Anda di halaman 1dari 13

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap Praktikum Anorganik dengan judul “Aluminium dan


Senyawanya” disusun oleh:
Nama : Mukmin
Nim : 091314022
Kelas :B
Kelompok : IV
Telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten/Koordinator Asisten dan
dinyatakan diterima.

Makassar, Juni 2011


Koordinator Asisten Asisten

Kurnia Ramadhani, S. Si Abdur Rahman Arif. S. Si

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Pince Salempa, M. Si


A. Judul Percobaan
“Aluminium dan Senyawanya”

B. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini yaitu untuk mempelajari sifat-sifat logam aluminium
dan persenyawaannya.

C. Landasan Teori
Aluminium ialah unsur kimia.Lambang aluminium ialah Al, dan nomor
atomnya 13.Aluminium ialah logam paling berlimpah.Aluminium bukan merupakan
jenis logam berat, namun merupakan elemen yang berjumlah sekitar 8% dari
permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga. Aluminium terdapat dalam
penggunaan aditif makanan, antasida, buffered aspirin, astringents, semprotan
hidung, antiperspirant, air minum, knalpotmobil, asap tembakau, penggunaan
aluminium foil, peralatan masak, kaleng, keramik , dan kembang api
(Wikipedia,2011).
Aluminium murni adalah logam berwarna putih keperakan dengan banyak
karakteristik yang diinginkan.Aluminium ringan, tidak beracun (sebagai logam),
nonmagnetik dan tidak memercik.Aluminium sangat lunak dan kurang
keras.Aluminium adalah logam aktif seperti yang ditunjukkan pada harga potensial
reduksinya dan tidak ditemukan dalam bentuk unsur di alam.Aluminium adalah
unsur ketiga terbanyak dalam kulit bumi, tetapi tidak ditemukan dalam bentuk unsur
bebas. Walaupun senyawa aluminium ditemukan paling banyak di alam, selama
bertahun-tahun tidak ditemukan cara yang ekonomis untuk memperoleh logam
aluminium dari senyawanya (Nununk, 2010).
Nama aluminium diturunkan dari kata alum yang meninjuk pada senyawa
garam rangkap Kal(SO4)2.12H2O; kata ini berasal dari bahasa latin alumen yang
artinya garam pahit. Oleh Humphry Davy, logam rangkap ini diusulkan dengan nama
alumium kemudian berubah menjadi aluminum. Namun, nama ini pun segera
termodifikasi menjadi aluminium yang menjadi populer di seluruh dunia kecuali
Amerika Utara dimana American Chemical Society (Himpunan Masyarakat Kimia
Amerika) pada tahun 1925 memutuskan tetap menggunakan aluminum di dalam
publikasinya (Sugiyarto, 2003).
Aluminium merupakan unsur logam abu-abu mangkilat, lembek, dan kurang
kuat tetapi ringan.Terdapat di alam pada kerak bumi terutama sebagai bauksit yang
menjadi sumber utamanya.Logam ini reaktif dan segera bereaksi dengan oksigen di
udara membentuk lapisan oksidanya yang membungkus badan logam sehingga
menghalangi oksidasi selanjutnya dan logam menjadi tahan karat. Campurannya
dengan logam-logam seperti Ni, Cu, Zn, Si, dsb, menghasilkan alloy yang ringan
dengan kegunaan yang luas, misalnya untuk pesawat terbang, kapal, blok mesin, alat-
alat rumah tangga, kerangka bangunan, dll. Okasidanya sebagai alumina (Al2O3)
yang ditemukan di alam antara lain berupa merah delima, safir, korundum dan emeri
yang digunakan untuk pembuatan delas dan bahan tahan panas (Mulyono, 2007).
Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik.Terang dan
kuat.Merupakan konduktor yang baik juga buat panas.Dapat ditempa menjadi
lembaran, ditarik menjadi kawat dan diekstrusi menjadi batangan dengan bermacam-
macam penampang, tahan korosi.Aluminium digunakan dalam banyak
hal.Kebanyakan darinya digunakan dalam kabel bertegangan tinggi.Juga secara luas
digunakan dalam bingkai jendela dan badan pesawat terbang. Ditemukan di rumah
sebagai panci, botol minuman ringan, tutup botol susu dan sebagainya. Aluminium
juga digunakan untuk melapisi lampu mobil dan compact disks (Wikipedia,2011).
Logam aluminium dapat bereaksi dengan asam klorida dan asam sulfat, baik
yang encer maupun yang pekat menghasilkan garamnnya.Dengan asam nitrat, logam
aluminium tidak bereaksi karena permukaan menjadipasif, etapi dalam keadaan tidak
murni qakan bereaksi dengan asam nitrat dalam sembarang kepekatan.Larutan alkali
kaustik panas bereaksi dengan aluminium membentuk aluminat dan gas hidrogen
(Tim Dosen Kimia Anorganik, 2010).
Aluminium dengan kanfigurasi elektronik [10Ne]3s23p1 dikenal mempunyai
tingkat oksidasi +3 dalam senyawanya. Logam aluminium tahan terhadap korosi
udara karena reaksi antara logam aluminium dengan oksigen membentuk lapisan
nonpori dan membungkus permukaan logam hingga tidak terjadi reaksi lanjut
(Sugiyarto, 2003).
Endapan putih seperti gelatin, yaitu aluminium hidroksida Al(OH)2 yang larut
sedikit dalam reagensia berlebihan. Kelarutan berkurang dengan adanya garam-
garam ammonium disebabkan oleh efek ion sekutu.Sebagian kecil endapan masuk ke
dalam larutan sebagai aluminium hidroksida koloid (sol aluminium hidroksida); sol
ini berkoagulasi pada pendidihan atau pada penambahan garam-garam yang larut
(misalnya aluminium klorida), dengan menghasilkan endapan aluminium hidroksida
yang dikenal sebaai gel aluminium hidroksida.Untuk menjamin pengendapan yang
sempurna, dengan larutan amonia.Larutan amonium itu ditambahkan dengan sedikit
berlebihan dan caampuran didihkan sampai larutan sedikit berbau amonia. Bila baru
diendapkan, ia mudah melarut dalam asam kuat, tetapi setelah dididihkan ia menjadi
sangat sedikit larut :
Al3+ + NH3 + H2O Al(OH)3 + 3 NH4+
Aluminium adalah logam putih, yang liat dan dapat ditempa, bubuknya
berwarna abu-abu. Ia melebur pada 6590 C. Asam klorida encer dengan mudah
melarutkan logam ini, pelarutan lebih lambat dalam asam sulfat encer asam nitrat
encer :

2 Al + 6H+ 2 Al3+ + 3 H2

Proses pelarutan dapat dipercepat dengan menambahkan sedikit merkurium


(III) klorida pada campuran. Asam klorida pekat juga melarutkan klorida:

2 Al + 6H2SO4 2 Al3+ + 3 S042- + 3 SO2 + 6 H2O

Asam nitrat pekat membuat logam menjadi pasif. Dengan hidroksida-


hidroksida alkali, terbentuk larutan tetrahidroksoaluminat:

2 Al + 2 OH- + 6 H2O2 [Al(OH)4]- + 3 H2

Aluminum adalah tetravalen dalam senyawa-senyawa. Ion-ion aluminium


(Al3+) membentuk garam-garam yang tidak berwarna dengan anion-anion yang
tidak berwarna. Halida, nitrat dan sifatnya larut dalam air, larutan ini memperlihatkan
reaksi asam karena hidrolisis. Aluminium sulfida dapat dibuat hanya dalam keadaan
padat saja, dalam larutan air ia terhidrolisis dan terbentuk aluminium hidroksida
Al(OH)3, (Svehla, 1985: 266).
Aluminium dengan kanfigurasi elektronik [10Ne] 3s2 3p1 dikenal
mempunyai tingkat oksidasi +3 dalam senyawanya. Logam aluminium tahan
terhadap korosi udara karena reaksi antara logam aluminium dengan oksigen
membentuk lapisan nonpori dan membungkus permukaan logam hingga tidak terjadi
reaksi lanjut (Sugiyarto, 2003).

D. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Tabung reaksi, 7 buah
2. Botol semprot, 1 buah
3. Pembakar spiritus, 1 buah
4. Kaki tiga , 1 buah
5. Kasa asbes, 1 buah
6. Klem kayu, 1 buah
7. Gelas ukur 10 mL, 2 buah
8. Corong biasa, 1 buah
9. Gelas kimia 100 mL, 2 buah
10. Spatula, 1 buah
11. Pipet tetes, 6 buah
b. Bahan
1. Aluminium Oksida (Al2O3)
2. Magnesium oksida (MgO)
3. Aluminium klorida (Al2Cl3) anhidrat
4. Magnesium klorida (MgCl2) anhidrat
5. Ammonium (NH4OH)
6. Natrium Hidroksida (NaOH) 2 M dan encer
7. Asam klorida (HCl) encer
8. Metil violet
9. Indikator universal
10. Aquades
11. Kertas saring
12. Korek api kayu
13. Tissu

E. Prosedur Kerja
1. Sifat Aluminium Hidroksida
a. Memasukkan 2 mL larutan garam aluminium. Menambahkan beberapa tetes
amonia. Mengamati yang terjadi. Kemudian menambahkan amonia hingga
berlebih. Mengamati perubahan yang terjadi.
b. Memasukkan 2 ml larutan garam aluminium. Menambahkan beberapa tetes
larutan NaOH. Endapan yang terjadi dibagi dua bagian. Bagian pertama
ditambahkan NaOH hingga berlebih, sedang bagian kedua ditambahkan
dengan HCl. Mengamati perubahan yang terjadi.
c. Mereaksikan larutan garam aluminium dengan larutan NaOH encer hingga
diperoleh endapan aluminium hidroksida. Menyaring endapan yang
terbentuk. Kemudian endapan pada kertas saring dicuci dengan air dingin.
Dan dilanjutkan dicuci dengan metil violet.Mengamati perubahan yang
terjadi.
2. Membandingkan Aluminium Klorida dan Magnesium Klorida
a. Memanaskan aluminium klorida anhidrta dalam tabung reaksi. Memanaskan
pula magnesium klorida anhidrat dalam tabung reaksi. Mengamati apa yang
terjadi.
b. Memasukkan satu sendok aluminum klorida anhidrat ke dalam tabung reaksi.
Kemudian menambahkan air setetes demi setetes. Mengamati dan mengukur
pH dengan indikator universal. Mengulangi percobaan di atas dengan
mengganti aluminium klorida dengan magnesium klorida.
3. Membandingkan Sifat Asam Basa Al2O3 dan MgO
a. Memasukkan kurang lebih 0,1 gram aluminium oksida dan 0,1 gram
magnesium klorida dalam tabung reaksi yang berbeda. Kemudian
menambahkan dengan 3 mL air dan mengocok. Mengamati perubahan yang
terjadi dan memeriksa pH-nya.
b. Memasukkan kurang lebih 0,1 gram aluminium oksida dan 0,1 gram
magnesium klorida dalam tabung reaksi yang berbeda. Kemudian
menambahkan 3 mL asam klorida encer. Mengamati perubahan yang terjadi.
Mengulangi percobaan di atas dengan mengganti larutan asam klorida
dengan natrium hidroksida.
4. Membandingkan Sifat Basa Ion Aluminium dan Ion Magnesium
a. Menuangkan 3 mL larutan garam aluminium ke dalam sebuah tabung reaksi
dan 3 mL larutan garam magnesium ke dalam tabung reaksi yang lain.
Memeriksa pH setiap larutan.
b. Menambahkan larutan NaOH 2N pada masing-masing larutan hingga
terbentuk endapan.
c. Menambahkan larutan NaOH secara berlebih hingga endapan larut kembali.

F. Hasil Pengamatan
1. Sifat Aluminium Hidroksida
a. 2 mL AlCl3 (tak berwarna) + NaOH (tak berwarna) larutan
bening + NaOH berlebihlarutan keruh
b. 2 mL AlCl3 (tak berwarna)+NaOH 2M (takberwarna) - larutan
dibagi dua
keruh endapan putih
1. endapan pertama + NaOH berlebihlarutan bening dan endapan putih
2. endapan kedua + HCl larutan keruh dan endapan putih.
saring
c. Larutan bening endapan putih endapan putih dicuci dengan air dingin
endapan putih + metil ungu endapan berwarna ungu.
2. Membandingkan Aluminium Klorida dengan Magnesium Klorida
a. kristal aluminium klorida (putih) tidak meleleh
kristal magnesium klorida (putih) meleleh dalam waktu 32 detik
b. kristal aluminium klorida (putih) + air larutan bening tidak larut
sempurna, pH=2
kristal magnesium klorida (putih) + air Larutan bening, pH 4.
3. Membandingkan Sifat Asam-Basa Al2O3 dan MgO
a. 0,1 gram Al2O3 + 3ml H2O larutan bening endapan putih (tidak
larut sempurna), pH 8
0,1 gram MgO + 3ml H2O larutan keruh, larut sempurna pH 10
b. 0,1 gram Al2O3 + 3ml NaOH larutan bening endapan putih (tidak
larut sempurna) pH 14
0,1 gram MgO + 3ml NaOHlarutan keruh pH 14
c. 0,1 gram Al2O3 + 3ml HCl larutan bening endapan putih (tidak
larut sempurna) pH 1
0,1 gram MgO + 3ml HCl larutan keruh pH 14
4. Membandingkan Sifat basa ion Aluminium dan ion Magnesium
a. 3 mL larutan AlCl3(bening) pH3 +NaOH 2M(tak berwarna) larutan
bening endapan putih
b. 3 mL larutan garam magnesium MgCl2(bening) pH7 + NaOH2M (tak
berwarna) larutan putih susu

G. Pembahasan
1. Sifat Aluminium Hidroksida
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat aluminium dan
senyawanya. Langkah pertama yaitu mempelajari sifat aluminium hidroksida.
Dalam percobaan ini, pada larutan AlCl3ditambahkan dengan amonia dan
menghasilkanlarutan bening. Selanjutnya ditambahkan NH4OH berlebih,
sehingga terbentuk larutan keruh, diperoleh larutan keruh karena terbentuk
Al(OH)3. Hal ini tidak sesuai dengan teori, seharusnyadiperoleh
endapanAl(OH)3, ini dikarenakan larutan NH4OH yang digunakan telah rusak
dan kensentrasinya telah berubah.Berdasarkan teori bahwa jika garam
aluminium direaksikan dengan amonia maka akan membentuk endapan
Al(OH)3 yang jika ditambahkan sedikit berlebih akan terjadi pengendapan
sempurna dengan persamaan reaksi :
Al3++ 3NH3+ 3H2OAl(OH)3+ 3NH4+
Perlakuan berikutnya, yaitu penambahan beberapa tetes larutan NaOH
pada larutan AlCl3diperoelh endapan putih Al(OH)3, lalu endapan yang
terbentuk dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama ditambahkan dengan
HCl encer yang menyebabkan endapan larut kembali yang ditandai dengan
larutan bening. Bagian kedua ditambahkan dengan NaOH berlebih sehingga
menghasilkan larutan bening karena endapan larut kembali. Hal ini sudah
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika garam aluminium
ditambahkan dengan basa (alkali hidroksida) akan membentuk endapan
Al(OH)3 yang jika ditambahkan dengan basa ataupun asam yang berlebih
menyebabkan hidroksida yang terbentuk melarut kembali dengan persamaan
reaksi :
Al3++ 3OH- Al(OH)3
Al(OH)3 + OH- [Al(OH)4]-
[Al(OH)4]- + NH4+ Al(OH)3 + NH3 + H2O
[Al(OH)4]- + H+Al(OH)3 + H2O
[Al(OH)4]- + 3H+ Al3+ + 3H2O
Langkah berikutnya, mereaksikan larutan NaOH encer dengan larutan
garam aluminium, lalu endapan disaring dan dicuci dengan aquades.Setelah
itu endapan ditambahkan dengan metil violet sehingga menghasilkan serbuk
berwarna ungu. Metil ungu memiliki trayek pH sekitar 0,5-1,5. Jika pH < 0,5,
akan menunjukkan perubahan menjadi kuning sedang jika pH > 1,5 maka
akan menunjukkan perubahan menjadi ungu .
2. Membandingkan Aluminium Klorida dan Magnesium Klorida
a. Pengujian ini mula-mula serbuk AlCl3 anhidrat dipanaskan, dari hasil yang
diperoleh, serbuk AlCl3 anhidrat tidak meleleh dalam waktu yang relatif
cepat. Sedangkanserbuk MgCl2dipanaskan membutuhkan waktu 32 detik
untuk meleleh. Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa serbuk
magnesium klorida (MgCl2) lebih cepat meleleh dibandingkan dengan AlCl3
karena MgCl2 memiliki densitas atau kerapatan yang lebih kecil
dibandingkan dengan AlCl3.Hal ini disebabkan AlCl3 memiliki ikatan yang
lebih kuat diandingkan MgCl2, yang berarti AlCl3 mempunyai titik leleh
lebih tinggi yaitu 660oC sedangkan MgCl2 mempunyai titik leleh 648oC.
Selain itu menurut aturan Fajans, kation dengan ukuran yang semakin kecil
dan muatan positif semakin kuat maka mempunyai daya mempolarisasi
semakin kuat, semakin kuat daya mempolarisasi maka sifat kovalennya juga
semakin besar. Magnesium memiliki muatan +2 (Mg2+) dan aluminium
memiliki muatan +3 (Al3+) sehingga rapatan muatannya semakin besar
menyebabkan sifat kovalennya lebih besar,sehingga ikatan antar ionnyapun
lemah dan mudah terputus. Adapun reaksi pembakaran yang terjadi adalah:
4AlCl3 + 3O2 2Al2O3 + 6 Cl2
2MgCl2 + O2 2MgO + 2Cl2

b. Langkah berikutnya, AlCl3 anhidrat ditetesi dengan air menghasilkan larutan


bening yang tidak larut sempurna dan yang diperoleh pH = 2yang
menunjukkan bahwa AlCl3 bersifat asam. Hal ini sudah sesuai dengan teori
yang menyatakan jika AlCl3 padat diteteskan dengan air berlebih akan
menghasilkan larutan asam dengan pH 2-3 atau lebih rendah jika larutan
yang diperoleh lebih pekat. Reaksi yang terjadi :
AlCl3(s) + O2 Al2O3
AlCl3(s) + 6H2O [Al(H2O)]3+ + 3Cl-
Pada magnesium klorida, ketika MgCl2 anhidrat ditetesi dengan air,
MgCl2diperoleh larutan beningdan pH-nya yaitu 5. Hal ini telah sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa MgCl2 larut dalam air menghasilkan
asam lemah, persamaan reaksi :
MgCl2(s) + O2MgO + Cl2
MgCl2(s)+ 6H2O [Mg(H2O)]2+ + 3Cl-
3. Membandingkan Sifat Asam-Basa Al2O3 dan MgO
Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan sifat asam dan basa
dari aluminium Oksida (Al2O3) dan Magnesium Oksida (MgO).Al2O3
ditambahkan dengan air diperoleh larutan bening endapan putih (tidak larut
sempurna).Menurut teori, Al2O3 tidak dapat bereaksi dengan air dan tidak
larut dalam air. Walaupun masih mengandung ion oksida, tapi terlalu kuat
berada di dalam kisi padatan untuk bereaksi dengan air.
Pengujian pada MgO yang ditambahkan dengan air maka dihasilkan
larutan keruh yang melarut sempurna. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa jika serbuk MgO direaksikan dengan air akan terbentuk
Mg(OH)2 yang hanya sedikit larut. Adapun reaksi yang terjadi :
MgO + H2O Mg(OH)2
Pada percobaan selanjutnya, Al2O3 direaksikan dengan NaOH dan
tidak terjadi reaksi dan saat direaksikan dengan HCljuga tidak terjadi reaksi.
Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Al 2O3 dapat
bereaksi dengan asam klorida encer menghasilkan AlCl3 yang menunjukkan
sisi basa dari sifat amfoternya sedangkan jika bereaksi dengan basa akan
menghasilkan larutan natrium tertahidroksoaluminat yang menunjukkan sisi
asam dari sifat amfoternya. Dengan persamaan reaksi:
Al2O3 + 6HCl 2AlCl3 + 3H2O
Al2O3 + NaOH 2Na[Al(OH)4]
Namun, hal tersebut (tidak terjadinya reaksi antara Al2O3 dengan
NaOH dan HCl) dapat terjadi jika Al2O3 yang digunakan berasal dari
pemanasan Al(OH)3 di atas suhu 850 oC. Menurut teori, jika suhu pembuatan
di atas 850 oC, maka oksida yang terbentuk tidak larut dalam asam maupun
basa sehingga saat pH diukur, bukan pH Al 2O3 yang terbaca tetapi pH dari
HCl dan NaOH itu sendiri.
Ketika MgO direaksikan dengan NaOHmenghasilkan larutan keruh
yang lama-kelamaan akan mengendap. MgO juga direaksikan dengan HCl
yang menghasilkan larutan keruh dan lama-kelamaan akan mengendap. Hal
ini sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa MgO akan bereaksi
dengan HCl menghasilkan larutan MgCl2 yang menunjukkan sisi basa dari
oksidanya dengan persamaan reaksi :
MgO + 2HCl MgCl2 + H2O
MgO + 2NaOH Mg(OH)2 + 2NaO
4. Membandingkan Sifat Basa Ion Aluminium dan Magnesium
Sebelum meakukan pengujian ini, pH dari AlCl3dan MgCl2terlebih
dahulu diukur dan diperoleh pH-nya yaitu 3. Hal ini menunjukkan bahwa
larutan garam aluminium(AlCl3) bersifat asam, sedangakn pH MgCl2 yaitu 7.
AlCl3 berasal dari asam kuat dan basa lemah sedangkan MgCl 2 berasal dari
asam kuat dan basa kuat.Selanjutnya ditambahkan NaOH pada masing-
masing larutan, pada AlCl3 membentuk larutan bening dan endapan putih
yang merupakan endapan Al(OH)3 sedangkan MgCl2 membentuk larutan
putih. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika larutan
garam aluminiumdireaksikan dengan basa (NaOH) akan membentuk endapan
Al(OH)3 sedangkan larutan garam magnesium akan membentuk endapan
Mg(OH)2, dengan persamaan reaksi :
AlCl3 + 3NaOH Al(OH)3 + 3NaCl
MgCl2 + 2NaOH Mg(OH)2 + 2NaCl

H. Kesimpulan
1. Aluminium hidroksida, Al(OH)3 dapat larut dalam pelarut asam maupun basa
sedang dengan pelarut amonia akan membentuk Al(OH)3.
2. Al(OH)3 bersifat asam
3. Al2O3 tidak larut dalam air dan bersifat amfoter
4. AlCl3lebih asam dibandingkan MgCl2
5. Magnesium klorida anhidrat lebih cepat meleleh daripada aluminium klorida.
6. Magnesium klorida anhidrat lebih cepat larut dalam air dibandingkan dengan
aluminium klorida anhidrat.
7. Ion magnesium bersifat basa dibandingkan dengan ion aluminium.

I. Saran
Sebaiknya praktikan selanjutnya melakukan pengulangan sabanyak 2 kali untuk
setiap pengujian agar diperoleh hasil yang jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono. 2007. Kamus Kimia. Jakarta : Bumi Aksara.

Nununk, 2010.Aluminium dan Senyawanya.http://nugiluph24.com/aluminium-dan-


senyawanya.html. Diakses pada 30 april 2010.

Sugiyarto, dkk. 2005. Kimia Anorganik II. JICA: Universitas Negeri Malang

Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Bagian 1.Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.

Tim Dosen Kimia Anorganik. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik.


Makassar : Jurusan Kimia Univeristas Negeri Makassar.

Wikipedia. 2011. Aluminium. http://id.wikipedia.org/wiki/Aluminium. Diakses pada


tanggal 30 April 2011.

Anda mungkin juga menyukai