4(OH)2].
Reaksi yang terjadi:
[Zn(H2O)6]2+ (aq) + OH-  [Zn(H2O)5(OH)]+ (aq)
[Zn(H2O)5(OH)]+ (aq) + OH-  [Zn(H2O)4(OH)2] (s)
Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan dengan 25 tetes NaOH lagi, sehingga
endapan yang terbentuk menjadi bertambah (tidak larut) berwarna putih dengan
larutan tak berwarna.. Seharusnya setelah penambahan NaOH berlebih endapan
dapat larut sempurna sehingga terbentuk hidroksokompleks [Zn(H2O)2(OH)4]2-.
Reaksi yang terjadi:
[Zn(H2O)4(OH)2] (s) + OH-  [Zn(H2O)3(OH)3]- (aq)
[Zn(H2O)3(OH)3]- (aq) + OH-  [Zn(H2O)2(OH)4]2- (aq)

b. Reaksi dengan NH4OH


Pada percobaan pertama, reaksi kedua yang dilakukan adalah mereaksikan ion
logam transisi dengan larutan ammonia 2M, yang merupakan jenis reaksi kopleks
amina. Hasil dari percobaan ini akan menunjukkan hidroksokompleks transisi.
Hidroksida amfoter yang terbentuk berupa endapan dari hidroksida logam,
sedangkan pembentukan hidroksokompleks ditandai dengan larutnya endapan dari
penambahan amonia berlebih.
Prinsip dasar reaksi:
[M(H2O)6]2+ + 2NH3 ⇌ [M(H2O)4(OH)2] + 2NH4+
[M(H2O)4(OH)2] + 4NH3 ⇌[M(NH3)4(H2O)2]2+

[M(H2O)6]3+ + 3NH3 ⇌ [M(H2O)3(OH)3] + 3NH4+


[M(H2O)3(OH)3] + 6NH3 ⇌[M(NH3)6]3+
 Garam CrCl3
1 mL larutan CrCl3 larutan berwarna biru (+) jernih direaksikan dengan 5 tetes
NH4OH 2M larutan tidak berwarna, menghasilkan endapan berwarna biru
kehijauan. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter
[Cr(H2O)3(OH)3].
Reaksi yang terjadi adalah:
[Cr(H2O)6]3+ + NH3 ⇌ [Cr(H2O)5(OH)]2+ + NH4+
[Cr(H2O)5(OH)]2+ + NH3 ⇌ [Cr(H2O)4(OH)2]+ + NH4+
[Cr(H2O)4(OH)2]+ + NH3 ⇌ [Cr(H2O)3(OH)3] + NH4+
Selanjutnya ditambah 25 tetes ammonia berlebih, sehingga menghasilkan
endapan hijau yang semakin banyak dan larutan tak berwarna. Endapan yang
lebih banyak ini (tidak larut) menandakan bahwa belum terjadi pembentukan
hidroksokompleks [Cr(NH3)6]3+.
Reaksi yang terjadi adalah:
[Cr(H2O)3(OH)3] + NH3 ⇌[Cr(H2O)2(NH3)4]+
[Cr(H2O)2(NH3)4]+ + NH3 ⇌[Cr(H2O)(NH3)5]2+
[Cr(H2O)(NH3)5]2+ + NH3 ⇌ [Cr(NH3)6]3+
 Garam MnSO4
1 mL larutan MnSO4 larutan tidak berwarna direaksikan dengan 5 tetes NH4OH
2M larutan tidak berwarna, menghasilkan endapan berwarna coklat muda.
Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter [Mn(H2O)4(OH)2].
Reaksi yang terjadi adalah:
[Mn(H2O)6]2+ + NH3 ⇌ [Mn(H2O)5(OH)]+ + NH4+
[Mn(H2O)5(OH)]+ + NH3 ⇌ [Mn(H2O)4(OH)2] + NH4+
Selanjutnya ditambah 25 tetes ammonia berlebih, sehingga menghasilkan
endapan coklat bertambah dan larutan berwarna kuning. Endapan yang lebih
banyak ini (tidak larut) menandakan bahwa belum terjadi pembentukan
hidroksokompleks [Mn(NH3)4(H2O)2]2+.
Reaksi yang terjadi adalah:
[Mn(H2O)4(OH)2] + NH3 ⇌[Mn(NH3)3(H2O)3]+
[Mn(NH3)3(H2O)3]+ + NH3 ⇌[Mn(NH3)4(H2O)2]2+
 Garam Fe(NH3)4SO4
1 mL larutan Fe(NH3)4SO4 larutan berwarna kuning bening direaksikan dengan 5
tetes NH4OH 2M larutan tidak berwarna, menghasilkan endapan berwarna hijau
tua. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter
[Fe(H2O)3(OH)3].
Reaksi yang terjadi adalah:
[Fe(H2O)6]2+ + NH3 ⇌ [Fe(H2O)5(OH)]+ + NH4+
[Fe(H2O)5(OH)]+ + NH3 ⇌ [Fe(H2O)4(OH)2] + NH4+
Selanjutnya ditambah 25 tetes ammonia berlebih, sehingga menghasilkan
endapan hijau kehitaman bertambah dan larutan berwarna kuning pudar (-).
Endapan yang lebih banyak ini (tidak larut) menandakan bahwa belum terjadi
pembentukan hidroksokompleks [Fe(NH3)6]3+.
Reaksi yang terjadi adalah:
[Fe(H2O)4(OH)2] + NH3 ⇌[Fe(NH3)3(H2O)3]+
[Fe(NH3)3(H2O)3]+ + NH3 ⇌[Fe(NH3)4(H2O)2]2+
 Garam FeCl3
1 mL larutan FeCl3 larutan berwarna kuning (+) direaksikan dengan 5 tetes
NH4OH 2M larutan tidak berwarna, menghasilkan endapan berwarna jingga.
Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter [Fe(H2O)3(OH)3].
Reaksi yang terjadi adalah:
[Fe(H2O)6]3+ + NH3 ⇌ [Fe(H2O)5(OH)]2+ + NH4+
[Fe(H2O)5(OH)]2+ + NH3 ⇌ [Fe(H2O)4(OH)2]+ + NH4+
[Fe(H2O)4(OH)2]+ + NH3 ⇌ [FeFe(H2O)3(OH)3] + NH4+
Selanjutnya ditambah 25 tetes ammonia berlebih, sehingga menghasilkan
endapan jingga bertambah dan larutan tak berwarna. Endapan yang lebih banyak
ini (tidak larut) menandakan bahwa belum terjadi pembentukan
hidroksokompleks [Fe(NH3)6]3+.
Reaksi yang terjadi adalah:
[Fe(H2O)3(OH)3] + NH3 ⇌[Fe(H2O)2(NH3)4]+
[Fe(H2O)2(NH3)4]+ + NH3 ⇌[Fe(H2O)(NH3)5]2+
[Fe(H2O)(NH3)5]2+ + NH3 ⇌ [Fe(NH3)6]3+
 Garam CoCl3
1 mL larutan CoCl3 larutan berwarna merah muda jernih direaksikan dengan 5
tetes NH4OH 2M larutan tidak berwarna, menghasilkan endapan berwarna hijau
muda. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter
[Co(H2O)3(OH)3].
Reaksi yang terjadi adalah:
[Co(H2O)6]3+ + NH3 ⇌ [Co(H2O)5(OH)]2+ + NH4+
[Co(H2O)5(OH)]2+ + NH3 ⇌ [Co(H2O)4(OH)2]+ + NH4+
[Co(H2O)4(OH)2]+ + NH3 ⇌ [Co(H2O)3(OH)3] + NH4+
Selanjutnya ditambah 25 tetes ammonia berlebih, sehingga menghasilkan
endapan hijau dan larutan tak berwarna. Endapan yang lebih banyak ini (tidak
larut) menandakan bahwa belum terjadi pembentukan hidroksokompleks
[Co(NH3)6]3+.
Reaksi yang terjadi adalah:
[Co(H2O)3(OH)3] + NH3 ⇌[Co(H2O)2(NH3)4]+
[Co(H2O)2(NH3)4]+ + NH3 ⇌[Co(H2O)(NH3)5]2+
[Co(H2O)(NH3)5]2+ + NH3 ⇌ [Co(NH3)6]3+
 Garam NiCl2
1 mL larutan NiCl2 yang merupakan larutan berwarna hijau toska jernih
direaksikan dengan 5 tetes NH4OH 2M larutan tidak berwarna, menghasilkan
endapan biru keruh. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida
amfoter [Ni(H2O)4(OH)2].
Reaksi yang terjadi adalah:
[Ni(H2O)6]2+ + NH3 ⇌ [Ni(H2O)5(OH)]+ + NH4+
[Ni(H2O)5(OH)]+ + NH3 ⇌ [Ni(H2O)4(OH)2] + NH4+
Selanjutnya ditambah 25 tetes ammonia berlebih, sehingga menghasilkan
endapan biru (--). Endapan yang lebih banyak ini (tidak larut) menandakan
bahwa belum terjadi pembentukan hidroksokompleks [Ni(NH3)4(H2O)2]2+.
Reaksi yang terjadi adalah:
[Ni(H2O)4(OH)2] + NH3 ⇌[Ni(NH3)3(H2O)3]+
[Ni(NH3)3(H2O)3]+ + NH3 ⇌[Ni(NH3)4(H2O)2]2+
 Garam CuSO4
1 mL larutan CuSO4 larutan berwarna biru muda jernih direaksikan dengan 5
tetes NH4OH 2M larutan tidak berwarna, menghasilkan endapan berwarna biru
keruh. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter
[Cu(H2O)4(OH)2].
Reaksi yang terjadi adalah:
[Cu(H2O)6]2+ + NH3 ⇌ [Cu(H2O)5(OH)]+ + NH4+
[Cu(H2O)5(OH)]+ + NH3 ⇌ [Cu(H2O)4(OH)2] + NH4+
Selanjutnya ditambah 25 tetes ammonia berlebih, sehingga menghasilkan
endapan larut dan larutan berwarna biru tua jernih. Endapan yang larut ini
menunjukkan bahwa senyawa kompleks langsung terbentuk (pembentukan
hidroksida amfoter terbentuk sempurna), hidroksokompleks [Cu(NH3)4(H2O)2]2+.
Reaksi yang terjadi adalah:
[Cu(H2O)4(OH)2] + NH3 ⇌[Cu(NH3)3(H2O)3]+
[Cu(NH3)3(H2O)3]+ + NH3 ⇌[Cu(NH3)4(H2O)2]2+
 Garam ZnCl2
1 mL larutan ZnCl2 larutan tidak berwarna, direaksikan dengan 5 tetes NH4OH
2M yang merupakan larutan tidak berwarna, menghasilkan endapan berwarna
putih keruh. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter
[Zn(H2O)4(OH)2].
Reaksi yang terjadi adalah:
[Zn(H2O)6]2+ + NH3 ⇌ [Zn(H2O)5(OH)]+ + NH4+
[Zn(H2O)5(OH)]+ + NH3 ⇌ [Zn(H2O)4(OH)2] + NH4+
Selanjutnya ditambah 25 tetes ammonia berlebih, sehingga menghasilkan
endapan larut dan larutan tak berwarna. Endapan yang larut ini menunjukkan
bahwa senyawa kompleks langsung terbentuk (pembentukan hidroksida amfoter
terbentuk sempurna), hidroksokompleks [Zn(NH3)4(H2O)2]2+.
Reaksi yang terjadi adalah:
[Zn(H2O)4(OH)2] + NH3 ⇌[Zn(NH3)3(H2O)3]+
[Zn(NH3)3(H2O)3]+ + NH3 ⇌[Zn(NH3)4(H2O)2]2+

c. Reaksi dengan NH4CNS


Pada percobaan pertama prosedur ketiga ini masing-masing larutan garam logam
transisi diambil 1 mL dan dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1 mL
aquades yang berupa larutan tidak berwarna untuk blanko. Hal ini bertujuan untuk
membedakan kation mana yang membentuk ion kompleks dengan ion CNS-. Hal ini
ditunjukkan dari perubahan warna yang terjadi pada larutan saat ditambahkan
amonium tiosianat.
Larutan Blanko
Larutan garam logam CrCl3 sebelum ditambahkan aquades larutan berwarna biru
(+), setelah penambahan aquades menjadi berwarna biru(-) jernih. Larutan garam
logam MnSO4 sebelum ditambahkan aquades larutan tidak berwarna, setelah
penambahan aquades tetap tidak berwarna. Larutan garam logam Fe(NH 3)4SO4
sebelum ditambahkan aquades larutan berwarna kuning, setelah penambahan
aquades menjadi berwarna kuning (--). Larutan garam logam FeCl3 sebelum
ditambahkan aquades larutan berwarna kuning (+), setelah penambahan aquades
menjadi berwarna kuning (-) jernih. Larutan garam logam CoCl3 sebelum
ditambahkan aquades larutan berwarna merah muda, setelah penambahan aquades
menjadi berwarna merah muda (-) jernih. Larutan garam logam NiCl2 sebelum
ditambahkan aquades larutan berwarna hijau toska jernih, setelah penambahan
aquades menjadi berwarna hijau toska (-) jernih. Larutan garam logam CuSO 4
sebelum ditambahkan aquades larutan berwarna biru muda jernih, setelah
penambahan aquades menjadi berwarna biru muda (-) jernih. Larutan garam logam
ZnCl2 sebelum ditambahkan aquades larutan tidak berwarna, setelah penambahan
aquades tetap tidak berwarna.
Larutan Uji
 CrCl3
1 mL larutan CrCl3 berwarna biru (+) ditambahkan larutan NH4CNS tidak
berwarna, menghasilkan warna (berubah warna menjadi) biru jernih.
Reaksi yang terjadi:
[Cr(H2O)6]3+ + NH4SCN  [Cr(SCN)6]3-
 MnSO4
1 mL larutan MnSO4 tidak berwarna ditambahkan larutan NH4CNS tidak
berwarna, menghasilkan warna tetap tidak berwarna.
Reaksi yang terjadi:
Mn(H2O)6]2+ + NH4SCN  [Mn(SCN)6]4-
 Fe(NH3)4SO4
1 mL larutan MnSO4 berwarna kuning ditambahkan larutan NH4CNS tidak
berwarna, menghasilkan warna (berubah warna menjadi) merah bata.
Reaksi yang terjadi:
[Fe(H2O)6]2+ + NH4SCN  [Fe(SCN)6]4-
 FeCl3
1 mL larutan FeCl3 berwarna kuning (+) ditambahkan larutan NH 4CNS tidak
berwarna, menghasilkan warna (berubah warna menjadi) merah kecoklatan.
Reaksi yang terjadi:
[Fe(H2O)6]3+ + NH4SCN  [Fe(SCN)6]3-
 CoCl3
1 mL larutan CoCl3 berwarna merah muda ditambahkan larutan NH4CNS yang
tidak berwarna, menghasilkan warna (berubah warna menjadi) merah muda (+).
Reaksi yang terjadi:
[Co(H2O)6]3+ + NH4SCN  [Co(SCN)6]4-

 NiCl2
1 mL larutan NiCl2 berwarna hijau toska jernih ditambahkan larutan NH4CNS
tidak berwarna, menghasilkan warna (berubah warna menjadi) hijau muda (-).
Reaksi yang terjadi:
[Ni(H2O)6]2+ + NH4SCN  [Ni(SCN)6]4-
 CuSO4
1 mL larutan CuSO4 berwarna biru muda jernih ditambahkan larutan NH4CNS
tidak berwarna, menghasilkan warna (berubah warna menjadi) hijau toska jernih.
Reaksi yang terjadi:
[Cu(H2O)6]2+ + NH4SCN  [Cu(SCN)6]4-
 ZnCl2
1 mL larutan ZnCl2 tidak berwarna ditambahkan larutan NH4CNS tidak
berwarna, menghasilkan warna tetap tidak berwarna.
Reaksi yang terjadi:
[Zn(H2O)6]2+ + NH4SCN  [Zn(SCN)6]4-
Warna yang dihasilkan pada pembentukan senyawa kompleks yang terjadi pada
kation Cu2+, Fe2+, dan Fe3+ dengan anion CNS- dapat dibandingkan dengan larutan
blanko yang telah dibuat. CuSO4 setelah ditambahkan NH4CNS, larutan berubah
warna dari biru muda jernih menjadi hijau toska jernih. Sedangkan Fe(NH3)4SO4 dan
FeCl3 mngalami perubahan warna setelah ditambahkan NH4CNS menjadi larutan
Fe(NH3)4SO4 dari kuning menjadi berwarna merah bata dan larutan FeCl3 dari kuning
(+) menjadi merah kecoklatan.
Hal ini menunjukkan perbedaan antara warna yang dihasilkan dengan NH 4CNS
dan aquades. Sehingga, semakin menguatkan bahwa dari delapan larutan garam
logam transisi yang telah disiapkan dalam percobaan yang menunjukkan hasil positif
bereaksi dengan ion CNS- membentuk kompleks adalah kation Cu2+, Fe2+, dan Fe3+.
Sedangkan, untuk kelima larutan garam logam transisi yang lain seperti Mn(SO) 4 ,
ZnCl2 , CoCl2 , NiCl2 , CrCl3 tidak mengalami perubahan warna saat direaksikan
dengan NH4CNS atau dapat dikatakan tetap.

2. Percobaan Ii : Pembentukan Ion Kompleks Oleh Ion Logam Transisi


Pada percobaan ini bertujuan untuk mengenal pembentukan ion kompleks logam
transisi yaitu Cu(II), Fe(II), Fe(III), Co(II), Cr(III), Ni(II) dengan mengguanakan ligan
bidentat. Ligan bidentat, yaitu ligan yang mendonorkan dua pasang elektronnya kepada
logam atau ion logam. Contoh : etyhlendiamine, NH2CH2CH2NH2.
A. Kompleks Cr (III)
Pada percobaan pembentukan ion kompleks Cr (III), memasukkan sebanyak 1 mL
larutan CrCl3 encer yang berwarna biru (+) jernih ke dalam tabung reaksi tersebut. Warna
biru pada larutan merupakan warna dari ion Cr3+. Selanjutnya, ditambahkan reagen
Na2C2O4 larutan tidak berwarna. Setelah penambahan 4 tetes reagen Na 2C2O4, larutan
pada tabung pertama menjadi berwarna hijau jernih. Hal tersebut menandakan
terbentuknya kompleks [Cr(C2O4)3]3. Penambahan reagen Na2C2O4 berfungsi sebagai
penyedia ligan, dimana ion 3Cl- akan digantikan oleh ion C2O42- sebanyak 3 molekul
sehingga terbentuk kompleks [Cr(C2O4)3]3-. Reaksi yang terjadi dapat dilihat melalui
persamaan di bawah ini:
CrCl3 + Na2C2O4  [Cr(C2O4)3]3- + 2Na+ + 3Cl-
Kompleks [Cr(C2O4)3]3 yang terbentuk memiliki bilangan koordinasi sebanyak 6 dan
memiliki bentuk koordinasi oktahedral. Struktur ion kompleksnya sebagai berikut:

[Cr(C2O4)3]3-
B. Kompleks Fe(II)
Pada percobaan ini tidak dilakukan karena tidak tersedianya bahan.
Berdasarkan teori hasil dari percobaan ini adalah larutan menjadi berwarna jingga
dan terbentuk kompleks [Fe(H2O)6]2+. Perubahan warna kuning menjadi jingga
diakibatkan adanya ligan yang digantikan oleh molekul H2O sebanyak 6 molekul.
Setelah direaksikan dengan 1,10-phenanthroline terbentuk senyawa ion kompleks
sebagai berikut:

[Fe (1,10 phenanthroline)3]2+


Pembentukan kompleks Fe (III)
Pada percobaan untuk kompleks Fe(III mula-mula larutan FeCl3 2 mL dimasukkan
dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 tetes larutan NH 4CNS menghasilkan
larutan berwarna jingga (+). Hal ini menunjukkan terbentuknya senyawa kompleks yaitu
Fe(CNS)3. Lalu ditambahkan natrium oksalat menghasilkan larutan berwarna merah
kecoklatan. Perubahan warna tersebut diakibatkan tergantinya ligan CNS- oleh ligan
C2O42-. Setelah itu, ditambahkan lagi NH4CNS 4 tetes menghasilkan larutan berwarna
merah. Hal ini menunjukkan bahwa ligan CNS- yang merupakan ligan kuat mampu
mendesak dan menggantikan ligan C2O42- untuk berikatan kembali dengan Fe3+. Hal ini
dapat dilihat melalui persamaan berikut:
FeCl3 + 3NH4CNS  Fe (CNS)3 + 3NH4Cl
Fe (CNS)3 + Na2C2O4  Fe(C2O4)3- + CNS- + 2Na+
Setelah penambahan NH4CNS berlebih, warna larutan menjadi merah. Struktur ion
kompleks yang terbentuk adalah

[Fe(C2O4)3]3-

C. Kompleks Kobalt(II)
Pada percobaan kompleks Kobal (II) ini, langkah awal yang dilakukan adalah
menyiapkan 2 buah tabung reaksi dan memasukkan 1 mL larutan CoCl 2 ke dalam
masing-masing tabung reaksi. Larutan CoCl2 merupakan larutan yang berwarna merah
muda. Selanjutnya, pada tabung pertama ditambahkan reagen ethylendiamin (percobaan
tidak dilakukan karena tidak tersediannya bahan)
Kemudian pada tabung kedua ditambahkan reagen Na2EDTA larutan tidak berwarna.
Larutan berubah menjadi berwarna merah muda (-). Pada percobaan ini terbentuk
senyawa kompleks dengan rumus struktur [Co(EDTA)] dengan rumus strukturnya
adalah:

[Co(EDTA)]

D. Kompleks Ni(II)
Pada percobaan kompleks Ni (II), langkah awal yang dilakukan adalah menyiapkan 3
buah tabung reaksi dan memasukkan 1 ml larutan Ni yang berwarna biru ke dalam
masing-masing tabung tersebut. Pada tabung reaksi pertama, ditambahkan reagen
etylendiamin (percobaan tidak dilakukan karena tidak tersedianya bahan) .
Kemudian pada tabung kedua ditambahkan reagen dymetilglioksime (percobaan
tidak dilakukan karena tidak tersedianya bahan). Selanjutnya, pada tabung ketiga
ditambah Na2EDTA larutan tak berwarna, larutan berubah menjadi berwarna biru jernih.
Perubahan warna ini menandakan terbentuknya senyawa kompleks [Ni(EDTA)]. Struktur
ion kompleks yang terbentuk seperti di bawah ini:

E. Kompleks Cu(II)
Pada percobaan kompleks Cu(II), langkah awal yang dilakukan adalah
menempatkan CuSO4.5H2O yang berupa padatan berwarna biru (+) dan CuCl2.2H2O yang
berwarna biru pada kaca arloji. Kemudian menyiapkan 2 tabung reaksi dan masing-
masing diisi dengan 1 mL tembaga sulfat. Pada tabung pertama ditambahkan beberapa
tetes reagen etilendiamin (percobaan tidak dilakukan karena tidak tersedianya bahan).
Kemudian pada tabung kedua ditambahkan Na2EDTA yang berupa larutan tidak
berwarna, larutan menjadi berwarna biru muda (-) yang menandakan terbentuknya
senyawa kompleks [Cu(EDTA)2]2+ . Struktur senyawa kompleks yang terbentuk sesuai
pada gambar di bawah ini:
[Cu(EDTA)2]2+
3. Percobaan III: Perubahan Tingkat Oksidasi
Percobaan 3 bertujuan untuk mengetahui dan mengamati perubahan warna
karena perubahan bilangan oksidasi dari senyawa ion logam transisi. Pada
percobaan ini kita akan mempelajari perubahan warna karena perubahan biloks dari
ion logam Fe dan Cr dalam larutan FeSO4 dan K2Cr2O7.
a. Perubahan Fe2+ menjadi Fe3+
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pecobaan ini yaitu mengambil 1
mL larutan FeSO4 yang berwarna kuning bening ke dalam tabung reaksi. Kemudian ke
dalam tabung reaksi tadi ditambahkan dengan 3 tetes larutan HNO3 pekat yang tidak
berwarna. Tujuan dari penambahan HNO3 pekat ini adalah untuk mengoksidasi Fe2+
menjadi Fe3+ karena HNO3 merupakan suatu oksidator kuat, oksidasi ini berlangsung
cepat. Secara teori, oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ terjadi dengan lambat ketika terkena udara.
Namun oksidasi dapat berjalan dengan cepat ketika direaksikan dengan oksidator kuat
seperti HNO3, H2O2, HCl pekat, dll.
Hasil dari penambahan larutan HNO3 tadi adalah larutan yang berwarna hijau
kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa Fe2+ telah teroksidasi menjadi Fe3+ karena
penambahan HNO3 pekat. Berikut adalah reaksi yang terjadi:

3Fe2+ + 3H+ + HNO3 3Fe3+ + NO (g) + 2H2O


Oksidasi
Langkah selanjutnya adalah memanaskan larutan dalam tabung reaksi selama 1-2
menit. Tujuan dari pemanasan ini adalah agar reaksi antara FeSO 4 dan HNO3 pekat
berlangsung dengan sempurna, sehingga oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ juga sempurna. Hasil
dari pemanasan tadi adalah larutan berwarna kuning jernih. Larutan yang mengandung
Fe3+ secara teori seharusnya memang berwarna kuning. Setelah itu larutan tersebut
dibiarkan dingin sehingga menjadi larutan yang berwarna kuning muda (--). Langkah
selanjutnya ke dalam larutan tadi ditambahkan dengan larutan NaOH sedikit demi sedikit
sampai diperoleh endapan permanen. Setelah penambahan dihasilkan endapan jingga dan
larutan tak berwarna. Penambahan NaOH ini bertujuan untuk membuktikan apakah Fe2+
sudah benar-benar teroksidasi menjadi Fe3+. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Fe3+ + 3OH-  Fe(OH)3 (s)
Secara teori ion Fe3+ apabila direaksikan dengan NaOH akan menghasilkan
endapan yang berwarna jingga, sedangkan apabila ion Fe 2+ direaksikan dengan NaOH
akan menghasilkan endapan yang berwarna hijau tua.

b. Perubahan Cr6+ menjadi Cr3+


Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu mengambil 2 mL
larutan K2Cr2O7 yang berwarna jingga ke dalam tabung reaksi. Setelah itu larutan dalam
tabung reaksi tersebut dipanaskan dan dihasilkan larutan yang tetap berwarna
jingga/orange. Langkah selanjutnya ke dalam larutan tadi ditambahkan dengan bijih Zn
dan dihasilkan larutan yang berwarna kuning kehijauan. Setelah itu ditambahkan pula 1,5
mL larutan HCl pekat yang tidak berwarna sehingga dihasilkan larutan yang berwarna
hijau tua (++) dan timbul gas. Kemudian larutan tersebut dipanaskan.
Tujuan dari penambahan bijih Zn serta penambahan HCl pekat ini adalah untuk
mereduksi Cr6+ menjadi Cr3+ karena Zn dan HCl ini berperan sebagai reduktor. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:

3Zn (s) + Cr2O72- + 14H+ 3Zn2+ + 2Cr3+ + 7H2O


Reduksi

Sedangkan fungsi dari pemanasan adalah agar bijih Zn larut dengan sempurna dan
reduksi juga berjalan dengan sempurna. pemanasan suatu dikromat dengan larutan asam
akan menghasilkan larutan yang mengandung Cr3+. Sehingga dari pemanasan ini dapat
dapat diketahui bahwa Cr6+ telah tereduksi menjadi Cr3+.
Hasil dari proses pemanasan tadi adalah larutan yang berwarna hijau tua dan
terdapat gelembung gas. Langkah selanjutnya larutan hasil akhir tadi diambil 1 mL dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan dengan larutan HNO 3 pekat
yang tidak berwarna tetes demi tetes sambil dikocok sehingga dihasilkan larutan yang
berwarna hijau Jernih. Penambahan HNO3 pekat ini bertujuan untuk mereduksi Cr3+
menjadi Cr2+ seperti pada reaksi berikut:

Cr3+ + 4H+ + 2NO3- + 3e Cr2+ + 2NO2 (g) + 2H2O


Reduksi

I. Kesimpulan
Reaksi – reaksi pada ion logam transisi dapat dipelajari dengan mereaksikan
garam logam transisi dengan NaOH, NH4OH dan NH4CNS sehingga didapatkan
perubahan bentuk fisik larutan seperti terjadinya perubahan warna dan perubahan pada
endapan yang menunjukkan adanya reaksi antara garam logam transisi dengan
pereaksinya dalam membentuk kompleks dengan ligan, warna-warna yang khas dan
endapan pada senyawa tersebut, endapan yang terbentuk memiliki warna yang berbeda-
beda sesuai dengan muatan logam pusat senyawa kompleks tersebut.
Logam-logam transisi yaitu Cu(II), Fe(II), Fe(III), Co(II), Cr(III), Ni(II) dapat
membentuk senyawa kompleks jika direaksikan dengan beberapa reagen seperti
etylendiamin, Na2EDTA, larutan senyawa kompleks tersebut memiliki warna khas.
Dalam pembentukan senyawa kompleks dapat dibentuk melalui reaksi pergantian
ligan. Selanjutnya dapat ditentukan bilangan koordinasinya dan jumlah ligan yang
diikat oleh logam pusat.
Perubahan warna suatu logam transisi dikarenakan perubahan bilangan oksidasi
dari senyawa logam transisi itu sendiri, misalnya: Fe2+ berubah warna menjadi warna
kuning (-) disebabkan perubahan biloks yaitu menjadi Fe3+. Selain itu Cr6+ yang
berwarna jingga berubah menjadi berwarna kuning kehijauan disebabkan perubahan
biloks yaitu menjadi Cr3+.

Anda mungkin juga menyukai