Anda di halaman 1dari 24

I.

Judul Percobaan
II. Hari/Tanggal
III. Selesai
IV. Tujuan
V. Dasar Teori
VI. Alat dan Bahan
VII. Alur Kerja
VIII. Hasil Pengamatan
IX. Analisis dan Pembahasan
Telah dilakukan percobaan dengan judul “Reaksi-reaksi Ion Logam
Transisi” yang bertujuan untuk mempelajari reaksi-reaksi garam logam transisi,
mengenal pembentukan ion kompleks logam transisi, dan mengamati perubahan
warna karena perubahan bilangan oksidasi dari senyawa logam transisi. Langkah-
langkah percobaan yang kami lakukan yaitu:
1. Percobaan I: Reaksi Beberapa Ion Logam Transisi
Untuk percobaan ini larutan yang digunakan yaitu CrCl3, Mn(SO4), Fe(NH3)2SO4,
FeCl3, CoCl2, NiCl2, CuSO4 dan ZnCl2 dengan konsentrasi 0,1 M.
a. Reaksi dengan NaOH
Pada dasarnya semua logam transisi dapat membentuk endapan jika
direaksikan dengan logam alkali. Endapan tersebut merupakan endapan
hidroksida. Hasil dari percobaan ini akan menunjukkan hidroksida logam
transisi manakah yang bersifat amfoter dari 8 larutan tersebut. Hidroksida
amfoter yang terbentuk berupa endapan dari hidroksida logam, sedangkan
pembentukan hidroksokompleks ditandai dengan larutnya endapan dari
penambahan basa berlebih. Percobaan ini dimulai dengan menyiapkan tabung
reaksi sebanyak 8 buah.
1. CrCl3
Sebanyak 1 mL larutan CrCl3 0,1 M yang berupa larutan berwarna biru
kehitaman dimasukkan kedalam tabung reaksi 1 dan ditambahkan larutan
NaOH 1 M yang tidak berwarna sebanyak 4 tetes sehingga menghasilkan
endapan berwarna biru kehitaman dengan rumus senyawa yang terbentuk
adalah [Cr(H2O)3(OH)3]. Hal ini disebabkan ligan masuk pada orbital
kosongnya tepat sehingga diperoleh endapan. Endapan yang terbentuk
merupakan suatu hidroksida amfoter. Setelah ditambahkan NaOH berlebih
sebanyak 13 tetes menghasilkan endapan berwarna hijau hal ini menandakan
bahwa telah terjadi pembentukan hidroksokomplek dengan rumus ion
kompleks yang terbentuk adalah [Cr(OH)6]3-.
Reaksi yang terjadi pada percobaan diatas adalah:
[Cr(H2O)6]3+(aq)+ 3OH-⇌ [Cr(H2O)3(OH)3](s) +3H2O(l)
biru
[Cr(H2O)3(OH)3](s) + 3OH → [Cr(OH)6]3-(s) + 3H2O(l)
-

Hijau, octahedral
Dengan struktur ion kompleks yang terbentuk:

2. Mn(SO4)
Sebanyak 1 mL larutan Mn(SO4) 0,1 M yang berupa larutan tidak
berwarna dimasukkan kedalam tabung reaksi 2 dan ditambahkan larutan
NaOH 1 M yang tidak berwarna sebanyak 4 tetes sehingga menghasilkan
endapan berwarna kuning yang menunjukkan pembentukan hidroksida
amfoter mulai terbentuk dengan rumus senyawa yang terbentuk adalah
[Mn(H2O)3(OH)3]. Setelah ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 35 tetes
menghasilkan endapan berwarna jingga kecokelatan yang menunjukkan
pembentukan hidroksida amfoter dengan rumus ion kompleks yang
terbentuk adalah [Mn(H2O)4(OH)2].
Reaksi yang terjadi pada percobaan diatas adalah:
[Mn(H2O)6]2+(aq)+ OH- ⇌ [Mn(H2O)3(OH)3](s)
kuning
[Mn(H2O)3(OH)3](s) + OH-→ [Mn(H2O)4(OH)2](s)
Jingga kecokelatan
Dengan struktur kompleks yang dibentuk:

Mn

3. Fe(NH3)2SO4
Sebanyak 1 mL larutan Fe(NH3)2SO4 0,1 M yang berupa larutan
berwarna hijau (-) dimasukkan kedalam tabung reaksi 3 dan ditambahkan
larutan NaOH 1 M yang tidak berwarna sebanyak 4 tetes sehingga
menghasilkan endapan berwarna hijau yang merupakan hidroksida amfoter
dengan rumus senyawa yang terbentuk adalah [Fe(H2O)5(OH)]+. Setelah
ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 24 tetes menghasilkan endapan
berwarna hijau yang menunjukkan bahwa senyawa kompleks telah terbentuk
dengan rumus ion kompleks yang terbentuk adalah [Fe(H2O)4(OH)2]. Ion
hidroksida (larutan NaOH) dapat menghilangkan ion hydrogen dari ligan air
dan kemudian melekat pada ion besi. Setelah ion hydrogen dihilangkan,
diperoleh kompleks tidak muatan-kompleks netral. Kompleks netral ini tidak
larut dalam air dan terbentuk endapan.
Reaksi yang terjadi pada percobaan diatas adalah:
[Fe(H2O)6]2+(aq)+ OH- ⇄ [Fe(H2O)5(OH)]+(s)
hijau
2+ -
[Fe(H2O)6] (aq)+ OH → [Fe(H2O)4(OH)2](s) + H2O(l)
Hijau
Dengan struktur kompleks yang dibentuk:

4. FeCl3
Sebanyak 1 mL larutan FeCl3 0,1 M yang berupa larutan berwarna
kuning dimasukkan kedalam tabung reaksi 4 dan ditambahkan larutan
NaOH 1 M yang tidak berwarna sebanyak 4 tetes sehingga menghasilkan
endapan berwarna jingga dengan rumus senyawa yang terbentuk adalah
[Fe(H2O)4(OH)2]+. Setelah ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 24 tetes
menghasilkan endapan berwarna jingga kecokelatan yang menandakan
pembentukan hidroksida amfoter dengan rumus ion kompleks yang
terbentuk adalah [Fe(H2O)3(OH)3]. Ion hidroksida (larutan NaOH) dapat
menghilangkan ion hydrogen dari ligan air dan kemudian melekat pada ion
besi. Setelah ion hydrogen dihilangkan, diperoleh kompleks tidak muatan-
kompleks netral. Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan terbentuk
endapan.
Reaksi yang terjadi pada percobaan diatas adalah:
[Fe(H2O)6]3+(aq)+ OH- → [Fe(H2O)4(OH)2]+(s)
jingga
3+ -
[Fe(H2O)6] (aq) + OH → [Fe(H2O)3(OH)3](s) + 3H2O(l)
Jingga kecokelatan
Dengan struktur kompleks yang dibentuk:

5. CoCl2
Sebanyak 1 mL larutan CoCl2 0,1 M yang berupa larutan berwarna
merah jernih dimasukkan kedalam tabung reaksi 5 dan ditambahkan larutan
NaOH 1 M yang tidak berwarna sebanyak 4 tetes sehingga menghasilkan
endapan berwarna biru dengan rumus senyawa yang terbentuk adalah
[Co(H2O)4(OH)2]. Endapan yang terbentuk merupakan suatu hidroksida
amfoter. Setelah ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 20 tetes
menghasilkan endapan berwarna biru dengan rumus ion kompleks yang
terbentuk adalah [Co(H2O)4(OH)2].
Reaksi yang terjadi pada percobaan diatas adalah:
[Co(H2O)6]2+(aq)+ OH- → [Co(H2O)4(OH)2](s)
Biru
Struktur kompleks yang terbentuk:
OH

OH

6. NiCl2
Sebanyak 1 mL larutan NiCl2 0,1 M yang berupa larutan berwarna
hijau muda dimasukkan kedalam tabung reaksi 6 dan ditambahkan larutan
NaOH 1 M yang tidak berwarna sebanyak 4 tetes sehingga menghasilkan
endapan berwarna biru kehijauan dengan rumus senyawa yang terbentuk
adalah [Ni(H2O)4(OH)2]. Endapan yang terbentuk merupakan suatu
hidroksida amfoter. Setelah ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 25 tetes
menghasilkan endapan berwarna hijau muda dengan rumus ion kompleks
yang terbentuk adalah [Ni(H2O)4(OH)2]-. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
Ni akan membentuk endapan berwarna hijau apabila direaksikan dengan
NaOH dan tidak larut dalam reagen berlebih.
Reaksi yang terjadi pada percobaan diatas adalah:
[Ni(H2O)6]2+(aq)+ OH- → [Ni(H2O)4(OH)2](s)
[Ni(H2O)4(OH)2](s) + OH- → [Ni(H2O)4(OH)2]2-(s)
Hijau
Struktur kompleks yang terbentuk:
2-

Ni

7. CuSO4
Sebanyak 1 mL larutan CuSO4 0,1 M yang berupa larutan berwarna
biru muda dimasukkan kedalam tabung reaksi 7 dan ditambahkan larutan
NaOH 1 M yang tidak berwarna sebanyak 4 tetes sehingga menghasilkan
endapan berwarna biru kehijauan dengan rumus senyawa yang terbentuk
adalah [Cu(H2O)5(OH)]+. Endapan yang terbentuk merupakan suatu
hidroksida amfoter. Setelah ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 25 tetes
menghasilkan endapan berwarna hijau muda yang berarti telah terbentuk
hidroksokompleks dengan rumus ion kompleks yang terbentuk adalah
[Cu(H2O)4(OH)2].
Reaksi yang terjadi pada percobaan diatas adalah:
[Cu(H2O)6]2+(aq)+ OH- → [Cu(H2O)5(OH)]+(s)
Biru kehijauan
[Cu(H2O)6]2+(aq)+ OH- → [Cu(H2O)4(OH)2](s) + H2O(l)
Hijau muda
Struktur kompleks yang terbentuk:

Cu

8. ZnCl2
Sebanyak 1 mL larutan ZnCl2 0,1 M yang berupa larutan tidak
berwarna dimasukkan kedalam tabung reaksi 8 dan ditambahkan larutan
NaOH 1 M yang tidak berwarna sebanyak 4 tetes sehingga menghasilkan
endapan berwarna putih dengan rumus senyawa yang terbentuk adalah
[Zn(H2O)4(OH)2]. Setelah ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 20 tetes
menghasilkan larutan tidak berwarna dikarenakan endapan yang larut.
endapan larut dalam NaOH berlebih karena zink (II) hidroksida bersifat
amfoter. Rumus ion kompleks yang terbentuk adalah [Zn(OH)6]2-.
Reaksi yang terjadi pada percobaan diatas adalah:

[Zn(H2O)6]2+(aq)+ OH- ⇌ [Zn(H2O)4(OH)2](s)


putih
[Zn(H2O)4(OH)2](s) + OH- → [Zn(OH)6]2-(aq)
Tidak berwarna
Dengan struktur ion kompleks yang terbentuk:

2-

Zn

Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, senyawa kompleks


memiliki warna-warna yang khas. Hal ini disebabkan oleh ligan-ligan yang
berbeda akan menghasilkan medan kristal yang energinya berbeda-beda pula,
sehingga kita bisa melihat warna-warna yang bervariasi. Untuk sebuah ion
logam, medan ligan yang lebih lemah akan membentuk kompleks yang Δ-nya
bernilai rendah, sehingga akan menyerap cahaya dengan λ yang lebih panjang
dan merendahkan frekuensi ν. Sebaliknya medan ligan yang lebih kuat akan
menghasilkan Δ yang lebih besar, menyerap λ yang lebih pendek, dan
meningkatkan ν.
Selain itu energi yang berada pada sinar daerah tampak tersebut cocok
untuk proses eksitasi elektron di orbital d. Eksitasi berasal dari energi yang
rendah ke energi yang lebih tinggi. Besarnya energi untuk melakukan
promosi (Δ), tergantung dari ion pusat dan tergantung dari jenis ligan. Untuk
memperoleh kestabilan elektron mengalami perpindahan dari tingkat energi
tinggi ke rendah, ketika berpindah dari energi tinggi ke rendah inilah terdapat
kelebihan energi yang di emisikan, sehingga dapat terlihat sebagai warna
pada daerah sinar tampak.

b. Reaksi dengan Amonia


Amonia dapat berperan sebagai basa maupun sebagai ligan. Dengan
jumlah amonia yang sedikit, ion hidrogen tertarik oleh ion heksaaquo seperti
pada kasus ion hidroksida untuk menghasilkan kompleks netral yang sama.
1. CrCl3
Sebanyak 1 mL larutan CrCl3 0,1 M yang berupa larutan berwarna
biru kehitaman dimasukkan kedalam tabung reaksi 1 dan ditambahkan
larutan NH4OH 2 M yang tidak berwarna sebanyak 2 tetes sehingga
menghasilkan endapan berwarna hijau kehitaman dengan rumus senyawa
yang terbentuk adalah [Cr(H2O)3(OH)3]. Endapan yang terbentuk merupakan
suatu hidroksida amfoter. Setelah ditambahkan NH4OH berlebih sebanyak
10 tetes menghasilkan endapan berwarna biru keruh dengan rumus ion
kompleks yang terbentuk adalah [Cr(NH3)]6+.
Reaksi yang terjadi pada percobaan diatas adalah:
[Cr(H2O)6]3+ (aq) + 3NH3 → [Cr(H2O)3(OH)3](s) + 3NH4+
Hijau
[Cr(H2O)3(OH)3](s) + 6NH3 → [Cr(NH3)6]3+(aq) + 3H2O(l) + 3OH-(aq)
Biru keruh
Dengan struktur ion kompleks yang dibentuk yaitu:
3+

Cr

2. Mn(SO4)
Sebanyak 1 mL larutan Mn(SO4) 0,1 M yang berupa larutan tidak
berwarna dimasukkan kedalam tabung reaksi 2 dan ditambahkan larutan
NH4OH 2 M yang tidak berwarna sebanyak 2 tetes sehingga menghasilkan
endapan berwarna kuning kecokelatan dengan rumus senyawa yang
terbentuk adalah [Mn(H2O)3(OH)3]. Setelah ditambahkan NH4OH berlebih
sebanyak 12 tetes menghasilkan endapan berwarna kuning kecokelatan
dengan rumus ion kompleks yang terbentuk adalah [Mn(H2O)4(OH)2].
Reaksi yang terjadi adalah:
Reaksi yang terjadi pada percobaan diatas adalah:
[Mn(H2O)6]2+ (aq) + NH3 → [Mn(H2O)3(OH)3] (s)
[Mn(H2O)6]2+ (aq) + 6NH3 → [Mn(H2O)4(OH)2] (s)+ 2NH4+
Kuning kecokelatan
Struktur kompleks yang dibentuk:

Mnn

3. Fe(NH3)2SO4
Sebanyak 1 mL larutan Fe(NH3)2SO4 0,1 M yang berupa larutan
berwarna hijau (-) dimasukkan kedalam tabung reaksi 3 dan ditambahkan
larutan NH4OH 2 M yang tidak berwarna sebanyak 2 tetes sehingga
menghasilkan endapan berwarna hijau kehitaman dengan rumus senyawa
yang terbentuk adalah [Fe(H2O)3(OH)3]. Ammonia pada kasus ini berperan
sebagai basa untuk menghilangkan ion hydrogen dari kompleks aquo.
Setelah ditambahkan NH4OH berlebih sebanyak 13 tetes menghasilkan
larutan tidak berwarna dan endapan hijau larut dengan rumus ion kompleks
yang terbentuk adalah [Fe(H2O)4(OH)2].
Reaksi yang terjadi pada percobaan diatas adalah:
[Fe(H2O)6]2+ (aq) + NH3 → [Fe(H2O)3(OH)3](s)
[Fe(H2O)6]2+ (aq) + 2NH3 → [Fe(H2O)4(OH)2](s) + 2NH4+
Hijau larut
Struktur kompleks yang dibentuk yaitu:

4. FeCl3
Sebanyak 1 mL larutan FeCl3 0,1 M yang berupa larutan berwarna
kuning dimasukkan kedalam tabung reaksi 3 dan ditambahkan larutan
NH4OH 2 M yang tidak berwarna sebanyak 2 tetes sehingga menghasilkan
endapan berwarna jingga dengan rumus senyawa yang terbentuk adalah
[Fe(H2O)3(OH)3]. Ammonia pada kasus ini berperan sebagai basa untuk
menghilangkan ion hydrogen dari kompleks aquo. Setelah ditambahkan
NH4OH berlebih sebanyak 15 tetes menghasilkan endapan berwarna jingga
kecokelatan dengan rumus ion kompleks yang terbentuk adalah
[Fe(H2O)3(OH)3].
Reaksi yang terjadi pada percobaan diatas adalah:
[Fe(H2O)6]3+(aq) + 3NH3 → [Fe(H2O)3(OH)3](s) + 3NH4+
Jingga kecokelatan
Dengan struktur kompleks yang dibentuk:

5. CoCl2
Sebanyak 1 mL larutan CoCl2 0,1 M yang berupa larutan berwarna
merah jernih dimasukkan kedalam tabung reaksi 5 dan ditambahkan larutan
NH4OH 2 M yang tidak berwarna sebanyak 2 tetes sehingga menghasilkan
endapan berwarna biru kehijauan dengan rumus senyawa yang terbentuk
adalah [Co(H2O)4(OH)2]. Reaksi yang terjadi yaitu:
[Co(H2O)6]2+ + 2NH3  [Co(H2O)3(OH)3](s) + 2NH4+(aq)
Biru kehijauan
Dengan jumlah kecil ammonia, ion hydrogen ditarik oleh heksaaquo dengan
tepat seperti pada kasus perubahan ion hidroksida menjadi kompleks netral.
Endapan tersebut melarut jika ditambahkan ammonia berlebih. Setelah
ditambahkan NH4OH berlebih sebanyak 14 tetes menghasilkan endapan
berwarna hijau kebiruan larut dengan rumus ion kompleks yang terbentuk
adalah [Co(NH3)6]2+. Ammonia menggantikan air sebagai ligan untuk
menghasilkan ion heksaaminkobal(II). Reaksi yang terjadi adalah:
[Co(H2O)6]2+ + 6NH3(aq) [Co(NH3)6]2+(aq) + 6H2O(l)
Hijau kebiruan, larut
Struktur ion kompleks yang terbentuk yaitu:
2+

Co

6. NiCl2
Sebanyak 1 mL larutan NiCl2 0,1 M yang berupa larutan berwarna
hijau muda dimasukkan kedalam tabung reaksi 6 dan ditambahkan larutan
NH4OH 2 M yang tidak berwarna sebanyak 2 tetes sehingga menghasilkan
endapan berwarna hijau kebiruan dengan rumus senyawa yang terbentuk
adalah [Ni(H2O)4(OH)2]. Setelah ditambahkan NH4OH berlebih sebanyak 14
tetes menghasilkan larutan tidak berwarna dan endapan hijau yang larut
dengan rumus ion kompleks yang terbentuk adalah [Ni(NH3)6]2+ .
Reaksi yang terjadi pada percobaan diatas adalah:
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + NH3(aq) ⇌ [Ni(H2O)5(OH)2](s + NH4+(aq)
Hijau kebiruan
[Ni(H2O)4(OH)2](s) + 6NH3(aq) [Ni(NH3)6]2+(s) + 6H2O(l)
hijau
Dengan struktur ion kompleks yang terbentuk:
7. CuSO4
Sebanyak 1 mL larutan CuSO4 0,1 M yang berupa larutan berwarna
biru muda dimasukkan kedalam tabung reaksi 7 dan ditambahkan larutan
NH4OH 2 M yang tidak berwarna sebanyak 2 tetes sehingga menghasilkan
endapan berwarna biru dengan rumus senyawa yang terbentuk adalah
[Cu(H2O)4(OH)2]. Setelah ditambahkan NH4OH berlebih sebanyak 18 tetes
menghasilkan larutan berwarna biru dan endapan larut. Hal ini menunjukkan
bahwa senyawa kompleks langsung terbentuk. Sebab, larutan CuSO 4
merupakan garam asam. Rumus senyawa ion kompleks yang terbentuk
yaitu: [Cu(NH3)6]2+.
Reaksi yang terjadi pada percobaan diatas adalah:
[Cu(H2O)6]2+(aq) + 2NH3(aq)→ [Cu(H2O)4(OH)2] + NH4+

[Cu(H2O)4(OH)2] + 6NH3(aq) → [Cu(NH3)6]2+(aq) + 2OH- + 4H2O (l)


Biru
Struktur ion yangn terbentuk yaitu:

2+

Cu

8. ZnCl2
Sebanyak 1 mL larutan ZnCl2 0,1 M yang berupa larutan tidak
berwarna dimasukkan kedalam tabung reaksi 8 dan ditambahkan larutan
NH4OH 2 M yang tidak berwarna sebanyak 2 tetes sehingga menghasilkan
endapan berwarna putih dengan rumus senyawa yang terbentuk adalah
[Zn(H2O)4(OH)2]. Setelah ditambahkan NH4OH berlebih sebanyak 19 tetes
menghasilkan larutan tidak berwarna dan endapan larut dengan rumus ion
kompleks yang terbentuk adalah. [Zn(NH3)6]2+.
Reaksi yang terjadi pada percobaan diatas adalah:

[Zn(H2O)6]2+(aq) + 2NH3(aq)→ [Zn(H2O)4(OH)2](s) + 2NH4+(aq)


putih
[Zn(H2O)4(OH)2](s) + 6NH3(aq) [Zn(NH3)6]2+(aq) + 4H2O(l) + OH-(aq)
Tidak berwarna

Struktur ion kompleks yang terbentuk adalah:

2+

Zn

c.Reaksi dengan NH4SCN


Pada reaksi ketiga yang dilakukan adalah reaksi ion logam transisi dengan
larutan ammonium tiosianat, (NH4SCN) 1M, yang merupakan jenis reaksi
kompleks tiosianat. Pada percobaan ini menggunakan delapan larutan. Hasil
dari percobaan ini akan menunjukkan kation manakah yang yang membentuk
ion kompleks dengan ion SCN- dari delapan larutan tersebut. Tiosianat dipakai
dalam beberapa kasus untuk mendeteksi ion.
1. CrCl3
Sebanyak 1 mL larutan CrCl3 0,1 M yang berupa larutan berwarna biru
kehitaman dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan
NH4SCN 2 M yang tidak berwarna sebanyak 1 mL sehingga menghasilkan
larutan berwarna biru kehitaman. Setelah itu membuat larutan blanko yang
digunakan untuk dibandingkan dengan larutan yang diuji dengan NH4SCN.
Cara membuatnya yaitu memasukkan 1 mL larutan CrCl 3 0,1 M yang berupa
larutan berwarna biru kehitaman pada tabung yang lain dan ditambahkan 1
mL aquades yang tidak berwarna sehingga menghasilkan larutan berwarna
biru kehitaman (--). Reaksi pada larutan blanko adalah tidak lain suatu
logam yang direaksikan oleh pelarut polar, seperti halnya proses
pengenceran. Sehingga hasil akhir larutan setelah penambahan tidak
mengalami banyak perubahan. Larutan CrCl3 tidak membentuk ion
kompleks setelah direaksikan dengan NH4SCN karena saat dibandingkan
dengan larutan blanko tidak terdapat perbedaan warna yang signifikan.

2. Mn(SO4)
Sebanyak 1 mL larutan Mn(SO4) 0,1 M yang berupa larutan tidak
berwarna dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan
NH4SCN 2 M yang tidak berwarna sebanyak 1 mL sehingga menghasilkan
larutan tidak berwarna. Setelah itu membuat larutan blanko yang digunakan
untuk dibandingkan dengan larutan yang diuji dengan NH4SCN. Cara
membuatnya yaitu memasukkan 1 mL larutan Mn(SO 4) 0,1 M yang berupa
larutan tidak berwarna pada tabung yang lain dan ditambahkan 1 mL
aquades yang tidak berwarna sehingga menghasilkan larutan tidak berwarna.
Reaksi pada larutan blanko adalah tidak lain suatu logam yang direaksikan
oleh pelarut polar, seperti halnya proses pengenceran. Sehingga hasil akhir
larutan setelah penambahan tidak mengalami banyak perubahan.
Larutan Mn(SO4) tidak membentuk ion kompleks setelah direaksikan
dengan NH4SCN karena saat dibandingkan dengan larutan blanko tidak
terdapat perbedaan warna.
3. Fe(NH3)2SO4
Sebanyak 1 mL larutan Fe(NH3)2SO4 0,1 M yang berupa larutan
berwarna hijau (-) dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan
larutan NH4SCN 2 M yang tidak berwarna sebanyak 1 mL sehingga
menghasilkan larutan berwarna jingga(+) dengan rumus ion kompleks yang
terbentuk adalah [Fe(H2O)5(SCN)]+. Dalam hal ini larutan Fe(NH3)2SO4
membentuk kompleks dengan NH4SCN. Reaksinya sebagai berikut:
[Fe(H2O)6]2+(aq)+ SCN- [Fe(H2O)5(SCN)]+(aq)
Jingga
Dengan struktur ion kompleks yang dibentuk:
+

Setelah itu membuat larutan blanko yang digunakan untuk dibandingkan


dengan larutan yang diuji dengan NH4SCN. Cara membuatnya yaitu
memasukkan 1 mL larutan Fe(NH3)2SO4 0,1 M yang berupa larutan
berwarna hijau (-) pada tabung yang lain dan ditambahkan 1 mL aquades
yang tidak berwarna sehingga menghasilkan larutan berwarna hijau
(--).Reaksi pada larutan blanko adalah tidak lain suatu logam yang
direaksikan oleh pelarut polar, seperti halnya proses pengenceran. Sehingga
hasil akhir larutan setelah penambahan tidak mengalami banyak perubahan.
Larutan Fe(NH3)2SO4 bisa membentuk ion kompleks jika direaksikan
dengan NH4SCN karena saat dibandingkan dengan larutan blanko terdapat
perbedaan warna yang signifikan yaitu pada Fe(NH 3)2SO4 yang ditambah
dengan NH4SCN berwarna jingga sedangkan pada larutan blanko berwarna
hijau (--).

4. FeCl3
Sebanyak 1 mL larutan FeCl3 0,1 M yang berupa larutan berwarna
kuning dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan
NH4SCN 2 M yang tidak berwarna sebanyak 1 mL sehingga menghasilkan
larutan berwarna merah kehitaman dengan rumus ion kompleks yang
terbentuk adalah [Fe(H2O)5(SCN)]2+. Dalam hal ini larutan FeCl3 membentuk
kompleks dengan NH4CNS. Reaksinya sebagai berikut:
[Fe(H2O)6]3+ (aq)+ SCN-(aq) [Fe(H2O)5(SCN)]2+ (aq) + H2O(l)
Merah
Dengan struktur ion kompleks yang dibentuk:
Setelah itu membuat larutan blanko yang digunakan untuk dibandingkan
dengan larutan yang diuji dengan NH4SCN. Cara membuatnya yaitu
memasukkan 1 mL larutan FeCl3 0,1 M yang berupa larutan berwarna
kuning pada tabung yang lain dan ditambahkan 1 mL aquades yang tidak
berwarna sehingga menghasilkan larutan berwarna kuning (-). Reaksi pada
larutan blanko adalah tidak lain suatu logam yang direaksikan oleh pelarut
polar, seperti halnya proses pengenceran. Sehingga hasil akhir larutan
setelah penambahan tidak mengalami banyak perubahan.
Larutan FeCl3 bisa membentuk ion kompleks jika direaksikan dengan
NH4SCN karena saat dibandingkan dengan larutan blanko terdapat
perbedaan warna yang signifikan yaitu pada FeCl3 yang ditambahkan
NH4SCN berwarna merah kehitaman sedangkan larutan blanko berwarna
kuning(-).

5. CoCl2
Sebanyak 1 mL larutan CoCl2 0,1 M yang berupa larutan berwarna
merah jernih dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan
NH4SCN 2 M yang tidak berwarna sebanyak 1 mL sehingga menghasilkan
larutan berwarna merah muda. Setelah itu membuat larutan blanko yang
digunakan untuk dibandingkan dengan larutan yang diuji dengan NH4SCN.
Cara membuatnya yaitu memasukkan 1 mL larutan CoCl2 0,1 M yang berupa
larutan berwarna merah jernih pada tabung yang lain dan ditambahkan 1 mL
aquades yang tidak berwarna sehingga menghasilkan larutan berwarna
merah muda(-).Reaksi pada larutan blanko adalah tidak lain suatu logam
yang direaksikan oleh pelarut polar, seperti halnya proses pengenceran.
Sehingga hasil akhir larutan setelah penambahan tidak mengalami banyak
perubahan.
Larutan CoCl2 tidak membentuk ion kompleks setelah direaksikan
dengan NH4SCN karena saat dibandingkan dengan larutan blanko tidak
terdapat perbedaan warna.
6. NiCl2
Sebanyak 1 mL larutan NiCl2 0,1 M yang berupa larutan berwarna
hijau muda dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan
NH4SCN 2 M yang tidak berwarna sebanyak 1 mL sehingga menghasilkan
larutan berwarna hijau muda(-). Setelah itu membuat larutan blanko yang
digunakan untuk dibandingkan dengan larutan yang diuji dengan NH4SCN.
Cara membuatnya yaitu memasukkan 1 mL larutan NiCl2 0,1 M yang berupa
larutan berwarna hijau muda pada tabung yang lain dan ditambahkan 1 mL
aquades yang tidak berwarna sehingga menghasilkan larutan berwarna hijau
(-). Reaksi pada larutan blanko adalah tidak lain suatu logam yang
direaksikan oleh pelarut polar, seperti halnya proses pengenceran. Sehingga
hasil akhir larutan setelah penambahan tidak mengalami banyak perubahan.
Larutan CoCl2 tidak membentuk ion kompleks setelah direaksikan
dengan NH4SCN karena saat dibandingkan dengan larutan blanko tidak
terdapat perbedaan warna.
7. CuSO4
Sebanyak 1 mL larutan CuSO4 0,1 M yang berupa larutan berwarna
biru muda dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan
NH4SCN 2 M yang tidak berwarna sebanyak 1 mL sehingga menghasilkan
larutan berwarna hijau muda dengan rumus ion kompleks yang terbentuk
adalah [Cu(H2O)5(SCN)]+. Dalam hal ini larutan CuSO4 membentuk
kompleks dengan NH4CNS.
Reaksinya sebagai berikut:
[Cu(H2O)6]2+(aq) + SCN- [Cu(H2O)5(SCN)]+(aq)
Hijau muda
Dengan struktur ion kompleks yang terbentuk:
+

Cu

Setelah itu membuat larutan blanko yang digunakan untuk dibandingkan


dengan larutan yang diuji dengan NH4SCN. Cara membuatnya yaitu
memasukkan 1 mL larutan CuSO4 0,1 M yang berupa larutan berwarna biru
muda pada tabung yang lain dan ditambahkan 1 mL aquades yang tidak
berwarna sehingga menghasilkan larutan berwarna biru muda (-). Reaksi
pada larutan blanko adalah tidak lain suatu logam yang direaksikan oleh
pelarut polar, seperti halnya proses pengenceran. Sehingga hasil akhir
larutan setelah penambahan tidak mengalami banyak perubahan.
Larutan CuSO4 bisa membentuk ion kompleks jika direaksikan dengan
NH4SCN karena saat dibandingkan dengan larutan blanko terdapat
perbedaan warna yang signifikan yaitu pada larutan CuSO 4 yang
ditambahkan NH4SCN berwarna hijau muda sedangkan pada larutan blanko
berwarna biru muda (-).
8. ZnCl2
Sebanyak 1 mL larutan ZnCl2 0,1 M yang berupa larutan tidak berwarna
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan NH4SCN 2 M
yang tidak berwarna sebanyak 1 mL sehingga menghasilkan larutan tidak
berwarna. Setelah itu membuat larutan blanko yang digunakan untuk
dibandingkan dengan larutan yang diuji dengan NH4SCN. Cara
membuatnya yaitu memasukkan 1 mL larutan ZnCl2 0,1 M yang berupa
larutan tidak berwarna pada tabung yang lain dan ditambahkan 1 mL
aquades yang tidak berwarna sehingga menghasilkan larutan tidak berwarna.
Reaksi pada larutan blanko adalah tidak lain suatu logam yang direaksikan
oleh pelarut polar, seperti halnya proses pengenceran. Sehingga hasil akhir
larutan setelah penambahan tidak mengalami banyak perubahan.
Larutan ZnCl2 tidak membentuk ion kompleks setelah direaksikan
dengan NH4SCN karena saat dibandingkan dengan larutan blanko tidak
terdapat perbedaan warna.
Kation dari garam logam transisi yang dapat membentuk ion kompleks
dengan ion SCN- adalah Fe2+, Fe3+, dan Cu2+ yang ditunjukkan dari
perubahan warna yang terjadi pada larutan saat ditambahkan amonium
tiosianat. Saat ion SCN- yang bertindak sebagai ligan terikat pada logam
akan menimbulkan suatu interaksi elektron yang terjadi disekitar ion pusat
yang membutuhkan energi dan energi dan akan digunakan untuk melakukan
eksitasi. Eksitasi yang terjadi yaitu seperti gelombang cahaya, dimana akan
dihasilkan warna-warna tertentu. Selain itu, warna yang dihasilkan akibat
dari pengisian orbital d pada logam yang kosong dimana logam transisi
cenderung bersifat paramagnetik. Artinya, mudah ditarik oleh medan magnet
dan mudah menerima sumbangan elektron. Sehingga, banyak logam transisi
digunakan sebagai penghantar panas dan listrik yang baik.

2. Percobaan II: Pembentukan Ion kompleks Oleh Ion Logam Transisi


a.Kompleks Cr (III)
Pada percobaan ini langkah yang dilakukan yaitu memasukkan larutan
encer CrCl3 yang berwarna biru kehitaman kedalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan 20 tetes reagen Na2C2O4 yang berupa larutan tidak berwarna dan
dikocok sehingga menghasilkan larutan berwarna hijau kehitaman dengan
rumus ion kompleks yang terbentuk yaitu [Cr(C2O4)3]3-. Fungsi dari
penambahan reagen Na2C2O4 yaitu sebagai penyedia ligan. Na2C2O4 merupakan
logam bidentat. Dimana ion 3 Cl- digantikan oleh ion C2O42- sebanyak 3
molekul. Sehingga terbentuk kompleks [Cr(C2O4)3]3-. Reaksi yang terjadi yaitu:
CrCl3(aq) + Na2C2O4(aq) [Cr(C2O4)3]3-(aq) + 2Na+ + 3Cl-

Kompleks yang terbentuk memiliki bilangan koordinasi sebanyak 6 dan berada


pada orbital d3 yang cenderung menyukai bentuk oktahedral. Dengan struktur
senyawa kompleks sebagai berikut
O O 3-

-
O O-

-O O
Cr

-
O O- - O
O

O O
[Cr(C2O4) 3]3-

b. Kompleks Fe(II) dan Fe(III)


Pada percobaan ini langkah pertama yang dilakukan yaitu memasukkan
larutan FeSO4 yang berwarna kuning(-) kedalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan 3 tetes 1,10 phenanthroline menghasilkan larutan yang berwarna
jingga dengan rumus ion kompleks yang terbentuk yaitu [Fe(phen) 6]2+. 1,10-
phenanthroline merupakan ligan bidentat, yang dimana perubahan warna
diakibatkan adanya pergantian ligan (SO4)2- oleh 1,10 phenanthroline, sehingga
terbentuk senyawa kompleks [Fe(phen)6]2+ sebagai berikut:

[Fe(phen)6]2+

Pada tabung yang lain dimasukkan 2 mL larutan encer FeCl 3 yang


berwarna kuning dan ditambahkan 2 tetes larutan NH4SCN yang berfungsi
memberikan warna gelap sehingga menghasilkan larutan berwarna merah
kecokelatan dengan rumus ion kompleks yang terbentuk yaitu [Fe(SCN)
(H2O)5]2+, setelah itu ditambahkan sedikit larutan Na2C2O4 dan dikocok
sehingga menghasilkan larutan berwarna jingga (+) dengan rumus ion
kompleks yang terbentuk yaitu [Fe(C2O4)(SCN)(H2O)3], setelah itu
ditambahkan larutan NH4SCN yang berlebih dihasilkan larutan berwarna
merah kecokelatan(++).
Dalam kompleks ini ligan C2O42- hanya dapat menggeser dan
menggantikan ligan Cl- karena kekuatan ligan SCN- lebih besar dari kekuatan
ligan C2O42-. Dan ketika larutan diberi NH4SCN berlebih, maka akan terbentuk
kompleks [Fe(SCN)6]3- dengan kembalinya warna merah gelap pada larutan
yaitu merah tua kecoklatan (++).
Reaksi yang terjadi:
[Fe(H2O)6]3+ + NH4SCN →[Fe(SCN)(H2O)5]2+(s) +H2O(l)
[Fe(H2O)3(CNS)Cl2] +Na2C2O4→ [Fe(H2O)3(SCN)(C2O4)] + 2NaCl
[Fe(H2O)3(SCN)(C2O4)] + NH4SCN → [Fe(SCN)6]3-
Struktur ion kompleks yang terbentuk:

[Fe(SCN)6]3-

c.Kompleks Co(II)
Pada percobaan ini sebanyak 1 mL larutan CoCl2 0,1 M yang berwarna
merah jernih dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan
Na2EDTA yang berupa larutan tidak berwarna sehingga menghasilkan larutan
berwarna merah muda dengan rumus ion kompleks yang terbentuk yaitu
[Co(EDTA)]2+ dengan struktur:

[Co(EDTA)]2+
d. Kompleks Ni(II)
Pada percobaan ini sebanyak 1 mL larutan NiCl 2 0,1 M yang berupa
larutan berwarna hijau muda dimasukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
ditambahkan reagen dimethylglioksime yang berupa larutan tidak berwarna
sehingga menghasilkan endapan berwarna merah muda. Hal ini tidak sesuai
dengan teori karena seharusnya endapan yang terbentuk adalah berwarna hijau
muda dengan rumus ion kompleks yang dihasilkan yaitu [Ni(DMG)] 2+ dengan
struktur:

[Ni(DMG)]2+

Pada tabung yang lain dimasukkan juga 1 mL larutan NiCl 2 0,1 M yang berupa
larutan berwarna hijau muda dan ditambahkan reagen Na2EDTA yang berupa
larutan tidak berwarna sehingga menghasilkan endapan berwarna hijau muda
dengan rumus ion kompleks yang terbentuk yaitu [Ni(EDTA)]2+. Dimana ion
NO3- sebagai ligan digantikan oleh EDTA. Karena ligan EDTA lebih kuat
daripada NO3- sehingga, mampu mendesak dan menggantikan posisi
NO3- untuk berikatan dengan logam Ni. Struktur ion kompleks yang terbentuk
adalah:

[Ni(EDTA)]2+

e.Kompleks Cu(II)
Pada percobaan ini langkah pertama yang dilakukan yaitu mengambil
seujung spatula kecil padatan CuSO4.5H2O dan CuCl2.2H2O dan ditempatkan
pada kaca arloji. CuSO4.5H2O merupakan kristal berwarna biru dan
CuCl2.2H2O merupakan kristal berwarna hijau. Setelah itu sebanyak 1 mL
larutan CuSO4 0,1 M yang berupa larutan berwarna biru muda dimasukkan
kedalam tabung reaksi dan ditambahkan reagen Na2EDTA yang berupa larutan
tidak berwarna sehingga menghasilkan endapan berwarna biru muda dengan
rumus ion kompleks yang terbentuk yaitu [Cu(EDTA)2]2+. Na2EDTA
merupakan logam polidentat. Struktur senyawa kompleks yang terbentuk pada
percobaan ini yaitu:

[Cu(EDTA)2]2+

3. Percobaan III: Perubahan Tingkat Oksidasi


a.Perubahan Fe2+ menjadi Fe3+
Pada percobaan ini kedalam tabung reaksi dimasukkan 1 mL larutan
FeSO4 yang berupa larutan tidak berwarna dan ditambahkan 3 tetes larutan
HNO3 pekat yang berupa larutan tidak berwarna sehingga dihasilkan larutan
berwarna hijau kekuningan.. Penambahan HNO3 pekat ini bertujuan agar Fe2+
teroksidasi menjadi Fe3+ karena HNO3 pekat merupakan suatu oksidator kuat.
Secara teori, oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ terjadi dengan lambat ketika terkena
udara. Oksidasi yang cepat jika direaksikan dengan oksidator kuat seperti
HNO3, H2O2, HCl pekat, dsb.

Reaksi yang terjadi adalah:


3Fe2+ + 3H+ + HNO3- → NO↑ + 2Fe3+ + 2H2O
2+ oksidasi 3+
+5 reduksi +2

Setelah itu larutan dipanaskan selama 1-2 menit sehingga menghasilkan larutan
berwarna kuning dan rumus ion kompleks yang terbentuk yaitu [Fe(H 2O)6]3+ .
Tujuan dari pemanasan adalah agar reaksi antara FeSO4 dan HNO3 pekat tadi
berlangsung dengan sempurna dari pemanasan Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+.
Setelah itu larutan dibiarkan dingin sehingga dihasilkan larutan yang tetap
berwarna kuning dengan rumus ion kompleks yang terbentuk yaitu
[Fe(H2O)6]3+. Setelah itu ditambahkan larutan NaOH 2M yang berupa larutan
tidak berwarna sedikit demi sedikit (21 tetes) dan diperoleh larutan berwarna
jingga dan endapan permanen yang berwarna jingga(+). Penambahan NaOH ini
bertujuan untuk membuktikan apakah Fe2+ sudah benar-benar teroksidasi
menjadi Fe3+. Karena besi sangat mudah dioksidasi pada kondisi yang bersifat
basa. Seperti sudah dipelajari pada percobaan 1a, larutan FeCl 3 (mengandung
Fe3+) jika direaksikan dengan NaOH akan memberikan warna jingga. Hasil
yang kami dapatkan setelah penambahan ini adalah larutan berubah warna dari
kuning menjadi larutan berwarna jingga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
hasil percobaan kami sudah sesuai teori dengan reaksi yang terjadi yaitu:
[Fe(H2O)6]3+ + 3OH-  [Fe(H2O)3(OH)3]
Kuning jingga
Dengan struktur yang dibentuk:

b. Perubahan Cr6+ menjadi Cr3+


Pada percobaan ini kedalam tabung reaksi dimasukkan 1 mL larutan encer
K2Cr2O7 yang berupa larutan berwarna jingga, dipanaskan dan dihasilkan
warna larutan tetap jingga dengan rumus ion kompleks yang terjadi yaitu
[Cr2O7]2-. Proses pemanasan sendiri dilakukan untuk menghasilkan ion
[Cr2O7]2-. Setetelah itu ditambahkan bijih Zn yang berwarna hitam sehingga
dihasilkan larutan berwarna jingga, bijih Zn tidak larut sempurna dan terdapat
gelembung dengan reaksi yang terjadi yaitu:
[Cr2O7]2- + 3Zn + 14H+  3Zn2+ + 2Cr3+ + H2O

+6 reduksi +3

0 oksidasi +2
Kemudian dalam larutan ditambahkan HCl pekat yang berupa larutan tidak
berwarna sehingga dihasilkan larutan berwarna hijau dan adanya gelembung
dengan rekasi yang terjadi yaitu:
Cr3+ + HCl  CrCl2 + H2(g) .
Fungsi Zn dan HCl pekat adalah sebagai reduktor untuk mereduksi Cr6+
menjadi Cr3+. Setelah itu larutan dipanaskan lagi sehingga menghasilkan
larutan berwarna hijau kehitaman dengan rumus ion kompleks
[Cr(H2O)3(Cl)2]+. Pemanasan ini bertujuan agar butir Zn larut sempurna dan
secara otomatis mereduksi Cr6+ menjadi Cr3+ secara sempurna. Setelah itu
larutan ditambahkan dengan HNO3 pekat sebanyak 1 mL sehingga dihasilkan
larutan berwarna hijau kehitaman (-). Penambahan HNO3 dilakukan untuk
menunjukkan bahwa telah terjadi reduksi Cr6+ menjadi Cr3+ dengan reaksi yang
terjadi yaitu:
[Cr2O7]2- + 6e- + 14H+  2Cr3+ + 7H2O
+6 reduksi +3

X. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
a. Reaksi logam-logam garam transisi dapat dipelajari dengan cara
mereaksikannya dengan NaOH, NH4OH, dan NH4SCN yang menghasilkan
perubahan seperti warna-warna yang khas dan endapan yang terbentuk juga
memiliki warna yang berbeda-beda sesuai dengan muatan logam pusat
senyawa kompleks tersebut.
b. Pembentukan ion kompleks logam transisi dapat dilakukan dengan
menambahkan larutan yang mengandung ligan-ligan dalam deret spektrokimia
seperti ion H2O, SCN-, EDTA, DMG dan ion oksalat.
c. Perubahan warna yang terjadi pada senyawa logam transisi adalah akibat
adanya perubahan bilangan oksidasi karena pengaruh masuknya ligan ligan
monodentat, bidentat maupun polidentat, seperti saat dilakukannya pemanasan
dan penambahan asam-basa kuat.

Anda mungkin juga menyukai