Garam FeCl3
1 mL larutan FeCl3 yang berwarna kuning (+) dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan dengan 2 tetes larutan NaOH 1M tidak berwarna,
terbentuk endapan berwarna jingga. Endapan yang terbentuk merupakan suatu
hidroksida amfoter dan endapan ini merupakan kompleks [Fe(H2O)3(OH)3].
Reaksi yang terjadi:
[Fe(H2O)6]3+ (aq) + OH- [Fe(H2O)5(OH)]2+ (aq)
[Fe(H2O)5(OH)]2+ (aq) + OH- [Fe(H2O)4(OH)2]+ (aq)
[Fe(H2O)4(OH)2]+ (aq) + OH- [Fe(H2O)3(OH)3] (s)
Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan dengan 25 tetes NaOH berlebih,
sehingga endapan yang terbentuk menjadi bertambah (tidak larut) berwarna
jingga dan larutan tak berarna. Hal ini menunjukkan bahwa logam Fe jika
direaksikan dalam reagen alkali berlebih endapan tidak larut sehingga terbentuk
kompleks [Fe(H2O)2(OH)4]-. Jika endapan dapat larut sempurna, maka akan
terbentuk kompleks [Fe(H2O)(OH)5]2-.
Reaksi yang terjadi:
[Fe(H2O)3(OH)3] (s) + OH- [Fe(H2O)2(OH)4]- (s)
Garam CoCl3
1 mL larutan CoCl3 berwarna merah muda dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dan ditambahkan dengan 2 tetes larutan NaOH 1M tidak berwarna, terbentuk
larutan berwarna biru kehijauan dengan endapan. Endapan yang terbentuk
merupakan suatu hidroksida amfoter dan endapan ini merupakan kompleks
[Co(H2O)3(OH)3].
Reaksi yang terjadi:
[Co(H2O)6]2+ (aq) + OH- [Co (H2O)5(OH)]2+ (aq)
[Co (H2O)5(OH)]2+ (aq) + OH- [Co(H2O)4(OH)2]+ (aq)
[Co(H2O)4(OH)2]+ (aq) + OH- [Co(H2O)3(OH)3] (s)
Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan dengan 25 tetes NaOH berlebih,
sehingga endapan yang terbentuk menjadi bertambah (tidak larut) dan berwarna
biru kehijauan. Seharusnya endapan dapat larut sempurna, maka akan terbentuk
kompleks [Co(H2O)(OH)5]2-.
Reaksi yang terjadi:
[Co(H2O)3(OH)3] (s) + OH- [Co(H2O)2(OH)4]- (s)
Garam NiCl2
1 mL larutan NiCl2 berwarna hijau toska jernih dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan dengan 2 tetes larutan NaOH 1M tidak berwarna,
terbentuk endapan berwarna hijau muda. Endapan yang terbentuk merupakan
suatu hidroksida amfoter dan endapan ini merupakan kompleks [Ni(H2O)4(OH)2].
Reaksi yang terjadi:
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + OH- [Ni(H2O)5(OH)]+ (aq)
[Ni(H2O)5(OH)]+ (aq) + OH- [Ni(H2O)4(OH)2] (s)
Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan dengan 25 tetes NaOH lagi, sehingga
endapan yang terbentuk menjadi bertambah (tidak larut) dan berwarna hijau
muda. Seharusnya endapan dapat larut sempurna, maka akan terbentuk kompleks
[Ni(H2O)2(OH)4]2-.
Reaksi yang terjadi:
[Ni(H2O)4(OH)2] (s) OH- [Ni(H2O)3(OH)3]- (s)
Garam CuSO4
1 mL larutan CuSO4 berwarna biru muda jernih dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan dengan 2 tetes larutan NaOH 1M tidak berwarna,
terbentuk endapan berwarna biru muda. Endapan yang terbentuk merupakan
suatu hidroksida amfoter dan endapan ini merupakan kompleks
[Cu(H2O)4(OH)2].
Reaksi yang terjadi:
[Cu(H2O)6]2+ (aq) + OH- [Cu(H2O)5(OH)]+ (aq)
[Cu(H2O)5(OH)]+ (aq) + OH- [Cu(H2O)4(OH)2] (s)
Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan dengan 25 tetes NaOH berlebih,
sehingga endapan yang terbentuk menjadi bertambah (tidak larut) dan berwarna
hijau dengan larutan berwarna abu-abu. Hal ini menunjukkan bahwa logam Cu
jika direaksikan dalam reagen alkali berlebih endapan tidak larut sehingga
terbentuk kompleks [Cu(H2O)3(OH)3]-.
Reaksi yang terjadi:
[Cu(H2O)4(OH)2] (s) OH- [Cu(H2O)3(OH)3]- (s)
Garam ZnCl2
1 mL larutan ZnCl2 tidak berwarna dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan dengan 2 tetes larutan NaOH 1M tidak berwarna, terbentuk endapan
berwarna putih larutan keruh. Endapan yang terbentuk merupakan suatu
hidroksida amfoter dan endapan ini merupakan kompleks [Zn(H2O)4(OH)2].
Reaksi yang terjadi:
[Zn(H2O)6]2+ (aq) + OH- [Zn(H2O)5(OH)]+ (aq)
[Zn(H2O)5(OH)]+ (aq) + OH- [Zn(H2O)4(OH)2] (s)
Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan dengan 25 tetes NaOH lagi, sehingga
endapan yang terbentuk menjadi bertambah (tidak larut) berwarna putih dengan
larutan tak berwarna.. Seharusnya setelah penambahan NaOH berlebih endapan
dapat larut sempurna sehingga terbentuk hidroksokompleks [Zn(H2O)2(OH)4]2-.
Reaksi yang terjadi:
[Zn(H2O)4(OH)2] (s) + OH- [Zn(H2O)3(OH)3]- (aq)
[Zn(H2O)3(OH)3]- (aq) + OH- [Zn(H2O)2(OH)4]2- (aq)
NiCl2
1 mL larutan NiCl2 berwarna hijau toska jernih ditambahkan larutan NH4CNS
tidak berwarna, menghasilkan warna (berubah warna menjadi) hijau muda (-).
Reaksi yang terjadi:
[Ni(H2O)6]2+ + NH4SCN [Ni(SCN)6]4-
CuSO4
1 mL larutan CuSO4 berwarna biru muda jernih ditambahkan larutan NH4CNS
tidak berwarna, menghasilkan warna (berubah warna menjadi) hijau toska jernih.
Reaksi yang terjadi:
[Cu(H2O)6]2+ + NH4SCN [Cu(SCN)6]4-
ZnCl2
1 mL larutan ZnCl2 tidak berwarna ditambahkan larutan NH4CNS tidak
berwarna, menghasilkan warna tetap tidak berwarna.
Reaksi yang terjadi:
[Zn(H2O)6]2+ + NH4SCN [Zn(SCN)6]4-
Warna yang dihasilkan pada pembentukan senyawa kompleks yang terjadi pada
kation Cu2+, Fe2+, dan Fe3+ dengan anion CNS- dapat dibandingkan dengan larutan
blanko yang telah dibuat. CuSO4 setelah ditambahkan NH4CNS, larutan berubah
warna dari biru muda jernih menjadi hijau toska jernih. Sedangkan Fe(NH3)4SO4 dan
FeCl3 mngalami perubahan warna setelah ditambahkan NH4CNS menjadi larutan
Fe(NH3)4SO4 dari kuning menjadi berwarna merah bata dan larutan FeCl3 dari kuning
(+) menjadi merah kecoklatan.
Hal ini menunjukkan perbedaan antara warna yang dihasilkan dengan NH 4CNS
dan aquades. Sehingga, semakin menguatkan bahwa dari delapan larutan garam
logam transisi yang telah disiapkan dalam percobaan yang menunjukkan hasil positif
bereaksi dengan ion CNS- membentuk kompleks adalah kation Cu2+, Fe2+, dan Fe3+.
Sedangkan, untuk kelima larutan garam logam transisi yang lain seperti Mn(SO) 4 ,
ZnCl2 , CoCl2 , NiCl2 , CrCl3 tidak mengalami perubahan warna saat direaksikan
dengan NH4CNS atau dapat dikatakan tetap.
[Cr(C2O4)3]3-
B. Kompleks Fe(II)
Pada percobaan ini tidak dilakukan karena tidak tersedianya bahan.
Berdasarkan teori hasil dari percobaan ini adalah larutan menjadi berwarna jingga
dan terbentuk kompleks [Fe(H2O)6]2+. Perubahan warna kuning menjadi jingga
diakibatkan adanya ligan yang digantikan oleh molekul H2O sebanyak 6 molekul.
Setelah direaksikan dengan 1,10-phenanthroline terbentuk senyawa ion kompleks
sebagai berikut:
[Fe(C2O4)3]3-
C. Kompleks Kobalt(II)
Pada percobaan kompleks Kobal (II) ini, langkah awal yang dilakukan adalah
menyiapkan 2 buah tabung reaksi dan memasukkan 1 mL larutan CoCl 2 ke dalam
masing-masing tabung reaksi. Larutan CoCl2 merupakan larutan yang berwarna merah
muda. Selanjutnya, pada tabung pertama ditambahkan reagen ethylendiamin (percobaan
tidak dilakukan karena tidak tersediannya bahan)
Kemudian pada tabung kedua ditambahkan reagen Na2EDTA larutan tidak berwarna.
Larutan berubah menjadi berwarna merah muda (-). Pada percobaan ini terbentuk
senyawa kompleks dengan rumus struktur [Co(EDTA)] dengan rumus strukturnya
adalah:
[Co(EDTA)]
D. Kompleks Ni(II)
Pada percobaan kompleks Ni (II), langkah awal yang dilakukan adalah menyiapkan 3
buah tabung reaksi dan memasukkan 1 ml larutan Ni yang berwarna biru ke dalam
masing-masing tabung tersebut. Pada tabung reaksi pertama, ditambahkan reagen
etylendiamin (percobaan tidak dilakukan karena tidak tersedianya bahan) .
Kemudian pada tabung kedua ditambahkan reagen dymetilglioksime (percobaan
tidak dilakukan karena tidak tersedianya bahan). Selanjutnya, pada tabung ketiga
ditambah Na2EDTA larutan tak berwarna, larutan berubah menjadi berwarna biru jernih.
Perubahan warna ini menandakan terbentuknya senyawa kompleks [Ni(EDTA)]. Struktur
ion kompleks yang terbentuk seperti di bawah ini:
E. Kompleks Cu(II)
Pada percobaan kompleks Cu(II), langkah awal yang dilakukan adalah
menempatkan CuSO4.5H2O yang berupa padatan berwarna biru (+) dan CuCl2.2H2O yang
berwarna biru pada kaca arloji. Kemudian menyiapkan 2 tabung reaksi dan masing-
masing diisi dengan 1 mL tembaga sulfat. Pada tabung pertama ditambahkan beberapa
tetes reagen etilendiamin (percobaan tidak dilakukan karena tidak tersedianya bahan).
Kemudian pada tabung kedua ditambahkan Na2EDTA yang berupa larutan tidak
berwarna, larutan menjadi berwarna biru muda (-) yang menandakan terbentuknya
senyawa kompleks [Cu(EDTA)2]2+ . Struktur senyawa kompleks yang terbentuk sesuai
pada gambar di bawah ini:
[Cu(EDTA)2]2+
3. Percobaan III: Perubahan Tingkat Oksidasi
Percobaan 3 bertujuan untuk mengetahui dan mengamati perubahan warna
karena perubahan bilangan oksidasi dari senyawa ion logam transisi. Pada
percobaan ini kita akan mempelajari perubahan warna karena perubahan biloks dari
ion logam Fe dan Cr dalam larutan FeSO4 dan K2Cr2O7.
a. Perubahan Fe2+ menjadi Fe3+
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pecobaan ini yaitu mengambil 1
mL larutan FeSO4 yang berwarna kuning bening ke dalam tabung reaksi. Kemudian ke
dalam tabung reaksi tadi ditambahkan dengan 3 tetes larutan HNO3 pekat yang tidak
berwarna. Tujuan dari penambahan HNO3 pekat ini adalah untuk mengoksidasi Fe2+
menjadi Fe3+ karena HNO3 merupakan suatu oksidator kuat, oksidasi ini berlangsung
cepat. Secara teori, oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ terjadi dengan lambat ketika terkena udara.
Namun oksidasi dapat berjalan dengan cepat ketika direaksikan dengan oksidator kuat
seperti HNO3, H2O2, HCl pekat, dll.
Hasil dari penambahan larutan HNO3 tadi adalah larutan yang berwarna hijau
kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa Fe2+ telah teroksidasi menjadi Fe3+ karena
penambahan HNO3 pekat. Berikut adalah reaksi yang terjadi:
Sedangkan fungsi dari pemanasan adalah agar bijih Zn larut dengan sempurna dan
reduksi juga berjalan dengan sempurna. pemanasan suatu dikromat dengan larutan asam
akan menghasilkan larutan yang mengandung Cr3+. Sehingga dari pemanasan ini dapat
dapat diketahui bahwa Cr6+ telah tereduksi menjadi Cr3+.
Hasil dari proses pemanasan tadi adalah larutan yang berwarna hijau tua dan
terdapat gelembung gas. Langkah selanjutnya larutan hasil akhir tadi diambil 1 mL dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan dengan larutan HNO 3 pekat
yang tidak berwarna tetes demi tetes sambil dikocok sehingga dihasilkan larutan yang
berwarna hijau Jernih. Penambahan HNO3 pekat ini bertujuan untuk mereduksi Cr3+
menjadi Cr2+ seperti pada reaksi berikut:
I. Kesimpulan
Reaksi – reaksi pada ion logam transisi dapat dipelajari dengan mereaksikan
garam logam transisi dengan NaOH, NH4OH dan NH4CNS sehingga didapatkan
perubahan bentuk fisik larutan seperti terjadinya perubahan warna dan perubahan pada
endapan yang menunjukkan adanya reaksi antara garam logam transisi dengan
pereaksinya dalam membentuk kompleks dengan ligan, warna-warna yang khas dan
endapan pada senyawa tersebut, endapan yang terbentuk memiliki warna yang berbeda-
beda sesuai dengan muatan logam pusat senyawa kompleks tersebut.
Logam-logam transisi yaitu Cu(II), Fe(II), Fe(III), Co(II), Cr(III), Ni(II) dapat
membentuk senyawa kompleks jika direaksikan dengan beberapa reagen seperti
etylendiamin, Na2EDTA, larutan senyawa kompleks tersebut memiliki warna khas.
Dalam pembentukan senyawa kompleks dapat dibentuk melalui reaksi pergantian
ligan. Selanjutnya dapat ditentukan bilangan koordinasinya dan jumlah ligan yang
diikat oleh logam pusat.
Perubahan warna suatu logam transisi dikarenakan perubahan bilangan oksidasi
dari senyawa logam transisi itu sendiri, misalnya: Fe2+ berubah warna menjadi warna
kuning (-) disebabkan perubahan biloks yaitu menjadi Fe3+. Selain itu Cr6+ yang
berwarna jingga berubah menjadi berwarna kuning kehijauan disebabkan perubahan
biloks yaitu menjadi Cr3+.