Anda di halaman 1dari 9

Praktikum Kimia Analisis Instrumen

A. JUDUL PERCOBAAN
Refraktometer
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui sifat
C. LANDASAN TEORI
Apabila suatu berkas cahaya melewati perbatasan dua permukaan dua macam
media, cahaya akan dibiaskan. Sudut datang tidak sama dengan sudut pembiasan
cahaya. Besar sudut datang dan sudut bias tergantung pada berat jenis, temperatur dan
macam media yang dilewati. Panjang geombang cahaya datang juga mempengaruhi
besar sudut datang dan sudut bias. Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus
sudut bias ini lah yang disebut indeks bias senyawa (Tim Dosen, 2014: 26).
Indeks bias (n) dari cairan atau larutan didefinisikan sebagai perbandingan
kecepatan cahaya dalam vakum (Cvak) dengan kecepatan cahaya dalam larutan
(Cliq):
C
n= vak
C liq
kecepatan cahaya dibeberapa medium kurang dari kecepatan cahaya vakum, sehingga
nilai indeks bias senyawa untuk beberapa larutan lebih besar (Kenkel, 2003: 380).
Refractive index larutan gula akan naik ketika konsentrasi larutan juga naik.
Sesuai persamaan:
dengan NA adalah numerical aperture, adalah sudut penerimaan cahaya oleh fiber
optik, dan n0, n1, n2 secara berutan masing-masing adalah index bias larutan gula,
core dan cladding fiber optik. Jelas terlihat dari persamaan (2) bahwa ketika index
bias dari larutan gula naik, sudut penerimaan m akan turun. Ini berarti bahwa posisi
puncak yang bersesuaian proses akan semakin besar (jarak antara cermin dengan
ujung fiber semakin jauh) (Sari, 2012: 35).
Nilai indeks bias sebagai fungsi konsentrasi larutan baik pada larutan gula
maupun garam. Selain itu diperoleh juga viskositas sebagai fungsi konsentrasi larutan
yang dinyatakan dalam parameter massa jenis larutan yang bersatuan gram/cm3.
Kombinasi dari konsentrasi dan indeks bias dengan viskositas dan konsentrasi
menghasilkan hubungan antara viskositas (dalam orde 10-4 poise) terhadap indeks
bias baik pada larutan gula dan juga larutan garam. Adanya hubungan (cenderung)
sebanding antara indeks bias (n) sebagai fungsi massa jenis larutan. Besarnya angka
kesebandingan dan kelakuannya berhubungan dengan jenis larutannya. Terlihat
bahwa hubungan antara n terhadap p pada larutan gula lebih tajam dibanding larutan
garam, sebab sebaran variasi pada larutan gula juga lebih besar (Eka Jati, 2010: 122).
Menurut Roniyus (2005: 88), dari hasil dan pembahasannya maka dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Indeks bias mutlak larutan memiliki ketergantungan terhadap konsentrasi zat
terlarutnya.
2. Bentuk ketergantungan indeks bias mutlak (n m ) larutan terhadap konsentrasi
zat terlarutnya (C ) untuk larutan HCl, NaOH, NaCl dan C6 H 12O 6 berturut-

Refraktometer

Praktikum Kimia Analisis Instrumen

turut adalah, 0 0069C n + = ,1 3337 m = , 0 0128C n + , 1 3342 m,= ,0 0083C


n +, 1 3399 m; , 0 0254C n + = 1 3258 m.
3. Tidak adanya ketergantungan indeks bias mutlak larutan (n m ) terhadap
konsentrasi larutan (C ) untuk semua larutan.
4. Gradien perubahan indeks bias mutlak terhadap perubahan konsentrasi atau
dnm dC untuk keempat larutan memiliki pola.
Walaupun jumlah molekul larutan-larutan tersebut sama, namun tidak berarti
total massa molekul yang terlarut di dalam setiap satu liter larutan tersebut sama,
karena satu molekul HCl terdiri dari satu atom H dan satu atom C yang massanya
tidak akan sama dengan massa satu molekul NaCl, C6H12O6, atau NaOH. Jika total
massa molekulnya tidak sama maka hal ini berarti kerapatan atau massa jenis
larutannya akan berbeda beda pula meskipun molaritasnya sama. Perbedaan
kerapatan larutan tentu berdampak pada perbedaan indeks bias mutlak setiap larutan,
karena tampak bahwa indeks bias mutlak medium berkaitan erat dengan kecepatan
cahaya di dalam medium, sedangkan kecepatan cahaya sebagai gelombang di dalam
medium sangat bergantung pada kerapatan medium tersebut, jadi kerapatan medium
berdampak langsung pada indeks bias mutlak medium. Sebagai contoh indeks bias
mutlak air lebih tinggi daripada udara, hal ini dikarenakan air lebih rapat daripada
udara (Roniyus, 2005: 87).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Polarimeter ADP 440+
1 set
b. Gelas kimia 100 ml
2 buah
c. Gelas kimia 500 ml
2 buah
d. Batang pengaduk
1 buah
e. Pipet tetes
5 buah
f. Neraca analitik
1 buah
g. Botol semprot
1 buah
h. Spatula
1 buah
i. Lap kasar dan lap halus
1 buah
2. Bahan
a. Larutan Sukrosa 5%, 10%, dan 15%
(C12H22O11)
b. Larutan Fruktosa 5%, 10%, dan 15%
(C6H12O6)
c. Sari buah (air) Melon
d. Sari buh (air) Tebu
e. Aquades
(H2O)
f. Tissu
g. Sampel X
E. PROSEDUR KERJA
1. Alat polarimeter dihidupkan dan dikalibrasi
2. Larutan sampel disiapkan dan diencerkan
3. Blanko dalam hal ini yaitu aquades dimasukkan kedalam kuvet, polarimeter
ditutup. Amati dan catat besar sudut putar dari aquadest.
4. Aquades diganti dengan larutan fruktosa 5% yang dimasukkan kedalam kuvet.
Amati dan catat besar sudut putarnya.

Refraktometer

Praktikum Kimia Analisis Instrumen

5. Fruktosa 5% diganti dengan aquades, tapi sebelumnya kuvet dicuci menggunakan


aquades. Amati dan catat besar sudut putarnya
6. Langkah ke 4 dan 5 diulang menggunakan larutan sukrosa 5%, fruktosa 10%,
sukrosa 10%, fruktosa 15%, sukrosa 15%, dan larutan sampel (sari buah apel dan
sari buah sunkist)
7. Besar sudut putar diamati dan dicatat.
F. HASIL PENGAMATAN
Konsentrasi
Sukrosa
5%
6,38
10%
15,25
15%
19,45
G. ANALISIS DATA
1. Fruktosa 5 %
20
Dik : [ ] D = 92,4o

Fruktosa
-8,74
-17,26
-26,52

Sampel
Tebu
Melon
Sampel x

Sudut putar
191,26
0,26
13,61

d tabung = 2 dm
aquades = 0 o
T
Dit : C dan [ ] ?
Peny

:
= sampel blanko
= -8,74o 0o
= -8,74o

8,74 o
C = d [ ]20
=
2(92,4)
D

= 0,047 G/mL

8,74 o

[ ]T = d . C = 2( 0,047) g/mL
2. Fruktosa 10 %
20
Dik : [ ] D = 92,4o

aquades = 0 o
sampel = -17,26o

d tabung = 2 dm
T
Dit : C dan [ ] ?
Peny

:
= sampel blanko
= -17,26o 0o
= -17,26o

17,26 o
C = d [ ]20
=
2( 92,4 o)
D

= 92,978o

= 0,0934g/mL

17,26 o

o
[ ]T = d . C =
2( 0,934 o) = -92,398

3. Fruktosa 15 %
20
Dik : [ ] D = 92,4o
d tabung = 2 dm
T
Dit : C dan [ ] ?
Peny

aquades = 0 o
sampel = -26,52o

Refraktometer

Praktikum Kimia Analisis Instrumen

= sampel blanko
= -26,52o 0o
= -26,52o

26,52 o
20
C = d [ ] D = 2( 92,4 o)

= 0,1435 g/mL

26,52 o

o
[ ]T = d . C =
2( 0,1435 o) = -92,397

4. Sukrosa 5 %
20
Dik : [ ] D = 92,4o

aquades = 0 o
sampel = 6,38o

d tabung = 2 dm
T
Dit : C dan [ ] ?
Peny

:
= sampel blanko
= 6,38o 0o
= 6,38o

6,38 o
20
C = d [ ] D = 2( 92,4 o)

= 0,0345 g/mL

6,38 o

o
[ ]T = d . C =
2( 0,0345 o) = 92,410

5. Sukrosa 10 %
20
Dik : [ ] D = 92,4o

aquades = 0 o
sampel = 15,25o

d tabung = 2 dm
T
Dit : C dan [ ] ?
Peny

:
= sampel blanko
= 15,25o 0o
= 15,25o

15,25 o
20
C = d [ ] D = 2( 92,4 o)
T

= 0,0825 g/mL

15,25 o

[ ] = d . C = 2( 0,0825 o) = 92,401o
6. Sukrosa 15 %
20
Dik : [ ] D = 92,4o
d tabung = 2 dm
T
Dit : C dan [ ] ?
Peny

aquades = 0 o
sampel = 19,45o

:
= sampel blanko
= 19,45o 0o
= 19,45o

Refraktometer

Praktikum Kimia Analisis Instrumen

20
d [ ]D

C=

19,45 o

= 2( 92,4 o) = 0,1053o

19,45 o

[ ]T = d . C = 2( 0,1053 o) = 92,399o
7. Tebu
20
Dik : [ ] D

= 92o

aquades = 0 o
sampel = 191,26o

d tabung = 2 dm
T
Dit : C dan [ ] ?
Peny

:
= sampel blanko
= 191,26o 0o
= 191,26o

191,26 o
C = d [ ]20
=
2(92 o)
D

= 1,0395o

191,26 o

[ ] = d . C = 2( 1,0395o) = 0,92o
8. Melon
20
Dik : [ ] D

= 92o

aquades = 0 o
sampel = 0,26o

d tabung = 2 dm
T
Dit : C dan [ ] ?
Peny

:
= sampel blanko
= 0,26o 0o
= 0,26o

0,26 o
C = d [ ]20
=
2( 92 o)
D
T

= 0,00141o

0,26 o

[ ] = d . C = 2( 0,00141o) = 92,198o
9. Campuran X
20
Dik : [ ] D = 92o

aquades = 0 o

d tabung = 2 dm
T
Dit : C dan [ ] ?
Peny

:
= sampel blanko
= 13,61o 0o
= 13,61o

13,61 o
C = d [ ]20
=
2( 92 o)
D

sampel = 13,61o

= 0,0903o

Refraktometer

Praktikum Kimia Analisis Instrumen

13,61 o

o
[ ] = d . C =
2( 0,0903 o) = 75,384

Grafik hubungan C dan polarisasi larutan sukrosa


25
20

f(x) = 1.34x - 0.05


R = 1

15

besar sudut polarisasi 10


5
0
4

10

12

14

16

Konsentrasi

Grafik hubungan C dan polarisasi larutan fruktosa


30
25

f(x) = 1.78x - 0.27


R = 1

20

besar sudut polarisasi

15
10
5
0
4

10

12

14

16

Konsentrasi

H. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk memahami prinsip dasar dan prinsip kerja dari
polarimeter serta menentukan konsentrasi daya optis aktif dengan menggunakan
metode polarimetri. Polarimetri yaitu suatu analisis kimia untuk menentukan
besarnya sudut putar atau daya optis aktif suatu senyawa. Pengukuran ini
menggunakan alat yang dinamakan polarimeter. Polarimeter adalah sebuah alat
instrumen yang digunakan untuk mengukur besarnya daya optis aktif suatu senyawa
yang disebabkan karena terjadinya polarisasi atau perputaran pada atom C khiral.
Atom C khiral merupakan atom C yang mengikat empat gugus fungsi yang tidak
sama (berbeda).

Refraktometer

Praktikum Kimia Analisis Instrumen

Prinsip dasar dari polarimeter adalah polarisasi cahaya atau perputaran


bidang polarisasi cahaya. Prinsip kerja dari polarimeter adalah senyawa cair (sampel)
terkena sinar yang masuk ke polaryzer dan sinar terpolarisasi ke analyzer akan
diteruskan dalam bentuk angka (pembacaan pada polarimeter).
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan air sebagai larutan blanko hal
ini disebabkan karena air merupakan senyawa yang tidak mampu mempolarisasikan
cahaya atau air tidak memiliki daya optis aktif. Air tidak memiliki atom C khiral
sehingga nilai dari pembacaan daya optis aktifnya adalah nol. Sehingga pembacaan
daya optis aktif dari air dapat di zero kan. Adapun pada percobaan ini digunakan
larutan sukrosa dan fruktosa karena kedua senyawa ini memiliki atom C khiral. Atom
C khiral adalah atom C yang mengikat 4 gugus fungsi yang berbeda. Karena kedua
senyawa ini memiliki atom C khiral sehingga keduanya memiliki daya optis aktif
yang berbeda.
Kuvet dicuci terlebih dahulu sebelum dilakukan pembacaan besar sudut
polarisasinya dengan tujuan agar dalam kuvet tidak terdapat unsur lain yang dapat
mempengaruhi pembacaan besar optis aktifnya. Dalam memasukkan senyawa cair ke
dalam kuvet di lakukan dengan hati-hati agar tidak ada gelebung air dalam kuvet.
kuvet tidak boleh terdapat gelembung karena adanya gelembung juga dapat
mempengaruhi pembacaan besar rotasi optis aktif sebab dalam kuvet ada senyawa
lain yaitu O2 yang berupa gelembung gas. Dilakukan perlakuan pengukuran daya
optis aktifdari konsentrasi rendah ke tinggi. Sehingga lautan sukrosa dan fruktosa di
ukur selang seling. Hal ini disebabkan karena konsentrasi tinggi dapat mempengaruhi
pembacaan daya optis aktif senyawa dengan konsentrasi rendah. Menurut teori nilai
optis aktif dari sukrosa adalah 66,5 dan nilai optis aktif dari fruktosa adalah -92,4
(Khopkar, 2010: 302).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sukrosa 5%, 10%, dan 15% masingmasing memiliki sudut polarisasi secara berurutan yakni 6,38; 15,25; dan 19,45
sedangkan untuk fruktosa 5%, 10%, dan 15% berturut-turut yaitu -8,74; -17,26; dan
-26,52. Sampel X daya optis aktifnya sebesar 13,61 bernilai positif yang berarti
sampel X ini adalah senyawa yang bersifat ke arah sukrosa.
Percobaan terhadap sampel air buah dari tebu dan melon di dapatkan tebu
memiliki daya optis aktif sebesar 191,26. Daya optis aktifnya bernilai positif. Hal ini
menunjukkan bahwa larutan mampu mempolarisasi sesarah jarum jam (dextro). Hal
ini telah sesuai dengan teori dan berarti tebu mengandung banyak sukrosa. Sedangkan
pada air melon memiliki daya optis aktif sebesar 0,26. Daya optis aktifnya bernilai
positif. Hal ini menunjukkan bahwa larutan mampu mempolarisasi sesarah jarum jam
(dextro). Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana melon banyak mengandung frukosa
yang seharusnya daya optis aktifnya bernilai negatif. Ketidaksesuaian ini disebabkan
karena melon yang ada telah diberikan pemanis tambahan sehingga adanya perbedaan
tanda pada besar sudut polarisasi menunjukkan bahwa senyawa ini memutar optis
aktif secara berlawanan dimana sukrosa yang memiliki tanda positif menunjukkan
bahw larutan mampu mempolarisasi sesarah jarum jam (dextro) dan larutan fruktosa
berlawanan arah dengan jarum jam yang ditandai dengan perputaran yang bernilai
negatif (leavo). Adapun hasil yang diperoleh juga bernilai positif yang disebabkan
konsentrasi dari sukrosa dalam larutan lebih besar sehingga daya optis aktifnya akan
lebih ke sukrosa dengan besar sudut polarisasi yang lebih kecil.

Refraktometer

Praktikum Kimia Analisis Instrumen

Grafik data hasil percobaan untuk sukrosa ini menunjukkan bahwa semakin
besar konsentrasi larutan sukrosa maka semakin besar pula besar sudut polarisasinya.
Pada grafik larutan fruktosa, semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula
nilai negatif dari besar sudut polarisasinya. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi
larutan berbanding lurus dengan besar sudut polarisasi yang dilihat dari grafik yang
linear. Hal ini terjadi karena jumlah molekul dalam larutan akan semakin banyak
seiring dengan bertambah besarnya konsentrasi larutan sehingga kemampuan untuk
mempolarisasi larutan semakin besar.
I. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Prinsip dasar polarimeter adalah polarisasi cahaya atau perputaran bidang
polarisasi cahaya. Prinsip kerja dari polarimeter adalah sinar yang diterima
polaryzer akan dipolarisasikan dan diteruskan ke analyzer yang besar
sudutnya akan terbaca pada alat.
b. Konsentrasi dari larutan sampel yakni untuk larutan sukrosa adalah 0,0345;
0,0825; dan 0,1052. Untuk konsentrasi larutan fruktosa yakni 0,047; 0,093;
dan 0,143 serta konsentrasi larutan x yakni 0,0903.
2. Saran
Untuk praktikan sebaiknya mencari sumber cahaya yang terang pada saat
menggunakan refraktometer hand. Bersihkan baik-baik tempat sampel pada
refraktometer digital.
DAFTAR PUSTAKA
Eka Jati, Bambang Murdaka,. Karyono,. Supriyatin. 2010. Penyetaraan Nilai
Viskositas terhadap Indeks Bias pada Zat Cair Bening Berkala Fisika ISSN :
1410 9662. Vol. 13, No. 4, Oktober hal 119 124 119 Laboratorium
Fisika Dasar, FMIPA, UGM, Yogyakarta 3 Mahasiswa S2, Prodi Fisika,
FMIPA
Kenkel, John. 2003. Analytical Chemistry for Technicians Third Edition. America:
CRC press LLC
Namiesnik, Jacek and Piotr Szefer. 2010. Analytical Measurement in Aquatic
Inviroment. London: CRC press and IWA publishing.
Roniyus MS. 2005. Analisis Dan Pemodelan Ketergantungan Indeks Bias Larutan
Terhadap Konsentrasi Zat Terlarut. Jurnal Saintek vol.11 no.2. Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Lampung: Brojonegoro.
Sari, Nila Wulan,. Ahmad Marzuki,. Mohtar Yunianto. 2012. Sensor Fiber Optik Dari
Bahan Fiber Optik Polimer Untuk Pengukuran Refractive Index Larutan
Gula ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2012) Vol.2
No.1 halaman 29. Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas
Maret.

Refraktometer

Praktikum Kimia Analisis Instrumen

Tim Dosen Kimia Instrumen. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Instrumen.
Makassar: Jurusan Kimia FMIPA UNM.

Refraktometer

Anda mungkin juga menyukai